PEMBAHASAN PENERAPAN MATERI AJAR WACANA BAHASA INDONESIA BERBASIS KONTEKSTUAL

4. PEMBAHASAN PENERAPAN MATERI AJAR WACANA BAHASA INDONESIA BERBASIS KONTEKSTUAL

Penerapan pendekatan kontekstual terdapat sepuluh aspek yang harus diamati, di antaranya: (1) Dosen menyampaikan tujuan pembelajaran; (2) Dosen mengadakan apresepsi; (3) Dosen menyampaikan materi pembelajaran yang akan dikembangkan; (4) Dosen menggunakan gambar peristiwa yang sama atau pemodelan; (5) Dosen membagi mahasiswa menjadi 4 kelompok, kemudian memberikan kesempatan untuk menamai timnya (masyarakat belajar); (6) Dosen membangun mahasiswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar (konstruktivisme); (7) Dosen meminta mahasiswa menemukan tema, ide pokok, atau isi karangan dalam suatu karangan wacana (inkuiri); (8) Dosen menumbuhkan dorongan mahasiswa untuk bertanya; (9) Dosen membangun hubungan baik dengan mahasiswa; (10 ) Dosen memberikan refleksi.

Keunggulan pembelajaran kontekstual sebagai berikut:

1. Dengan pembelaran kontekstual dapat meningkatkan aktifitas berpikir mahasiswa secara penuh, baik fisik maupun mental.

2. Pembelajaran kontekstual dapat menjadikan mahasiswa belajar yang bukan menghafal, tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.

3. Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi, sebagai tempat untuk menguji data

hasil temuan mereka di lapangan.

4. Materi perkuliahan ditentukan oleh mahasiswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain.

5. Cara merumuskan kompetensi dalam pendekatan kontekstual meliputi tiga ranah, yakni: (1) kognitif dengan cara menganalisis; (2) Psikomotorik dengan cara membuat, dan (3) Afektif dengan cara mampu menyatakan pendapatnya sesuai teori strategi pembelajaran.

(KBSP) IV 2016

Adapun kelemahan pembelajaran kontekstual sebagai berikut: Penerapan pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang kompleks dan sulit dilaksanakan dalam konteks pembelajaran. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual juga membutuhkan waktu yang lama.

Berikut ini akan dikemukakan langkah-langkah pembelajaran dalam memahami pengertian Wacana

Strategi 1: Mencari Info secara Mandiri untuk membangun/ mengkonstruksi

pengetahuan dan keterampilan baru

Strategi ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar di luar kelas, keluar dari kungkungan tembok dan dinding kelas yang terkadang terasa menjemukan dan penuh aturan. Mahasiswa bisa belajar di perpustakaan, warnet, mencari jurnal, dan sumber-sumber belajar lainnya.

Prosedur: 1. Bagi mahasiswa dalam kelompok kecil, sekitar 2 atau 3 orang, dosen memberi

kesempatan untuk menamai timnya dalam masyarakat belajar tersebut. 2. Berilah masing-masing kelompok tugas yang bisa dicari jawabannya di tempat-

tempat yang sudah ditunjukkan mahasiswa. Tugas yang diberikan adalah mencari artikel wacana dari jurnal baik nasional atau internasional.

3. Tugas yang diberikan oleh dosen adalah mencari artikel ilmiah tentang Wacana lalu didiskusikan antara mahasiswa satu dengan yang lain saling bertanya, bila mahasiswa tidak bisa memecahkan masalah yang diajukan kepada temannya maka bisa bertanya kepada dosen. Kegiatan dosen mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir mahasiswa. Kemudian mahasiswa diminta untuk mencermati artikel yang didapat

4. Kelompok mengerjakan tugas sekitar 15 menit sebelum perkuliahan selesai mereka harus segera masuk ke dalam kekas .

5. Di kelas masing-masing kelompok melaporkan hasil belajarnya dalam mencari informasi di berbagai sumber balajar tersebut.

748 (KBSP) IV 2016

6. Setelah mendiskusikan antara mahasiswa yang satu dengan yang lain saling bertanya lalu mereka membuat laporan hasil temuannya tersebut dan dikumpulkan kepada dosen.

