Analisa Peraturan Perundang- Undangan

10 Analisa Peraturan Perundang- Undangan

Prinsip 10: Dalam peraturan perundang-undangan tidak boleh ada aturan ganda dan tidak membebani masyarakat selain yang diperlukan untuk menjamin hak perorangan dan mengatur kepentingan masyarakat luas.

Road Map Reformasi Birokrasi mengatur adanya program pengaturan perundang-undangan pada tingkat kementerian/ lembaga. Ini dimaksudkan untuk mengurangi tumpang tindih dan disharmoni antar peraturan perundang-undangan yang disusun oleh kementerian dan lembaga. Kita berharap semua peraturan perundang-undangan dinilai dan dievaluasi konsistensinya dengan kebijakan desentralisasi, dan dampaknya terhadap ekonomi nasional dan lokal. Dengan demikian kegiatan masing-masing unit kerja menjadi lebih jelas dan ekonomi semakin kompetitif. Peraturan yang menyulitkan produksi dan perdagangan, yang menghambat

Menuju Manajemen Publik Kelas Dunia

perkembangan ekonomi, serta yang dapat menjadi sumber konlik antar daerah, layak dibatalkan atau direvisi.

Kebutuhan me-review peraturan perundang-undangan yang ada, dan yang sedang dirancangkan, bukan hanya pada tingkat kementerian/lembaga saja, tetapi juga di tingkat nasional, yaitu undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan presiden. Semua peraturan perundang-undangan layak dinilai dan dievaluasi konsistensinya dengan kebijakan desentralisasi, dan dampaknya terhadap ekonomi nasional dan lokal, agar ekonomi semakin kompetitif.

Hasil pertama review adalah daftar peraturan yang menghambat pembangunan dan/atau tidak konsisten, kemudian usulan program pembatalan dan revisi. Program yang dimaksud bukan saja program legislasi nasional atau program legislasi daerah, yang pembahasannya di DPR/ DPRD, tetapi juga adalah rencana penyusunan rancangan peraturan pelaksanaan, baik untuk hasil review maupun sebagai pelaksanaan undang-undang yang baru.

Hasil kedua dari review adalah pembatalan dan revisi peraturan perundang-undangan secara terencana. Setiap bentuk peraturan perundang-undangan adalah alat kedaulatan masyarakat, dan pihak yang merancangnya memikul beban moral yang berat untuk memastikan bahwa substansi peraturan perundang-undangan tersebut mencerminkan amanat masyarakat. Tidak ada ruang untuk kepentingan pribadi atau kelompok, termasuk kepentingan pemerintah, karena pemerintah dibentuk untuk kepentingan masyarakat. Para perancang peraturan perundangan-undangan menerapkan Open Government Partnership dalam proses penyusunan Undang-Undang. Tidak ada ruang untuk bertindak biasa-biasa saja. Tanggungjawab merancang peraturan perundang-undangan adalah suatu hal yang luar biasa. Peraturan perundang-undangan memberi perlindungan dan kepastian kepada masyarakat. Peraturan perundang-

Untuk Reformasi Birokrasi di Indonesia

undangan mengatur kebahagiaan masyarakat dalam aneka-ragamnya. Peraturan perundang-undangan mengatur perilaku perorangan untuk kepentingan semua.

Maksud peraturan perundang-undangan ditentukan oleh pembaca dan pengguna, bukan oleh perancang. Dalam perancangan peraturan perundang-undangan, perancang menerjemahkan substansinya untuk mengetahui perilaku apa yang harus dilarang, perilaku mana yang harus diamanatkan, perilaku mana yang diperlukan, dan perilaku mana yang diperbolehkan. Setiap kali ada lebih dari

Setiap bentuk peraturan satu penafsiran atas persyaratan perilaku

perundang-undangan baik masyarakat dan pemerintah bisa

bingung atau berselisih, sampai maksud adalah alat kedaulatan peraturan perundang-undangan masyarakat, dan pihak yang

tersebut ditentukan oleh Mahkamah merancangnya memikul Konstitusi atau Mahkamah Agung atau

substansinya direvisi. beban moral yang berat untuk memastikan bahwa

Perancangan peraturan perundang- substansi peraturan undangan dimulai dengan penyusunan

prinsip-prinsip serta konsep-konsep perundang-undangan

bagaimana kepentingan perorangan tersebut mencerminkan diatur untuk kepentingan umum.

amanat masyarakat Prinsip dan konsep disepakati sebelum

perancangan mulai. Dengan peraturan perundang-undangan berbasis prinsip, masyarakat dan para pejabat dapat mengerti dasar pengaturan, dan akan patuh pada aturan tersebut karena mengerti, bukan karena ikut saja.

