Dominasi Kekuatan Ekonomi Dalam Penentuan Kepala Desa Di Desa Simare Kecamatan Borbor Kabupaten Toba Samosir

(1)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1

Pedoman Wawancara

A. Pedoman Wawancara Untuk Elit Ekonomi

1. Kekuatan pemilik modal dalam pemekaran desa Simare

A.Menurut Bapak, apa yang mendasari dilakukannya pemekeran Desa Simare?

B.Siapa-siapa saja tokoh yang berperan dalam pemekeran Desa Simare? C. Bagaimana peran elit ekonomi dalam pemekeran desa Simare?

2. Pengaruh dan keterkaitan pemilik modal dalam pemilihan Kepala Desa A.Bagaimana pengaruh para pemilik modal dalam pemilihan Kepala Desa? B.Bagaimana keterkaitan antara pemilik modal dalam pemilihan Kepala

Desa Simare?

C.Bagaimana para Bapak dan juga para pemilik modal dalam mendukung calon Kepala Desa?

D.Bagaimana para elit ekonomi mendorong masyarakat untuk datang memilih pada Pemilihan Kepala Desa?

E. Dalam pemilihan Kepala Desa, bagaimana tokoh masyarakat dan juga elit ekonomi mendukung calon Kepala Desa?

3. Kepentingan para pemilik modal dalam pemilihan Kepala Desa

A. Menurut Bapak, apa yang menjadi kepentingan pemilik modal dalam pemilihan Kepala Desa?

B. Disamping hal itu, apa saja hal yang menguntungkan bagi para elit ekonomi dengan adanya pemerintahan Desa Simare?

4. Apakah pemekaran Desa Simare membawa perkembangan bagi masyarakat ? 5. Pekembangan di bidang manakah yang berdampak signifikan terhadap

masyarakat ?

6. Apakah elit ekonomi berperan penting dalam perkembangan tersebut ? 7. Apakah bapak sudah merasakan hasil dari kerjasama tersebut ?

Lampiran 2 Wawancara:

Wawancara dengan Bapak Parasian Tampubolon, ST Karyawan PT. Toba Pulp Lestari, tanggal 10 Oktober 2015, di Desa Simare.


(2)

Wawancara dengan Bapak Robert Pulungan, Tokoh Masyarakat Desa Simare, tanggal 15 Oktober 2015, di Desa Simare.

Wawancara dengan Bapak Perdi Hutapea, Tokoh Masyarakat Desa Simare, tanggal 15 Oktober 2015, di Desa Simare.

Wawancara dengan Bapak Monang Hutapea, Tokoh Masyarakat Desa Simare, tanggal 15 Oktober 2015, di Desa Simare.

Wawancara dengan Bapak Naek Hutapea, Kepala Desa Simare, tanggal 17 Oktober 2015, di Desa Simare.

Wawancara dengan Bapak Firman Pasaribu, Elit Ekonomi Desa Simare, tanggal 17 Oktober 2015, di Desa Simare.

Wawancara dengan Bapak Hiras Hutapea, Tokoh Masyarakat Desa Simare, tanggal 17 Oktober 2015

Wawancara dengan Bapak Demas Simangunsong, Elit Ekonomi Desa Simare, tanggal 20 Oktober 2015, di Desa Simare.

Wawancara dengan Bapak Walmiden Hutapea, Masyarakat Desa Simare, tanggal 19 Maret 2016, di Desa Simare.

Wawancara dengan Bapak Pasal Manalu, Masyarakat Desa Simare, tanggal 19 Maret 2016, di Desa Simare.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Abu, dkk. 1997. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif

dan Kualitatif. Surabaya: Air Langga University Press.

Dwi Payana, Ari. 2003. Membangun Good Governance di Desa.Yogjakarta : IRE Press.

Haryanto. 2005. Kekuasaan Elite Suatu Bahasan Pengantar. Yogyakarta : S2 Politik Lokal dan Otonomi Daerah UGM.

HAW, Widjaja. 2001. Pemerintahan Desa/Marga. Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Suatu Telaah Administrasi Negara. Jakarta: Rajawali Press.

J Moleong, Lexy. 1994. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Kartodirjo, Sartono. 1981. Elit Dalam Perspektif Sejarah. Jakarta : LP3ES.

Keller, Suzanne. 1995. Penguasa dan Kelompok Elite, Peranan Elite Penentu

dalam Masyarakat Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mas’ud, Mochtar, dkk. 2001. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Maurice, Deverger. 1982. Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali Pers.

Nawawi, Hadari. 1987. Metodologi Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Singarimbun, Masri, dkk. 1955. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES. hal. Soemarsono. 2002. Komunikasi Politik. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Solekhan, Moch. 2012. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Malang: Setara Press.


