ANALISIS LANDSCAPE

5.5. ANALISIS LANDSCAPE

5.5.1. HASIL PENGAMATAN

  Segmen A-B

  Relief Bergunun Bergunu Bergunung

  Bergunung Bergunung

  g ng

  Penggu Kebun

  Kebun Kebun Campuran

  Kebun

  Kebun Campuran,

  naan

  Campuran Campur

  Tembaka Tembak Tembakau, cabai, dan bawang

  Tembakau, Tembakau, pisang,

  Tanam u, cabai, au, kopi, merah

  pisang, cabai, cabai, bawang merah,

  an

  bawang pisang,

  bawang merah

  Warna Cokelat Merah Cokelat muda

  Cokelat

  Cokelat muda

  Tanah muda

  muda

  kemeran Tekstur Lempung Lempun Lempung berpasir

  Lempung

  Lempung berpasir

  g

  Tanah berpasir

  berpasir

  berpasir

  Kesubu Subur

  ran

  Pengair Tidak

  Tidak

  Tidak terdapat air permukaan,

  Tidak

  Tidak terdapat air

  an

  terdapat terdapat mengandalkan mata air, sawah

  terdapat air permukaan,

  air

  air

  tadah hujan

  permukaan, mengandalkan mata air,

  pemukaan permuka

  mengandalka sawah tadah hujan

  an,

  n mata air,

  menganda mengan

  sawah tadah

  lkan mata dalkan lkan mata dalkan

  

  mata air,

  Produk Baik

  tivitas

  Status Milik

  Milik

  Milik Pribadi

  Milik Pribadi Milik pribadi

  Masala Topografi Topogra Gagal panen karena hama

  Gagal panen Gagal panen karena

  h terjal,

  fi terjal,

  karena hama hama

  Potensi Berpotens Perkebu Perkebunan campuran

  Perkebunan Perkebunan campuran

  i menjadi nan

  campuran

  tembakau tembaka dengan

  u

  kualitas paling bagus (srinthil) karena sinar matahari dan embun yang baik

  Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Desa Legoksari mempunyai relief

  bergunung karena desa ini terletak di lereng bawah Gunung Sumbing, Kabupetan Temanggung. Jadi desa ini terletak pada kemiringan lereng lebih dari 45. Pada daerah dengan relief bergunung, umumnya sungai mempunyai kerapatan aliran yang rapat dan drainasenya cenderung kurang baik. Namun jika daerah ini ditanami vegetasi, maka drainasenya dapat berubah menjadi baik karena vegetasi mampu digunakan sebagai media penyimpanan air. Selain itu rata-rata penduduk menggunakan lahan sebagai kebun campuran, namun di segmen D-E dapat ditemui permukiman. Adanya permukiman menandakan bahwa keberadaan manusia mempengaruhi penggunaan lahan di sekitarnya, karena itulah kebun campuran banyak ditemui dari titik A hingga E. Jadi

