Gagasan dan Pemikiran Pendidikan

B. Gagasan dan Pemikiran Pendidikan

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa sepulang Harun Nasution dari McGill University, Montreal, Canada ke Indonesia pada tahun 1969, bidang kegiatan yang dipilihnya adalah sebagai dosen di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan beberapa perguruan tinggi di Jakarta seperti IKIP Jakarta dan Universitas Nasional, Jakarta. Atas prestasi, kesungguhan dan kemampuan yang dimilikinya, Harun Nasution dipercaya memimpin (menjadi Rektor) IAIN Sy:uif Hidayatullah Jakarta mulai dari tahun 1973 sampai tahun 1984 dan dilanjutkan memimpin Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga akhir hayatnya, tahun 1998. Selama kepemimpinannya di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, telah banyak gagasan pembaruan yang dipraktikkannya. Gagasan pembaruan tersebut antara lain.

Pertama, menumbuhkan tradisi ilmiah. Upaya ini antara lain dilakukan dengan cara mengubah sistem perkuliahan yang semula bercorak hapalan, texbook thinking dan cenderung menganut mazhab tertentu, menjadi sistem perkuliahan yang mengajak mahasiswa berpikir rasional, kritis, inovatif, objektif, dan menghargai perbedaan pendapat. Dengan cara demikian, wawasan berpikir para mahasiswa menjadi luas serta berani mengemukakan pendapat yang berbeda dengan pendapat yang telah ada sebelumnya. Tradisi ilmiah yang dilakukan Harun Nasution juga dilakukan dengan cara mengajak mahasiswa membaca berbagai literatur baik dari Barat maupun dari Timur, mengkritisinya, dan menuangkannya dalam makalah serta mempertanggungjawabkannya di dalam forum ilmiah.

Kedua, memperbarui kurikulum. Upaya ini antara lain dilakukan Harun Nasution dengan cara memperbarui kurikulum IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika kurikulum IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta hanya memuat bidang kajian agama dari aliran mazhab tertentu saja, maka di zaman Harun Nasution kurikulum IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta ditambah dengan kajian ilmu kalam dengan berbagai aliran/mazhabnya, filsafat dengan berbagai aliran dan mazhabnya, tasawuf, aliran modern dalam Islam, serta ilmu-ilmu um Kedua, memperbarui kurikulum. Upaya ini antara lain dilakukan Harun Nasution dengan cara memperbarui kurikulum IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika kurikulum IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta hanya memuat bidang kajian agama dari aliran mazhab tertentu saja, maka di zaman Harun Nasution kurikulum IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta ditambah dengan kajian ilmu kalam dengan berbagai aliran/mazhabnya, filsafat dengan berbagai aliran dan mazhabnya, tasawuf, aliran modern dalam Islam, serta ilmu-ilmu um

Ketiga, pembinaan tenaga dosen. Upaya ini dilakukan dengan cara membentuk Forum Pengkajian Islam (FPI) dan diskusi yang

dibagi ke dalam diskusi mingguan dan bulanan. Pada setiap kali diskusi tersebut para dosen diwajibkan membuat makalah ilmiah dengan bobot dan standard yang ditentukan, dan kemudian menyajikannya dalam forum ilmiah. Dengan cara demikian, para dosen ditantang untuk mau membaca dan mendalami bidang keahliannya. Upaya ini juga dilakukan dengan menyelenggarakan seminar-seminar nasional yang mendatangkan tenaga ahli dari luar yang membahas tentang tema-tema tertentu. Pembinaan tenaga dosen berikutnya dilakukan clengan menclorong para dosen untuk meningkatkan pendidikan formalnya dengan mengambil gelar Magister dan Doktor pada berbagai perguruan tinggi, baik yang acla di dalam maupun luar negeri. Di antara mereka ada yang melanjutkan studi ke UI, IPB, IKIP Jakarta, Canada, Amerika, Belanda, Australia, London, Kairo, Jerman, dan lain sebagainya.

