Analisis Pengaruh Perkebunan Tembakau Te

LAPORAN PRA-LAPANGAN KULIAH KERJA LAPANGAN 2

  KELOMPOK 8

  Analisis Potensi Perkebunan Tembakau terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

  (Studi Kasus: Desa Legoksari Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung)

  Disusun Oleh:

  1. Syifa Alfiah

  13347237GE07499

  2. Dominikus Yoeli. W. L

  13348063GE07558

  3. Fonna Fimaulidina

  13348102GE07574

  4. Reza Kamarullah

  13348125GE07582

  5. Malinda Zhara. K

  13348291GE07598

  6. Ahmad Nur Arifin

  13349774GE07634

  7. Debrina Agnes

  13349992GE07650

  8. Heni Ermawati

  13350126GE07669

  9. Angggia Rivani

  13352974GE07682

  10. Fakhri Maulana. I

  13353348GE07694

SAINS INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGEMBANGAN WILAYAH FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA

  YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

  Kabupaten Temanggung merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang merupakan wilayah dengan kondisi geografis yang cuk.up unik. Dari Kabupaten Temanggung ini terlihat terdapat dua Gunung Api aktif yaitu Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Akibat keberadaan dua Gunung Api tersebut, kondisi topografi di kabupaten Temanggung menjadi bervariasi, mulai dataran hingga pegunungan. Variasi kondisi geografis tersebut membuat Temanggung memiliki potensi serta permasalahan yang berbeda- beda sehingga kondisi sosial dan ekonomi masing – masing wilayah juga berbeda. Hasil Produksi perkebunan merupakan salah satu sumber pemasukan terbesar di Temanggung. Perkebunan di Temanggung ini bervariasi mulai dari perkebunan kopi, tembaku dan juga jagung

  Salah satu potensi Kabupaten Temanggung yang terkenal adalah produksi dari perkebunan tembakau. Berdasarkan data Jawa Tengah dalam Angka tahun 2012 disebutkan bahwa luas lahan di Kabupaten Temanggung yang digunakan untuk lahan tembakau mencapai 15.588 Ha dan produksinya mencapai 9.979 ton. Mayoritas perkebunan tembakau ini terdapat di wilayah yang berada di lereng gunung api. Lokasi – lokasi tersebut sangat sesuai digunakan untuk perkebunan tembakau karena berada di dataran tinggi, lereng gunung di Temanggung yang menghadap ke arah timur sehingga mendapatkan penyinaran yang baik di pagi dan siang hari, unsur hara dalam tanah yang baik, serta suhu yang optimal sehingga sangat baik untuk tanaman tembakau.

  Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Temanggung, Wilayah yang akan difokuskan untuk perkebunan tembakau diantaraya adalah Kecamatan Bulu dan Kecamatan Tlogomulyo. Dua kecamatan ini merupakan wilayah yang berada di bawah kaki Gunung Api Sumbing. Wilayah kecamatan Tlogomulyo terletak pada ketinggian tanah rata – rata 800 mdpl, dengan suhu maksimum 29 ⁰C dan suhu minimum 18⁰C. Rata – rata jumlah hari hujan 64 hari dan banyaknya curah hujan 22mmtahun (Tlogomulyo dalam Angka 2014). Sedangkan Kecamatan Bulu terletak pada ketinggian tanah rata – rata 772 mdpl dengan suhu maksimum 29 ⁰C dan suhu minimum 18⁰C. Rata – rata jumlah hari hujan 64 hari dan Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Temanggung, Wilayah yang akan difokuskan untuk perkebunan tembakau diantaraya adalah Kecamatan Bulu dan Kecamatan Tlogomulyo. Dua kecamatan ini merupakan wilayah yang berada di bawah kaki Gunung Api Sumbing. Wilayah kecamatan Tlogomulyo terletak pada ketinggian tanah rata – rata 800 mdpl, dengan suhu maksimum 29 ⁰C dan suhu minimum 18⁰C. Rata – rata jumlah hari hujan 64 hari dan banyaknya curah hujan 22mmtahun (Tlogomulyo dalam Angka 2014). Sedangkan Kecamatan Bulu terletak pada ketinggian tanah rata – rata 772 mdpl dengan suhu maksimum 29 ⁰C dan suhu minimum 18⁰C. Rata – rata jumlah hari hujan 64 hari dan

  Wilayah Kecamatan Tlogomulyo merupakan wilayah yang terkenal akan kualitas tembakau terbaiknya. Tembakau jenis ini disebut sebagai Tembakau Srintil. Tembakau srinthil merupakan tembakau berkualitas terbaik yang merupakan produk asli Indonesia yang dihasilkan daerah Temanggung. Bahkan jenis oleh tembakau tersebut sudah mendapat Sertifikat Indikasi Geografis dari Kementerian Hukum dan HAM. Tembakau srintil ini merupakan jenis tembakau dengan harga yang paling mahal.

  “Srinthil” merupakan tembakau grade F, G, H, dan I, dengan kadar nikotin yang paling tinggi, yakni sekitar 20. Setelah melalui riset dari Balai Penelitian

  Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) yang berkantor di Malang, Jawa Timur, diketahuilah bahwa ternyata kondisi alam, cuaca, dan struktur tanah di daerah Temanggung memang mampu memberikan panen tembakau dengan kualitas terbaik di dunia.

  Salah satu desa penghasil tembakau Srinthil ini adalah di Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung. DI desa tersebut, luas kepemilikan lahan warganya yang difungsikan untuk penanaman tembakau mencapai 400Ha , padahal luas wilayah wilayah tersebut hanya seitar 165 Haul maupun juragan tembakau yang tinggal di desa ini. Hasil produksi tembakau serta produktivitasnya yang tinggi memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sana. Tembakau memang merupakan komoditas utama yang etrdapat di wilayah tersebut. Apabila musim kemarau datang, tidak ada komoditas lain yang dapat tumbuh dan berkembang di wilayah tersebut. Jadi, penduduk di Desa Legoksari yang berada di lereng atas Gunung Sumbing tersebut sangat bergantung pada hasilk produksi tembakau. Semakin banyak produktivitas tembakau yang ada, maka akan semakin besar pula pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat dan begitu pula sebaliknya.

