Keteguhan kepada Kebenaran (Istiqomah atau Prudence)
17. Keteguhan kepada Kebenaran (Istiqomah atau Prudence)
Kebijaksanaan atau keteguhan pada kebenaran merupakan suatu
92 MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli 2013
Zora A. Sukabdi
bentuk manajemen diri yang membantu seorang individu meraih tujuan jangka panjangnya. Individu akan bertindak hati-hati dalam memilih, tidak mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak bertanggung jawab, dan tidak mementingkan kesenangan sesaat. Individu akan berpikir dan memiliki perhatian penuh pada masa depan serta menetapkan tujuan jangka panjang dan membuat perencanaan
yang matang.
18. Kerendahan Hati (Humility and Modesty) Kerendahan hati mengarahkan seorang individu untuk tidak
menyombongkan keberhasilannya. Kerendahan hati juga membuat seseorang mampu melihat kekurangan dan ketidaksempurnaan yang ada pada dirinya. Modesty lebih bersifat eksternal, yang artinya bersifat sederhana secara perilaku maupun penampilan. Humility bersifat internal, yaitu kecenderungan individu yang merasa bahwa dirinya
bukanlah pusat dari dunia.
19. Kemampuan Memaafkan (Forgiveness and Mercy) Kemampuan memaafkan mengarahkan seorang individu untuk mampu
memaafkan orang lain yang melakukan kesalahan atau bersikap buruk kepadanya. Individu tersebut dapat melupakan pengalaman buruk di masa lalunya, tanpa paksaan dari orang lain.
20. Apresiasi terhadap Keindahan dan Kualitas (Appreciative of Beauty
and Excellence)
Apresiasi terhadap keindahan dan kualitas mengarahkan seorang individu untuk mampu menyadari dan memberikan apresiasi atas keindahan dan kesempurnaan kualitas hasil kerja. Individu tersebut dapat menghargai hal-hal sederhana, seperti berkeliling kota, membaca surat kabar atau novel, menyelami kehidupan orang lain, melihat hasil
karya teman, atau menonton pertandingan olahraga.
21. Rasa Pengharapan (Hope)
Harapan berkaitan dengan bagaimana individu memandang masa depannya. Individu berpikir mengenai masa depan, mengharapkan hasil yang terbaik di masa yang akan datang, dan merasa percaya diri terhadap hasil dan tujuan. Perwujudan dari rasa pengharapan adalah
MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli 2013
Kaum Muda dan Radikalisme (?)
munculnya rasa optimis. Dengan demikian, rasa pengharapan ini juga mendorong individu untuk berusaha keras untuk mencapai harapannya
tersebut.
22. Rasa Kebersyukuran (Gratitude) Rasa syukur adalah rasa terima kasih sebagai respon terhadap suatu
pemberian dari manusia lain maupun dari komunitas masyarakat. Individu dapat menyadari dan bersyukur atas segala hal yang telah
terjadi dalam hidupnya. Selain tahu bagaimana mengucapkan rasa terima kasih, individu juga mampu menjaga amanah dan memelihara alam sebagai perwujudan dari rasa syukurnya terhadap lingkungan dan
alam semesta.
23. Kemampuan Berjenaka (Humor) Kemampuan berjenaka mengarahkan seorang individu untuk dapat
membawa keceriaan dan senyuman pada orang-orang di sekitarnya. Individu dapat bergurau dan membuat lelucon yang dapat menghibur orang lain. Secara keseluruhan, humor dapat diartikan sebagai pikiran yang menyenangkan, pandangan yang membahagiakan dan memungkinkan individu untuk melihat sisi positif dari suatu hal.
24. Spiritualitas (Spirituality)
Spiritualitas mengarahkan seorang individu untuk memiliki kepercayaan akan adanya sesuatu yang besar dari alam semesta ini dan dirinya (Tuhan YME). Individu mampu menempatkan diri sebagai bagian dari alam semesta dan menyadari makna hidupnya serta mengetahui apa yang harus dilakukannya untuk mencapai hal tersebut. Perwujudannya adalah berpegang teguh pada nilai moral tertentu dan selalu ingin melakukan kebaikan bagi orang lain. Sehingga, berbeda dengan religiusitas yang lebih berfokus pada hubungan vertikal dengan Tuhan, spiritualitas lebih menekankan hubungan yang baik secara vertikal maupun horizontal (dengan sesama, lingkungan, dan alam).
Karakter dapat dikatakan sebagai sifat (trait) positif yang dapat membantu seseorang untuk menjalani hidup yang baik. Karakter positif yang dijabarkan di atas sebagai kunci pendidikan karakter bagi generasi muda di Indonesia merupakan turunan dari kebajikan universal yang dikemukakan oleh para filsuf dunia termasuk para nabi dalam kitab-
94 MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli 2013
Zora A. Sukabdi
kitab suci. Kebajikan universal tersebut penting untuk keberlangsungan hidup dalam meraih kebahagiaan (Peterson & Seligman, 2004).
Baik pelajaran formal, kegiatan ekstra kurikuler, maupun pelajaran agama, perlu menunjukkan komitmennya pada pembinaan mentalitas dan pembangunan karakter jika pendidikan di Indonesia memang ditujukan untuk melahirkan agen-agen pengubah dan generasi muda yang berkualitas dan produktif dalam membangun dan berkarya, yang jauh dari sifat-sifat negatif, intoleransi, diskriminasi, prasangka, dan radikalisme. Dalam hal ini, seluruh pendidik, baik dalam institusi formal maupun informal, dalam materi pelajaran formal maupun informal, perlu memberikan tugas aplikasi akhlak atau moral, sehingga akhlak dan moral bukanlah sesuatu yang hanya berada di taraf kognisi atau hafalan, dan sehingga agama bukanlah diwujudkan dalam ritual-ritual keagamaan saja. Berkaitan dengan pembangunan karakter dalam tataran aplikasi konkrit, setiap remaja perlu diberikan tugas atau didukung untuk dapat melakukan suatu program atau proyek kecil pendampingan pada suatu komunitas yang kurang beruntung (seperti komunitas korban bom atau bencana alam, panti jompo, panti asuhan, penderita kanker, dan sebagainya) dan berkewajiban untuk membangun dan memberikan laporan kemajuan pendampingan secara berkala kepada pembina, pendidik, pengajar, ustad, pendeta, biksu, atau guru agamanya. Target pendampingannya adalah untuk membangun karakter komunitas kurang beruntung tersebut agar memiliki 24 karakter positif dasar yang telah dijabarkan di atas. Sehingga karakter positif dapat dimiliki oleh remaja tersebut, kemudian ditularkan kepada komunitas atau individu-individu lainnya, dan terus bergulir dan mengalir, bagai air, hingga kebaikan menyebar ke seluruh penjuru masyarakat dari kota hingga desa, sehingga si mayoritas bergerak dari ‘silent majority’ (terdiam) menjadi ‘active and caring majority ’ (aktif dan peduli).
MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli 2013
Kaum Muda dan Radikalisme (?)