Keempat, menerbitkan Jurnal Ilmiah. Seiring dengan upaya menciptakan tradisi ilmiah dan meningkatkan mu tu akademik para dosen, Harun Nasution juga menggagas terbitnya Jurnal Ilmiah. Melalui Jurnal ini berbagai makalah ilmiah yang disusun para dosen dan disajikan dalam forum kajian tersebut di atas, dilanjutkan dengan diterbitkannya pada Jurnal llmiah. Dengan cara demikian, para dosen memiliki kesempatan untuk mempublikasikan dirinya, mengasah keahliannya, serta memiliki peluang untuk mendapatkan angka kredit yang diperlukan untuk kenaikan pangkatnya.

Kelima, pengembangan perpustakaan. Sejalan dengan upaya meningkatkan mutu akademik serta menumbuhkan tradisi ilmiah, Harun Nasution berupaya melakukan pengembangan perpustakaan. Upaya ini dilakukan antara lain dengan membangun gedung Kelima, pengembangan perpustakaan. Sejalan dengan upaya meningkatkan mutu akademik serta menumbuhkan tradisi ilmiah, Harun Nasution berupaya melakukan pengembangan perpustakaan. Upaya ini dilakukan antara lain dengan membangun gedung

Keenam, pengembangan organisasi. Upaya ini antara lain dilakukan dengan cara memperjuangkan rasionalisasi fakultas dan

jurusan di lingkungan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang semula relatif banyak dan tersebar di beberapa daerah, kemudian disederhanakan menjadi 5 fakultas, yaitu 4 fakultas di Jakarta dan 1 fakultas di Pontianak. Seiring dengan itu, diperbarui lembaga penelitian, lembaga pengabdian pada masyarakat dan lembaga bahasa. Lebih dari itu, beliau juga mengupayakan berdirinya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Madrasah Pembangunan sebagai Lab School Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, serta mengupayakan pula tambahan pembangunan gedung, seperti gedung perpustakaan, gedung auditorium, dan asrama mahasiswi.

Ketujuh, pembukaan Program Pascasarjana. Seiring dengan upaya meningkatkan mutu tenaga pengajar, maka pada tahun 1982 telah dibuka Program Pascasarjana untuk Strata 2 (S2) dan Strata 3 (S3) tahun 1984 yang langsung beliau pimpin. Program ini dibuka sebagai kelanjutan dari Program Puma Sarjana (PPS) yang telah ada sebelumnya. Melalui upayanya ini telah dilahirkan sejumlah Magister dan Doktor dalam bidang ilmu agama Islam yang kini bertugas selain sebagai dosen juga sebagai rektor pada berbagai Perguruan Tinggi Islam di berbagai daerah di tanah air.

Kedelapan, menjadikan IAIN sebagai Pusat Pembaruan Pemikiran dalam Islam. Julukan yang diterima IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Pusat Pembaruan Pemikiran dalam Islam tersebut muncul karena pengaruh dari serangkaian usaha yang dilakukan Harun Nasution, terutama dalam rangka menumbuhkan tradisi ilmiah sebagaimana tersebut di atas. Melalui usahanya ini telah lahir sejumlah sarjana tamatan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mampu berpikir rasional, kritis, inovatif, terbuka, objektif, luas, dan Kedelapan, menjadikan IAIN sebagai Pusat Pembaruan Pemikiran dalam Islam. Julukan yang diterima IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Pusat Pembaruan Pemikiran dalam Islam tersebut muncul karena pengaruh dari serangkaian usaha yang dilakukan Harun Nasution, terutama dalam rangka menumbuhkan tradisi ilmiah sebagaimana tersebut di atas. Melalui usahanya ini telah lahir sejumlah sarjana tamatan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mampu berpikir rasional, kritis, inovatif, terbuka, objektif, luas, dan