Berikut ini akan dipaparkan komponen yang tidak kalah pentingnya dengan uraian di atas, yakni berupa Penilaian Autentik (Authentic Assessment).Yang dimaksud dengan Penilaian Autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar pesera didik untuk ranah kognitif (pengetahuan), Psikomotorik (keterampilan), dan Afektif (sikap).

Jenis-jenis penilaian autentik adaalah (1) Penilaian Kinerja; (2) Penilaian Proyek; (3) Penilaian Portofolio; dan (4) Penilaian Tertulis. Berikut ini akan dikemukakan contoh penilaian portofolio.

Pembelajaran: Menuluis Paragraf dalam Wacana

Tugas: Indikator Mengembangkan gagasan utama Mahasiswa mampu menulis kerangka

sehingga menjadi karangan dalam paragraf dan mengembangkan sehingga menjadi karangan yang utuh.

Menulis Paragraf

Tulislah sebuah karangan tentang cita-citamu! Agar lebih mudah dalam mengembangkan gagasam, buatlah terlebih

dahulu kerangka karangan dan berilah judul k

aranganmu!

750 (KBSP) IV 2016

Tanda tangn Dosen Tanda tangan orang tua/ wali mahasiswa

Daftar Pustaka

Arifin, E.Zaenal dan Junaiyah.H.M...2009.Sintaksis.. Jakarta: Grasindo.

Chaer, Abdul. 2009 SintaksisBahasa Indonesia (Pendekatan Proses)Jakarta: Rineka Cipta. Chomsky, Noam. 1957. Syntaxtic Structure. The Hague: Muton _____________; 1972. Aspect of The Theory of Syntax. Cambridge, Massa-

Chusseets: The Mit Press.; Cook, S.J. Walter A.1989. “Case Grammar: A New Dimension in Language

Teaching”Georgetown University Press. Fillmore, Charles. J 1971.“The Case for Case “ dalam Emmon Bachdan Robert T. Harm

(edit) Universal Linguistics Theory New York: Halt , Rinehart, and Winston Inc. ________________.1977. “Case for Case Reopened” dalam Cole, Peter dan Jarold M.

Sadok, peny. Syntax and Semantics: Grammatical Relations. Volume 8. New York: Academic Press, hlm. 59-81.

Johnson, Elaina B. 2010. CTL : Contextual Teaching & Learning. Terj. Ibnu Setiawan. Bandung : Kaifa Learning. Keraf, Gorys. 1991. Tatabahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Gtamedia. Kridalaksana,Harimurti. 1985. Tatabahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Lyons, John. 1970. New Horizons in Linguistics . London: Pinguin Books. Parera, J.D. 2009. Dasar-dasar Analisis Sintaksis. Jakarta : Erlangga. Pateda, Mansoer. 1994. Linguistik Sebuah P engantar. Bandung : Angkasa.

Pike, Kenneth L., dan Evelyin G Pike.1977. Grammatical Analysis. The Summer Institute of Linguistics and The Universityof Texas of Erlington.

Povolna. Renata. 2009.”Negotiation of Meaning in Spoken Interaction “ International Journal Lingyistics.

(KBSP) IV 2016

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Depdikbud Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: UB Karyono.

Samsuri. 1975. Morfosinyaksis. Dalam Majalah Ilmu-ilmu Sastra IndonesiaNo 3 Jilid VI Agustus. _______.1983. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga/ Stryker, Sherly. 1969. “Applied Linguistics , Principles and Techniques” dalam Forum volume VII Number 5. Suhardi.2008/ Sintaksis. Yogyakarta: UNY Press. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sintaksis.Bandung: Angkasa. Verhaar, J.W.M. 2006. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. __________. 1992. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wijana, I Dewa Putu., Muhammad Rohmadi. 2011. Analisis Wacana Pragmatik:

Kajian Teori dan analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. Zainal, Aqib.2013. Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya. Zhan, Changjuan.2010. ‘‘Acquisition of Communicative Competence’’. Journal

of Language Teaching and Research ISSN 1798-4769Volume 1, Number

1, January.