(4)

Sosialismanto, Duta. 2001. Hegemoni Negara. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.

Sutherland, Heather. 1983. Terbentuknya Sebuah Elite Birokrasi. Jakarta: Sinar Harapan.

Tarik Ibrahim, Jabal. 2003. Sosiologi Pedesaan. Malang: UMM Pres.

Van Niel, Robert. 1984. Munculnya Elit Modern Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya. Varma, S.P. 1987. Teori Politik Modern. Jakarta: Rajawali Press.

Wahidin, Samsul. 2007. Dimensi Kekuasaan Negara Indonesia. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Wiratmoko, T. Nick, dkk. 2004. Yang Pusat dan Yang Lokal Antara Dominasi,

Resistensi, dan Akomodasi Politik di Tingkat Lokal. Salatiga : Pustaka

Percik.

Undang-Undang No 32 Tahun 2004

Website:

Partisipasi Politik di Indonesia dalam

Februari 2015, pukul 22.23 WIB.

Habibi, Arfan. 2013. Konstelasi Politik Dalam Pemilihan Kepala Desa.

diakses pada tanggal

14 Agustus 2015.

Tindaon, Wensdy. 2015. Pemanfaatan Modal Sosial dan Kekuasaan Dalam Pemilihan Kepala Desa di Desa Bahapal Raya.

diakses pada tanggal


(5)

BAB III

ANALISIS DOMINASI KEKUATAN EKONOMI DALAM PENENTUAN KEPALA DESA

3.1 Kekuatan Pemilik Modal Dalam Pemekaran Desa di Desa Simare

Desa Simare merupakan desa pemekaran dari Desa Lintong, yang berada dikecamatan Bor Bor. Desa ini berada di sekitar kantor sektor PT. Toba Pulp Lestari, yang secara langsung memberikan pengaruh terhadap ekonomi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat Desa Simare menjadi karyawan ataupun menjadi mitra rekanan dengan PT. Toba Pulp Lestari. Mitra rekanan yang dimaksud dalam hal ini adalah para wirausahaan yang menjadi elit ekonomi yang di desa.

Kondisi geografis Desa Simare yang jauh dari desa induk yaitu Desa Lintong, menjadi salah satu penyebab pemekeran Desa Simare. Di samping itu, dengan jarak yang jauh dari desa induk, maka pada setiap kepengurusan administrasi, membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga menyebabkan kurang efektifnya pelayanan publik di Desa Simare.

Proses pemekaran desa tentunya meliputi hal-hal yang sudah diatur dalam Undang Undang. Dimana dalam Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang Desa pada pasal 8 ayat 2 bahwa, Pembentukan Desa ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan prakarsa masyarakat Desa, asal usul, adat istiadat, kondisi sosial budaya masyarakat Desa, serta kemampuan


(6)

dan potensi Desa. Dimana pada pembentukan desa baru dapat mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, dan kualitas pelayanan publik desa.

Dalam proses pemekaran desa tentunya harus melalui tata cara Pemekaran Desa. Adapun tata cara/prosedur Pemekeran desa sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Naek Hutapea yang menjelaskan data yang ada dikantor Kepala Desa53,

a. Prakarsa dan kesepakatan masyarakat untuk membentuk desa

b. Mengajukan usul pembentukan desa kepada BPD dan Kepala Desa Induk

c. Mengadakan rapat bersama Kepala Desa Induk untuk membahas usul masyarakat tentang pembentukan Desa, dan kesepakatan rapat dituangkan dalam Berita Acara Hasil Rapat BPD tentang pembentukan Desa

d. Mengajukan usul pembentukan desa kepada Bupati melalui camat, disertai berita acara hasil rapat BPD dan rencana wilayah adminstrasi desa yang akan dibentuk

e. Observasi dari Pemerintahan Kabupaten ke desa yang akan dibentuk, yang hasilnya nanti menjadi rekomendasi kepada Bupati.

f. Penentuan secara batas-batas wilayah desa yang akan dibentuk, dimana melibatkan Pemerintahan Kabupaten, Pemerintah desa, BPD, dan unsur masyarakat desa yang dibentuk

53

Wawancara dengan Bapak Naek Hutapea, Kepala Desa Simare, pada tanggal 17 Oktober 2015 di Desa Simare.


