HARAPAN DAN KEBERHASILAN

Bab X HARAPAN DAN KEBERHASILAN

A. Pengertian harapan

Harapan berasal dari kata harap yaitu keinginan supaya sesuatu terjadi Harapan dapat diartikan sebagai menginginkan sesuatu yang dipercayai dan dianggap benar dan jujur oleh setiap manusia dan harapan agar dapat dicapai, memerlukan kepercayaan kepada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Harapan juga berarti sebuah angan – angan, dan sebuah angan-angan yang tinggi tidaklah berguna apabila tidak dibarengi dengan suatu usaha yang mantap. Kita semua mempunyai angan –angan untuk hidup bahagia namun bila angan-angan yang baik itu tidak terwujudkan tentu kita akan lebih masuk kejurang kekecewaan.

Menurut kodratnya dalam diri manusia terdapat 2 dorongan, yaitu dorongan kodrat serta dorongan kebutuhan hidup. Terkait dengan kebutuhan manusia tersebut,

Abraham Maslow mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi lima macam atau disebut juga lima harapan manusia, yaitu:;

1. Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup

2. Harapan untuk memperoleh keamanan

3. Harapan untuk mencintai dan dicintai

4. Harapan diterima lingkungan

5. Harapan memperoleh perwujudan cita-cita/ keberhasilan

Dalam mencukupi kebutuhan kodrat mau pun kebutuhan Hidup, manusia membutuhkan orang lain. Bekerja dan bertindak dan disertai dengan harapan di dalam hati adalah hal yang Dalam mencukupi kebutuhan kodrat mau pun kebutuhan Hidup, manusia membutuhkan orang lain. Bekerja dan bertindak dan disertai dengan harapan di dalam hati adalah hal yang

B. Harapan dan Kebutuhan

Setiap manusia mempunyai harapan yang berbeda-beda. Manusia tanpa adanya harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan itu sendiri. Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan kita. Ada 2 hal yang menyebabkan seseorang memiliki harapan, yaitu :

1. Dorongan Kodrat Kodrat adalah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terwujud dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, sedih, dan bahagia. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat, dan hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat inilah, manusia memiliki harapan.

2. Dorongan Kebutuhan Hidup Manusia memiliki kebutuhan hidup, umumnya adalah kebutuhan jasmani dan rohani. Untuk memenuhi kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas baik kemampuan fisik maupun kemampuan berpikirnya.

Menurut Abraham Maslow, sesuai dengan kodratnya, harapan atau kebutuhan manusia itu adalah :

a. Kelangsungan hidup (survival).

b. Keamaanan (safety).

c. Hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (be loving and loved).

d. Diakui lingkungan (status).

e. Perwujudan cita-cita (self-actualization). Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan

hidup maka manusia mempunyai harapan. Karena pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

C. Pengertian Kepercayaan

Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukan karena hasil penyelidikan sendiri, melainkan karena diterima orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karena orang itu dipercaya. Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan artinya diberikan Tuhan, baik langsung atau tidak langsung kepada manusia. Dasar Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukan karena hasil penyelidikan sendiri, melainkan karena diterima orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karena orang itu dipercaya. Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan artinya diberikan Tuhan, baik langsung atau tidak langsung kepada manusia. Dasar

1. Kepercayaan Pada Diri Sendiri Kepercayaan kepada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya kepada diri sendiri pada hakekatnya adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kepercayaan Kepada Orang Lain

Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya kepada terhadap kata hatinya, atau terhadap kebenarannya. Karena ada ucapan yang berbunyi ‖ orang dipercaya karena ucapannya‖.

3. Kepercayaan Kepada Pemerintah

Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, dan milik rakyat. Rakyat adalah negara dan rakyat itu menjelma pada negara. Seseorang mempunyai arti hanya dalam masyarakat, dan negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, sehingga kedaulatan mutlak pada negara. Satu-satunya yang mempunyai hak adalah negara. Manusia perseorangan tidak mempunyai hak, tetapi hanya kewajiban.

Karena itu jelaslah bagi kita, baik teori maupun pandangan teokratis atau demokratis negara pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Sehingga wajar jika manusia sebagai warga negara percaya kepada negara dan pemerintah.

