Analisis Data dan Pembahasan

B. Analisis Data dan Pembahasan

1. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor Perekonomian Wilayah Kabupaten Purbalingga Menurut Tipologi Klassen Sektoral

Untuk mengelompokkan sektor ekonomi dalam Kabupaten Purbalingga menurut struktur pertumbuhannya digunakan metode Tipologi Klassen Sektoral. Dengan menggunakan Matrix Klassen dapat dilakukan empat pengelompokkan sektor dengan memanfaatkan laju pertumbuhan dan nilai kontribusi.

Tabel 4.6 menyajikan hasil pengolahan data pada Lampiran 9, yaitu berupa rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi sektor PDRB Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011.

Pada Tabel 4.6 terlihat jelas bahwa sektor yang memiliki kontribusi rata-rata paling besar terhadap PDRB Kabupaten Purbalingga adalah sektor Pertanian, kemudian diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sedangkan untuk pertumbuhan rata- rata, yang paling besar mendominasi adalah sektor Pertambangan dan Penggalian yang diikuti oleh sektor Jasa-jasa, dan sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Sektor yang memiliki pertumbuhan rata- rata paling kecil di Kabupaten Purbalingga adalah sektor Pertanian.

Tabel 4.6 Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Provinsi Jawa

Tengah dan Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011

Jawa Tengah No.

Rata-rata Rata-rata

Pertumbuhan

Kontribusi Pertumbuhan Kontribusi

(Si)

(Ski)

(S) (Sk)

3,08 19,17 Pertambangan dan

3 Industri Pengolahan

5,49 32,41 Listrik dan Air

Bangunan dan

Perdagangan, Hotel

6,49 21,41 dan Restoran

Pengangkutan dan

Bank dan Lembaga

6,81 3,73 Keuangan Lainnya

Sumber: Lampiran 9

Secara Provinsi, sektor-sektor yang memiliki kontribusi rata-rata paling besar adalah sektor Industri Pengolahan kemudian diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sedangkan sektor yang menyumbangkan kontribusi paling kecil adalah sektor Listrik dan Air Bersih. Pertumbuhan rata-rata Provinsi Jawa Tengah paling tinggi didominasi oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang diikuti oleh sektor Jasa-jasa. Sementara sektor Pertanian memiliki pertumbuhan paling kecil.

Selanjutnya, melalui data pada Tabel 4.6 dapat diklasifikasikan sektor PDRB Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011 berdasarkan Tipologi Klassen Sektoral sebagaimana tercantum pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Purbalingga Tahun 2007- 2011 Berdasarkan Tipology Klassen Sektoral

Kuadran I Kuadran II

Sektor yang maju dan tumbuh pesat (developed Sektor maju tapi tertekan

(stagnant sector) si > s dan ski > sk

sector )

si < s dan ski > sk - Sektor Pertanian - Sektor Bangunan

- Sektor Pengangkutan dan - Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa

Komunikasi Perusahaan

- Sektor Jasa-jasa

Kuadran III Kuadran IV

Sektor potensial atau masih dapat Sektor Relatif Tertinggal berkembang (developing sector)

(underdeveloped sector) si > s dan ski < sk

si < s dan ski < sk - Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor Listrik, Gas dan Air - Sektor Industri Pengolahan Bersih - Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sumber: Data diolah dari Tabel 4.6

Dari Tabel 4.7 diatas, terdapat satu sektor yang dapat dikategorikan sebagai sektor maju dan tumbuh pesat yaitu sektor pertanian; sektor bangunan; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Sementara sektor yang termasuk sektor maju tapi tertekan adalah sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran termasuk dalam sektor potensial Dari Tabel 4.7 diatas, terdapat satu sektor yang dapat dikategorikan sebagai sektor maju dan tumbuh pesat yaitu sektor pertanian; sektor bangunan; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Sementara sektor yang termasuk sektor maju tapi tertekan adalah sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran termasuk dalam sektor potensial

2. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan. LQ merupakan suatu perbandingna tentang besarnya peranan sektor/industri di Kabupaten Purbalingga terhadap besarnya peranan sektor tersebut di Provinsi Jawa Tengah.

Apabila LQ > 1 artinya peranan sektor di Kabupaten Purbalingga lebih menonjol daripada peranan sektor tersebut di Provinsi Jawa Tengah dan sebagai petunjuk bahwa Kabupaten Purbalingga surplus akan produk sektor tersebut dan mengekspornya ke daerah lain. Sebaliknya, apabila LQ < 1 artinya peranan sektor itu di Kabupaten Purbalingga lebih kecil daripada peranan sektor tersebut di Provinsi Jawa Tengah.