(7)

g. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan desa antara DPRD dan Bupati yang mengikutsertakan Pemerintah desa, BPD, dan unsur masyarakat desa yang dibentuk

Sesuai dengan tata cara Pemekaran Desa, tentunya proses yang dilakukan melibatkan banyak pihak. Dimana pihak-pihak tersebut merupakan masyarakat dari desa yang akan dibentuk, yang tentunya mempunyai kepentingan dalam proses pemekaran desa. Dalam hal ini, pada proses pemekaran Desa Simare tahun 2008 terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai peranan penting dalam proses pemekaran desa. Kelompok-kelompok masyarakat tersebut antara lain para tokoh-tokoh masyarakat, dan juga para elit-elit ekonomi desa. Peran dari kelompok-kelompok ini sangat signifikan dalam setiap proses pemekaran desa, khususnya elit-elit ekonomi, dimana para elit-elit ekonomi ini menjadi aktor utama dalam setiap proses pemekaran desa. Dimana prakarsa pemekaran Desa Simara diprakarsai oleh Bapak Naek Hutapea dan Bapak Firman Pasaribu yang dalam hal ini merupakan elit ekonomi yang ada di Desa Simare.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan tokoh masyarakat desa, Bapak Robert Pulungan yang mengatakan54 :

“Dalam proses pemekeran desa simare terdapat peran kelompok-kelompok yang memberikan pengaruh besar, antara lain tokoh masyarakat dan elit-elit ekonomi. Dalam hal ini, tokoh masyarakat melakukan sosialisasi terkait rencana pemekeran desa ke masyarakat desa. Selanjutnya, segala sesuatu tentang proses yang dibutuhkan dalam

54

Wawancara dengan Bapak Robert Pulungan Tokoh Masyarakat, pada tanggal 15 Oktober 2015 di Desa Simare.


(8)

pemekaran desa, diberikan tanggungjwab kepada para elit- elit ekonomi. Hal ini dikarenakan para tokoh-tokoh masyarakat yang lain melihat bahwa para elit ekonomi lebih mengenal aparatur-aparatur pemerintahan kabupaten”.

Sejalan dengan apa yang menjadi pernyataan dari Bapak Robert Pulungan, Bapak Parasian Tampubolon juga menyatakan 55:

“Pemekaran Desa Simare tidak terlepas dari peran penting para wirausahawan (elit ekonomi) menjalankan segala proses yang dibutuhkan dalam pemekeran. Dimana para elit ekonomi ini, saling bekerjasama dalam melobi para pejabat-pejabat di Pemerintahan Kabupaten, agar supaya dalam melengkapi segala proses pemekaran berjalan dengan lancar”.

Keberadaan pemilik modal atau elit ekonomi, secara langsung memberikan pengaruh yang besar terhadap eksistensi pemerintahan desa dalam mewujudkan harapan masyarakat dengan dimekarkannya Desa Simare. Para elit ekonomi terutama Bapak Naek Hutapea dan Bapak Firman Pasaribu mempunyai hubungan dengan pejabat-pejabat di Pemerintahan Kabupaten, dan juga beberapa anggota DPRD Kabupaten Toba Samosir secara langsung memberi kemudahan akses dalam membangun jalan agar mekarnya desa Simare. Ikatan kekerabatan yang dimiliki para elit desa akhirnya membuka ruang baru untuk membuka sebuah pemerintahan yang baru di Desa Simare.

55

Wawancara dengan Bapak Parasian Tampubolon karyawan PT. Toba Pulp Lestari, pada tanggal 10 Oktober 2015 di Desa Simare.


(9)

Para elit ekonomi di Desa Simare yang terlibat dalam proses pemekaran desa, tentunya mempunyai peran yang signifikan dalam mewujudkan pemekaran Desa Simare. Para elit ekonomi yang berinisiatif memekarkan bukan tidak memiliki alasan kuat untuk memekarkan Desa Simare. Desa Simare memiliki potensi sumber daya ekonomi yang dalam hal ini adalah lahan kosong perbukitan yang dapat dikelola untuk menjadi areal perkebunan yang dapat memberikan pemasukan desa. Selain menjadi areal perkebunan, lahan kosong tersebut juga dapat digunakan menjadi lahan konsesi penanaman tumbuhan ekaliptus yang merupakan suplai utama pembuatan bubur kertas. Sumber daya ekonomi ini bisa dikelola oleh elit ekonomi selaku pemilik modal dengan cara kontrak lahan dengan sistem bagi hasil dengan masyarakat selaku pemilik lahan.