5.2. RUMUSAN MASALAH

  1.2.1. Bagaimana profil wilayah Kecamatan Bulu dan Kecamatan Tlogomulyo?

  1.2.2. Bagaiamnaa profil Wilayah Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo ?

  1.2.3. Bagaimana potensi tembaakau di Desa Legoksari?

  1.2.4. Bagaimana pengaruh hasil produksi perkebunan tembakau terhadapa kondisi

1.3. TUJUAN

  1.3.1. Mengidentifikasi kondisi wilayah untuk menyusun profil Kecsmatan Bulu dan Kecamatan Tlogomulyo

  1.3.2. Mengamati dan memahami kondisi wilayah dan melakukan pengukuran di lapangan untuk mneyusun profil Desa Legoksari

  1.3.3. Mengamati dan mengidentifikasi potensi tembakau di Desa Legoksari

  1.3.4. Menganalisis pengaruh hasil produksi tembakau terhadap sosial ekonomi masyarakat.

1.4. MANFAAT

  1.4.1. Hasil kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran mahasiswa Jurusan Sains Informasi dan Pengembangan Wilayah Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Tahun 2015 dalam melakukan pengukuran hingga analisis data wilayah Kabupaten Temanggung.

  1.4.2. Hasil kegiatan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang profil wilayah, termasuk potensi dan masalah pada setiap zona dan kecamatan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan dan kebijakan di Kabupaten Temanggung

BAB II TEORI DASAR

2.1. GEOGRAFI

  Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu. Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensial, yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia (reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat keruangan.

  Interelasi dan integrasi keruangan pada gejala di permukaan bumi dari suatu wilayah ke wilayah lain selalu menunjukan perbedaan. Dengan demikian, ruang lingkup disiplin geografi memang sangat luas dan mendasar, seperti yang dikatakan Murpey (1966:5), mencakup aspek alamiah dan aspek insaniah, kemudian di tuangkan dalam suatu ruang berdasarkan prinsip-prinsip penyebaran dan kronologinya.

  Cakupan dan peranan georafi dari hasil pengamatan UNESCO (1965:12-35) Maupun Lounsbury (1975:1-6) adalah :

  1. Geografi sebagai suatu sintesis. Hakikatnya dapat menjawab subtansi pertanyaan- pertanyaan tentang what, where, when, why, dan how.

  2. Geografi sebagai suatu penelaahan gejala dan relasi keruangan. Dalam hal ini geografi berperan terhadap fenomena-fenomena, baik alamiah maupun insaniah.

  3. Geografi sebagai disiplin tata guna lahan. Disini harus di titik beratkan kepada aspek pemanfaatan atau pendayagunaan ruang geografi yang harus semakin di tingkatkan.

  4. Geografi sebagai bidang ilmu penelitian. Hal ini dimaksudkan agar meningkatkan pelaksanaan penelitian ilmiah demi disiplin georafi itu sendiri yang dinamis sesuai dengan kebutuhan pengembangan ilmu yang makin pesat. Meningkatkan 4. Geografi sebagai bidang ilmu penelitian. Hal ini dimaksudkan agar meningkatkan pelaksanaan penelitian ilmiah demi disiplin georafi itu sendiri yang dinamis sesuai dengan kebutuhan pengembangan ilmu yang makin pesat. Meningkatkan

  Dalam geografi terdiri atas tiga cakupan kajian yang saling berkaitan satu sama

  lain, yaitu :

  1. Lingkungan

  Lingkungan alamiah pada suatu wilayah tediri atas permukaan lahan itu sendiri (tidak banyak ahli geografi yang meneliti laut), hidrologi permukiman air di wilayah itu, flora dan fauna yang tinggaldi dalamnya, lapisan tanah yang menutupi permukiman itu, dan atmosfer yang terdapat di atasnya. Semua unsur ini terjalan dalam suatu system lingkungan yang kompleks, misalnya flora suatu wilayah mempengaruhi iklim di sekitarnya dan pembentukan serta pengikisan lapisan tanah di bawahnya (Johnston, 2000 : 404).

  2. Tata Ruang

  Sejak tahun 1950-an, studi geografi sebagai pengaruh gerakan di Skandinavia yang dilakukan oleh ahli ekonomi dan sosiologi, telah mendorong lahirnya perspektif lain dalam aktifitas manusia di permukaan bumi ini. Tujuannya untuk menata ulang sisi ilmiah pada disiplin ini sehingga dapat mempelajari hukum-hukum mengatur periaku keruangan secara individual maupun pola– pola keruangan dalam penyebaran artefak-artefaknya (Johnston, 2000 : 405).

  3. Tempat

  Pada tahun 1930-an, determinisme lingkungan digantikan oleh geografi regional, dimana landasannya adalah sifat-sifat khusus masing-masing region atau kawasan yang dibatasi oleh kriteria-kriteria tertentu, biasanya dalam skala benua atau sub benua yang memiliki persamaan-persamaan khusus (Johnston, 2000 : 407).

  Adapun cabang-cabang dari geografi manusia (human geography) mencakup:

2.1.1. GEOGRAFI EKONOMI

  Geografi ekonomi mulai diakui sebagai bidang studi tersendiri pada akhir abad ke-19 dan kebangkitannya bertolak dari kolonialisme Eropa (Barnes, 2000 : 267). Para perintisnya memulai dengan menyusun daftar kekayaan sumber daya global yang dapat diperdagangkan dan kondisi-kondisi produksinya. Selanjutnya, mereka mencari justifikasi-justifikasi intelektual atas ketimpangan ekonomi antara penjajah dan yang di jajah. Dengan demikian, Geografi ekonomi mulai diakui sebagai bidang studi tersendiri pada akhir abad ke-19 dan kebangkitannya bertolak dari kolonialisme Eropa (Barnes, 2000 : 267). Para perintisnya memulai dengan menyusun daftar kekayaan sumber daya global yang dapat diperdagangkan dan kondisi-kondisi produksinya. Selanjutnya, mereka mencari justifikasi-justifikasi intelektual atas ketimpangan ekonomi antara penjajah dan yang di jajah. Dengan demikian,