4. Kepercayaan Kepada Tuhan

Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan itu amat penting karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran adanya Tuhan. Oleh karena itu, jika manusia ingin memohon pertolongan kepadaNya, maka manusia harus percaya kepada Tuhan.

D. Percaya diri Mengatasi Kesulitan

usaha/perjuangan membangkitkan sikap ―percaya diri‖ Kemampuan dimaksud disini meliputi kemempuan fisik dan kemampuan intelektual. Kemampuan fisik berkenaan dengan tenaga jasmani. Kemampuan intelektual berkenaan dengan tingkat keahlian berpikir analitis (skill) dan keterampilan (professional) berdasarkan pendidikkan dan pelatihan yang telah ditempuh, sehingga dapat merencanakan usaha yang akan dilakukan. Kemampuan intelektual biasanya menggunakkan alat bantu teknologi. Dengan kemampuan intelektual manusia dapat memperkirakan dan merencanakan secara baik usaha yang dapat ditempuh dalam mewujudkan keinginan.

Karna memiliki kemampuan, manusia percaya bahwa usaha akan berhasil. Percaya pada kemampuan sendiri disebut percaya diri (self reliance). Namun percaya diri sifatnya tidak mutlak karena masih ada lagi kekuatan diatas manusia, yaitu tuhan. Kekuasaan tuhan merupakan kontrol diri agar manusia tidak berbuat takabur.

Makin baik tingkat kemampuan seseorang makin tingkat percaya diri, sehingga makin dekat pula kemungkinan berhasilnya usaha. Kemampuan dan percaya diri mendorong manusia kreatif dan inisiatif, daya imajinasinya tinnggi. Manusia yang sadar seharusnya bersyukur kepada tuhan karena harapannya terkabul, bukan sesumbar dengan kemampuannya sendiri. Ada dua kemungkinan akibat manusia putus asa, yaitu sadar kembali kepada tuhan sang pencipta atau ingkar kepada tuhan-Nya. Ingkar kepada tuhan berarti tidak mau mengakui adanya tuhan, dengan alas an jika memang tuhan itu ada dan maha adil mengapa tuhan tidajk mengabulkan harapan?

Sikap percaya diri menumbuhkan keyakinan yang mantap bahwa usaha yang dilakukan itu benar, tetapi kebenaranyang dimiliki manusia itu relative, sedangkan kebenaran tuhan absolute.

1. Gairah Mengatasi Kesulitan Untuk mewujudkan harapan menjadi kenyataan, mungkin manusia banyak mengalami kesulitan atau hambatan. Untuk mencapai keberhasilan, maka kesulitan atau hambatan harus diatasi dengan cara meningkatkan kemampuan, yang berarti memupuk sikap percaya diri, membangkitkan gairah dan kreatifitas semangat kerja. Cara meningkatkan kemampuan itu, antara lain adalah :

a. Berusaha keras meningkatkan pendidikkan dan pelatihan, tidak hanya formal, tetapi juga non formal, baik dengan belajar sendiri ataupun dengan magang pada orang lain yang sudah berhasil.

b. Peningkatan pengalaman, berupaya banyak memperoleh pengalaman nyata dari kehidupan, keberhasilan manusia dengan melibatkan diri secara suka rela tmpa mengharapkan imbalan jasa dalam dunia kerja dan servis, yang pengting memperoleh keahlian dan keterampilan.

c. Banyak berkomunikasi, bekerja sama, dan ikut serta dalam manusia yang sudah dalam usaa untuk memperoleh masukan yang dapat dijadikanacuan atau contoh, sehingga membangkitkan kreatifitas dan semangat usaha yang member harapan.

d. Banyak memperoleh informasi tentang keberhasilan. Misalnya informasi kiat-kiat keberhasilan, pengusaha tertentu, atau kehidupan keluarga yang sukses.

e. Banyak mengamati gejala kehidupan manusia dalam segi kebutuhan, segi pasar atau segi keberhasilan, yang dapat menumbuhkan kreatifitas usaha dan harapan, sehingga dapat dijadikan acuan untuk menentukkan jenis usaha apa yang patut dijalankan dan member harapan.

f. Mendengarkan dan menghayati nasehat-nasehat konstruktif yang mengandung nilai-nilai moral yang mempertebal f. Mendengarkan dan menghayati nasehat-nasehat konstruktif yang mengandung nilai-nilai moral yang mempertebal

Nasihat konstruktif dan mengaandung nilai moral dan filosofis yang dalam akan memberi arah kepada harapan. Harapan yang didambakan adalah perbaikkan nasib yang lebih sejahtera.