  dapat diasumsikan bahwa penduduk turun ke daerah yang topografinya lebih rendah untuk mengolah kebun campuran. Jenis tanaman yang ditemui pada kebun campuran pun beragam, namun tanaman yang paling banyak ditanami yaitu, tembakau, cabai, dan bawang merah. Ketiga komoditas perkebunan tersebut banyak ditemui karena tanah di desa ini cenderung kering, sehingga hanya tanaman tertentu saja yang mampu tumbuh. Selain itu proses penanaman hingga pemanenan tembakau, cabai, dan bawang merah pun tidak terlalu sulit, sehingga banyak masyarakat yang menanami ketiga tanaman tersebut. Lalu warnah tanah yangdapat ditemui di desa ini pada segmen AB yaitu cokelat muda kemerahan, BC yakni merah, dan dari titik C hingga E berwarna cokelat muda. Pada segmen AB, tanah berwarna cokelat muda kemerahan karena terdapat proses oksidasi, sehingga warna tanah berubah dari cokelat menjadi kemerahan. Jika dibandingkan dengan warna tanah pada segmen BC, pada tanah BC proses oksidasi terjadi secara lebih intensif daripada tanah pada segmen AB. Jadi kandungan besi pada tanah di segmen BC lebih banyak daripada segmen AB. Lalu kesuburan tanah di sepanjang garis short transect yaitu subur. Namun apabila dibandingkan kesuburan tanah antar segmen, maka tanah yang paling subur terletak di daerah atas, sedangkan daerah yang topografinya lebih rendah juga subur, namun kesuburan pada daerah yang topografinya lebih tinggi yaitu lebih baik daripada di daerah rendah karena tanah di daerah yang topografinya lebih rendah terdapat kandungan besi, sedangkan daerah atas tidak ditemui kandungan besi. Untuk pengairan, di desa ini air pemukaan tidak dapat ditemukan, sehingga masyarakat sekitar mengandalkan mata air yang berasal dari lereng yang lebih tinggi topografinya. Selain itu untuk pengolahan lahan, masyarakat memanfaatkan sawah tadah hujan, sehingga tanaman yang dapat ditemui di daerah ini yaitu tembakau, cabai, dan bawang merah. Produktivitas lahan di daerah ini pun tergolong baik karena masyarakat telah mengetahui cara yang tepat untuk mengolah tanaman-tanaman yang sering ditanami dari generasi-generasi sebelumnya. Status lahan yang berada di daerah ini mayoritas atau hampir seluruhnya yaitu milik pribadi. Kebanyakan lahan yang dimiliki oleh masyarakat saat ini merupakan lahan warisan dari generasi-generasi terdahulu atau penduduk membeli lahan penduduk lainnya, sehingga lahan yang kepemilikannya pribadi sangat umum ditemui. Lalu disamping mempunyai masalah, desa ini memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk memajukan perekonomian desa. Masalah yang sering dihadapi oleh penduduk yaitu topografinya terjal dan gagal panen seringkali terjadi karena hama. Topografi desa ini yaitu terjal, sehingga akses ke daerah luar tergolong dapat diasumsikan bahwa penduduk turun ke daerah yang topografinya lebih rendah untuk mengolah kebun campuran. Jenis tanaman yang ditemui pada kebun campuran pun beragam, namun tanaman yang paling banyak ditanami yaitu, tembakau, cabai, dan bawang merah. Ketiga komoditas perkebunan tersebut banyak ditemui karena tanah di desa ini cenderung kering, sehingga hanya tanaman tertentu saja yang mampu tumbuh. Selain itu proses penanaman hingga pemanenan tembakau, cabai, dan bawang merah pun tidak terlalu sulit, sehingga banyak masyarakat yang menanami ketiga tanaman tersebut. Lalu warnah tanah yangdapat ditemui di desa ini pada segmen AB yaitu cokelat muda kemerahan, BC yakni merah, dan dari titik C hingga E berwarna cokelat muda. Pada segmen AB, tanah berwarna cokelat muda kemerahan karena terdapat proses oksidasi, sehingga warna tanah berubah dari cokelat menjadi kemerahan. Jika dibandingkan dengan warna tanah pada segmen BC, pada tanah BC proses oksidasi terjadi secara lebih intensif daripada tanah pada segmen AB. Jadi kandungan besi pada tanah di segmen BC lebih banyak daripada segmen AB. Lalu kesuburan tanah di sepanjang garis short transect yaitu subur. Namun apabila dibandingkan kesuburan tanah antar segmen, maka tanah yang paling subur terletak di daerah atas, sedangkan daerah yang topografinya lebih rendah juga subur, namun kesuburan pada daerah yang topografinya lebih tinggi yaitu lebih baik daripada di daerah rendah karena tanah di daerah yang topografinya lebih rendah terdapat kandungan besi, sedangkan daerah atas tidak ditemui kandungan besi. Untuk pengairan, di desa ini air pemukaan tidak dapat ditemukan, sehingga masyarakat sekitar mengandalkan mata air yang berasal dari lereng yang lebih tinggi topografinya. Selain itu untuk pengolahan lahan, masyarakat memanfaatkan sawah tadah hujan, sehingga tanaman yang dapat ditemui di daerah ini yaitu tembakau, cabai, dan bawang merah. Produktivitas lahan di daerah ini pun tergolong baik karena masyarakat telah mengetahui cara yang tepat untuk mengolah tanaman-tanaman yang sering ditanami dari generasi-generasi sebelumnya. Status lahan yang berada di daerah ini mayoritas atau hampir seluruhnya yaitu milik pribadi. Kebanyakan lahan yang dimiliki oleh masyarakat saat ini merupakan lahan warisan dari generasi-generasi terdahulu atau penduduk membeli lahan penduduk lainnya, sehingga lahan yang kepemilikannya pribadi sangat umum ditemui. Lalu disamping mempunyai masalah, desa ini memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk memajukan perekonomian desa. Masalah yang sering dihadapi oleh penduduk yaitu topografinya terjal dan gagal panen seringkali terjadi karena hama. Topografi desa ini yaitu terjal, sehingga akses ke daerah luar tergolong