  Geografi juga banyak mengadopsi berbagai teori dan model, terutama dalam

  empat sumber utama (Barnes, 2000 : 266).

  a. Sumber pertama adalah ekonomi neoklasik yang menyumbangkan model- model umum kompetensi dan perilaku rasional.

  b. Fisika memasok dasar-dasar analisis gravitasi dan model entropi yang mengilhami analisis tentang pola interaksi spasial.

  c. Model-model lokasional Jerman yang sebenarnya hampir terabaikan oleh Teori Lokasi Pertanian Von Thumen, Teori Lokasi Industri Weber, serta Teori Tempat Sentral Loesch dan Chirstaller.

  d. Geometri yang menyajikan berbagai aksioma, hitungan baku, dan teorema yang melandasi hukum-hukum morfologi spasial (Bunge, 1962). Walaupun pemikiran Harvey telah mengubah paradigma geografi ekonomi secara dominan, namun tetap saja geografi yang baru pun mendapat kritik yang meliputi :

   Kritik terhadap perlunya spasial yang harus disosialisasikan dan

  dikritik oleh Doreen Massey. 

   Adanya gugatan hasil perumusan Harvey serta perlunya memahami

  kemunculan industry beteknologi tinggi, hal ini dikritik oleh Michael Sporter dan Allen Scot dalam bukunya Pathway to Industrialization and Regional Development. 

   Kritikpun dari kelompok peminis dimana Harvey mengabaikan unsur

  feminis maupun etnik. 

2.1.2. GEOGRAFI POPULASI

  Pokok yang dihadapi oleh para ahli geografi populasi dapat diklasifikasikan sbb:

  a. Pemetaan kecenderungan kontemporer dalam distribusi populasi serta ciri- cirinya, seperti: Pola hidup, Usia, pendidikan dll.

  b. Populasi, pembangunan dan sumber daya yang meliputi saling mempengarusi dan saling mempengaruhi antara pertumbuhan populasi.

  c. Pembentukan dan perubahan populasi jangka panjang.

  d. Geografi social dari populasi yang tersingkir atau terpinggirkan.

2.1.3. GEOGRAFI SOSIAL

  Merupakan sebuah subdisiplin ilmu dari geografi sebagai sebuah subjek yang mengaitkan ilmu-ilmu social dengan ilmu-ilmu alamiah, serta meliputi topic-topik mulai dari tektonik sampai psikoanalisis (Smith:981). Pada ahirnya kajian ini membujuk para ahli geografi untuk mengkaji ketimpangan spasial dalam kesempatan memiliki rumah, kesempatan kerja, keprihatinan meningkatnya kejahatan, dan berbegai isu social lainnya.

2.3. PENDEKATAN GEOGRAFI

  Pendekatan ini berkaitan erat dengan kuantifikasi dan keyakinan pada keteraturan statistik merupakan bukti adanya hubungan sebab akibat empiris, seperti yang disyaratkan oleh teorinya. Pendekatanya yang didasarkan pada pengukuran dalam displin ini membutuhkan banyak eksperimentasi dan inovasi dalam cara-cara pengumpulan data lapangan, baik proses-proses dalam lingkungan fisik maupun mengenai cara-cara individu membentuk tingkah laku ruang mereka. Pada dasarnya, hampir semua data geografis megacu kepada dua konteks dimensional. Secara tradisional, hal itu telah ditampilkan dalam bentuk peta, namun perkembangan sejak tahun 1970-an dalam sistem- sistem informasi geografis (Geografical Information System atau GIS) telah meningkatkan kemampuan menyimpan, memvisualisasi, dan menganalisisnya melalui kemampuan melapis kumpulan-kumpulan data satu sama lain.

  Disamping pendekatan-pendekatan yang telah dijelaskan di atas, dalam kajian geografi terdapat beberapa pendekatan yang sering digunakan. R. Bintarto dan Surastopo Hadisumarno dalam Metode Analisis Geografi (1979: 12). Mengemukakan tiga pendekatan (Approach), yaitu:

a. Pendekatan Analisis Keruangan

  Dalam kajian ini, mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting. Disini para ahli akan bertanya, faktor-faktor apakah yang menguasai pola penyebaran dan bagaimanakah pola tersebut dapat diubah agar penyebarannya menjadi lebih efisien dan lebih wajar. Dengan kata lain, dapat dikmukakan bahwa dalam analisis keruangan yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang Dalam kajian ini, mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting. Disini para ahli akan bertanya, faktor-faktor apakah yang menguasai pola penyebaran dan bagaimanakah pola tersebut dapat diubah agar penyebarannya menjadi lebih efisien dan lebih wajar. Dengan kata lain, dapat dikmukakan bahwa dalam analisis keruangan yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang

b. Pendekatan Ekologi

  Dalam pendekatan ini, dikaji tentang interaksi antara organism hidup dengan lingkungannya, seperti manusia, hewan, timbuhan, dan lingkungan. Dalam hal ini, dikaji tentang masyarakat kelompok organism beserta lingkungan hidupnya sebagai suatu kesatuan ekosistem. Study ini menitikberatkan kepada kehidupan dan nonkehidupan. Semua komponen tersebut (air, litosfer, atmosfer, dan organism hidup) berintegrasi. Selain itu, organismebdapat pula mengadakat integrasi dengan organism hidup laiinya. (Bintarto dan Hadisumarno, 1979: 19).

c. Pendekatan Kompleks Wilayah

  Merupakan kombinasi antara pendekatan keruangan dan analisis ekologi. Dalam kajian pendekatan wilayah ini terdapat dua aktifitas yang perlu dilakukan, yakni analisis kompleks wilayah, perwilayahan (regionalization), dan klasifikasi (classification). Dalam hubungan dengan analisis kompleks wilayah tersebut ramalan wilayah (regional forecasting) dan perencanaan wilayah (regional planning) merupakan aspek-aspek dalam analisis tersebut. Sedangkan dalam perwilayahan dan klasifikasi, suatu sifat-sifat yang dimiliki oleh semua individu di gunakan dalam proses penggolongan yang membedakan satu sama lain dalam beberapa kelas, kemudian meningkat dalam himpunan kelas (Bintarto dan Hadisumarno, 1979: 29).