Menggunakan LQ sebagai petunjuk adanya keunggulan komparatif dapat digunakan bagi sektor-sektor yang telah lama berkembang, sedangkan bagi sektor yang baru atau sedang tumbuh, LQ tidak dapat digunakan karena produk totalnya belum menggambarkan kapasitas riil daerah tersebut.

Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Purbalingga dari kurun waktu tahun 2007-2011 pada Lampiran 10 Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Purbalingga dari kurun waktu tahun 2007-2011 pada Lampiran 10

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011

LQ No.

Tahun

Sektor Rata-

2010 2011 rata 1 Pertanian

2,3332 0,8603 3,2689 2,3052 2,6790 2,2893 2 Pertambangan dan

0,7469 1,3628 0,9924 0,6806 1,1589 0,9883 Penggalian

3 Industri Pengolahan 0,3316 0,3833 0,2641 0,3180 0,3575 0,3309 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,0358 0,8042 0,5631 0,7098

0,8806 0,5987 5 Bangunan

1,2247 1,4684 1,6109 1,4603 1,8812 1,5291 Perdagangan, Hotel dan

6 0,8509 0,7679 0,9549 0,9126 0,9398 0,8852 Restoran

7 Pengangkutan dan 0,6541 0,8460 1,0582 0,9713 0,7247 0,8509 Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan 8 2,5385 1,2160 1,5348 1,7887

1,8411 1,7838 Jasa Perusahaan

9 Jasa-jasa 1,5486 7,6504 2,2204 1,9800 1,8891 3,0577

Sumber: Lampiran 10

Sektor yang menjadi sektor basis setelah Jasa-jasa adalah sektor Pertanian yang menghasilkan LQ rata-rata sebesar 2,2893. Hal tersebut Sektor yang menjadi sektor basis setelah Jasa-jasa adalah sektor Pertanian yang menghasilkan LQ rata-rata sebesar 2,2893. Hal tersebut

3. Analisis Shift Share

Untuk mengetahui proses pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purbalingga yang berkaitan dengan perekonomian daerah yang menjadi referensi yaitu Provinsi Jawa Tengah, maka digunakan analisis Shift Share . Variabel yang digunakan dalam analisis Shift Share adalah variabel pendapatan, yaitu PDRB untuk menguraikan pertumbuhan ekonomu Kabupaten Purbalingga.

Pertumbuhan PDRB total (Y) dapat diuraikan menjadi komponen shift dan komponen share, yaitu:

a. Komponen National Share (Ns) adalah banyaknya pertambahan PDRB Kabupaten Purbalingga seandainya pertambahannya sama dengan laju pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah selama periode studi.

b. Proportional Shift Share (P), mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor PDRB di Kabupaten Purbalingga yang berubah. Apabila P > 0, artinya Kabupaten Purbalingga berspesialisasi pada sektor-sektor tersebut di Provinsi Jawa Tengah tumbuh relatif cepat b. Proportional Shift Share (P), mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor PDRB di Kabupaten Purbalingga yang berubah. Apabila P > 0, artinya Kabupaten Purbalingga berspesialisasi pada sektor-sektor tersebut di Provinsi Jawa Tengah tumbuh relatif cepat

c. Differential Shift (D), mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor industri tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lambat di Kabupaten Purbalingga dibandingkan Provinsi Jawa Tengah yang disebabkan oleh faktor-faktor intern . Apabila Kabupaten Purbalingga memiliki differential shift component positif (D > 0) maka berarti lokalisasi tentang sumber daya yang melimpah/efisien mempunyai keuntungan, sedangkan lokalisasional tidak menguntungkan apabila komponen tersebut negatif (D < 0).

Untuk memacu laju pertumbuhan Kabupaten Purbalingga digunakan analisis penentuan sektor ekonomi strategis serta pengembangan keunggulan yang dimiliki. Untuk mengetahui sektor spesialisasi daerah serta pertumbuhannya digunakan komponen National Share (Ns), Proportional Shift (P), dan Differential Shift (D).

Hasil perhitungan analisis shift share PDRB Kabupaten Purbalingga tahun 2007-2011 pada Lampiran 11 dicantumkan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Nilai Shift Share Kabupaten Purbalingga Tahun 2007-2011

Proportional Differential No.