Zhang, Yan.2010. ‘‘Cooperative Language Learning and Foreign Language Learning and Teaching’’. Journal of Language Teaching and Research SSN 1798-4769Volume 1, Number 1, January.

Seminar Nasional Kajian Bahasa dan Pengajarannya

(KBSP) IV 2016

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MODEL WORD SQUARE PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 8 PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN

TAHUN AJARAN 2015/2016

Indra Hermarita Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1, Pabelan, Surakarta 57102

Telp. 0271-717417 psw.156, fax 0271-715448 buindraher83@gmail.com HP.089 669 0000 83 0818294683

Abstrak

Berdasarkan hasil observasi awal, keterampilan membaca pemahaman siswa kelas III SD Negeri 8 Purwodadi Grobogan belum mencapai KKM yang ditentukan, yaitu 71. siswa maupun guru menganggap keterampilan membaca pemahaman sulit untuk dikuasai maupun diajarkan. Penggunaan media dan teknik pembelajaran yang digunakan kurang menarik dan belum maksimal. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model pembelajaran word square yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas

III SD Negeri 8 Purwodadi Grobogan. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel keterampilan membaca pemahaman dan variabel model word square. Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa sebelum diberi tindakan, yaitu sebesar 52,86 dan berada dalam kategori kurang cukup. Pada siklus I, nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan sebesar 10,97 atau 20,75% menjadi sebesar 63,83 dan berada dalam kategori cukup. Nilai rata-rata pada siklus I belum mencapai batas ketuntasan yang telah ditetapkan oleh peneliti sehingga dilakukan siklus II. Pada siklus

II, nilai rata-rata keterampilan membaca pemahaman meningkat sebesar 19,96 atau 31,27% menjadi sebesar 83,79 dan berada dalam kategori baik. Selain itu, hasil nontes menunjukkan adanya perubahan perilaku siswa ke arah positif. Perubahan perilaku yang terjadi adalah siswa lebih aktif selama pembelajaran, lebih berfokus terhadap penjelasan guru, lebih santun dalam berperilaku, percaya diri, dan saling menghargai dalam kegiatan presentasi, serta lebih mampu bekerja sama dengan temannya.

Kata kunci: keterampilan membaca, membaca pemahaman, model word square

Seminar Nasional Kajian Bahasa dan Pengajarannya

Pembelajaran bahasa memiliki empat keterampilan dasar yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Berdasarkan sifatnya keterampilan tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu bersifat reseptif dan bersifat produktif. Keterampilan yang bersifat reseptif yaitu keterampilan menyimak dan membaca, sedangkan keterampilan yang berifat produktif adalah keterampilan berbicara dan menulis.

Selama ini guru masih menggunakan model konvensional, yaitu ceramah dan tugas. Hal tersebut membuat siswa merasa bosan dan kurang tertarik saat mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan variasi model pembelajaran untuk menarik minat dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran word square.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah mendeskripsikan proses pembelajaran keterampilan membaca dengan model pembelajaran word square, mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran membaca dengan model pembelajaran word square, dan mendeskripsikan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran membaca dengan model pembelajaran word square. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti akan mencoba melakukan penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan keterampilan membaca pemahaman dengan model word square pada siswa kelas III SD Negeri 8 Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun ajaran 2015/2016.

KAJIAN PUSTAKA

Model pembelajaran word square merupakan sesuatu yang baru bagi siswa, sehingga siswa akan tertarik dengan untuk menemukan jawaban-jawaban dari kotak-kotak huruf yang tersedia. Hal ini memudahkan siswa untuk lebih memahami isi bacaan dan menemukan jawaban dengan tepat. Soal dikerjakan secara individu sehingga kemampuan pemahaman siswa dapat diketahui pada saat siswa menjawab soal. Siswa telah mampu memahami isi teks apabila siswa tersebut telah mampu menjawab sebagian besar soal yang disajikan dengan tepat. Sebaliknya apabila siswa belum dapat menjawab soal, maka siswa tersebut belum mampu memahami isi bacaan dengan baik.