2.4. INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

  Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut dan waktu. Posisi geografis : sebagai standar digunakan sistem koordinat lintang dan bujur, yaitu sistem UTM (Universal Transverse Mercator). Atribut (non-spatial atribut) : menjelaskan informasi apa yang dikandung suatu objek, misal hutan dengan spesiesnya.

  Hubungan keruangan : misalnya suatu area sekolah, di sebelah utaranya ada jalan, di sebelah timur ada gedung olahraga, di sebelah barat ada toko, dan di sebelah selatan ada lapangan terbuka. Waktu : mengandung informasi temporal, karena obyek permukaan bumi bersifat dinamis. Informasi keruangan menyatakan lokasi yang berkaitan dengan informasi geografis.

2.4.1. DATA SPASIAL

  Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribut) yang dijelaskan berikut ini :

  a. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk di antaranya informasi datum dan proyeksi.

  b. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya: jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.

  Informasi Lokasi

  Informasi lokasi atau geometri milik suatu objek spasial dapat dimasukkan ke dalam beberapa bentuk seperti berikut :

  a. Titik (dimensi nol - point)

  Titik adalah representasi grafis atau geometri yang paling sederhana bagi objek spasial. Representasi ini tidak memiliki dimensi, tetapi dapat diidentifikasikan di atas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Perlu dipahami juga bahwa skala peta akan menentukan apakah suatu objek akan ditampilkan sebagai titik atau polygon. Pada peta skala besar, unsur-unsur bangunan akan ditampilkan sebagai polygon, sedangkan pada skala kecil akan ditampilkan sebagai unsur- unsur titik. Format titik : koordinat tunggal, tanpa panjang, tanpa luasan.Contoh : lokasi kecelakaan, letak pohon

  b. Garis (satu dimensi – line atau polyline)

  Garis adalah bentuk geometri linier yang akan menghubungkan paling sedikit dua titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek-objek yang berdimensi satu. Batas-batas objek geometri polygon juga merupakan garis-garis, Garis adalah bentuk geometri linier yang akan menghubungkan paling sedikit dua titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek-objek yang berdimensi satu. Batas-batas objek geometri polygon juga merupakan garis-garis,

  c. Polygon (dua dimensi – area)

  Geometri polygon digunakan untuk merepresentasikan objek-objek dua dimensi. Unsurunsur spasial seperti danau, batas propinsi, batas kota, batas persil tanah milik adalah beberapa contoh tipe entitas dunia nyata yang pada umumnya direpresentasikan sebagai objek-objek dengan geometri polygon. Meskipun demikian, representasi ini masih akan bergantung pada skala petanya atau sajian akhirnya. Format : Koordinat dengan titik awal dan akhir sama, mempunyai panjang dan luasan. Contoh : Tanah persil, bangunan

  d. Permukaan (3D)

  Setiap fenomena terkait fisik (spasial) memiliki lokasi di dalam ruang. Akibatnya, model data yang lengkap juga harus mencakup dimensi penting yang ketiga (ruang 3 dimensi). Hal ini tentu saja juga berlaku bagi permukaan tanah, menara, sumur, bangunan, batasbatas alamat, bencana (gempa, tsunami, kebakaran), dan lain sebagainya. Format : Area dengan koordinat vertikal, Area dengan ketinggian Contoh : Peta slope, bangunan bertingkat.

  Informasi Atribut

  Data Deskriptif merupakan uraian atau atribut data spasial (anotasi, tabel, hasil pengukuran, kategori obyek, penjelasan hasil analisis prediksi dll). Data non-spasial dapat dimasukkan ke dalam beberapa bentuk sebagai berikut :

  a. Format tabel Kata-kata, kode alfanumerik, angka-angka. Contoh : hasil proses,

  indikasi, atribut.

  b. Format laporan Teks, deskripsi. Contoh : perencanaan, laporan proyek, pembahasan.

  c. Format pengukuran Angka-angka, hasil. Contoh : jarak,

  d. Format grafik anotasi

  Kata-kata, angka-angka, symbol. Contoh : nama objek

  Data Spasial: merupakan data grafik berbentuk poligon yang merupakan closed area yang menghubungkan posisi-posisi geografis di lokasi Pondok Indah. Data Non- Spasial: Luas Permukiman, Jumlah Penduduknya, Jumlah Rumah, Jumlah Kepala Keluarga, Pendapatan Rata-Rata Kepala Keluarga, dll

2.4.2. FORMAT DATA SPASIAL

  Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan

  dalam dua format, yaitu :

  a. Data Vektor

  Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir di titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis). Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basis data batas-batas kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama dalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual.

  b. Data Raster

  Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari system penginderaan jauh. Pada data raster, objek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya dari permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasn utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasitas perangkat keras yang tersedia. Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari system penginderaan jauh. Pada data raster, objek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata lain resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya dari permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasn utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasitas perangkat keras yang tersedia. Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian

2.4.3. SUMBER DATA SPASIAL

  Salah satu syarat SIG adalah data spasial, yang dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain :

  a. Peta Analog

  Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, kemungkinan besar memiliki referensi spasia seperti koordinat, skala, arah mata angin dan sebagainya. Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara format raster diubah menjadi format vektor melalui proses dijitasi sehingga dapat menunjukkan koordinat sebenarnya di permukaan bumi.

  b. Data Sistem Penginderaan Jauh

  Data penginderaan jauh (antara lain citra satelit, foto udara dan sebagainya), merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediannya secara berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa memperoleh berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster.

  c. Data hasil pengukuran lapangan

  Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri, pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut, contohnya : batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan dan lain-lain.

  d. Data GPS (Global Positioning System)

  Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini bisanya direpresentasikan dalam format vector.