5.5.2. HASIL PENGUKURAN

  Titik Koordinat Ca

  Cb Ct

  Tinggi Sudut

  Sudut

  Jarak Beda

  Horizontal Tinggi

  O-A X= 1940 1020 1480 1450 64° 25’ 20” 100° 08’ 20” 89149,572569 -15970,966

  2790 1770 2280 88° 00’ 40” 98° 29’ 10”

  99779,340 -15715,417

  9186270 O-C 1680 1040 1360 99° 04’ 10” 101° 29’ 00” 61463,569

  O-D 2310 1690 2000 78° 05’ 40” 101° 22’ 30” 59588,648

  O-E 2670 2150 2410 55° 16’ 10” 103°N56’ 40” 48980,453

  Terdapat tiga tahapan utama dalam kerja ukur tanah, yaitu melihat gambaran medan secara umum, observasi dan pengukuran dan yang ketiga yaitu penyajian. Tahap yang pertama yaitu melihat gambaran medan secara umum. Hal ini merupakan tahap survei awal untuk mendapatkan gambaran umum terhadap daerah yang akan dipetakan. Sehingga dapat ditentukan langkah-langkah kerja pengukuran, metode pengukuran yang akan digunakan, jumlah tenaga lapangan surveyor serta waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

  Tahap berikutnya yaitu melakukan observasi dan pengukuran. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan hubungan posisi antara titik yang satu dengan yang lain, dengan menentukan ukuran jarak, sudut horizontal, sudut vertikal, tinggi alat ukur, dan beda tinggi. Posisi titik secara relatif dan absolut juga diperlukan. Posisi absolut yaitu Tahap berikutnya yaitu melakukan observasi dan pengukuran. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan hubungan posisi antara titik yang satu dengan yang lain, dengan menentukan ukuran jarak, sudut horizontal, sudut vertikal, tinggi alat ukur, dan beda tinggi. Posisi titik secara relatif dan absolut juga diperlukan. Posisi absolut yaitu

  Tujuan dari survei lapangan ini yaitu membuat profil detail (Short transect) dari daerah kajian. Survei yang dilakukan yaitu survei topografi yaitu survei untuk mendapatkan gambaran bentuk permukaan bumi, baik kenampakan fisikal (natural features) maupun kenampakan kultural (artificial features). Metode yang digunakan untuk pembuatan profil yaitu levelling dengan metode memanjang. Sebelum melakukan pengukuran lapangan, dilakukan observasi awal untuk melihat gambaran medan secara umum. Observasi awal ini dilakukan dengan melakukan orientasi medan daerah kajian. Orientasi medan ini juga merupakan tahap untuk melihat apakah titik-titik pengukuran yang telah ditentukan dari peta kontur sesuai untuk dijadikan titik pengukuran.

  Titik – titik pengukuran awal ini dibuat berdasarkan data peta kontur yaitu sepanjang igir. Dibuat di sepanjang igir tujuannya yaitu untuk memudahkan dalam proses pengukuran di lapangan. Parameter yang digunakan selain relieftopografi yang didapat dari peta kontur yaitu penggunaan lahan. Penggunaan lahan dapat dilihat dari peta RBI skala 1 : 25.000 maupun dari citra Quick Bird. Setiap ada perubahan topografi yang signifikan dibuat titik pengukuran agar detil topografi dapat tergambarkan dengan baik. Setelah ditentukan titik – titik pegukuran, dicatat sudut azimuthnya yang harus dipertahankan saat pengukuran di lapangan.

  Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat theodolite T-105. Data yang diambil di lapangan saat pengukuran yaitu Ca, Ct, Cb, tinggi alat, sudut horizontal, dan sudut vertikal. Pada dasarnya dalam pengukuran lapangan yang diukur yaitu berbentuk linear dan berbentuk angular. Data seperti jarak horizontal, jarak vertikalbeda tinggi merupakan contoh pengukuran linear. Sudut vertikal dan sudut horizontal merupakan contoh pengukuran angular. Data yang diukur di lapangan nantinya pada tahap penyajian data digunakan untuk menghitung jarak horizontal, jarak vertikalbeda tinggi dan arah (azimuth). Pencatatan koordinat Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat theodolite T-105. Data yang diambil di lapangan saat pengukuran yaitu Ca, Ct, Cb, tinggi alat, sudut horizontal, dan sudut vertikal. Pada dasarnya dalam pengukuran lapangan yang diukur yaitu berbentuk linear dan berbentuk angular. Data seperti jarak horizontal, jarak vertikalbeda tinggi merupakan contoh pengukuran linear. Sudut vertikal dan sudut horizontal merupakan contoh pengukuran angular. Data yang diukur di lapangan nantinya pada tahap penyajian data digunakan untuk menghitung jarak horizontal, jarak vertikalbeda tinggi dan arah (azimuth). Pencatatan koordinat

  Tidak seperti alat total station (TS), alat T-105 agak sedikit membutuhkan waktu dalam proses pengukuran dan pengolahan data hasil pengukuran. Data hasil pengukuran total station (TS) sudah berupa koordinat x, y, z yang sudah tersimpan pada memori dari alat tanpa perlu mencatat hasil pengukuran. Jika dibandingkan dengan TS, T-105 lebih boros waktu pada proses pengukuran dan pengolahan data. Namun kelebihan dari penggunaan alat T-105 yaitu pada tahap pembelajaran konsep pengukuran dan pengolahan data. Bagaimana memanajemen dari tahap tahap persiapan, pengukuran, sampai pengolahan data akan lebih bisa dipraktikkan dengan menggunakan alat T-105.

  Metode yang digunakan untuk pembuatan profil detil yaitu levelling dengan metode memanjang. Out put yang diharapkan dari pengukuran ini yaitu hanya sebatas profil detil melintang, sehingga titik – titik yang perlu diukur hanyalah titik – titik di sepanjang garis lurus arah sudut azimuth yang telah ditentukan. Data titik – titik ini dapat digunakan untuk membuat peta DEM namun hasilnya kurang akurat. Hal ini dikarenakan detil topografi pada titik – titik di sekitar garis profil tidak diukur.

  Transect pendek ditentukan dengan sudut azimuth 60 O 25’ 10”. Transect ini terletak di desa Legoksari Kecamatan Tlogomulyo yang merupakan desa kajian yang

  memiliki fokus permasalahan terkait dengan perkebunan tembakau. Transect dilakukan dari daerah yang mempunyai ketinggian yang tinggi ke daerah yang mempunyai ketinggian yang lebih rendah dengan membaginya menjadi 5 segmen. Dengan mengawali pengukuran pada posisi yang tinggi dapat menghemat waktu dan tenaga karena bisa langsung membidik titik – titik yang lebih rendah dengan mudah. Selain membuat profil, juga dilakukan pengukuran luas lahan sampel kebun tembakau. Lahan tersebut terletak pada segmen satu dan segmen dua. Pengukuran luas lahan sampel dilakukan dengan mengukur titik – titik batas dari lahan sampel tersebut.

