Keaslian Penulisan Pengertian dan Dasar Hukum Pengangkatan anak.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Dengan sifat penelitian tersebut, maka pada penelitian ini akan digambarkan bagaimana keberadaan anak angkat dalam keluarga berkaitan dengan kedudukannya terhadap harta kekayaan orang tua angkatnya menurut KHI. Gambaran tersebut akan menjelaskan bagaimana anak angkat dapat memperoleh harta peninggalan orang tua angkat. 3. Pengumpulan data Penelitian ini merupakan penelitian pustaka Library Research, maka pengumpulan datanya menggunakan metode dokumentasi. Dengan metode ini, dilakukan dengan berbagai literatur atau buku-buku yang isinya membahas tentang pengangkatan anak dan pemberian wasiat wajibah terhadap anak angkat. 4. Analisis data Setelah penulis memperoleh data, maka data-data tersebut diolahdianalisa untuk diperiksa kembali validitas data dan sekaligus melakukan kritik sumber dengan metode komparatif, yaitu memperbandingkan antara dua sistem hukum tentang pemberian harta terhadap anak angkat. Selanjutnya dilakukan penafsiran terhadap makna kata-kata dan kalimat tersebut kemudian ditarik kesimpulan secara deduktif yang kemudian dilaporkan secara deskriptif.

F. Keaslian Penulisan

Skripsi ini dengan judul “Kedudukan Anak Angkat Terhadap Harta Waris Orang tua Angkat Menurut PP NOMOR 54 TAHUN 2007 dan Kompilasi Hukum Islam” belum pernah di tulis oleh siapapun sebelumnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Pada prinsipnya karya ilmiah ini penulisannya Universitas Sumatera Utara memperolehnya berdasarkan literatur yang ada, baik dari perpustakaan, media massa cetak maupun elektronik, ditambahkan pemikiran penulis. Oleh karena itu skripsi ini adalah asli merupakan karya ilmiah milik penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral maupun akademik.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menguraikan pembahasan masalah skripsi ini, maka untuk lebih memudahkan, penyusunannya dilakukan secara sistematis. Skripsi ini terbagi dalam 5 lima BAB, yang gambarannya sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini secara umum digambarkan garis besar tentang Latar Belakang Pemilihan Judul yang dipilih oleh penulis serta hal-hal yang mendorong penulis untuk mengangkat judul “Kedudukan Anak Angkat Terhadap Harta Waris Orang tua Angkat Menurut PP Nomor 54 Tahun 2007 dan Kompilasi Hukum Islam”, dan bab ini juga mencakup permasalahan pokok skripsi ini, tujuan penulis melakukan penelitian, manfaat dari penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II: PENGANGKATAN ANAK MENURUT PP NOMOR 54 TAHUN

2007 Pada bab ini membahas tentang pengertian dan dasar hukum dalam pengangkatan anak, latar belakang dilakukannya pengangkatan anak, Universitas Sumatera Utara syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan pengangkatan anak.

BAB III WASIAT WAJIBAH BAGI ANAK ANGKAT

Dalam bab ini dibahas tentang pengertian dan dasar hukum wasiat, rukun dan syarat-syarat tentang wasiat, tentang hal-hal yang dapat membatalkan wasiat serta pemberian wasiat wajibah terhadap anak angkat.

BAB IV: KEDUDUKAN ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA WARIS

ORANG TUA ANGKAT MENURUT PP NOMOR 54 TAHUN 2007 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM Bab ini merupakan pembahasan dari judul yang diambil oleh penulis sehingga dalam bab ini menjelaskan akibat hukum dari pengangkatan anak, bagaimana kedudukan anak angkat terhadap harta waris orang tua angkat, pembagian wasiat wajibah kepada anak angkat.

BAB V: PENUTUP

Bagian akhir dari skripsi ini berisi penutup yang memuat kesimpulan dan saran bagi penulis yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Universitas Sumatera Utara BAB II PENGANGKATAN ANAK MENURUT PP NOMOR 54 TAHUN 2007