2.5. METODE ANALISIS SPASIAL

  Metode analisis spasial secara umum saat ini telah berkembang dengan sangat pesat Metode analisis spasial secara umum saat ini telah berkembang dengan sangat pesat

  1. Pengolahan atribut data spasial

  2. Eksplorasi, ekstrasi dan klasifikasi

  3. Overlay (tumpang susun)

  4. Ketenggangan, jarak, dan keterkaitan

2.6. ANALISIS NON SPASIAL (PEMBANGUNAN WILAYAH)

  Perencanaan merupakan suatu proses yang saling berkesinambungan dan berkelanjutan mulai dari pengumpulan data, penyusunan rencana, hingga tahap evaluasi dan monitoring. Proses perencanaan merupakan proses yang tidak pernah selesai karena pada proses perencanaan, perencana selalu memikirkan bagaimana cara untuk membangun bahkan hingga mengembangkan sesuatu yang sudah ada menjadi lebih baik dengan memperhatikan semua lingkup yang terlibat melalui proses perencanaan tersebut. banyak pakar yang memberikan definisi mengenai perencanaann, salah satu acuannya adalah dari UU no 25 tahun 2004 yang menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses untuk menetukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam perkembangannya kegiatan perencanaan banyak digunakan diberbagai bidang yang ditandai dengan munculnya berbagai istilah dari sektor – sektor yang melakukan perencanaan seperti : economic planning, social planning, environmental planning, city planning, regional planning, dan istilah lainnya.

2.7. PERENCANAAN PEMBANGUNAN

  Perencanaan pembangunan merupakan suatu kegiatan perencanaan yang dilakukan oleh seluruh elemen untuk menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan, merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan, menyusun konsep strategi untuk pemecahan masalah, dan melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki, sehingga pada akhirnya harapan untuk kesejahteraan masyarakat dapat terwujudkan.

  Perencanaan pembangunan diatur dalam UU no 25 tahun 2004 tentang sistem Perencanaan pembangunan diatur dalam UU no 25 tahun 2004 tentang sistem

  Undang – undang tersebut menyebutkan SPPN ditujukan untuk :

  1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan.

  2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi; baik antar daerah, ruang, waktu, dan fungsi pemerintah pusat maupun daerah.

  3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

  4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat

  5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan,

  dan berkelanjutan.

  Proses perencanaan dilakukan melalui pendekatan politik terkait dalam pemilihan presiden atau kepala daerah yang dikenal dengan rencana pembangunan hasil proses politik, dapat dicontohkan dari penjabaran visi dan misi dalam RPJM ( Rencana Pembangunan Jangka Menengah) atau RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah). selain dilaksanakan secara politik, proses teknokratik dilakukan juga dengan metode dan kerangka berfikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang bertugas dalam hal tersebut. aspek partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders melalui wahana – wahana yang telah disiapkan seperti halnya Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang). Dari sisi jenjang pemerintahanan proses perencanaan ini dikenal sebagai proses top-down dan bottom-up yang dilakukan secara seimbang.

2.8. ANALISIS SWOT

  Pada tahap ini para pihak melakukan focus grup discussion dan dikenalkan dengan salah satu cara melakukan analisa untuk mengenali wilayah melalui analisa SWOT. Analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui dinamika masyarakat lokal secara dinamis. Pada tahapan ini masyarakat ini diajak untuk menganalisa bersama kondisi yang akan terjadi di masa depan. Parapihak diharapkan memberikan masukan – masukan mengenai potensi dan faktor – faktor pembatas yang mungkin dijumpai didesa. Kegiatan ini juga Pada tahap ini para pihak melakukan focus grup discussion dan dikenalkan dengan salah satu cara melakukan analisa untuk mengenali wilayah melalui analisa SWOT. Analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui dinamika masyarakat lokal secara dinamis. Pada tahapan ini masyarakat ini diajak untuk menganalisa bersama kondisi yang akan terjadi di masa depan. Parapihak diharapkan memberikan masukan – masukan mengenai potensi dan faktor – faktor pembatas yang mungkin dijumpai didesa. Kegiatan ini juga

  Analisis SWOT merupakan metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan tantangan. penyesuaian metode ini untuk keperluan perencanaan desa dapat dimaknai bahwa analisa ini akan melihat sisi faktor internal daerah meliputi kekuatan dan kelemahan. Serta mengidentifikasi faktor eksternal desa meliputi kesempatan dan ancamantantangan terhadap perencanaan dan pembangunan desa.

  Kekuatan adalah faktor internal positif yang dimiliki oleh desa dilihat dari biofisik, sosial, ekonomi, infrastruktur, maupun hal – hal lain yang dapat dikembangkan. Kelemahan merupakan faktor internal yang merupakan faktor penghambat (negative) dari adanya rencana pembangunan, kelemahan ini bersifat tetap dan variable. Kesempatan merupakan faktor eksternal yang sangat mempengaruhi tujuan – tujuan pembangunan yang ada diraih. Ancaman merupakan faktor eksternal yang dapat datang ke daerah dengan sebuah dampak negative dari luar, maka perlu adanya langkah antisipatif dari pengelola maupun warga itu sendiri.

BAB III METODE KULIAH KERJA LAPANGAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

  Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data sekunder tentang wilayah terkait untuk mengetahui potensi dan masalah yang terdapat pada wilayah Kecamatan Tlogomulyo. Pengumpulan data sekunder dimulai pada bulan Maret 2015. Setelah pengumpulan data sekunder berupa data spasial dan non spasial, dilakukan pengambilan data primer dengan cara pengukuran langsung di Desa Legoksari. Pengambilan data primer ini dilakukan tanggal 18 Mei-22 Mei 2015. Setelah pengumpulan data sekunder dan pengambilan data primer dilakukan pengolahan dan analisis data.