  Peta desa Legoksari dan jalur Short transect

  Kesulitan yang dialami dalam proses pengukuran di lapangan yaitu terjalnya medan yang harus dibuat profil. Dilihat dari posisi relatifnya, desa kajian ini terletak di lereng bawah sisi timur laut dari Gunung Sumbing. Desa Legoksari ini merupakan desa terakhir sebelum menuju ke arah Gunung Sumbing dari Kecamatan Tlogomulyo. Reliefnya termasuk bergunung. Karena terjalnya medan, kadang harus mencari jalan memutar untuk mencapai titik – titik pengukuran. Kendala lain yaitu tidak bisa terbacanya baak ukur karena terhalang vegetasi. Ini terjadi pada titik pengukuran yang ke tiga. Sehingga pembawa baak ukur harus meninggikan baak ukurnya dengan cara mengangkatnya sampai telihat oleh pembaca. Hal yang paling menarik terjadi ketika mengukur titik terakhir yaitu titik ke enam dari titik transect pendek. Titik terakhir terletak pada area permukiman. Kendalanya yaitu titik tersebut (yang searah dengan sudut azimut) terletak di atas rumah warga sehingga harus naik. Setelah di cek lokasi tersebut berada di lantai 3 dari rumah seorang warga dengan ketinggian 10 meter dari tanah. Lantai tiga dari rumah tersebut merupakan tempat yang biasa digunakan untuk menjemur tembakau dan tidak memiliki atap sehingga memungkinkan untuk naik ke atas membawa baak ukur. Setelah meminta izin pemilik rumah, akhirnya pembawa baak ukur naik ke atas lantai tiga tersebut. Ini menghasilkan jarak horizontal terjauh yang diukur dari titik 4 yaitu 577, 33 meter dengan beda tinggi 86, 02 meter.

  Tinggi Sudut

  Sudut

  Jarak Beda

  Titik Koordinat Ca Cb Ct

  Alat Azimuth Vertikal

  Horizontal Tinggi

  61.463569000 10” -12.57591 00”

  59.588648000 40” -12.53704 30”

  O

  O 55 16’ 103 N56’

  OE

  48.980453000 10” -13.12136 40”

  Tabel hasil pengukuran

  Pengolahan data hasil pengukuran dilakukan pada tahap berikutnya, yaitu dengan menghitung jarak horizontal dan beda tinggi dengan rumus. Rumus yang

  digunakan untuk menghitung jarak horizontal yaitu D= K.(Ca-Cb). Cos 2 (90-sudut vertikal). Beda tinggi dihitung menggunakan rumus BT= (Ct-Ta)-D.Tg(90-sudut

  pembacaan). Di mana D adalah jarak horizontal, BT adalah beda tinggi, dan K adalah konstanta yang bernilai 100.

  Tabel koordinat xyz hasil pengolahan data

  Setelah diketahui jarak horizontal dan beda tinggi, data tersebut digunakan untuk mencari koordinat dari masing - masing titik pengukuran. Koordinat yang digunakan acuan yaitu koordinat awal, yaitu x, y, dan z. Titik awal mempunyai koordinat x = 402594 mT, y= 9186270mU, dan z=1321 mdpal. Titik kedua dapat dihitung dengan menggunakan konsep trigonometri, yaitu x 2 = x1+ D (sin sudut Setelah diketahui jarak horizontal dan beda tinggi, data tersebut digunakan untuk mencari koordinat dari masing - masing titik pengukuran. Koordinat yang digunakan acuan yaitu koordinat awal, yaitu x, y, dan z. Titik awal mempunyai koordinat x = 402594 mT, y= 9186270mU, dan z=1321 mdpal. Titik kedua dapat dihitung dengan menggunakan konsep trigonometri, yaitu x 2 = x1+ D (sin sudut

  Peta DEM hasil interpolasi titik tinggi

  Setelah semua titik diketahui koordinatnya, data tersebut disimpan dalam format tabel x, y, z. Kemudian diinput ke dalam software ArcGIS. Data tersebut ditampilkan ke dalam suatu layer, di eksport dan di interpolasi titik tinggi menggunakan tools yang ada di ArcGIS. Tools yang digunakan yaitu krigging. Hasilnya yaitu peta DEM. Pembuatan profil dilakukan dengan menggunakan tools yang ada pada 3D analyst. Perhitungan luas sampel dilakukan dengan membuat shape file baru berupa polygon, lalu menghubungkan titik – titik pada lahan sampel membentuk suatu polygon. Kemudian dihitung luasnya dengan menggunakan tools

  Calculate geometry. Hasilnya lahan sampel pertama mempunyai luas 1140 m 2 dan sampel kedua mempunyai luas 1493,64 m 2 .