Danarti (2008: 97) menyebut permainan word square dengan hidden word. Permainan tersebut merupakan lembaran kertas yang berisi huruf-huruf acak. Tujuan dari permainan ini adalah untuk menambah kosa kata siswa. Selain itu, keterkaitan antara soal dengan jawaban yang disusun dalam kotak kata yang digunakan peneliti untuk menyamakan pemahaman mengenai isi teks antara siswa dengan guru. Jawaban dari pertanyaan atau soal telah disamarkan dengan pemberian huruf.

Anderson (dalam Tarigan 1984:7) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses penyediaan kembali dan membaca sandi (a recording and deconding process). Membaca merupakan suatu kegiatan yang menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang meliputi pengubahan sebuah tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang memiliki makna. Membaca dapat diartikan kegiatan menghubungkan makna bahasa tulis menjadi bahasa bunyi.

Seminar Nasional Kajian Bahasa dan Pengajarannya 754 (KBSP)

IV 2016

Hampir sama dengan pendapat di atas, Tarigan (1984:56) mengemukakan bahwa membaca pemahaman adalah sejenis membaca yang merupakan rincian membaca intensif yang bertujuan memahami standar-standar atau norma kesusastraan; memahami resensi kritis;memahami drama tulis dan memahami pola-pola fiksi. Membaca pemahaman biasanya dilakukan dengan teknik membaca dalam hati. Membaca pemahaman dapat berarti memahami secara kritis.

Dalam KTSP mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III SD terdapat beberapa kompetensi dasar keterampilan membaca. Salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa kelas III SD adalah menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang (150-200 kata) yang dibaca secara intensif (Depdiknas: 2006). Diperlukan indikator untuk mengukur ketercapaian siswa pada kompetensi dasar tersebut.

Indikator pertama yang harus dikuasai adalah mampu menjawab pertanyaan tentang isi teks agak panjang (150-200 kata) dengan tepat. Guru mengungkapkan bahwa siswa belum terampil dalam menjawab pertanyaan isi teks agak panjang. Hal ini disebabkan pemahaman siswa terhadap isi teks masih kurang. Guru menuturkan bahwa nilai rata-rata keterampilan membaca siswa adalah 65 sedangkan kriteria ketuntasan minimal pelajaran bahasa Indonesia adalah 71. Selain itu, dari wawancara dapat diketahui bahwa siswa merasa kesulitan dalam menjawab pertanyaan tentang teks agak panjang.

Indikator kedua adalah siswa mampu membuat pertanyaan mengenai isi teks bacaan. Sebelum membuat pertanyaan siswa melakukan kegiatan membaca terlebih dahulu. Siswa yang mampu membuat soal atau pertanyaan mengenai teks bacaan, maka siswa tersebut memiliki kemampuan membaca yang baik.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah keterampilan membaca pemahaman siswa kelas III. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri 8 Purwodadi Grobogan, dengan jumlah 29 siswa, terdiri atas 16 siswa laki-laki, dan 13 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel keterampilan membaca pemahaman dan variabel model word square. Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan nontes. Tes dilaksanakan dalam bentuk uraian berupa tes membaca pemahaman, sedangkan teknik nontes diterapkan melalui deskripsi perilaku ekologis, catatan harian guru dan siswa, wawancara, sosiometri, dan dokumentasi foto. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis secara kuantitatif dan kualitatif.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Hasil Tes Keterampilan Membaca Pemahaman dengan Model Word Square

Siklus I Siklus II

Siklus I

Seminar Nasional Kajian Bahasa dan Pengajarannya

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa sebelum diberi tindakan, yaitu sebesar 52,86 dan berada dalam kategori kurangcukup. Pada siklus I, nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan sebesar 10,97 atau 20,75% menjadi sebesar 63,83 dan berada dalam kategori cukup. Nilai rata-rata pada siklus I belum mencapai batas ketuntasan yang telah ditetapkan oleh peneliti sehingga dilakukan siklus II. Pada siklus II, nilai rata-rata keterampilan membaca pemahaman meningkat sebesar 19,96 atau 31,27% menjadi sebesar 83,79 dan berada dalam kategori baik. Selain itu, hasil nontes menunjukkan adanya perubahan perilaku siswa ke arah positif. Perubahan perilaku yang terjadi adalah siswa lebih aktif selama pembelajaran, lebih berfokus terhadap penjelasan guru, lebih santun dalam berperilaku, percaya diri, dan saling menghargai dalam kegiatan presentasi, serta lebih mampu bekerja sama dengan temannya.