3.2. Alat dan Bahan

  Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi personal computer, beberapa software penunjang dan peralatan pengukuran lapangan. Berikut adalah daftar alat dan bahan yang dibutuhkan:

  No AlatSoftware Fungsi

  1 GPS

  Untuk menentukan titik di lapangan

  2 Theodolit

  Untuk menentukan ketinggian tempat

  3 Jalon

  Untuk pengukuran di lapangan

  4 Pita Ukur

  Untuk mengukur panjang

  5 Kuesioner

  Untuk melakukan pengambilan data primer melalui wawancara

  6 Checklistk

  Untuk pengisian data di lapangan

  7 ArcMap

  Untuk mengolah data primer dan sekunder

  8 Ms. Word

  Untuk menyusun laporan

  9 Ms. Excel

  Untuk menyusun dan mengolah data hasil penelitian

  Tabel 3.1. Bahan Penelitian KKL

  No Bahan Sumber

  1 Peta Administrasi Digitasi peta RBI tahun 2000

  2 Peta Jalan Kecamatan Bulu Digitasi peta RBI tahun 2000 dan Tlogomulyo

  3 Peta Penggunaan

  Lahan Digitasi peta RBI tahun 2000

  Kecamatan Bulu dan

  4 Data

  Potensi

  Desa Badan Nasional Penanggulangan Bencana

  Kecamatan

  Bulu

  dan Nasional

  Tlogomulyo tahun 2008

  5 Data Kecamatan Buku dan Badan

  Tlogomulyo dalam Angka

  Temanggung

3.3. Teknik Pengumpulan Data

  Berikut adalah teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini :

  1. Wawancara ( interview)

  Teknik ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung terhadap responden secara verbal, baik formal maupun informal. Wawancara ini dilakukan terhadap responden terkait yaitu kepala desa, warga asli, para petani tembakau, dan juragan tembakau.

  2. Observasi Lapangan ( field observation)

  Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melihat langsung tentang gejala dan masalah yang terdapat di lapangan. Dalam observasi lapangan ini diharapakan dapat diperoleh informasi yang sesuai dengan kondisi yang ada berkaitan dengan tujuan penelitian yang dihasilkan.

  3. Kuesioner atau angket

  Kuesioner ini merupakan pengumpulan data dengan menyebarkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan, baik yang bersifat terbuka maupun tertutup dan dilakukan Kuesioner ini merupakan pengumpulan data dengan menyebarkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan, baik yang bersifat terbuka maupun tertutup dan dilakukan

  4. Studi dokumenter

  Merupakan salah satu teknik pengumpulan data sekunder dengan cara mempelajari dokumen – dokumen yang sudah ada yang akan digunakan sebagai bahan untuk menganalisis permasalahan yang sedang dikaji.

  5. Studi kepustakaan

  Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari berbagai literatur yang sudah ada yang menunjang tujauan yang ingin diperoleh dalam penelitian.

  Metode Kuliah Kerja Lapangan

  CitraFoto Udara

  Interpretasi

  Peta RBI

  Peta Penggunaan

  Peta Administrasi

  Lahan Tentatif

  Checklist

  Cek Lapangan

  Ukur Tanah

  Ketelitian Peta

  Peta Penggunaan Lahan

  Pengolahan Data Spasial

  Peta – Peta

  Penggunaan

  Tematik

  Lahan(Dominasi, Data Sekunder

  Komposisi, Trend)

  (Numerik)

  Observasi dan

  Profil Wilayah dan

  Potensi dan Pengolahan

  Pengisian checklist

  Fungsi Kawasan Masalah

  Data

  Pengukuran Detail

  Survei dan

BAB IV PROFIL DAN REGIONALISASI WILAYAH

4.1. PROFIL WILAYAH

  Kecamatan Tlogomulyo dan Kecamatan Bulu merupakan dua kecamatan di Kabupaten Temanggung diantara 20 kecamatan yang tersebar di kabupaten tersebut. Dilihat dari kondisi ekonomi wilayahnya, kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang menggantungkan penghasilannya dari sektor perkebunan khusunya perkebunan tembakau. Secara kuantitas dan kualitas, dua kecamatan yang berada di lereng Gunung Sumbing tersebut memiliki produksi tembakau yang cukup banyak dan memiliki kualitas yang baik.

4.1.1. KECAMATAN TLOGOMULYO

  Tlogomulyo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Indonesia. Kec. Tlogomulyo adalah salah satu daerah penghasil tembakau terbesar di Temanggung, karena berada di lereng Gunung Sumbing. Kesenian kuda lumping dari Tlogomulyo adalah kesenian yang cukup tersohor di wilayah Kabupaten Temanggung, bahkan sering tampil di luar Temanggung, bahkan sering dikirim ke Taman Mini Indonesia Indah. Misalnya saja dari dusun Legoksari, Lamuk Gunung, Tlilir, Dampit, dan lain-lain. Wilayah Kecamatan Tlogomulyo yang merupakan salah satu dari 20 Kecamatan di Kabupaten Temanggung yang berbatasan dengan: Wilayah Barat dengan Kecamatan Bulu, Wilayah Utara dengan Kecamatan Bulu , Sebelah Timur Kecamatan Temanggung, Sebelah Selatan dengan Kecamatan Tembarak Tlogomulyo terletak pada ketinggian tanah rata-rata 800 m dpl dengan suhu antara 29 oC dan 18 oC. Dengan rata-rata jumlah hari hujan 64 hari dan banyaknya curah hujan 22 mmth. Kecamatan Tlogomulyo memiliki luas wilayah 2.484 ha, dengan jumlah penduduk 20.691 orang dan mempunyai 12 desa. Salah satu dari 12 desa di Kecamatan Tlogomulyo adalah Desa Candisari yang terletak di ketinggian 700 m dari permukaan laut dan berjarak 5 km dari ibu kota Kecamatan Tlogomulyo dan 4,75 km dari ibu kota Kabupaten. Dengan luas 109 ha yang terbagi dalam lahan sawah 46,35 ha dan lahan bukan sawah 61 ha. Dari Lahan sawah bukan sawah dipergunakan untuk Bangunanpekarangan, Ladangtegalhuma, dan lahan lainnya.Desa Candisari terdapat 3 dusun yang terdiri dari 2 Rukun warga (RW) dan 6 Rukun tetangga (RT) dan terdapat 218 Rumah tangga. Jumlah penduduk 811 jiwa terdiri dari 406 jiwa Laki-laki dan