Kekuatan para pemilik modal dalam mengontrol masyarakat menghasilkan pemekaran Desa Simare dapat disepakati masyarakat Desa Simare. Kemampuan mengontrol masyarakat dalam hal ini adalah para pengusaha yang merupakan elit ekonomi desa memiliki karyawan dalam jumlah banyak, dan sebagian besar masyarakat desa Simare adalah pekerja untuk mengolah lahan ekaliptus yang sebagian besar pengusaha merupakan rekanan kerja PT. Toba Pulp Lestari. Sehingga melalui para pekerja yang bekerja pada usaha para elit, elit ekonomi di desa Simare dapat mempengaruhi masyarakat yang merupakan karyawan pada usaha mereka. Maka dengan adanya kekuatan ekonomi yang dimiliki, dan juga dengan adanya hubungan yang baik dengan para pejabat di Pemerintahan Kabupaten menjadikan pemekaran desa salah satu tujuan yang


(10)

harus dicapai agar nantinya para pemilik modal mempunyai kekuasaan politik di Desa Simare. Kekuasaan politik akan berkaitan langsung dengan pengambilan suatu kebijakan politik yang berkaitan langsung dengan setiap aspek ekonomi masyarakat, dan juga pada pembangunan yang ada di Desa Simare.

Pemekaran Desa Simare merupakan langkah awal dalam usaha yang dilakukan elit ekonomi agar dapat ambil bagian dalam pemerintahan. Sejatinya antara lahan sebagai potensi sumber daya, masyarakat selaku pemilik lahan, dan elit ekonomi sebagai pemilik modal, akhirnya dihubungkan oleh benang pemekaran desa. Elit selaku pemilik modal, melihat lahan sebagai potensi yang dapat dikelola oleh desa secara mandiri demi kemajuan desa. Masyarakat selaku pemilik lahan merasa terbantu dengan tergeraknya roda perekonomian karena lahannya dapat difungsikan menjadi bisnis dan pekerjaan yang menguntungkan juga pengurusan administrasi kenegaraan yang lebih praktis waktu dan jarak. Sementara bagi elit pemilik modal, dengan mekarnya desa maka ruang untuk mengelola lahan yang ada semakin terbuka lebar, ditambah lagi dengan sistem bagi hasil yang menguntungkan pemilik modal dan masyarakat selaku pemilik lahan sekaligus karyawan di areal lahan yang dikelola.

Kedua hal antara masyarakat dan pemilik modal dalam konteks potensi lahan akhirnya menjadi sebuah hubungan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan. Melalui ikatan kekerabatan antara elit ekonomi desa dengan pejabat di pemerintahan eksekutif dan legislatif, dapat mempermudah akses bagi


(11)

para elit ekonomi dalam memekarkan juga dalam hal membuka lahan khususnya perizinan usaha pengelolaan lahan.

Desa Simare yang merupakan hasil pemekaran dari desa induknya Desa Lintong pada tahun 2008 tidak terlepas dari peran para elit ekonomi yang memiliki pengaruh di tengah masyarakat dan juga elit ekonomi yaitu Bapak Naek Hutapea serta Bapak Firman Pasaribu memiliki ikatan kekerabatan dengan pemerintah kabupaten dan anggota legislatif. Adanya ikatan kekerabatan ini pada awalnya dimulai dari hubungan pekerjaan dengan para elit ekonomi di desa Simare, yang pada akhirnya ikatan kekerabatan ini digabung dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki elit, serta-merta melahirkan pengaruh di tengah masyarakat.

Kemampuan para elit ekonomi di desa Simare juga diberi perimbangan dengan sejalannya elit ekonomi dengan tokoh masyarakat setempat yang ternyata masih memiliki ikatan kekerabatan yang kental. Sehingga baik elit maupun tokoh masyarakat tidak terbantahkan pasti memiliki pengaruh dalam proses pemekaran desa. Akan tetapi keberadaan mereka sebagai elit tidak lepas dari status sosial yang melekat pada diri mereka masing-masing.

Kaum elit ekonomi yang berasal dari berbagai profesi, dengan tingkat perekonomian di atas rata-rata tergolong dalam Elit karena kekayaan. Elit ekonomi desa Simare yang di dominasi dengan profesi wirausaha, dengan mudah menancapkan kekuasaan mereka dengan kemampuan ekonominya. Terlebih mereka yang berprofesi sebagai penggarap lahan, baik pertanian maupun penggarap lahan tanaman ekaliptus, mendapatkan pengaruh dengan mudah atas


(12)

karyawan yang bekerja pada usahanya. Sebab tidak dapat dipungkiri, kehadiran usaha mereka di tengah masyarakat dapat menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit dan menguruangi angka pengangguran di desa Simare.

