PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE NON ENZIMATIK

PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE NON ENZIMATIK

A. Analisa Kualitatif :

1. Uji Akrolein

2. Uji ketidakjenuhan

3. Uji peroksida

4. Uji penyabunan

B. Analisa Kuantitatif yang dikerjakan = penetapan angka penyabunan sampel : lemak/ gajih PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK

A. Analisa Kualitatif : Uji Akrolein, Uji ketidakjenuhan, Uji

peroksida dan Uji penyabunan

B. Analisa Kuantitatif :

Metode Enzymatic Colorimetric Test dengan Glycerol –3

Phosphate Oxidase Phenol Aminoantipyrin (GPO –PAP) * Prinsip metode : penentuan trigliserida setelah pemisahan

enzimatis oleh lipoprotein lipase Reaksi

Sampel : darah Langkah penetapan kadar :

1. Pengambilan serum darah :

2 ml darah, disentrifugasi 15’ kec 2000rpm, Serum di atas

2. Mencari maksimum

10 µl lar. standard + 1000 µl reagen diinkubasi 20’ T 37 o C, diukur absorbansinya (spektrofotometer) pada 480–520 nm.

Blanko

Larutan sample/standard

Larutan sampel/ standard

Pereaksi enzimatik

1000 µl

1000 µl

Campuran diinkubasi 20’ T 37 o

C, diukur absorbansinya

pada sesuai hasil pengukuran sebelumnya.

Analisis lainnya

 Penentuan Bilangan Peroksida  Penentuan Titik Cair  Penentuan Bilangan Polenske  Penentuan Bilangan Iod  Penentuan Bilangan Ester  dll

ANGKA IOD

• Angka Iod : banyaknya gram Iod yg diabsorbsi oleh 100 g lipid • Untuk mengetahui derajat ketidakjenuhan asam lemak • Semakin banyak ikatan rangkap, semakin besar bilangan

Iodium • Dasar reaksi : reaksi adisi, Iod mengadisi ikatan rangkap dari asam lemak • Reaksi :

MINERAL DAN ANALISIS MINERAL

Irmayanti, S.TP., MT [email protected] Jurusan Teknologi Pangan Mata Kuliah Analisis Pangan

Macam bahan

Milk kering tidak berlemak

Buah-buahan segar

0,2-0,8

Buah-buahan yang dikeringkan

Biji kacang-kacangan

1,5-2,5

Daging segar

Daging yang dikeringkan

Daging ikan segar

1-2

Gula, malu

Sayur-sayuran

• Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat berupa berbagai macam garam yaitu garam organik dan garam anorganik.

• Yang termasuk garam organik adalah asam oksalat, asetat, pektat. Sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk fosfat, karbonat, khlorida, sulfat dan nitrat.

• Selain garam tersebut, kadang-kadang mineral berbentuk senyawaan kompleks yang bersifat organik.

• Komponen mineral dalam suatu bahan sangat bervariasi baik macam dan jumlahnya. Sebagai gambaran dapat dikemukakan beberapa contoh :

 Kalsium (Ca), relatif tinggi pada milk dan hasil olahannya, serealia, kacang-kacangan, ikan, dan telur serta buah-buahan. Sebaliknya Ca terkandung sedikit pada gula, pati dan minyak.

 Fosfor (P), relatif tinggi pada susu dan hasil olahannya, daging, ikan, daging unggas, telur dan kacang-kacangan.  Besi (Fe), kaya pada tepung gandum, daging, unggas, ikan, seafood, ikan dan telur. Fe rendah pada susu dan olahannya, buah-buahan dan syur-sayuran.

 Natrium (Na), terkandung dalam garam, salted food.  Magnesium (Mg). Terkandung dalam kacang-kacangan, serealia,

daging, ikan, unggas, telur dan sayur-sayuran.

Penentuan Kadar Abu secara Langsung

(Cara Kering)

• Penentuan kadar abu adalah dengan mengoksidasikan semua zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekita 500- 600 derajat C dan kemudian dilakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut.

• Bahan yang mempunyai kadar air tinggi sebelum pengabuan harus dikeringkan terlebih dahulu. • Bahan yang aka diabukan ditempatkan dalam wadah khusus yang disebut krus yg terbuat dari porselin, silika, quartz, nikel

atau platina dengan berbagai kapasitas (25-100 ml). • Pemilihan wadah ini disesuaikan dengan bahan yang diabukan.