  404 jiwa Perempuan. Penduduk usia 10 tahun keatas bermata pencaharian petani tanaman 404 jiwa Perempuan. Penduduk usia 10 tahun keatas bermata pencaharian petani tanaman

4.1.2. KECAMATAN BULU

  Kecamatan Bulu adalah salah satu dari 20 kecamatan di wilayah Kabupaten Temanggung, Jarak dari Kota Temanggung 6 Km dengan luas 4.304 Ha. Dengan rincian Lahan Sawah 1.364 Ha dan Bukan Lahan Sawah 2.940 Ha. Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung dalam pembagian wilayah Administrasi terbagi menjadi 19 Desa, 91 Dusun, 297 RT, 84 RW. dengan jumlah Kades 19, perangkat desa 240 dan anggota BPD 155. Berdasarkan Registrasi tahun 2008 Kecamatan Bulu dengan jumlah penduduk 43.180 jiwa yang terdiri dari 21.547 laki-laki, 21.633 perempuan, kepadatan penduduk 1.003 per Km2. Angka kelahiran kasar (CBR) 10,17 per 1000 jiwa, Angka Kematian Kasar (CDR) 5,63 per 1000 jiwa, Jumlah rumah tangga pada tahun 2008 sebanyak 10.886 rumah tangga dengan rata-rata penduduk per rumah tangga sebanyak 3-4 orang per rumah tangga. Jumlah penduduk berusia 5 tahun keatas yang menamatkan perguruan tinggi hanya 676 jiwa, tamat Akademi sarjana muda sebesar 294 jiwa, tamat SLTA sederajat sebesar 3.019 jiwa, tamat SLTP sederajat 4.427 jiwa, tamat SD sederajat sebesar 18.196 jiwa, tidak belum tamat SD sebesar 12.594 jiwa. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian masih didominasi oleh sektor pertanian yaitu 16.630 jiwa, yang bekerja pada sektor industri hanya 348 jiwa, sektor bangunan 768 jiwa, pedagang 2.625 jiwa, yang bekerja pada sektor angkutan sebesar 558 jiwa, Jasa 2.491 jiwa dan sektor lainnya. Tanaman yang dapat dikembangkan di Kecamatan Bulu antara lain : Padi, Jagung, Ketelal Pohon, Ketela Rambat, Kacang Tanah dan Kacang Kedelai. Untuk Tanaman sayuran antara lain : Bawang Merah, Kobis, Lombok, Sawi, Kacang Merah. Untuk Buah-buahan antara lain : Durian, Rambutan, Jambu Biji, Pepaya, Pisang. Tanaman Perkebunan antara lain : Kopi Arabika, Kopi Robusta, Cengkeh, Kelapa, Jahe, Kunyit, Tembakau, Panili, Melinjo. Peternakan antara lain : Sapi Potong, Kerbau, , Kuda, Kambing, Domba, Kelinci, Ayam Buras, Ayam Ras, Itik, Entok, Burung Puyuh, Angsa. Perikanan antara lain : Lele, Karper, Nila, Gabus, Udang, Kodok.

4.2. REGIONALISASI WILAYAH

  Kecamatan Tlogomulyo dan Kecamatan Bulu merupakan dua kecamatan di

  Kabupaten Temanggung diantara 20 kecamatan yang tersebar di kabupaten tersebut.

  Dilihat dari kondisi ekonomi wilayahnya, kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang

  menggantungkan penghasilannya dari sektor perkebunan khusunya perkebunan tembakau.

  Secara kuantitas dan kualitas, dua kecamatan yang berada di lereng Gunung Sumbing

  tersebut memiliki produksi tembakau yang cukup banyak dan memiliki kualitas yang baik.

4.2.1. KECAMATAN TLOGOMULYO

  Wilayah Kecamatan Tlogomulyo merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Temanggung yang memiliki potensi tembakau terbaik di Indonesia. Hal dibuktikan dengan besarnya luas lahan di wilayah Kecamatan Tlogomulyo untuk produksi tanaman tembakau pada tabel berikut.

  Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan dirinci per Desa di Kecamatan Tlogomulyo 2013

  Luas Panen

  Produksi Kering

  Klas Luas

  Klas Produksi

  No. Desa

  (Ha) (Ton) Panen Kering

  1 Pagersari

  Tinggi

  2 Losari

  1 Sedang

  3 Legoksari

  Tinggi

  4 Gedegan

  Sedang

  5 Tlitir

  Sedang

  6 Tlogomulyo

  Sedang

  7 Tanjungsari

  Rendah

  8 Kerokan

  Rendah

  9 Balerejo

  Rendah

  10 Sriwungu

  Sedang

  11 Langgeng

  Sedang

  12 Candisari

  Sedang

  Jumlah

  Dalam tabel tersebut didapatkan informasi bahwa di Kecamatan Tlogomulyo terdapat beberapa desa yang memiliki luas panen yang tinggi seperti Desa Pagersari dan Desa Legoksari. Rata-rata wilayah dengan luas lahan produksi tembakau yang tinggi berada di lereng-lereng atas Gunung Sumbing. Karena kondisinya yg ideal untuk tumbuhnya tanaman tembakau. Luas lahan produksi juga sangat mempengaruhi lahan produksi kering. Karena tembakau merupakan tanaman perkebunan yang dapat hidup pada kondisi tanah yang kering dan lembab. Maka area-area dengan luas lahan produksi tinggi merupakan area-area dengan tingkat kekeringan yang tinggi pula. Sehingga lereng-lereng atas Gunung Sumbing sebagian besar wilayahnya memiliki kondisi tanah yang kering.

4.2.2. KECAMATAN BULU

  Kabupaten Bulu yang rata – rata berada pada ketinggian 772 mdpl merupakan salah satu wilayah yang sesuai untuk pengembangan tembakau di Temanggung.

  Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan dirinci per Desa di

  Kecamatan Bulu 2013 Luas Panen

  Produksi Kering

  Klas Luas

  Klas Produksi

  No.

  Desa

  (Ha) (Ton) Panen Kering

  1 Wonotirto

  Tinggi

  2 Pagergunung

  Tinggi

  3 Wonosari

  Tinggi

  4 Bansari

  Tinggi

  5 Pandemulyo

  Sedang

  6 Malangsari

  Sedang

  7 Mondoretno

  Rendah

  8 Pakurejo

  Sedang

  Rendah

  9 Pengilon

  Rendah

  10 Pasuruhan

  Sedang

  11 Gondosuli

  Sedang

  Tinggi

  12 Tegalrejo

  Sedang

  13 Gandurejo

  Tinggi

  14 Campursari

  Rendah

  15 Tegalurung

  Rendah

  16 Bulu

  Rendah

  17 Putat

  Rendah

  18 Ngimbrang

  Rendah

  Berdasarkan data luas panen tanaman tembakau, sebagai acuan besar wilayah Kecamatan Bulu terklasifikasi dalam kategori tinggi. Mayoritas luas lahan yang terklasifikasi tinggi berada di lereng atas Gunung Sumbing, dan semakin ke bawah luas panen tanaman tembakaunya berangsur –angsur semakin rendah. Hal tersebut dikarenakan lahan yang berada di lereng atas lebih sesuai untuk perkebunan tembakau karena suhu di siang hari yang lebih tinggi serta tangkapan sinar matahari yang banyak. Luas panen tembakau tersebut juga berdampak pada jumlah produksi kering tanaman tembakau. Semakin ke bawah, kecenderungan hasil prosuksi tembakau semakin menurun dan begitu pula sebaliknya.

PETA LUAS PANEN TANAMAN TEMBAKAU

PETA PRODUKSI KERING TANAMAN TEMBAKAU

BAB V HASIL OBSERVASI LAPANGAN

5.1. KARAKTERISTIK WILAYAH

5.6.1. PROFIL KECAMATAN BULU

  Kecamatan bulu adalah salah satu kecamatan dari 20 kecamatan yang ada di kabupaten temanggung. Letak kecamatan bulu merupakan kecamatan yang menghubungkan antara dua kecamatan yaitu kecamatan temanggung dan kecamatan parakan. Kecamatan yang dihubungkan adalah kecamatan yang termasuk besar di kabupaten temanggung dan memegang peran dalam perkembangan wilayah kabupaten temanggung. Kecamatan bulu ini memiliki luas 4.303,96 Ha dengan rincian lahan yang digunakan untuk sawah adalah 1.364 Ha dan lahan bukan sawah adalah 2.940 Ha. dengan jumlah penduduk berjumlah 45.828 jiwa.

  Kecamatan bulu memiliki berbagai macam topografi. Pada bagian selatan kecamatan bulu seperti desa wonotirto, Wonotirto, Pagergunung, Wonosari dan Bansari adalah desa yang memiliki topografi yang sangat curam karena berada di lereng gunung. Sedangkan pada kecamatan bulu bagian utara yaitu pada desa Wanu Tengah, Campursari, Tegallurung, Bulu, Mondoretno, Ngimbrang, Putat, Jono dan Danupayan masuk dalam kategori landai hingga datar dengan kelerengan 0-8.

  Wilayah Kecamatan Bulu terletak pada ketinggian tanah rata-rata 772 mdpl dengan suhu maksimum 29°C dan suhu minimum 18°C. Rata-rata jumlah hari hujan 64 hari dan banyaknya curah hujan 22 mmth. Kecamatan Bulu berada pada lereng gunung, hal inilah yang menjadi salah satu penyebab suhu di Kecamatan Bulu menjadi sejuk. Kecamatan Bulu memiliki intensitas hujan yang berbeda-beda pada kawasan- kawasannya. Pada sisi utara, curah hujan rendah dan terus meningkat menjadi sangat tinggi pada sisi selatan.

  Sosial ekonomi pada kecamatan bulu telah dipengaruhi oleh industry besar yang mengolah tembakau menjadi barang matang yaitu berupa rokok. Kecamatan bulu seperti di desa mondoretno adalah tempat berdirinya pabrik rokok besar yaitu PT gudang garam. PT ini sangat mempengaruhi pendapatan dari kecamatan bulu itu sendiri sehingga PT gudang garam menyerap tenaga kerja lokal dari kecamatan bulu terkhusus dari desa mondoretno.

  Kecamatan Bulu memiliki komoditas unggulan yaitu cabai dan tembakau. Tidak heran, karena mayoritas mata pencaharian warga di Kecamatan Bulu, khususnya di bagian selatan adalah sebagai petani. Jadi dalam penanaman cabai dan tembakau dibedakan permusim. Pada musim penghujan, para petani menanam cabai. Dari hasil wawancara dengan petani cabai, jenis cabai yang ditanam adalah cabai keriting, cabai rawit dan cabai setan. Pada bulan april dan mei merupakan masa peralihan pertanian, yaitu dari cabai ke tembakau. Dari hasil observasi, para petani mulai menanam tembakau, yaitu di bulan peraihan musim penghujan ke musim kemarau. Alasan penanaman tembakau di musim kemarau adalah tembakau dengan kulitas terbaik adalah tembakau dengan kangdungan air yang sedikit. Kandungan tanah yang sedikit air akan mempengaruhi hasil kualitas tembakau yang dihasilkan. Pada kecamatan bulu terdapat beberapa grid atau kelas tembakau yang berbeda beda jenisnya dan tentunya berbeda harga penjualannya. Grid tersebut mulai dari A hingga H. kelas paling tinggi merupakan tembakau yang terletak pada kualitas H. tetapi pada kecamatan bulu tembakau yang dihasilkan belum menyentuh kelas H, paling tinggi menghasilkan tembakau hanya pada grid F. ciri dari tembakau kelas H adalah warnanya yang hitam pekat dan aroma menyengat yang dapat tercium dari radius 5 meter.

5.6.2. PROFIL KECAMATAN TLOGOMULYO

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63