Hasil tes menunjukkan bahwa target penelitian sudah tercapai. Nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa pada siklus II sebesar 83,97 sudah memenuhi batas ketuntasan yang ditentukan oleh peneliti, yaitu 71. Siswa yang memperoleh nilai di atas 71 atau yang termasuk tuntas sebanyak 24 siswa atau sebesar 82,76% dari jumlah siswa. Sementara itu, lima siswa lainnya masih belum tuntas. Meskipun demikian, hasil tes siklus II sudah memenuhi target ketuntasan penelitian, yaitu tingkat ketuntasan melebihi separuh dari jumlah siswa. Berdasarkan analisis hasil tes membaca pemahaman pada tiap aspek, diketahui nilai rata-rata siswa pada masing-masing aspek sudah melebihi batas ketuntasan penelitian. Dengan demikian, indikator pembelajaran membaca pemahamanan sudah tercapai dengan hasil yang memuaskan.

Perilaku negatif yang tidak sesuai dengan lima karakter positif dan masih terjadi pada siklus I sudah tidak dilakukan siswa pada siklus II. Keaktifan siswa dalam melaksanakan pembelajaran mengalami peningkatan yang signifikan. Siswa sudah lebih berfokus pada saat diberi penjelasan oleh guru. Siswa juga sudah tidak canggung untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Siswa yang bercanda dengan teman dan tidak memperhatikan penjelasan guru sudah semakin berkurang. Keaktifan dan kedisiplinan dalam kegiatan diskusi kelompok juga meningkat. Tidak ada siswa gaduh pada saat diskusi atau mondar-mandir di kelas. Siswa juga lebih berdisiplin dalam menyelesaikan dan mengumpulkan tugas. Kesantunan siswa saat membaca pemahaman juga ditunjukkan dengan lebih serius dalam memperhatikan penjelasan guru serta lebih sopan dan menghargai temannya. Rasa percaya diri siswa pada saat berpresentasi lebih tinggi dibandingkan pada siklus I. Siswa yang menyimak presentasi juga lebih menghargai dan mengapresiasi teman yang sedang presentasi.

Seminar Nasional Kajian Bahasa dan Pengajarannya 756 (KBSP)

IV 2016

Kemampuan bekerja sama dan berbagi dalam diskusi kelompok juga berubah menjadi lebih baik. Siswa juga dapat berbagi perasaan dan pengalamannya kepada guru dengan baik dan lancar. Siswa mengaku senang dan memperoleh kemudahan dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan model word square.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Keterampilan membaca pemahaman dengan model word square pada siswa kelas III SD Negeri 8 Purwodadi mengalami peningkatan. Nilai rata‐rata yang dicapai oleh siswa sebelum diberi tindakan adalah sebesar 52,86 dan berada dalam kategori cukup. Pada siklus I, nilai rata‐rata siswa mengalami peningkatan 10,97 atau sebesar 20,75% menjadi sebesar 63,83 dan berada dalam kategori cukup. Nilai rata‐rata pada siklus I belum mencapai batas ketuntasan yang telah ditetapkan oleh peneliti sehingga dilakukan siklus II. Setelah dilaksanakan tindakan siklus II, nilai rata‐rata siswa mengalami peningkatan sebesar 63,83 menjadi sebesar 83,79 berada dalam kategori baik. Peningkatan nilai rata‐rata tersebut membuktikan keberhasilan pembelajaran pembelajaran membaca pemahaman dengan model word square.

Perubahan perilaku siswa mencakup lima karakter penting, yaitu keaktifan, kesantunan, kemampuan bekerja sama dalam kelompok, kepercayaan diri, dan kemampuan berbagi. Perubahan perilaku siswa dibuktikan dengan data nontes yang berupa deskripsi perilaku ekologis, catatan harian guru, catatan harian siswa, wawancara, sosiometri, dan dokumentasi foto.

Saran

Saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan simpulan di atas adalah guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia hendaknya menggunakan model pembelajaran word square dalam pembelajaran membaca pemahaman karena model word square terbukti dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa. Sementara itu bagi siswa, hendaknya siswa giat berlatih membaca, agar dapat membaca dengan lancar. Dengan demikian, keterampilan membaca siswa dapat maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Noor Wachid. 2010. “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui

Teknik Scramble dengan Media Rubrik Pengetahuan Majalah Bobo Pada Siswa Kelas III SD 2 Wergu Kulon Kudus”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Bell,Timotius. 2001. Area Reading: Speed and Understanding. Jurnal. http://www.extensivereading.net/er/Readingmatrix.com (diunduh pada Senin, 4 April 2011).

Seminar Nasional Kajian Bahasa dan Pengajarannya

Deny. 2010. Jenis-jenis Membaca. http:// www.bangdeny.wordpress.com (diiunduh pada Minggu, 3 April 2011).

Depdiknas. 2004. Keterampilan Membaca Pemahaman. Jakarta: Depdikbud Farida, Devi Suryaning. 2009. “Penggunaan Media Word Square dalam Pembelajaran Bahasa

Arab Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Kosakata Siswa Kelas XI SMA 02 Muhammadiyah Wuluhan- Jember”. Skripsi. Universitas Negeri Malang.

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastraarab/skripsi/ (diunduh pada Jumat, 4 Juni 2010).

Harjasujana dan Yeti Mulyati, 1996. Membaca 2. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Haryadi. 2006. Retorika Membaca, Model, Metode, dan Teknik. Semarang: Rumah Indonesia.

Indayani, Dewi. “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Menemukan Gagasan Utama dalam Teks Bacaan Menggunakan Metode Make A Match Pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 2 Kudus”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Maesono, Anggadewo. 2002. Pembelajaran Keterampilan Membaca. Makalah disajikan dan

dibahas pada Lokakarya Nasional Pengembangan Materi Membaca dan Menulis bagi Guru SLTP di Semarang pada tanggal 15 s.d. 22 Oktober 2002.

Ningsih, Dwi Utami. 2009. “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Strategi Cooperative Script dan Word Square Materi Sistem Saraf Manusia Di SMA Ibu Kartini Semarang”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Nurhadi. 2004. Bagaimana Meningkatkan Kemmpuan Membaca?. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

. 2005. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Priyatiningsih. 2008. “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Teks Bacaan

dengan Model Bawah Atas Melalui Metode STAD pada Siswa Kelas IIIA SD N Srondol 02 ABDC”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Rahmawati, Yuni. 2010. Pengertian Membaca, Ketrampilan Mekanis,dan Ketrampilan

Pemahaman. http://ayunirahma.wordpress.com/ (diunduh pada Minggu, 3 April 2011).

Saptono, Sigit. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: FMIPA UNNES. Satata, Sri. 2010. Modul Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa. Pusat Pengembangan Bahan

Ajar UMB. www.scribd.com/doc/ (diunduh pada Senin, 4 April 2011).

Seminar Nasional Kajian Bahasa dan Pengajarannya 758 (KBSP)

IV 2016

Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya:SIC.

. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya:SIC.

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Urdang, Laurence. 1968. The Random House Dictionary of the English Language the College Edition. New York: Random House.

Widianingsih. 2008. “Peningkatan Membaca Pemahaman Dengan Media Reading Box Pada Siswa Kelas III SD Pasuruhanlor Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Wainwright, Gordon. 2006. Speed Reading Better Recalling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Widodo, Rahmad. 2009. Model Pembelajaran Word Square. http://id.wordpress.com/tag/model-pembelajaran-wordsquare/ (diunduh pada Senin, 4 April 2011).

Wooley, Gary. 2004. Research On Reading Comprehension Difficulties After Year Four: Actioning Appropriately. Jurnal. University of Canber

Seminar Nasional Kajian Bahasa dan Pengajarannya

(KBSP) IV 2016