Posisi para elit yang secara kebetulan memperoleh kedudukan sebagai kepala desa memberikan penjelasan bahwa pengaruh seseorang yang dianggap elit didapatkan melalui kedudukannya sebagai eksekutif pemerintahan, atau dalam hal ini di desa Simare adalah kepala desa. Kepala desa Simare Bapak Naek Hutapea sesungguhnya sudah memiliki pengaruh dan kekuasaan sebagai elit ekonomi yang memiliki tenaga kerja yang banyak dan lahan yang luas. Akan tetapi, dengan terpilihnya beliau menjadi seorang kepala desa Simare, semakin memperkokoh kedudukan beliau sebagai seorang elit. Bukan hanya elit dari sektor ekonomi, tetapi juga identitas elit yang diperoleh melalui kedudukan sebagai seorang kepala desa. Memilih menjadi seorang kepala desa bagi Bapak Naek Hutapea sesungguhnya bukan tanpa alasan. Secara ekonomi memang beliau sudah memiliki pengaruh melalui kemampuan ekonomi dan atas karyawan yang bekerja kepadanya. Akan tetapi menjadi seorang kepala desa merupakan sebuah alat yang dapat menunjang bidang usaha yang dia miliki. Melalui kemampuan ekonomi dan memiliki ikatan kekerabatan dengan pemerintah kabupaten akan semakin lengkap dan mudah apabila didukung oleh kemampuan sebagai seorang eksekutif desa untuk menunjang sektor ekonomi yang dia miliki, mungkin untuk perizinan usaha, pengolahan lahan atau untuk alasan lainnya yang dapat dipermudah dengan kedudukan sebagai seorang penjabat eksekutif desa.


(13)

Kategori elit komunitas merupakan elit yang paling mudah untuk dicapai. Komunitas yang merupakan gabungan dari beberapa individu atau kelompok yang memiliki tujuan dan kepentingan yang sama, sehingga dengan mudah untuk mendapatkan pengaruh di masyarakat, tergantung fokus dalam bidang apa komunitas tersebut. Desa Simare yang merupakan berpenduduk asli etnis Batak dan didominasi etnis batak, sangatlah mudah bagi mereka yang memiliki kecakapan dalam hal adat-istiadat untuk mendapatkan pengaruh di tengah masyarakat dan menyandang status elit. Dalam hal ini, komunitas etnis Batak yang terkenal dengan kumpulan marga dan sarat akan acara-acara adat, tentu akan melahirkan tokoh-tokoh adat untuk berperan dalam kegiatan adat. Bukan sekedar kecakapan berbicara tetapi juga kecakapan dalam menempatkan posisi di tengah acara adat yang berlangsung. Bapak Hiras Hutapea dan Bapak Robert Pulungan, mereka menyandang status elit dari kecakapan mereka dalam acara adat, sehingga mereka menjadi tokoh adat. Ketokohan mereka dalam adat Batak, memberikan kesan bahwa mereka memiliki kedudukan lebih tinggi di tengah masyarakat dan mudah untuk mendapatkan pengaruh. Ada kesan dihormati bagi mereka ditengah masyarakat, sebab tokoh adat bagi etnis Batak merupakan mereka yang benar- benar paham akan silsilah marga dan keluarga.

Berdasarkan jumlah elit dan bukan elit dalam masyarakat, sesungguhnya para elit menempati posisi minoritas. Akan tetapi kenyataannya adalah, justru kaum elit yang minoritas ternyata mampu untuk mengendalikan, bahkan melampaui kekuatan mayoritas di tengah masyarakat. Sehingga tidak


(14)

mengherankan bahwa di desa Simare, kaum elit yang tidak lebih dari delapan orang, mampu menjadi tokoh pemrakarsa pemekaran desa, bakan sampai pada proses pemilihan. Maka dalam hal ini, elit memiliki kedudukan sejajar dengan kekuasaan. Mereka yang punya kuasa belum tentu dapat menyandang status elit, namun yang menyandang status elit, sudah pasti akan memiliki kuasa.

Melalui teori kekuasaan, apa yang terjadi di Desa Simare dengan kemampuan kaum elit ekonomi, dapat ditebak dengan mudah. Seperti penjelasan sebelumnya tentang peran mereka dalam proses pemekaran, kemampuan mereka berkontribusi dengan kekuatan ekonomi dan ikatan kekerabatannya sudah pasti dapat mempengaruhi jalannya proses pemerintahan. Kemampuan mereka terlihat dari kepala desa terpilih yang merupakan latar belakang pengusaha dan bagian dari para elit ekonomi. Sehingga dengan situasi ini, dapat dikatakan bahwa perjalanan pemerintahan tidak akan terlepas dari peranan dan pengaruh para elit ekonomi yang berada di lingkaran kekuasaan.

