Aparatur Profesional

7 Aparatur Profesional

Prinsip 7: Aparatur profesional menjadi tulang punggung pelaksanaan Reformasi Birokrasi.

Reformasi Birokrasi hanya akan berjalan dengan baik bila didukung oleh birokrat atau aparatur yang profesional.

Aparatur profesional menjadi tulang punggung pelaksanaan Reformasi Birokrasi.

Menteri, pimpinan lembaga dan kepala daerah tidak dapat melaksanakan mandatnya tanpa dukungan aparatur yang tertata dengan baik. Untuk melaksanakan tugas melayani masyarakat, menteri, pimpinan lembaga, dan kepala daerah sebagai pejabat publik membutuhan dukungan sistim manajemen aparatur negara yang handal. Dalam sistim aparatur tersebut, selain unsur manajemennya, yang sangat penting adalah sistim pembinaan aparatur dan sistim pelaksanaan tugas aparatur.

Untuk mendapatkan sistim manajemen aparatur profesional, setidaknya ada beberapa faktor yang sangat penting untuk diperhatikan, yaitu:

■ Penempatan aparatur berdasarkan kompetensi, termasuk pada saat pelaksanaan rekrutmen aparatur;

Untuk menjamin kompetensi, diperlukan sistim rekrutmen dan sistim promosi yang transparan, akuntabel dan terukur. Aturan dan petunjuk pelaksanaan harus dibuat oleh masing-masing entitas dengan keterlibatan stakeholder.

■ Adanya suatu lembaga independen untuk memilih “aparatur senior” yaitu aparatur yang sekaliber “chief executive oicer”; Aparatur senior adalah aparatur yang diseleksi berdasarkan kapasitas, pengalaman

Menuju Manajemen Publik Kelas Dunia

kerja dan kompetensi untuk menduduki posisi- posisi penting dalam birokrasi. Aparatur senior dapat ditugaskan lintas organisasi (entitas) sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi aparatur tersebut.

■ Aparatur harus bebas dari kepentingan politik dan netral dalam menjalankan tugasnya; Tidak boleh ada upaya politisasi birokrasi yang mengakibatkan aparatur terkotak-kotak mengikuti kepentingan politik praktis.

■ Aparatur wajib mentaati dan melaksanakan etika pelayanan publik; Etika pelayanan publik aparatur

pada masing-masing entitas harus dikembangkan dengan mengacu pada norma-norma internasional.

■ Adanya pemisahan yang jelas tentang fungsi dan tugas antara pejabat publik yang dipilih langsung

oleh rakyat dengan pegawai aparatur negara yang diangkat.

■ Pejabat publik yang dipilih langsung oleh rakyat dan menteri tidak terlibat dalam setiap proses pengelolaan

dan pembinaan aparatur negara. ■ Aparatur diangkat untuk melaksanakan tugas secara

eisien dan efektif. Karena itu pengadaan aparatur dilakukan dengan pendekatan bahwa aparatur direkrut untuk menyelesaiakan tugas entitas yang tersedia dalam anggaran (program).

■ Rancangan POK, dengan sasaran kinerja yang terukur, dijadikan dasar penyusunan DIPA/DPA. Sehingga DIPA/DPA mencerminkan kinerja organisasi yang disepakati dengan DPR/DPRD. POK ditetapkan oleh menteri, pimpinan lembaga atau kepala daerah dan menjadi "anggaran" kinerja yang harus dicapai.

Untuk Reformasi Birokrasi di Indonesia

■ Aparatur sipil adalah para profesional yang diangkat (direkrut), dipromosikan dan melaksanakan tugas

dengan prinsip-prinsip profesionalisme yang diterima luas (memenuhi kaidah-kaidah standar internasional).

■ Penilaian kinerja pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) berdasarkan standar kompetensi, integritas dan moralitas harus berdasarkan ukuran yang jelas dan tidak ada celah untuk multi interpretasi dan subyektiitas.

■ Sebagai pegawai profesional, aparatur dibina dan diberi fasilitas untuk melaksanakan tugasnya secara

profesional antara lain dengan: -

Gaji yang dapat menjamin kesejahteraan aparatur.

- Perlu penataan sistem penggajian, sehingga jumlah tunjangan tidak lebih besar dari jumlah gaji.

- Gaji dibebankan pada entitas anggaran. -

Keleluasaan untuk ditempatkan di berbagai entitas, termasuk keleluasaan aparatur Kabupaten/Kota untuk menjadi aparatur di Propinsi atau Pusat.

Dengan faktor-faktor diatas, pembinaan aparatur negara dapat dilakukan secara lebih profesional.

Selain itu, dalam melaksanakan tugasnya, aparatur negara harus berpedoman dan beradasarkan pada suatu sistim pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik dan benar. Dalam sistim tata kelola pemerintahan tersebut

Menuju Manajemen Publik Kelas Dunia

diatur bagaimana aparatur melaksanakan tugasnya dengan mengikuti norma-norma kepemerintahan yang berlaku secara universal. Sistim tata kelola dan administrasi pemerintahan memberikan ruang bagi aparatur untuk menjalankan kewenangannya, sekaligus mengatur batas- batas pelaksanaan diskresi kewenangan yang dimiliki.

Setiap kebijakan dan keputusan yang diambil oleh aparatur harus dipertanggung jawabkan sesuai ketentuan yang berlaku dan etika pelayanan publik yang baik. Pertanggungjawaban aparatur merupakan bagian integral dari pelaksanaan tugas profesional yang harus dilaksanakan oleh aparatur itu sendiri. Sebagai aparatur profesional, setiap aparatur sipil Negara berkewajiban mempertanggungjawabkan setiap tindakan dan tugas yang dilaksanakan.

Untuk Reformasi Birokrasi di Indonesia