Agar tidak ada kesenjangan atau perbedaan persepsi tentang pembagian urusan antara pusat dan daerah, pemerintah harus menyiapkan usulan revisi undang- undang sektoral supaya dasar pembagian urusan sesuai dengan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, dan diatur dalam undang-undang sesuai dengan amanat UUD

1945. Fungsi kementerian/lembaga dan pemerintah provinsi

Menuju Manajemen Publik Kelas Dunia

harus jelas dalam UU sektoral, agar tidak ada anggaran di pusat atau provinsi untuk urusan yang murni urusan kabupaten/kota, dan tersedia anggaran untuk pengawasan dan pembinaan yang diperlukan. Undang-undang sektoral harus mengatur secara jelas kewenangan dan amanah para menteri/pimpinan lembaga dan pemerintah daerah, berdasarkan prinsip yang seharusnya diatur dalam Undang- Undang tentang Pemerintahan Daerah.

Menteri adalah pengambil kebijakan, pejabat senior adalah pengelola implementasinya berdasarkan prinsip dan nilai, dan bawahannya adalah pelaksana. Biasanya tugas perancangan undang-undang dan peraturan kebijakan dilaksanakan oleh tim ad-hoc, yang sumber dayanya sangat terbatas. Perancangan undang-undang dan peraturan serta perumusan kebijakan seharusnya menjadi tugas pokok menteri, pimpinan lembaga dan kepala daerah, dibantu oleh unit penelitian dan pengembangan (Litbang) pada kementerian/lembaga, dan Litbang pada Bappeda di daerah, yang bertugas untuk meneliti keberhasilan kebijakan dan mengembangkan penyempurnaan. Para menteri, pimpinan lembaga dan kepala daerah menugaskan dan memberdayakan Litbang sebagaimana mestinya sebagai sumber penyempurnaan kebijakan secara berkelanjutan.

Pembentukan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) bertujuan untuk memberi masukan kepada DPR-RI tentang kebijakan yang berkaitan dengan daerah. Empat anggota dari masing-masing provinsi mempunyai kapasitas tinggi untuk memberi masukan secara langsung tentang masalah-masalah yang dihadapi di daerah. Akan tetapi karena tidak ada sistem fraksi di DPD, sangat sulit untuk mencapai kesepakatan atas perancangan undang-undang yang disiapkan DPD. Di sisi lain, masukan DPD kepada DPR menjadi kurang efektif karena tidak ada ketentuan yang mengharuskan DPR untuk mengakomodasikan pertimbangan DPD. Sebaiknya DPD memberi masukan untuk penyempurnaan kebijakan. Di negara lain, undang-

Untuk Reformasi Birokrasi di Indonesia

undang tentang pemerintahan daerah disempurnakan terus, dengan beberapa kali direvisi setiap tahun.

Hasil ketiga dari review peraturan perundang-undangan adalah dorongan untuk pertumbuhan ekonomi. Review peraturan perundang-undangan harus membawa dampak pada investor, wiraswastawan dari yang kecil sampai besar. Review tersebut membawa peningkatan kesempatan kerja, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pada dasarnya undang-undang dibentuk bertujuan untuk mendorong pertumbuhan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Karena itu setiap revisi yang dilakukan harus mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Meski secara langsung undang-undang belum tentu memuat materi dan substansi pertumbuhan ekonomi, tetapi para perancang undang-undang mengintegrasikan amanat pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat dalam setiap undang-undang yang dibuat.

Menuju Manajemen Publik Kelas Dunia

Untuk Reformasi Birokrasi di Indonesia