3.2 Pengaruh Dan Keterkaitan Pemilik Modal Dalam Pemilihan Kepala Desa.

Pemilihan Kepala Desa pertama kali dilaksanakan pada tanggal 05 Oktober 2010. Dimana pada setiap proses yang dilaksanakan pada Pemilihan Kepala Desa tidak terlepas dari para wiraswasta yang telah memberikan sumbangsihnya dalam pemekeran desa. Para wiraswasta ini jugalah yang menjadi calon Kepala Desa di Desa Simare.


(15)

Dalam pemilihan Kepala Desa Simare, panitia pemilihan memberikan kesempatan pada masyarakat desa untuk mencalonkan diri sebagai bakal calon kepala desa. Kesempatan yang diberikan panitia pemilihan kepada masyarakat desa adalah selama 14 (empat belas) hari atau selama 2 (dua) minggu. Setelah menerima pendaftaran bakal calon kepala desa, panitia kemudian melakukan seleksi terhadap bakal calon tersebut. Proses seleksi bakal calon didasarkan pada syarat-syarat yang telah ditentukan oleh panitia. Syarat-syarat yang ditentukan panitia pemilihan untuk calon kepala desa adalah yang sesuai dengan peraturan pemerintah yaitu :56

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

c. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan atau berpengetahuan yang sederajat.

d. Berumur sekurang-kurangnya 25 tahun.

e. Tidak pernah di hukum penjara melakukan tindakan pidana.

f. Tidak di cabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

g. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat. h. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa.

i. Memenuhi syarat-syarat lain yang sesuai dengan adat istiadat setempat.

56


(16)

j. Belum pernah menjabat kapala desa paling lama 10 tahun atau dua kali masa jabatan.

Pada masa pendaftaran calon Kepala Desa Simare, kelompok elit ekonomi yang ada di Desa Simare terlebih dahulu telah menyepakati siapa yang akan menjadi calon Kepala Desa. Dan pada akhirnya kelompok elit ekonomi ini mendorong Bapak Naek Hutapea menjadi calon Kepala Desa. Akan tetapi Bapak Naek Hutapea tidak menginginkan pemilihan Kepala Desa hanya diikuti oleh satu calon, maka Bapak Naek Hutapea menginginkan jika pada pemilihan Kepala Desa harus mengikutsertakan satu calon Kepala Desa. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Naek Hutapea57

“Pemilihan Kepala Desa Simare yang akan dilaksanakan pada tanggal 05 Oktober 2010, memang pada awalnya dilakukan hanya dengan satu calon Kepala Desa. Dimana saya sendirilah yang menjadi calon tunggal. Akan tetapi melihat hal tersebut, saya tidak menginginkan jika pemilihan Kepala Desa dilaksanakan hanya dengan mengangkat saya langsung menjadi Kepala Desa. Jangan sampai hal ini nantinya mengurangi minat masyarakat ataupun masyarakat menjadi tidak mau tahu tentang apa yang terjadi dalam setiap program desa kedepannya”.

Hal ini juga seperti yang dikatakan oleh Bapak Parasian Tampubolon58 “ Pada saat Pemilihan Kepala Desa adanya dua calon Kepala Desa tidak terlepas dari para wiraswasta yang ada di Desa ini.

57

Wawancara dengan Bapak Naek Hutapea, Kepala Desa Simare dan elit ekonomi Desa Simare pada tanggal 17 Oktober 2015 di Desa Simare

58

Wawancara dengan Bapak Parasian Tampubolon, karyawan PT. Toba Pulp Lestari pada tanggal 10 Oktober 2015 di Desa Simare


(17)

Para wiraswasta yang sudah mempunyai hubungan tersendiri, dimana para wiraswasta mempunyai bidang pekerjaan yang saling berkaitan. Para wiraswasta ini melihat peran dari Bapak Naek Hutapea dan Bapak Firman Pasaribu pada saat pemekeran Desa Simare, maka para wiraswasta ini mendorong keduanya untuk mengajukan diri sebagai calon Kepala Desa ”.

Hal ini juga seperti pernyataan Bapak Demas Simangunsong59,

“ Dengan melihat peran dari Bapak Naek Hutapea dan juga Bapak Firman Hutapea dalam melaksanakan setiap proses pemekeran, saya dengan beberapa wiraswasta lainnya mendorong mereka untuk menjadi calon Kepala Desa. Tetapi untuk hal yang lain dalam pemilihan, saya sendiri menyerahkan kepada masyarakat. Agar nantinya pada pemilihan Kepala Desa tidak terjadi perbedaan antar masyarakat desa. Para wiraswasta memang ada yang mendukung salah satu calon, tetapi hal ini tidak terlalu menonjol, dan setiap para wiraswasta berkumpul di satu tempat, hubungan kami tetap terjalin dengan baik, bahkan sampai saat ini ”.