  Peta DEM dan lokasi lahan sampel

5.5.3. SKET DESA

  Desa Legoksari di Kabupaten Temanggung terletak di lereng kaki Gunung Sumbing. Hal tersebut dapat dilihat dari sket desa, dimana puncak Gunung Sumbing terlihat sangat dekat dengan desa ini. Di desa ini, semakin tinggi topografi wilayahnya, maka semakin banyak rumah-rumah dalam permukiman penduduk yang bertingkat dan terlihat mewah serta gang jalan terlihat sangat bersih dan rapi daripada rumah-rumah permukiman penduduk pada topografi yang lebih rendah. Hal tersebut dikarenakan permukiman penduduk pada topografi yang lebih tinggi lebih banyak dimiliki oleh penduduk asli yang telah bermukim sejak zaman dahulu. Penduduk asli telah menanam tanaman yang paling menghasilkan di desa ini, yaitu tanaman tembakau, sehingga penghasilan penduduk asli dari zaman dahulu yaitu lebih tinggi daripada pendatang. Pada topografi yang lebih rendah, lebih banyak penduduk dari luar daerah atau sering disebut pendatang karena dulu banyak rumah yang dijual atau diberikan kepada orang-orang yang membantu dalam memanen tembakau atau dikenal sebagai pada pekerja dari pemilik lahan. Lalu semakin tinggi topografinya, maka kenampakan di permukaan bumi yang dapat dilihat setelah permukiman yaitu kebun campuran, lalu hutan. Kebun campuran mempunyai tekstur tanah yang mirip dengan berbagai lahan yang dekat dengan permukiman warga dan tanahnya bersifat kering, sehingga dapat ditumbuhi tanaman tembakau. Bahkan di daerah ini, banyak ditemukan tembakau srinthil dengan tingkatan kualitas yang termasuk tinggi, dimulai dari E hingga H. Kualitas H merupakan kualitas yang banyak dijumpai di daerah ini karena tanaman memperoleh energi sinar matahari Desa Legoksari di Kabupaten Temanggung terletak di lereng kaki Gunung Sumbing. Hal tersebut dapat dilihat dari sket desa, dimana puncak Gunung Sumbing terlihat sangat dekat dengan desa ini. Di desa ini, semakin tinggi topografi wilayahnya, maka semakin banyak rumah-rumah dalam permukiman penduduk yang bertingkat dan terlihat mewah serta gang jalan terlihat sangat bersih dan rapi daripada rumah-rumah permukiman penduduk pada topografi yang lebih rendah. Hal tersebut dikarenakan permukiman penduduk pada topografi yang lebih tinggi lebih banyak dimiliki oleh penduduk asli yang telah bermukim sejak zaman dahulu. Penduduk asli telah menanam tanaman yang paling menghasilkan di desa ini, yaitu tanaman tembakau, sehingga penghasilan penduduk asli dari zaman dahulu yaitu lebih tinggi daripada pendatang. Pada topografi yang lebih rendah, lebih banyak penduduk dari luar daerah atau sering disebut pendatang karena dulu banyak rumah yang dijual atau diberikan kepada orang-orang yang membantu dalam memanen tembakau atau dikenal sebagai pada pekerja dari pemilik lahan. Lalu semakin tinggi topografinya, maka kenampakan di permukaan bumi yang dapat dilihat setelah permukiman yaitu kebun campuran, lalu hutan. Kebun campuran mempunyai tekstur tanah yang mirip dengan berbagai lahan yang dekat dengan permukiman warga dan tanahnya bersifat kering, sehingga dapat ditumbuhi tanaman tembakau. Bahkan di daerah ini, banyak ditemukan tembakau srinthil dengan tingkatan kualitas yang termasuk tinggi, dimulai dari E hingga H. Kualitas H merupakan kualitas yang banyak dijumpai di daerah ini karena tanaman memperoleh energi sinar matahari

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63