National

Sektor

Shift (D) Total (∆Y)

Share (NS)

Shift (P)

1 Pertanian

-89.952,58 -7.945,00 Pertambangan dan

3 Industri Pengolahan

12.336,93 73.754,09 Listrik, Gas dan Air

16.543,50 66.604,91 Perdagangan, Hotel dan

7 Pengangkutan dan

6.091,56 44.694,53 Jasa Perusahaan

8 Keuangan, Persewaan dan

Sumber: Lampiran 11

Berdasarkan Tabel 4.9 pertumbuhan, komponen proportional Kabupaten Purbalingga selama periode tahun 2007-2011 ada yang bernilai negatif dan positif. Nilai P positif, berarti perekonomian Kabupaten Purbalingga berspesialisasi pada sektor yang sama yang tumbuh cepat pada perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan apabila nilai P negatif, berarti perekonomian Kabupaten Purbalingga pada sektor yang sama dan tumbuh lambat pada Perekonomian Provinsi Jawa Tengah.

Sektor-sektor yang memiliki komponen pertumbuhan proporsional positif, yaitu sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; dan sektor keuangan, persewaan dan jasa keuangan. Sedangkan sektor-sektor yang memiliki nilai komponen pertumbuhan proporsional negatif, yaitu sektor pertanian; pertambangan serta sektor jasa-jasa.

Differential Shift (D) sektor perekonomian Kabupaten Purbalingga selama periode tahun 2007-2011 menghasilkan nilai yang positif dan negatif. Nilai D positi, berarti sektor ekonomi Kabupaten Purbalingga memiliki daya saing yang meningkat. Sedangkan D bernilai negatif, berarti sektor tersebut memiliki daya saing menurun.

Ada beberapa yang bernilai D positif dalam perekonomian Kabupaten Purbalingga, yaitu sektor pertambangan; sektor industri pengolahan; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki daya saing meningkat, sehingga berpotensi untuk dikembangkan dalam memacu pertumbuhan PDRB Kabupaten Purbalingga.

Sedangkan sektor yang menghasilkan D negatif adalah sektor pertanian sebesar -89.952,58 dan sektor listrik, gas dan air minum Sedangkan sektor yang menghasilkan D negatif adalah sektor pertanian sebesar -89.952,58 dan sektor listrik, gas dan air minum

Kedua komponen shift ini memisahkan unsur-unsur pertumbuhan Kabupaten Purbalingga yang bersifat intern dan ekstern, dimana differential shift adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja khusus di daerah Kabupaten Purbalingga, sedangkan proportional shift adalah akibat dari pengaruh unsur-unsur luar yang bekerja dalam Provinsi Jawa Tengah.

Pergeseran sektor yang terjadi pada PDRB Kabupaten Purbalingga terlihat jelas pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.2 menunjukkan sektor primer mengalami penurunan kontribusi dari 34,92% pada tahun 2007 menjadi 31,54% pada tahun 2011. Hal tersebut disebabkan penurunan kontribusi sektor pertanian yang mendominasi PDRB dari 34,25% menjadi 30,80% tetapi terjadi peningkatan kontribusi pada sektor pertambangan dari 0,67% menjadi 0,74% tahun 2011.

Tabel 4.10 Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Purbalingga Tahun 2007- 2011 (dalam persen)

Tahun No.

3 Industri Pengolahan

10,21 10,38 4 Listrik, Gas dan Air Bersih

Perdagangan, Hotel dan

18,51 18,90 Restoran

Pengangkutan dan

Keuangan , Persewaan dan

6,11 6,19 Jasa Perusahaan

100,00 100,00 Sumber: Data diolah dari Lampiran 7

Sedangkan sektor sekunder mengalami peningkatan kontribusi dari 18,55% menjadi 19,58 tahun 2011, hal tersebut disebabkan karena adanya peningkatan yang signifikan dari sektor industri pengolahan. Sektor tersier mengalami peningkatan kontribusi dari 46,53% menjadi 48,88%. Hal tersebut karena adanya kenaikan pada sektor-sektor tersier, misalnya pada sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami kenaikan dari 18,34% menjadi 18,90%; sektor angkutan dan Sedangkan sektor sekunder mengalami peningkatan kontribusi dari 18,55% menjadi 19,58 tahun 2011, hal tersebut disebabkan karena adanya peningkatan yang signifikan dari sektor industri pengolahan. Sektor tersier mengalami peningkatan kontribusi dari 46,53% menjadi 48,88%. Hal tersebut karena adanya kenaikan pada sektor-sektor tersier, misalnya pada sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami kenaikan dari 18,34% menjadi 18,90%; sektor angkutan dan

u 30 34.92 .92 Primer

Sekunder o n 20

Sumber: Data diolah lah dari Lampiran 7 Gambar 4.4 Grafi afik Perkembangan Kontribusi Sektor PDR DRB Kabupaten

