(A2), dan reagen 3 (A3) ketiganya positif ( lihat alur diagnosis di
reagen 2 (A2), dan reagen 3 (A3) ketiganya positif ( lihat alur diagnosis di
halaman berikut).
A1
A1 positif
A1 negatif
A2 Lapor sebagai
“Non-reaktif”
A1 pos, A2 pos
A1 pos, A2 neg
Ulangi A1 A2
A1 pos, A2 pos
A1 pos, A2 neg A1 pos, A2 neg
Lapor sebagai “Non-reaktif”
A3
A1 pos
A1 pos, A2 pos, A3 neg
A1pos, A2 neg, A3 neg
A1pos, A2 neg, A3 pos
Penyulit Kehamilan Persalinan dengan
Lapor sebagai
Lapor sebagai
Lapor sebagai
Lapor sebagai
“reaktif”
“Indeterminate”
“Indeterminate”
“Non-reaktif”
medis non-obstetri
Rujuk ke laboratorium rujukan regional atau
laboratorium rujukan nasional
Untuk ibu hamil dengan faktor risiko yang hasil tesnya indeterminate, tes
diagnostik HIV dapat diulang dengan bahan baru yang diambil minimal
14 hari setelah yang pertama dan setidaknya tes ulang menjelang persalinan (32-36 minggu).
Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
u
Rujuk ibu dengan HIV ke rumah sakit. Tatalaksana HIV pada kehamilan sebaiknya dilakukan oleh tim multidisiplin meliputi dokter yang ahli mengenai HIV, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, bidan yang ahli, dan dokter spesialis anak
u
Periksa hitung CD4 dan viral load untuk menentukan status imunologis dan mengevaluasi respons terhadap pengobatan
b. Tatalaksana Khusus Terapi antiretroviral
u Berikan antiretroviral segera kepada semua Ibu hamil dengan HIV, tanpa harus mengetahui nilai CD4 dan stadium klinisnya terlebih dahulu, dan
dilanjutkan seumur hidup. Rekomendasi pengobatan sesuai situasi klinis ibu dapat dilihat di tabel berikut.
SITUaSI KlInIS
ReKomenDaSI PengoBaTan
(paduan untuk ibu)
1 ODHA sedang terapi ARV,
• lanjutkan paduan (ganti dengan NVP atau
kemudian hamil
golongan PI jika sedang menggunakan EFV pada trimester I)
• lanjutkan dengan paduan aRV yang sama
selama dan sesudah persalinan
2 ODHA hamil dengan jumlah
• mulai aRV pada minggu ke-14 kehamilan
dalam stadium klinis 1atau
3 jumlah CD4 >350mm Paduan sebagai berikut: dan - aZT + 3TC + nVP(AZT 2x300 mg, belum terapi ARV
•
3TC 2x150 mg, NVP 2x200 mg) atau
non-obstetri
- TDF + 3TC (atau FTC) + nVP
(TDF 1x300 mg, 3TC 2x150 mg,
medis
2x200 mg) - aZT + 3TC + eFV(AZT 2x300 mg,
Penyulit
3TC 2x150 mg, EFV 1x600 mg) atau
Kehamilan Persalinan dengan
SITUaSI KlInIS
ReKomenDaSI PengoBaTan
(paduan untuk ibu)
- TDF + 3TC (atau FTC) + eFV
(TDF 1x300 mg, 3TC 1x300 mg, EFV 1x600 mg)
3 ODHA hamil dengan jumlah
Segera mulai terapi aRV dengan paduan
CD4 <350mm3 atau stadium seperti pada butir 2 klinis 2,3,4
4 ODHA hamil dengan
• OAT tetap diberikan
tuberkulosis aktif
• Paduan untuk ibu, bila pengobatan mulai
trimester II dan III: aZT (TDF) + 3TC + eFV
5 Ibu hamil dalam masa
• Tawarkan tes HIV dalam masa persalinan;
persalinan dan status HIV tidak atau tes setelah persalinan. Jika hasil tes diketahui
reaktif, dapat diberikan paduan pada butir 2.