Setelah calon Kepala Desa sudah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa dan disahkan dalam sidang badan Permusyawaratan Desa, maka proses selanjutnya adalah masa kampanye. Dimana pada masa kampanye calon Kepala Desa menyampaikan visi misinya pada masyarakat. Dan Panitia Pemilihan Kepala Desa memberikan waktu selama 10 (sepuluh) hari yaitu pada tanggal 21-30 September 2010. Pada saat masa kampanye inilah para calon Kepala Desa menarik simpatik masyarakat. Dimana pada saat proses Pemilihan Kepala Desa

59

Wawancara dengan Bapak Demas Simangunsong, elit ekonomi Desa Simare pada tanggal 20 Oktober 2015 di Desa Simare.


(18)

tentunya masyarakat terbagi dua, seperti halnya yang dikatakan oleh salah satu masyarakat Desa Simare yaitu, Bapak Parasian Tampubolon60,

“ Pada saat masa kampanye masyarakat desa simare terbagi dua, dimana ada yang mendukung Bapak Naek Hutapea dan juga ada yang mendukung Bapak Firman Pasaribu. Dimana para wiraswasta yang mendorong keduanya menjadi calon Kepala Desa terlihat mendukung salah satu pasangan calon. Para wirasasta dan tokoh masyarakat seperti, Bapak Hiras Hutapea, Bapak Robert Pulungan, Bapak Seimen Hutapea, dan Bapak Demas Simangunsong, mendukung Bapak Naek Hutapea, sementara Bapak Perdi Hutapea, Bapak Januari Pangaribuan, dan Lenny Hutapea mendukung Bapak Firman Pasaribu menjadi Kepala Desa. Mereka yang terlibat mendukung salah satu calon Kepala Desa, tidak terlalu menonjol dalam hal memberikan dukungan. Dimana pada masa kampanye para wiraswasta dan juga tokoh masyarakat tidak melakukan kampanye yang menjatuhkan salah satu calon Kepala Desa. Mereka berkampanye secara sehat dimana mereka lebih mendorong siapa yang lebih baik menjadi Kepala Desa. Hal ini sangat jelas mengurangi konflik yang ada dalam masyarakat ”.

Keterkaitan antar elit ekonomi sangat mempengaruhi sikap pemilih, dimana dukungan yang diberikan elit ekonomi kepada calon kepala desa tentunya akan memberikan dampak terhadap calon kepala desa tersebut. Dalam hal ini, calon kepala desa Naek Hutapea yang didukung oleh sebagian besar elit ekonomi

60

Wawancara dengan Bapak Parasian Tampubolon, karyawan PT. Toba Pulp Lestari pada tanggal 10 Oktober 2015 di Desa Simare


(19)

dan juga tokoh masyarakat tentunya berpengaruh besar terhadap masyarakat yang akan memilih calon kepala desa.

Pemungutan suara yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 05 Oktober 2010, dimana dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB dan dilanjutkan dengan penghitungan suara. Pada pemungutan suara, seperti pernyataan dari Bapak Parasian Tampubolon61,

“ Para wiraswasta dan juga tokoh masyarakat sangat berperan dalam hal mendorong masyarakat untuk datang ke tempat pemungutan suara. Mereka datang ketempat- tempat masyarakat berkumpul sekedar hanya mengatakan agar masyarakat memilih calon Kepala Desa Simare. Hal ini juga dimungkinkan karena pada saat pemungutan suara kantor sektor PT. Toba Pulp Lestari diliburkan, dimana masyarakat yang bekerja sebagai karyawan dan juga buruh dapat memilih calon Kepala Desa Simare ”.

Para pemilik modal dalam pemilihan Kepala Desa Simare saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Disamping memberikan pengaruh kepada masyarakat yang akan memilih calon Kepala Desa juga mengontrol masyarakat dalam agar datang ketempat pemungutan suara. Dengan kekuasaan ekonomi yang dimiliki para elit ekonomi, sehingga para elit ekonomi dapat mempengaruhi masyarakat mematuhi keinginan dari para elit ekonomi tersebut. Seperti pendapat narasumber diatas, bahwa keberadaan elit ekonomi yang telah berperan dalam pemekeran Desa Simare membuat para elit ekonomi ini mempunyai kekuasaan dalam hal

61

Wawancara dengan Bapak Parasian Tampubolon, karyawan PT. Toba Pulp Lestari pada tanggal 10 Oktober 2015 di Desa Simare


(20)

mengajukan calon Kepala Desa. Disamping itu, keterkaitan para elit ekonomi ini memberikan dukungan kepada calon Kepala Desa.