Purb rbalinggaTahun 2007-2011

4. Pembahasan asan Per Sektor

Anal nalisis ini digunakan untuk mengambil kesimpul pulan dengan cara menggabun bungkan tiga hasil analisis, yaitu analisis Ti Tipology Klassen Sektoral, a analisis Location Quotient (LQ), dan anali nalisis Shift Share untuk mene nentukan sektor unggulan.

a. A Analisis Sektor Pertanian

Sektor pertanian mempunyai peran ya yang sangat besar terhadap PDRB Kabupaten Purbalingga, te ngga, hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya kontribusi yang di ng mencapai rata- rata 32,64% per tahun dan menempati urutan ra utan pertama dalam kont kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Pur Purbalingga. Laju pertumbuhan rata-rata sektor pertanian 3,21% pe 3,21% melebihi laju Sektor pertanian mempunyai peran ya yang sangat besar terhadap PDRB Kabupaten Purbalingga, te ngga, hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya kontribusi yang di ng mencapai rata- rata 32,64% per tahun dan menempati urutan ra utan pertama dalam kont kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Pur Purbalingga. Laju pertumbuhan rata-rata sektor pertanian 3,21% pe 3,21% melebihi laju

LQ, sektor pertanian menunjukkan nilai LQ rata-rata 2,29 atau > 1, berarti sektor tersebut merupakan sektor basis. Artinya sektor ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan Kabupaten Purbalingga saja, tetapi mampu memenuhi daerah lainnya sehingga sektor pertanian merupakan sektor yang berpotensi eskpor.

Berdasarkan analisis

Tabel 4.11 Analisis Sektor Pertanian No.

1 Tipologi Klassen Sektoral Kuadran I Sektor maju dan tumbuh Cepat 2 LQ

Sektor basis Memiliki daya tumbuh lebih

Negatif

lambat

4 D Positif

Memiliki daya saing meningkat

Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11

Berdasarkan Gambar 4.5, perkembangan nilai LQ sektor pertanian dari tahun 2007-2011 menunjukkan kenaikan dan semua nilainya > 1. Selama kurun waktu analisis, nilai LQ mempunyai rata-rata 2,29, hanya pada tahun 2008 mengalami penurunan.

Hasil LQ 1.50

LQ Rata-rata 1.00

Sumber: Data diolah lah dari Lampiran 10 Gambar 4.5 Grafik afik Perkembangan LQ Sektor Pertanian

Hasil perhitung ungan shift share sektor pertanian nilai kompone ponen P sebesar - 98.496,57 menunjukka ukkan bahwa sektor ini merupakan sektor yang ng tumbuh lambat di Provinsi Jawa Ten Tengah. Nilai komponen D sebesar -89.952,58 89.952,58, berarti bahwa sektor pertanian mem empunyai daya saing yang menurun, karena pe a pertumbuhannya lebih lambat daripada da Provinsi.

Berdasarkan ur uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sektor ktor pertanian tidak dapat digolongkan seba sebagai sektor unggulan, karena meskipun sekt sektor ini tergolong sektor maju dan t tumbuh cepat serta merupakan sektor or basis, namun pertumbuhannya lebih bih lambat dibandingkan Provinsi.

b. Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian memiliki kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Purbalingga rata- rata hanya sebesar 0,71% per tahun dan berada pada urutan ketujuh dibandingkan sektor-sektor lain. Laju pertumbuhan sektor ini rata-rata sebesar 8,64% per tahun, sehingga dapat dikategorikan sebagai sektor yang memiliki pertumbuhan yang cukup signifikan. Tetapi sektor pertambangan dan penggalian memiliki rata-rata kontribusi yang lebih rendah dibandingkan Provinsi meskipun laju pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan di Provinsi, sehingga sektor ini diklasifikasikan sebagai sektor potensial atau masih dapat berkembang.

Tabel 4.12 Analisis Sektor Pertambangan dan penggalian No.

Tipologi Klassen Kuadran Sektor potensial atau masih dapat

Sektor non basis

Negatif

Memiliki daya tumbuh lebih lambat

4 D Positif

Memiliki daya saing meningkat

Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11

Nilai rata-rata LQ sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan nilai lebih kecil dari 1, yaitu 0,99 berarti sektor ini termasuk sektor non basis.

Perkembangan nilai LQ sektor tersebut but selama periode penelitian berfluktuatif, dimana secara um umum mengalami peningkatan seperti terlihat jelas pada Gam mbar 4.6.

Hasil analisis shift share sektor per pertambangan dan penggalian, komponen P sebesar -218,29 218,29 menunjukkan sektor ini termasuk dalam sektor yang di di Povinsi tumbuh dengan lambat, sedangkan nilai D sebesar sar 2.071,27 berarti sektor tersebut masuk ke dalam sektor ya yang mempunyai daya saing meningkat, sehingga pertum umbuhannya lebih cepat dibandingkan Provinsi.

0.99 Hasil LQ

LQ Rata-rata 0.9

Sumber: Data diolah lah dari Lampiran 10 Gambar 4.6 Graf rafik Perkembangan LQ Sektor Perta rtambangan dan

Pen enggalian

Berdasarkan analisis sektor pert pertambangan dan penggalian, menunjukkan bahwa sektor or ini tidak dapat Berdasarkan analisis sektor pert pertambangan dan penggalian, menunjukkan bahwa sektor or ini tidak dapat

c. Analisis Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan memiliki laju pertumbuhan rata-rata 6,80 lebih besar daripada Provinsi, tetapi memiliki kontribusi terhadap PDRB rata-rata sebesar 10,13% per tahun lebih kecil daripada Provinsi sehingga sektor tersebut dikategorikan sebagai sektor potensial atau masih dapat berkembang.

Tabel 4.13 Analisis Sektor Industri Pengolahan No.

Tipologi Klassen Sektor potensial atau masih dapat

1 Kuadran III

Sektor non basis

Positif

Memiliki daya tumbuh lebih cepat

4 D Positif

Memiliki daya saing meningkat

Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11

Berdasarkan Gambar 4.7 perkembangan LQ sektor industri pengolahan stabil atau tidak mengalami peningkatan atau penurunan tiap tahunnya. Nilai LQ rata- Berdasarkan Gambar 4.7 perkembangan LQ sektor industri pengolahan stabil atau tidak mengalami peningkatan atau penurunan tiap tahunnya. Nilai LQ rata-

0.33 0.31 0.32 Hasil LQ

0.29 LQ Rata-rata 0.27

Sumber: Data diolah dari Lampiran 10 Gambar 4.7 Grafik Perkembangan LQ Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan memiliki nilai komponen P sebesar 9.016,10 yang menunjukkan bahwa sektor tersebut tumbuh cepat di Provinsi Jawa Tengah dan nilai komponen D sebesar 12.336,93 menggambarkan bahwa industri pengolahan sebagai sektor yang daya saingnya meningkat, sehingga pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan pertumbuhan di Provinsi.

Berdasarkan hasil analisis sektor industri pengolahan, maka sektor ini tidak termasuk ke dalam sektor unggulan. Meskipun pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan Provinsi (kompetitif) tetapi tidak termasuk Berdasarkan hasil analisis sektor industri pengolahan, maka sektor ini tidak termasuk ke dalam sektor unggulan. Meskipun pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan Provinsi (kompetitif) tetapi tidak termasuk

d. Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Hasil analisis menggunakan Tipology Klassen Sektoral, sektor listrik, gas dan air bersih diklasifikasikan sebagai sektor relatif tertinggal. Hal tersebut karena pertumbuhan rata-rata Kabupaten Purbalingga hanya sebesar 4,58%, masih kecil dibandingkan pertumbuhan rata-rata Provinsi Jawa Tengah sebesar 5,99%. Begitupula dengan kontribusi rata-rata terhadap PDRB hanya sebesar 0,65% lebih kecil dibandingkan dengan Provinsi sebesar 0,85%.

Tabel 4.14 Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih No.

1 Tipologi Klassen Sektoral Kuadran IV Sektor relatif tertinggal 2 LQ

Sektor non basis Memiliki daya tumbuh lebih

Positif

cepat

4 D Negatif

Memiliki daya saing menurun

Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11

Perkembangan nilai LQ sektor listrik, gas dan air minum berfluktuatif dengan nilai < 1. Hal tersebut Perkembangan nilai LQ sektor listrik, gas dan air minum berfluktuatif dengan nilai < 1. Hal tersebut

Analisis shift share sektor listrik, ga gas dan air bersih selama periode penelitian, dihasilkan ni nilai P sebesar 141,90 menunjukkan sektor ini tumbuh ce cepat di Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan nilai D yang ang menghasilkan negatif sebesar -7,03 menunjukkan bahw bahwa sektor ini mempunyai daya saing yang menur nurun, sehingga pertumbuhannya lebih lambat dibandingka kan Provinsi Jawa Tengah.