• Krus Porselin yang dilapisi silika >>> disarankan untuk bahan yang bersifat asam seperti buah-buahan karena bila tidak dilapisi akan terjadi pengikisan oleh zat asam tersebut.

• Temperatur pengabuan harus diperhatikan karena banyak elemen abu yang dapat menguap pada suhu yang tinggi misalnya unsur K, Na, S, Ca, Cl, P.

• Selain itu suhu pengabuan juga dapat menyebabkan terdekomposisi pada suhu 600-650 derajat C.

Pengabuan sering memerlukan waktu yang cukup lama untuk mempercepat pengabuan dapat ditempuh berbagai cara antara lain sebagai berikut:

1. Mencampurkan bahan dengan pasir kwarsa murni sebelum pengabuan. Hal ini dimaksudkan untuk memperluas permukaan dan mempertinggi porositas sampel sehingga kontak antara oksigen dengan sampel selama proses pengabuan akan diperbesar sehingga waktu pengabuan dapat dipercepat.

2. Menambahkan campuran gliserol-alkohol ke dalam sampel sebelum diabukan.

3. Menambahkan hidrogen peroksida pada sampel sebelum pengabuan dapat pula mempercepat proses pengabuan karena peroksida dapat membantu proses oksidasi bahan.

Metode analisis kadar abu menurut

Apriyantono

Prinsip Abu dalam bahan pangan ditetapkan dengan menimbang sisa

mineral hasil pembakaran bahan organik pada suhu sekitar 550 derajat C.

Peralatan 1. Cawan pengabuan terbuat dari poselin lengkap dengan tutupnya. 2. Tanur pangabuan 3. Penjepit cawan

• Cara Penetapan 1. Siapkan cawan pengabuan, kemudian bakar dalam tanur,

dinginkan dalam desikator dan timbang 2. Timbang sebanyak 3-5 g sampel dalam cawan tersebut, kemudian

keringkan ke dalam oven pada suhu 102 derajat C untuk menghilangkan kadar airnya, kemudian letakkan dalam tanur pengabuan, bakar sampai di dapat abu berwarna abu-abu atau sampai beratnya tetap. Pengabuan dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama pada suhu sekitar 400°C dan kedua pada suhu 550°C.

3. Dinginkan dalam desikator, kemudian timbang.

Berat abu % Abu =

x 100 %

Berat sampel

Penentuan Kadar Kalsium

 Penentuan kadar kalsium suatu bahan pada prinsip bahwa kalsium dapat diendapkan sebagai kalsium

oksalat.  Endapan dilarutkan dalam asam sulfat encer panas dan dititrasi KMnO4.  Berikut ini reagensia dan prosedur analisis kalsium sebagaiamana yang dijelaskan Muchtadi (1989)

1. Reagensia

a. Amonium oksalatjenuh

b. Indikator merah metil.indicator ini dibuat dengan cara melarutkan 0,5 g merah metildalam 100 ml alcohol 95%

c. Asam asetat encer (1:4)

d. Asam sulfat encer)1:4)

e. Amonium hidroksida (1:4)

f. KMnO4 0,1 dan 0,01 N. Larutan KMnO4 dibuat pada saat akan digunakan/

2. Prosedur

 Sebanyak 20-100 ml larutan abu hasil pengabuan kering dimasukkan kedalam gelas piala 250 ml.  Bila perlu ditambahkan 25-50 ml akuades

 Selanjutnya ditambahkan 10ml larutan ammonium oksbebas alat jenuh  Tambahkan 2 tetes indicator merah metil

 Larutan ditambah ammonia encerhingga menjadi sedikit basa  Kemudian ditambah beberaa tets asam asetat sampai terbentuk

warna merah muda (pH 5,0)  Larutan didihkan dan didiamkan sekitar 4 jam atau 1 malam pada suhu kamar  Larutan disaring dengan Whatman N0. 42  Dibilas dengan aquades hingg filtrat bebas oksalat

 Endapan dibilas dan dipindahkan dengan asam sulfat encer panas dan dimasukkan ke dalam gelas piala  Dibilas sekali lagi dengan air panas

 Larutan dalam keadaan agak panas (70-80 o

C) dititrasi

dengan larutan KMnO4 0,01 N sampai berwarna merah jambu.

 Dimasukkan kertas saring dan dilanjutkan titrasi hingga terbentuk warna merah jambu permanen kedua.

Perhitungan jumlah kalsium adalah sebagai berikut: