Metode Analisis Data

E. Metode Analisis Data

Untuk mencapai tujuan serta menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan dua macam analisis data, yaitu:

1. Analisis Tipology Klassen Sektoral

Tipologi Klassen merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi di suatu daerah/wilayah yang dikaitkan dengan perekonomian diatasnya. Analisis Tipologi Klassen Sektoral dilakukan dengan cara mengklasifikasikan perekonomian di wilayah Kabupaten Purbalingga. Variabel yang dijadikan alat analisis ini adalah pertumbuhan ekonomi suatu daerah/wilayah dan pendapatan per kapita suatu daerah/wilayah.

Analisis Tipologi Klassen Sektoral dibagi menjadi empat klasifikasi (Sjafrizal, 2008:180), yaitu:

1. Sektor Maju Dan Tumbuh Pesat (Developed Sector), dimana memiliki laju pertumbuhan dalam PDRB lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi referensi, serta memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi.

2. Sektor Maju Tapi Tertekan (Stagnant Sector), dimana memiliki laju pertumbuhan PDRB lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi referensi, tetapi 2. Sektor Maju Tapi Tertekan (Stagnant Sector), dimana memiliki laju pertumbuhan PDRB lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi referensi, tetapi

3. Sektor Potensial atau masih dapat Berkembang (Developing Sector ), dimana memiliki laju pertumbuhan PDRB lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi referensi, tetapi memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi.

4. Sektor Relatif Tertinggal (Underdeveloped Sector), dimana memiliki laju pertumbuhan PDRB lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi referensi, serta memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi.

Klasifikasi sektor PDRB menurut Tipologi Klassen Sektoral dapat terlihat pada Tabel 3.2 dibawah ini.

Tabel 3.1 Klasifikasi Sektor PDRB Menurut Tipologi Klassen Sektoral Kuadran I

Kuadran II

Sektor yang maju dan tumbuh Sektor maju tapi tertekan pesat (developed sector)

(stagnant sector) s i > s dan sk i > sk

s i < s dan sk i > sk

Kuadran III Kuadran IV

Sektor potensial atau masih dapat Sektor relatif tertinggal Berkembang (Developing Sector)

(underdeveloped sector) s i > s dan sk i < sk

s i < s dan sk i < sk

Sumber: Sjafrizal, 2008:180

Keterangan: s i

= Laju pertumbuhan sektor i di salah satu daerah/wilayaj s

= Laju pertumbuhan sektor di daerah/wilayah referensi sk i = Nilai kontribusi sektor i terhadap PDRB di salah satu daerah/wilayah sk = Nilai kontribusi sektor terhadap PDRB di daerah/wilayah referensi

2. Location Quotient (LQ)

Identifikasi sektor unggulan dan potensial ekonomi daerah merupakan proses awal dalam kegiatan perencanaan ekonomi untuk pengembangan sektor kegiatan ekonomi. Untuk mempercepat pertumbuhan perekonomian daerah, mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi potensi sektor terendah serta menentukan prioritas untuk menanggulangi kelemahan tersebut, maka sangat diperlukan adanya penentuan sektor-sektor ekonomi unggulan.

Untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah digunakan salah satu alat analisis yaitu LQ (Location Quotient). Analisis LQ merupakan analisis dengan teknik perbandingan berapa besar peranan suatu sektor/industri dalam suatu wilayah terhadap peranan suatu sektor/industri tersebut secara nasional. (Tarigan, 2003:78).

Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah sektor-sektor ekonomi tersebut termasuk kegiatan basis atau bukan basis sehingga dapat melihat sektor–sektor yang termasuk ke dalam kategori sektor unggulan. Perhitungan LQ digunakan untuk menunjukkan perbandingan antara peranan sektor tingkat regional dengan peran sektor wilayah tingkat yang lebih luas. Tidak meratanya penyebaran kegiatan ekonomi di pulau Jawa yang pada umumnya hanya terkonsentrasi pada beberapa daerah saja memberikan indikasi bahwa produk ekonomi wilayah merupakan komoditi ekspor. Dengan demikian dampak komoditi ekspor terhadap wilayah produsen dapat ditelaah dengan konsep Basis Ekonomi. Berdasarkan konsep ini, pendapatan dari sektor basis akan memberikan dampak positif yang luas dalam pertumbuhan perekonomian wilayah.

Untuk menghitung LQ digunakan rumus sebagai berikut (Tarigan, 2003:78):

Dimana : LQ

= Indeks Location Quotient x i

= Nilai tambah sektor/sub sektor i pada wilayah Kabupaten Purbalingga PDRB

= Produk domestik regional bruto pada wilayah Kabupaten Purbalingga.

X i = Nilai tambah sektor / sub i sektor secara nasional. PNB

= Produk domestik regional bruto Provinsi Jawa Tengah.