A. Pengertian dan Dasar Hukum Pengangkatan anak.

Pengangkatan anak disebut juga dengan adopsi, kata adopsi berasal dari bahasa latin “adoptio” yang berarti pengangkatan anak sebagai anak sendiri. 9 Pengangkatan anak dalam bahasa Belanda dikenal dengan kata “adoptie” atau “adoption” dalam bahasa Inggris yang berarti menjadikan anak angkat. Sementara dalam kamus umum bahasa Indonesia dapat dilihat arti dari anak angkat yaitu anak orang lain yang diambil dan disamakan dengan anak sendiri. Menurut W.J.S Poerwadarminta, 10 dalam kamus umum bahasa Indonesia menyebutkan bahwa pengangkatan anak angkat berasal dari kata dasar “angkat” artinya membawa ke atas, kemudian ditambahkan awalan “peng” dan akhiran “an” yang membentuk maksud kata kerja suatu proses. Jadi “pengangkatan berarti suatu proses untuk membawa ke atas. Sedangkan kata “anak” berarti keturunan yang kedua artinya anak itu diambil dari lingkungan asalnya orang tua kandungnya, dan 9 Andi Hamzah, Kamus Hukum, PT.Ghalia Indah:Bandung, 1986, hlm.28 10 Poewardarminta W. J. S, Kamus Umum bahasa Indonesia, 1984 :309. hlm 10. Universitas Sumatera Utara kemudian dimasukkan dalam keluarga yang mengangkatnya orang tua angkatnya menjadi anak angkat. Adopsi merupakan salah satu perbuatan manusia termasuk perbuatan perdata yang merupakan bagian hukum kekeluargaan, dengan demikian ia melibatkan persoalan dari setiap yang berkaitan dengan hubungan antara manusia. 11 Dalam perkembangan hukum nasional, pengertian pengangkatan anak berlaku bagi seluruh pengangkatan anak di Indonesia tanpa membedakan golongan penduduk, berlaku juga pada pengangkatan anak antar Warga Negara Indonesia domestic adoption maupun pengangkatan anak Warga Negara Asing oleh Warga Negara Indonesia inter-country adoption yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak. 12 Menurut Peraturan Pemerintah tersebut, pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkat. 13 Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan mengambil anak orang lain kedalam keluarganya sendiri, sehingga demikian antara orang yang mengambil anak dan yang diangkat timbul suatu hubungan hukum. 14 11 Muderis Zaini, Op.cit., hlm.30 12 Rusli Pandika, Hukum Pengangkatan Anak, Jakarta: SinarGrafika, 2012, hlm.105 13 Peraturan Pemerintah No.54 Tahun 2007, Pasal 1 butir 2 14 Shoedharyo Soimin,Hukum Orang dan Keluarga, Jakarta: Pradnya Paramitha.1992 Universitas Sumatera Utara Menurut Muderis Zaini, 15 pengangkatan anak adalah suatu perbuatan pengambilan anak orang lain kedalam keluarganya sendiri sedemikian rupa, sehingga antara orang yang memungut anak dan anak yang dipungut itu timbul suatu hukum kekeluargaan yang sama, seperti yang ada antara orang tua dengan anak kandungnya sendiri. Dalam perkembangannya, anak dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam. Pertama, anak sah, yaitu anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah atau hasil perbuatan suami istri yang sah diluar rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut. 16 Kedua, anak terlantar, yaitu anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. 17 Ketiga, anak yang menyandang cacat, adalah anak yang mengalami hambatan fisik atau mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar. 18 Keempat, anak yang mengalami keunggulan, adalah anak yang mempunyai kecerdasan yang luar biasa atau memiliki potensi dan bakat istimewa. 19 Kelima, anak asuh, adalah anak yang diasuh oleh seseorang atau lembaga, untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan, dan kesehatan, karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar. 20 15 Zaini Muderis, Op.cit 16 Kompilasi Hukum Islam, Pasal 99 17 Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 butir 6 18 Ibid., Pasal 1 butir 7 19 Ibid., Pasal 1 butir 8 20 Ibid., Pasal 1 butir 10 Universitas Sumatera Utara Dengan meningkatnya praktek pengangkatan anak yang terjadi dalam masyarakat, dan untuk menambah aturan yang mengatur tentang pengangkatan ini, maka Mahkamah Agung mengeluarkan aturan dalam bentuk Surat Edaran. Beberapa Surat Edaran Mahkamah Agung SEMA mengenai pengangkatan anak tersebut antara lain : a. Surat Edaran Nomor 2 Tahun 1979. b. Surat Edaran Mahkamah Agung SEMA RI Nomor 6 Tahun 1983. c. Surat Edaran Mahkamah Agung SEMA RI Nomor 4 Tahun 1989. 21

B. Latar Belakang Pengangkatan Anak