Q 0.49 L 0.41

Hasil LQ 0.33

LQ Rata-rata 0.25 0.17

Sumber: Data diolah lah dari Lampiran 6 Gambar 4.8 Grafik afik Perkembangan LQ Sektor Listrik, Gas dan dan Air Bersih

Hasil analisis sektor listrik, gas s dan air bersih menunjukkan bahwa sektor tersebut tidak dak termasuk sektor Hasil analisis sektor listrik, gas s dan air bersih menunjukkan bahwa sektor tersebut tidak dak termasuk sektor

e. Analisis Sektor Bangunan

Sektor bangunan memberikan kontribusi rata-rata sebesar 8,26% dan lebih tinggi dari tingkat Provinsi Jawa Tengah yang hanya sebesar 65,81%. Laju pertumbuhan rata-rata sektor ini mencapai 7,51% lebih tinggi daripada Provinsi Jawa Tengah yang hanya sebesar 6,76%. Hal tersebut menjadikan sektor bangunan dikategorikan ke dalam sektor maju dan tumbuh pesat.

Tabel 4.15 Analisis Sektor Bangunan No.

Sektor maju dan tumbuh cepat 2 LQ

1 Tipologi Klassen Sektoral

Kuadran I

Sektor basis Memiliki daya tumbuh lebih

Positif

cepat

4 D Positif

Memiliki daya saing meningkat

Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11

Sektor bangunan memiliki nilai LQ rata-rata sebesar 1,53 sehingga dapat dikategorikan sebagai sektor basis. Perkembangan nilai LQ sektor ini menunjukkan penurunan tiap tahunnya dari tahun 2007-2011.

Berdasarkan hasil analisis shift ft share , sektor bangunan digolongkan sebagai sektor ya yang kompetitif, karena nilai D yang positif sebesar 16.543,50 16.543,50, sehingga pertumbuhannya lebih cepat daripada Provi ovinsi. Begitupula dengan nilai P yang positif sebesar 8.110,80 8.110,80 berarti sektor tersebut juga merupakan sektor yang lam ambat di Provinsi Jawa Tengah.

L 1.55 Hasil LQ 1.53 1.5 1.47 1.45 LQ Rata-rata 1.46

Sumber: Data diolah lah dari Lampiran 6 Gambar 4.9 Grafik afik Perkembangan LQ Sektor Bangunan

Kesimpulan yang dapat diambil dar dari hasil analisis terhadap sektor bangunan bahwa sektor or ini merupakan sektor unggulan, karena merupakan n sektor basis, mempunyai laju pertumbuhan lebih cepat da t daripada Provinsi serta memiliki kompetitif.

f. Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Analisis Tipology Klassen Sektoral terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan bahwa sektor ini dikategorikan ke dalam sektor potensial atau masih dapat berkembang. Hal ini disebabkan karena kontribusi rata- ratanya sebesar 18,49% lebih kecil dibandingkan dengan Provinsi sebesar 21,41%. Sedangkan nilai rata-rata pertumbuhannya 6,66% lebih besar dibandingkan dengan Provinsi yang hanya 6,49%.

Tabel 4.16 Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran No.

Tipologi Klassen Sektor potensial atau masih

1 Kuadran III

Sektoral dapat berkembang 2 LQ

Sektor non basis Memiliki daya tumbuh lebih

Positif

cepat Memiliki daya saing

4 D Positif meningkat

Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11

Berdasarkan Gambar 4.10 perkembangan nilai LQ sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan nilai LQ rata-rata 0,89. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sektor ini dikategorikan ke dalam sektor non basis, oleh karena itu sektor tersebut dikatakan belum dapat memenuhi Berdasarkan Gambar 4.10 perkembangan nilai LQ sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan nilai LQ rata-rata 0,89. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sektor ini dikategorikan ke dalam sektor non basis, oleh karena itu sektor tersebut dikatakan belum dapat memenuhi

Hasil LQ

Sumber: Data diolah lah dari Lampiran 6 Gambar 4.10 Graf rafik Perkembangan LQ Sektor Perdagangan agangan, Hotel dan

Rest estoran

Nilai komponen D positif sebesar sebe 16.340,42 menunjukkan sektor ini memiliki daya sa saing meningkat. Begitupula nilai P positif sebesar 9.748,24 9.748,24 menunjukkan bahwa sektor ini tumbuh lebih cepat di di Provinsi Jawa Tengah.

