4
5. Model dari
shadow fading
yang digunakan adalah model analitis stokastik. 6.
Parameter kinerja yang diamati adalah probabilitas
outage
, laju perubahan
active set
, rasio SHR
Soft Handoff Region
, dan jumlah
handoff
.
I.6 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Mempelajari dan memahami buku-buku dan jurnal-jurnal yang telah ada sebelumnya untuk dijadikan sebagai acuan dan referensi guna membantu
penyelesaian Tugas Akhir ini. 2.
Simulasi dan Analisa Data Metode ini dimulai dari memodelkan simulasi, menentukan parameter,
menjalankan simulasi, kemudian mengambil data untuk dianalisa. Simulasi dilakukan dengan menggunakan program MATLAB.
I.7 Sistematika Penulisan
Penulisan Tugas Akhir ini ditulis dan disusun dalam urutan sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penulisan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Universitas Sumatera Utara
5
BAB II
SOFT HANDOFF
Bab ini menjelaskan tentang soft handoff, prinsip
soft handoff
, algoritma
soft handoff
, dan kinerja
soft handoff
. BAB III
PROPAGASI KOMUNIKASI SELULAR Bab ini menjelaskan tentang propagasi komunikasi selular, model
propagasi dan parameter propagasi yang digunakan. Hal-hal inilah yang kemudian menjadi dasar dalam menyusun simulasi dengan
menggunakan program MATLAB. BAB IV
PENGARUH PARAMETER PROPAGASI TERHADAP KINERJA ALGORITMA
SOFT HANDOFF
Bab ini memaparkan tentang simulasi yang ditunjukkan dengan hasil numerik dengan menggunakan MATLAB yang akan menunjukkan
pengaruh parameter propagasi terhadap kinerja algoritma
soft handoff
. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan beberapa kesimpulan dan saran yang diperoleh dari
penulisan Tugas Akhir ini.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II
SOFT HANDOFF
II.1 Umum
Handoff
adalah komponen yang esensial dalam sistem komunikasi selular bergerak. Mobilitas menyebabkan variasi yang dinamis pada kualitas
link
dan tingkat interferensi pada sistem seluler, terkadang sebuah
user mobile station;
BS tertentu harus mengganti
base station
BS yang melayaninya. Pergantian ini dikenal sebagai
handoff
. Pada sistem seluler generasi pertama seperti
Advanced Mobile Phone System
AMPS[1],
handoff
relatif sederhana. Sistem seluler generasi kedua seperti
Global System for Mobile Communications
GSM dan
Personal Access Communications System
PACS lebih baik dari pada generasi pertama dalam banyak hal, termasuk algoritma
handoff
yang digunakan. Pemrosesan sinyal yang lebih modern dan prosedur melakukan
handoff
telah digabungkan pada sistem ini. Struktur kendali telah ditingkatkan sehingga dalam peningkatan dari
network- controlled
menuju
Mobile Assisted Handoffs
MAHO atau
Mobile Controlled Handoffs
MCHO,
delay handoff
secara substansial telah dikurangi. Disebut
soft handoff
karena untuk membedakannya dari proses
handoff
lainnya
hard handoff
tradisional. Dengan
hard handoff
, beberapa keputusan dibuat apakah
handoff
perlu dilakukan atau tidak. Pada keputusan positif,
handoff
diinisiasikan dan dieksekusi tanpa memerlukan pemakaian kanal secara simultan dengan dua
base station
. Pada
soft handoff
, sebuah keputusan yang dikondisikan dibuat apakah
handoff
perlu atau tidak. Dipengaruhi oleh perubahan dari kuat sinyal
Universitas Sumatera Utara
7
pilot dari dua atau lebih
base station
yang terlibat, dan akhirnya keputusan
handoff
dibuat untuk berkomunikasi hanya dengan satu BS. Hal ini normal terjadi setelah diperoleh jelas bahwa sinyal dari satu BS lebih kuat dari yang lainnya. Pada
prosesnya, MS menggunakan kanal secara simultan kepada setiap BS yang terlibat. Perbedaan
soft handoff
dengan
hard handoff
dapat diibaratkan dengan perbedaan antara lomba lari estafet dengan renang estafet. Pada lomba renang estafet,
perenang selanjutnya harus menunggu sampai rekannya menyentuh dinding kolam, sementara pada lomba lari estafet, tongkat diserahkan beberapa detik setelah pelari
kedua berlari sehingga ada situasi dimana mereka sama-sama berlari dan memegang tongkat pada periode waktu tertentu.
II.2 Prosedur