Hasil Evaluasi & Refleksi Pengalaman

IV. Hasil Evaluasi & Refleksi Pengalaman

A. Refleksi Guru

Dialog merupakan cara yang dewasa bagi siapa pun untuk menyelesaikan persoalan tanpa kekerasan, bahkan karena konflik sekalipun. Karena dialog adalah logika dari menghidupkan dan memaknai perbedaan. Dialog memungkinkan seseorang untuk melihat dan memahami orang lain yang berbeda dengan perspektif yang positif, dan sikap hormat. Dengan demikian seseorang tidak mudah menilai, menghakimi, dan melabeli orang lain yang berbeda dengan kita tanpa verifikasi dan memperlakukan orang lain yang berbeda dengan adil.

Saya menduga, penghakiman terhadap umat lain dengan aksi kekerasan yang terjadi selama ini selain dikarenakan pandangan keagamaan yang eksklusif. Pandangan itu muncul karena tidak pernah ada ruang bagi para penganut agama yang berbeda tersebut untuk duduk bersama, untuk berdialog dan berefleksi secara imani dengan spiritualitas mendalam untuk membicarakan apa sebenarnya makna seluruh ajaran, teks-teks dan simbol-simbol agama yang diyakini bagi kehidupan secara pribadi, dalam berkeluarga/berumah tangga, bermasyarakat, dan lebih luas lagi berbangsa.

Kegiatan silaturrahim dan dialog yang saya rintis ini merupakan upaya saya untuk membuka ruang agar bisa duduk bersama untuk berdialog sebagai sesama “makhluk Tuhan” dan sesama “pencari jalan” menuju Tuhan. Bahwa kami menyadari dan mengakui adanya route dan kendaraan yang berbeda diluar sana; tapi kepada Tuhan yang samalah kami menuju dan akan kembali. Bahwa memahami bukan serta merta menyetujui. Saling memahami adalah sebuah kesadaran bahwa nilai nilai “mereka” dan kita bisa berbeda, dan mungkin saling melengkapi, bahkan mungkin bisa saling berkontribusi terhadap relasi yang dinamis dan hidup.

Sillaturrahim dan dialog sebagai model pembelajaran inklusif-dialogis humanis memberikan pemahaman bahwa: pengalaman adalah guru yang terbaik jika dimaknai sehingga mampu menjadi spirit hidup. Pengalaman menuntun seseorang menemukan makna dan kesadarannya. Belajar dari pengalaman merupakan proses mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi makna dan nilai. Belajar dari pengalaman lebih humanis, karena menempatkan partisipan belajar sebagai subyek belajar.

MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli 2013

Membangun Keberagamaan Inklusif-Dialogis di SMA PIRI I Yogyakarta

B. Refleksi Siswa

Belajar dengan mengenal realitas langsung melalui silaturrahim dan dialog memberi pengaruh positif terhadap minat belajar siswa, perubahan pola pikir dan pemahaman siswa maupun perubahan perilaku siswa. Hasil refleksi siswa dapat ditabulasikan sebagai berikut:

HASIL REFLEKSI SISWA

NOMOR KODE SISWA

A. Minat belajar siswa terhaadap mata pelajaran PAI.

1 Saya jadi termotivasi untuk belajar

agama karena dapat bertukar

pengalaman 2 Kita jadi lebih senang belajar agama

3 Saya jadi bersemangat karena dapat

mendengarkan pengalaman orang lain.

4 Gairah belajar dan rasa ingin tahu saya

menjadi lebih tinggi.

5 Pelajaran di kelas tidak membosankan

dan tidak membuat ngantuk 6 Menarik karena bisa mengembangkan

materi dari pikiran kita tanpa terlalu terpaku pada materi di buku.

7 Saya lebih terpacu untuk belajar bicara

dan menyampaikan pendapat 8 Oke banget bisa mendewasakan dan

memancing berikir. 9 Senang karena saya dapat belajar dari

kesalahan saya. 10 Bagus, lebih mengena dan saya jadi

lebih tertarik dari pada sebelumnya

B Perubahan pola pikir dan pemahaman siswa.

1 Pola pikir saya menjadi berkembang

lebih baik dan positif

126 MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli 2013

Anis Farikhatin

2 Belajar dari pengalaman membuat saya

menjadi lebih bisa memahami 3 Saya jadi bisa melihat masalah dari sudut

pandang yang berbeda 4 Bagus, lebih mengena

5 Wawasan keagamaan saya menjadi lebih

luas dan tahu cara meraih prestasi. 6 Saya lebih bisa berikir kritis dan logis.

7 Saya lebih bisa memperbaiki pola

pikir saya yang selama ini kurang pengetahuan.

8 Saya jadi merasa jauh dari agama dan

berusaha mendekatinya 9 Saya menjadi lebih paham, ternyata

belajar agama lebih mudah dari yang dibayangkan

10 Saya menjadi lebih mengenal Allah dan

bisa memahami arti hidup.

C Perubahan perilaku siswa

1 Sikap dan perilaku saya menjadi bertambah 1, 8, 9, 12, 14, dewasa, tidak mudah menghakimi orang

15, 16, 20, 21, lain yang berbeda dengan saya

2 Saya menjadi bisa introspeksi.

3 Saya menjadi lebih bisa menghargai

orang lain yang berbedab pendapat dengan saya.

4 Saya lebih bisa mengontrol diri, berhati

hati dalam bertindak dan tidak emosional. 5 Saya menjadi lebih semangat hidup dan 29

tidak mudah putus asa. 6 Saya menjadi lebih positif melihat orang

15, 16, 18, 19, 23, lain yang berbeda dengan saya.

7 Saya merasa menjadi lebih bersyukur, 26, 27, 34, 39, 40 dapat menerima keadaan apa adanya.

8 Saya merasa menjadi lebih rajin

beribadah

MAARIF Vol. 8, No. 1 — Juli 2013

Membangun Keberagamaan Inklusif-Dialogis di SMA PIRI I Yogyakarta

9 Saya menjadi lebih bisa menghargai

10 Perilaku saya sepertinya belum

sepenuhnya berubah.Saya belum bisa mengontrol emosi, tapi akan terus berusaha.

11 Sudah berubah meskipun sedikit, tapi

saya berkeinginan kuat untuk menjadi

lebih baik. 12 Saya sedang berusaha menjadi orang

yang percaya diri 13 Saya lebih bisa memilih mana yang

pantas dan mana yang tidak pantas. 14 Saya belum banyak berubah, masih suka 11

berprasangka buruk pada kelompok garis keras. Karena pengalaman saya dengan kakak saya yang ikut golongan mereka