Dari hasil analisis terhadap sektor per perdagangan, hotel dan restoran dapat disimpulkan bahwa se sektor ini bukan merupakan sektor unggulan, karena buka bukan sektor basis. Tetapi sektor ini mempunyai peluang untuk untuk dikembangkan menjadi sektor unggulan karena tergolong g sektor potensial Dari hasil analisis terhadap sektor per perdagangan, hotel dan restoran dapat disimpulkan bahwa se sektor ini bukan merupakan sektor unggulan, karena buka bukan sektor basis. Tetapi sektor ini mempunyai peluang untuk untuk dikembangkan menjadi sektor unggulan karena tergolong g sektor potensial

g. Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki kontribusi rata-rata terhadap PDRB Kabupaten Purbalingga sebesar 5,44% lebih besar dibandingkan Provinsi yang hanya sebesar 5,21%. Laju pertumbuhan rata-rata mencapai 6,02% lebih kecil dibandingkan Provinsi yang sebesar 7,59%. Sehingga berdasarkan Tipology Klassen Sektoral sektor ini diklasifikasikan sebagai sektor maju tapi tertekan.

Tabel 4.17 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi No.

1 Tipologi Klassen Sektoral Kuadran II Sektor maju tapi tertekan 2 LQ

Sektor non basis 3 P

Positif

Memiliki daya tumbuh lebih cepat

4 D Positif

Memiliki daya saing meningkat

Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11

Perkembangan nilai LQ sektor ini terlihat jelas pada Gambar 4.11 yang cenderung menurun dari tahun 2007- 2011, meskipun rata-rata LQ masih < 1. Sehingga sektor ini dikategorikan sebagai sektor non basis.

L 0.85 0.85 Hasil LQ 0.80

0.75 LQ Rata-rata 0.70

Sumber: Data diolah dari Lampiran 10 Gambar 4.11 Grafik Perkembangan LQ Sektor Pengangkutan dan

Komunikasi

Hasil analisis shift share terhadap sektot pengangkutan dan komunikasi diperoleh nilai D sebesar 2.963,65 dan nilai P sebesar 8.760,28. Hal tersebut berarti bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi dikategorikan ke dalam sektor yang tumbuh cepat di tingkat Provinsi Jawa Tengah dan mempunyai daya saing yang meningkat, sehingga pertumbuhannya lebih cepat daripada Provinsi.

Dari hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan bukan sektor unggulan meskipun memiliki daya saing (kompetitif) dan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan Provinsi tetapi sektor ini bukan sektor basis dan tergolong sektor Dari hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan bukan sektor unggulan meskipun memiliki daya saing (kompetitif) dan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan Provinsi tetapi sektor ini bukan sektor basis dan tergolong sektor

h. Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Hasil analisis Tipology Klassen Sektoral, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dikategorikan dalam sektor maju dan tumbuh pesat. Nilai kontribusi rata- rata terhadap PDRB sebesar 6,09% lebih besar dibandingkan Provinsi. Sedangkan laju pertumbuhan rata- rata sebesar 7,74% lebih besar dibandingkan pertumbuhan di tingkat Provinsi yang hanya sebesar 6,81%

Tabel 4.18 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan No.

1 Tipologi Klassen Sektoral Kuadran I Sektor maju dan tumbuh pesat 2 LQ

Sektor basis

Positif

Memiliki daya tumbuh lebih cepat

4 D Positif

Memiliki daya saing meningkat

Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11

Berdasarkan hasil dari analisis LQ, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menunjukkan nilai LQ rata- rata > 1, yaitu sebesar 1,78 seperti yang terlihat jelas pada Gambar 4.12. Hal ini berarti sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan termasuk dalam sektor basis.

Q 1.90 1.84

1.80 1.78 Hasil LQ

1.60 LQ Rata-rata 1.50

Sumber: Data diolah dari Lampiran 10 Gambar 4.12 Grafik Perkembangan LQ Sektor Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan

Analisis shift share terhadap sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menghasilkan nilai D sebesar 6.091,56 yang berarti bahwa sektor tersebut memiliki daya saing yang meningkat. Begitupula dengan nilai P yang positif sebesar 7.081,39 yang berarti sektor ini merupakan sektor yang tumbuh cepat di Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan hasil analisis terhadap sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menunjukkan bahwa sektor ini merupakan sektor unggulan. Sektor tersebut tergolong dalam sektor maju dan tumbuh pesat serta merupakan sektor basis.

i. Analisis Sektor Jasa-jasa

Dari hasil analisis Tipology Klassen Sektoral, sektor jasa-jasa tergolong ke dalam sektor maju dan tumbuh pesat karena kontribusi rata-rata sektor ini sebesar 17,61% lebih besar dibandingkan kontribusi rata-rata ditingkat Provinsi sebesar 10,29%. Sedangkan laju pertumbuhan rata-rata sektor jasa-jasa sebesar 7,79% juga lebih besar dibandingkan Provinsi yang hanya sebesar 6,87%.