Kriteria pengukuran LQ adalah sebagai berikut (Tarigan, 2003:78) :

a. Apabila LQ > 1, artinya sektor tersebut berperan lebih besar daripada sektor yang sama secara nasional sehingga seringkali sebagai petunjuk bahwa daerah tersebut surplus akan produk sektor i dan mengekspornya ke daerah lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki keunggulan komparatif untuk sektor i tersebut.

b. Jika LQ < 1, maka sektor tersebut mempunyai peran lebih kecil dibandingkan peranan sektor tersebut secara nasional.

c. LQ = 1, menunjukkan bahwa produk domestik yang dimiliki daerah tersebut habis dikonsumsi oleh daerahnya sendiri.

Dimana tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten Purbalingga adalah sama dengan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah.

Sektor dikatakan basis dan berpotensi sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Purbalingga apabila nilai LQ > 1. Sebaliknya, sektor dikatakan non basis dan kurang berpotensi sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Purbalingga apabila nilai LQ < 1. Dalam penelitian ini data yang digunakan pada analisis Location Quotient (LQ) adalah PDRB Kabupaten Purbalingga dan Provinsi Jawa Tengah tahun 2007-2011 menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000.

Kelebihan LQ adalah merupakan alat analisis yang sederhana dalam perekonomian suatu daerah dengan menunjukkan produk-produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor dan menunjukkan industri- industri potensial (sektoral) untuk menganalisis lebih lanjut. Sedangkan kelemahannya yaitu indikator yang deskriptif, merupakan kesimpulan sementara dan tidak memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah.

3. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis)

Untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian tentang pergeseran dan perubahan struktur pada perekonomian wilayah Kabupaten Purbalingga digunakan analisis shift share. Analisis shift share sama seperti metode LQ yaitu membandingkan perbedaan laju Untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian tentang pergeseran dan perubahan struktur pada perekonomian wilayah Kabupaten Purbalingga digunakan analisis shift share. Analisis shift share sama seperti metode LQ yaitu membandingkan perbedaan laju

Pertambahan lapangan kerja (employment ) regional total (∆E r ) dapat diurai menjadi komponen shift dan komponen share. Kompenen share (national share) adalah berapa banyak pertumbuhan lapangan kerja regional seandainya proporsi perubahannya sama dengan laju pertumbuhan nasional selama periode tersebut. Komponen shift adalah penyimpangan (deviation) dari national share dalam pertumbuhan lapangan kerja regional. Apabila penyimpangan tersebut positif, maka dapat dikatakan bahwa daerah tersebut tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja secara nasional sedangkan daerah yang tumbuh lebih lambat/merosot, maka penyimpangan tersebut menghasilkan negatif (Tarigan, 2005:86).

Dengan analisis shift share, dapat diketahui gambaran kinerja sektor-sektor dalam PDRB Kabupaten Purbalingga dibandingkan Dengan analisis shift share, dapat diketahui gambaran kinerja sektor-sektor dalam PDRB Kabupaten Purbalingga dibandingkan

Bagi setiap daerah, shift netto dapat dibagi menjadi dua komponen, yaitu proportional shift component (P) dan differential shift component (D) (Tarigan, 2005:86).

a. Proportional Shift Component (P) atau dikenal sebagai komponen struktural atau industrial mix, komponen ini mengukur tentang besarnya shift regional netto akibat dari komposisi industri di daerah yang tersebut. Pada daerah- daerah yang memiliki spesialisasi dalam sektor-sektor secara nasional yang tumbuh cepat, maka komponen ini akan memiliki hasil positif. Sedangkan negatif apabila daerah- daerah tersebut memiliki spesialisasi dalam sektor-sektor yang secara nasional tumbuh lebih lambat atau bahkan merosot. Proportional Shift (P r,i ) adalah melihat pengaruh sektor i pada region yang di analisis.

b. Differential Shift Component (D) atau sering dikenal sebagai komponen lokasional atau regional adalah sisa kelebihan. Komponen ini mengukur besarnya shift regional netto akibat dari sektor-sektor industri tertentu yang tumbuh lebih cepat b. Differential Shift Component (D) atau sering dikenal sebagai komponen lokasional atau regional adalah sisa kelebihan. Komponen ini mengukur besarnya shift regional netto akibat dari sektor-sektor industri tertentu yang tumbuh lebih cepat

Kedua komponen shift tersebut akan memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat ekstern dan bersifat intern. Proportional shift adalah akibat dari pengaruh unsur-unsur luar yang bekerja secara nasional, sedangkan differential shift adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja khusus didaerah yang bersangkutan. Hubungan antara Proportional shift dan differential shift dapat dilihat dari rumus sebagai berikut (Tarigan, 2005:87).

∆ܧ ௥ = ܧ ௥,௧ −ܧ ௥,௧ି௡ Sedangkan rumus pertambahan lapangan kerja regional sektor i dapat dilihat sebagai berikut.

∆ܧ ௥,௜ = ܧ ௥,௜,௧ −ܧ ௥,௜,௧ି௡ Pertambahan lapangan kerja regional sektor i dipengaruhi dari National share, Proportional shift, dan Differential shift.

Persamaan untuk seluruh wilayah adalah sebagai berikut (Tarigan, 2005:88).

Keterangan: ΣE N, i, t

=E N, t

ΣE r, i, t =E r, t

∆ = Angka akhir (tahun t) dikurangi dengan angka awal (tahun t – n) N