6 ODHA datang pada masa
Lihat paduan pada butir 2
persalinan dan belum mendapat terapi ARV
Penggunaan Nevirapin (NVP) pada perempuan dengan CD4 >250 selmm3 atau yang tidak
diketahui jumlah CD4-nya dapat menimbulkan reaksi hipersensitif berat Efavirens tidak boleh diberikan pada ODHA hamil trimester 1 karena teratogenik
Tatalaksana infeksi oportuistik
u
Ibu sebaiknya diperiksa untuk mendeteksi infeksi menular seksual di usia kehamilan 28 minggu, kemudian diberikan terapi yang sesuai
u
Tatalaksana penyakit infeksi oportunistik pada ibu dengan HIV sesuai dengan panduan yang berlaku
Pilihan persalinan
Persalinan per vaginam
Persalinan per abdominam
Penyulit Kehamilan Persalinan dengan
Syarat: Pemberian ARV mulai pada
medis
Ada indikasi obstetri; dan
< 14 minggu (ART > 6 bulan);
VL >1.000 kopiµL atau
non-obstetri
atau
Pemberian ARV dimulai pada usia
VL <1.000 kopiµL
kehamilan > 36 minggu
Pemberian makanan bayi
u
Jika bayi, tidak diketahui status HIV-nya: • Pemilihan makanan bayi harus didahulu konseling terkait risiko
penularan HIV sejak sebelum persalinan. Pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh ibukeluarga setelah mendapat informasi dan konseling secara lengkap
• Bila ibu memilih ASI, berikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan.
Untuk itu, ibu dengan HIV perlu mendapat konseling laktasi dengan baik sejak perawatan antenatal pertama sesuai pedoman
• Ibu dengan HIV diperbolehkan memberikan susu formula bagi bayinya
yang HIV atau tidak diketahui status HIV-nya jika SELURUH syarat AFASS (affordableterjangkau, feasiblemampu laksana, acceptable dapat diterima, sustainableberkesinambungan dan safeaman)
• Sangat tidak dianjurkan mencampur ASI dengan susu formula
u
Jika bayi telah diketahui HIV positif: • Ibu sangat dianjurkan memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia
6 bulan • Setelah berusia 6 bulan, bayi diberikan MP-ASI dan ASI tetap
dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun
Tatalaksana untuk bayi
u
Mulai pemberian zidovudine (AZT) profilaksis dengan ketentuan sebagai berikut: • Jika bayi cukup bulan, berikan zidovudine (AZT)dengan dosis 4 mg
kgBB12 jam selama 6 minggu • Jika bayi prematur dengan usia kehamilan <30 minggu, berikan
zidovudine (AZT)dengan dosis 2 mgkgBB12 jam selama 4 minggu, kemudian 2 mgkgBB8 jam selama 2 minggu berikutnya
• Jika bayi prematur dengan usia kehamilan 30-35 minggu, berikan
zidovudine (AZT) dengan dosis 2 mgkgBB12 jam selama 2 minggu pertama, kemudian 2 mgkgBB8 jam selama 2 minggu berikutnya,
non-obstetri
dan diikuti 4 mgkgBB12 jam selama 2 minggu berikutnya
medis
u
Selanjutnya anak dapat diberikan kotrimoksazol profilaksis mulai usia 6 minggu dengan dosis4-6 mgkgbb, satu kali sehari, setiap hari sampai
Penyulit
usia 1 tahun atau sampai diagnosis HIV ditegakkan.
Kehamilan Persalinan dengan Kehamilan Persalinan dengan
Jika bayi diketahui HIV positif, lakukan pemeriksaan viral load sekali pada usia 1 bulan, kemudian sekali pada usia 4-6 bulan. Periksa ELISA kembali di usia 18 bulan.
Edukasi untuk ibu
u
Berikan edukasi mengenai perilaku seks yang aman dan penggunaan kondom untuk mencegah penularan dan super-infeksi HIV
u
Ibu juga dianjurkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang atau kontrasepsi mantap bila tidak ingin punya anak lagi
u
Sarankan ibu dengan HIV positif memeriksakan status HIV seluruh anaknya
u
Ibu dengan HIV positif sebaiknya diskrining hepatitis B, sifilis, dan rubela, dan diperiksa darah untuk hepatitis C, varicella zoster, campak dan toksoplasma
u
Ibu sebaiknya dianjurkan untuk divaksin hepatitis B dan pneumokokus
Keterangan lainnya Beberapa tahapan infeksi HIV hingga terjadi aIDS:
1. Periode jendela HIV masuk kedaam tubuh samapi terbentuk antibodi terhadap HIV dalam
darah. Gejala belum muncul dan penderita masih merasa sehat. Tahap ini umumnya berkisar 2 minggu hingga 6 bulan dan Tes HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus
2. HIV positif (asimptomatik) selama 5-10 tahun HIV berkembang biak daam tubuh, namun penderita masih terlihat sehat. Tes HIV sudah dapat mendeteksi adanya virus ini. Dan penderita dapat tetap tampak stabil selama 5-10 tahun namun tergantung dengan imun penderita itu sendiri.
Kehamilan Persalinan dengan
3. HIV positif (simptomatik)
Penyulit
Sistem kekebalan tubuh semakin menurun, disertai gejala infeksi
oportunistik lainnya, misal pembengkakan kelenjar limfe, diare terus
medis
menerus, infeksi paru, dll.
non-obstetri
4. AIDS Kondisi imun tubuh menurun drastis dan infeksi oportunistik semakin
parah