E. Keberhasilan dan Kegagalan

Keberhasilan dan kegagalan merupakan sesuatu yang sangat tergantung sudut pandang seseorang. Artinya, bagi seseorang, perkara tertentu merupakan keberhasilan, tetapi bagi yang lainnya, perkara itu merupakan kegagalan. Pada umumnya, penilaian Tuhan berbeda dengan penilaian manusia. Bagi manusia sesuatu itu gagal, tetapi bagi Tuhan berhasil. Sebagai contoh, mari kita melihat kehidupan dan pelayanan Yesus. Setelah Yesus melayani bangsa Yahudi selama kurang lebih tiga tahun, Ia ditangkap oleh para pemimpin agama Yahudi serta diserahkan kepada bangsa Roma untuk disalibkan. Satu orang muridNya mengkhianati Dia. MuridNya yang lain menyangkal Dia tiga kali. Semua muridNya pergi meninggalkan Dia di Taman Getsemani ketika Ia ditangkap. Bahkan di kayu salib, Bapa di Sorga meninggalkan Dia sehingga Ia berseru, "AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?". Menurut sudut pandang manusia, dimana keberhasilan Yesus? Bagi manusia dengan akal sehat, tentu menilai dan harus menilai, bahwa Mahkamah Agama Yahudi dengan Bait Sucinya yang megah itu, telah sukses menyingkirkan "si-penyesat". Tetapi bagaimana menurut penilaian Bapa di Sorga? Menurut penilaianNya, kematian Yesus merupakan awal kemenangan yang akan berakhir dengan hancurnya musuh terakhir yaitu maut, sehingga Allah menjadi semua didalam semua. Mengapa renungan keluarga ini dimulai dengan mengungkapkan keberbedaan penilaian manusia dengan

Tuhan? Karena dalam renungan ini, dan beberapa renungan selanjutnya, kita akan melihat keberhasilan dan kegagalan para wanita ( isteri) yang tercatat dalam Alkitab, maka diharapkan, penilaian kita sesuai dengan penilaian Tuhan, supaya kita semua dapat membangun keluarga yang berhasil menurut penilaian Tuhan. Sekarang kita akan mulai dengan keberhasilan Hawa sebagai isteri Adam. Adam memberi nama (memberi identitas diri ) kepada isterinya sebagai ibu semua yang hidup ( Hawa=life / hidup ). Sesungguhnya, nama yang diberikan Adam kepada isterinya ini, mengungkapkan iman Adam. Secara manusia, seharusnya Hawa ini adalah ibu dari segala yang mati. Mengapa? Karena manusia telah jatuh kedalam dosa, dan upah dosa adalah maut ( kematian rohani yang berproses kepada kematian jasmani ). Tetapi kita lihat disini iman Adam dan respon Hawa, yaitu bahwa Hawa menundukkan diri, serta mengaminkan dan menerima nama yang diberikan suaminya. Kerelaan Hawa menerima serta mengaminkan iman suaminya, ternyata membuahkan hasil. Hawa melahirkan Habel, seorang yang hidup dalam pandangan Allah. Dan ketika Habel dibunuh oleh Kain, kembali Hawa melahirkan Set, yang juga melahirkan Enos, yang memanggil nama Tuhan ( Kej. 4:25 ). Bagaimana respon para isteri kristen terhadap iman suaminya? Mungkin banyak isteri kristen yang mengaminkan iman suaminya, tetapi tidak jarang juga yang bersikap dingin dan bahkan menertawakan. Semoga tidak ada isteri kristen, seperti isteri Ayub yang berkata pada suaminya, "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"