Tabel 4.19 Analisis Sektor Jasa-jasa No.

1 Tipologi Klassen Sektoral Kuadran I Sektor maju dan tumbuh pesat 2 LQ

Sektor non basis 3 P

Negatif

Memiliki daya tumbuh lebih lambat

4 D Positif

Memiliki daya saing meningkat

Sumber: Data diolah dari Lampiran 9, 10 dan 11

Perkembangan nilai LQ selama periode penelitian pada sektor jasa-jasa menunjukkan kecenderungan meningkat seperti yang terlihat jelas pada

Gambar 4.13. nilai LQ rata-rata sektor jasa-jasa sebesar 3,06 atau > 1, maka sektor ini termasuk ke dalam sektor basis.

Analisis shift share terhadap sektor jasa-jasa menghasilkan nilai komponen D yang positif sebesar 40.926,76 berarti sektor ini memiliki daya saing meningkat. Sedangkan nilai komponen P nya negatif sebesar -1.457,17 Analisis shift share terhadap sektor jasa-jasa menghasilkan nilai komponen D yang positif sebesar 40.926,76 berarti sektor ini memiliki daya saing meningkat. Sedangkan nilai komponen P nya negatif sebesar -1.457,17

QL

4 Hasil LQ 3

3.06 LQ Rata-rata

Sumber: Data diolah lah dari Lampiran 10 Gambar 4.13 Grafi afik Perkembangan LQ Sektor Jasa-jasa

Berdasarkan hasil analisis terhadap p sektor jasa-jasa dapat disimpulkan bahwa sektor ini buka bukan merupakan sektor unggulan, karena meskipun sektor jasa jasa-jasa termasuk dalam sektor maju dan tumbuh pesat, mem emiliki daya saing (kompetitif) serta merupakan sektor basis, s, tetapi sektor ini tumbuh lebih lambat jika dibandingkan di Pr Provinsi.

5. Sektor Unggu nggulan Kaitannya dengan Pengembangan Wi gan Wilayah

Hasil asil analisis per sektor menunjukkan bahwa p a pada Kabupaten Purbalingga ngga hanya terdapat dua sektor yang me erupakan sektor unggulan, y n, yaitu bangunan serta sektor keuangan, perse persewaan dan jasa Hasil asil analisis per sektor menunjukkan bahwa p a pada Kabupaten Purbalingga ngga hanya terdapat dua sektor yang me erupakan sektor unggulan, y n, yaitu bangunan serta sektor keuangan, perse persewaan dan jasa

Pertumbuhan sektor bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memberikan kontribusi yang besar terhadap penanganan kemiskinan serta dapat mendorong peningkatan nilai tambah sektor lainnya.

Dengan berlakunya otonomi daerah, kewenangan dan sumber daya finansial yang dilimpahkan kepada Kabupaten Purbalingga harus diimbangi dengan adanya peningkatan efektivitas pembangunan ekonomi. Data yang akurat dan analisis yang komprehensif menjadi pendukung dalam perencanaan untuk mengambil keputusan yang tepat dalam pembangunan ekonomi.

Mengidentifikasi potensi pertumbuhan ekonomi melalui penerapan alat analisis ekonomi regional sangat penting, agar dapat memperoleh informasi untuk membantu dalam perencanaan dan pengambilan keputusan di daerah sehingga dapat mengetahui kondisi perekonomian, mengendalikan tingkat pertumbuhan dan mengetahui dampak dari keputusan yang diambil di masa yang akan datang.

Pembangunan ekonomi di Kabupaten Purbalingga tidak hanya berdasarkan sumber daya alam yang dimiliki tetapi juga haruslah berprioritas dengan di dasarkan pada sektor unggulan, selain itu juga harus memperhatikan teknologi dan kualitas sumber daya manusia. Sehingga produk-produk yang dihasilkan akan mempunyai daya saing tinggi.

Pembangunan pada sektor bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di pedesaan sebagai basis perekonomian masyarakat akan menjamin adanya pemerataan pendapatan.

Analisis penentuan sektor bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sangat diperlukan karena menjadi dasar untuk merumuskan kebijakan-kebijakan yang diambil dalam pembangunan ekonomi Kabupaten Purbalingga di masa yang akan datang. Prioritas dan alokasi anggaran pada sektor bangunan serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan secara signifikan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Purbalingga dapat memacu perkembangan atau pertumbuhan ekonomi daerah, sehingga mendorong tercapainya kesejahteraan masyarakat.