Dalam proses pemilihan kepala desa, elit ekonomi sangat berperan dalam mendukung calon Kepala Desa. Mulai dari penyumbang modal bagi si calon, dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki bukanlah hal yang sulit untuk memberikan bantuan materi dalam beberapa wujud seperti atribut, biaya operasional, alat peraga kampanye, bahkan pemberian materi secara transaksional. Selain memberikan bantuan materi, peran elit juga terwujud dalam pengaruh pembentukan tim sukses atau juga simpatisan calon. Hingga pada akhirnya, secara keseluruhan peran elit meliputi semua aspek yang berkaitan dengan proses pemilihan kepala desa, mulai dari pemberian bantuan modal, pengarahan suara, kontrol pemungutan suara hingga sampai proses penghitungan suara.

Melalui teori kekuasaan dan elit, bila disejajarkan dengan apa yang terjadi di desa Simare sangatlah berbanding lurus. Kaum elit ekonomi dan tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh di masyarakat, akan dengan sangat mudah untuk mendapatkan kekuasaan. Sehingga dapat dengan mudah ditebak, bahwa siapa yang memiliki derajat lebih tinggi di masyarakat, baik melalui ekonomi, komunitas dan eksekutif, tentu dengan mudah dapat mengatur berjalannya ritme kehidupan sosial dan politik masayarakat.

Para elit ekonomi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dengan akses ikatan kekerabatan dengan pemerintah kabupaten mampu membantu upaya pemekaran. Sejalannya kaum elit ekonomi dengan tokoh masyarakat setempat


(21)

menciptakan suatu sinergis kerja sama yang efisien. Dengan akses yang lebih mudah serta ditambah dengan kemampuan finansial yang memadai, sangatlah memungkinkan untuk mewujudkan pemekaran desa Simare dari desa induknya. Dimana nantinya setelah terbentuknya desa, dan telah mempunyai struktur pemerintahan desa tersendiri, maka para pemilik modal ini yang mendapatkan kekuasaan dalam pemerintahan desa tersebut. Dalam hal ini, para pemilik modal ini menjadi calon kepala desa di Desa Simare.

Pemilihan kepala desa di Desa Simare dapat terkoordinir dengan baik. Dimana kekuatan modal yang dimiliki elit ekonomi dapat mempermudah para elit ekonomi untuk mendapatkan kekuasaan. Hal ini diawali dengan proses pencalonan calon kepala desa yang sama-sama berlatarbelakang wiraswasta. Dimana kedua calon kepala desa juga memiliki keterkaitan satu dengan yang lain, dan juga mempunyai kemampuan finansial yang sama kuat. Pola pemilihan juga tergolong mobilisasi. Masing-masing tim pemenangan yang diisi oleh elit sama-sama menggunakan pengaruhnya untuk memenangkan calon dengan menggerakkan massa. Tidak dapat disangkal bahwa elit yang mendukung salah satu calon tentu akan menggerakkan masyarakat terlebih pada masyarakat yang merupakan pekerja pada bidang usaha yang dia miliki. Dengan menyandang status elit yang secara otomatis memiliki kekuasaan tidaklah sulit untuk menggerakkan massa untuk memilih salah satu calon.


(22)

3.3 Kepentingan Pemilik Modal Dalam Pemilihan Kepala Desa Simare

Pada pemilihan Kepala Desa Simare pada hari selasa tanggal 05 Oktober 2010, tidak terlepas dari peran para wiraswasta yang dalam hal ini para pemilik modal. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa pada setiap proses pemekeran desa sampai pada pemilihan kepala desa, pemilik modal sangat berperan penting pada setiap prosesnya. Dominasi dari pemilik modal dalam pemekaran desa sangat berpengaruh pada penentuan calon Kepala Desa.

Pemilik modal yang telah memiliki kekuasaan pada sektor ekonomi, dan dengan kekuasaan ekonomi para pemilik modal mempunyai pengaruh pada masyarakat untuk melaksanakan apa yang menjadi kehendak dari pemilik modal. Pengaruh tersebut adalah bukan hanya dalam hal proses pemekeran desa dan juga pada pemilihan kepala desa. Dimana pada pemilihan Kepala Desa, para pemilik modal saling membantu dalam pemenangan calon Kepala Desa Simare.

Pemilihan Kepala Desa yang merupakan perebutan kekuasaan politik di desa, dimana kekuasaan politik tentunya akan sangat berdampak pada pembangunan desa tersebut. Di samping itu dengan adanya kekuasaan politik yang mengikat, tentunya akan sangat berpengaruh pada sektor ekonomi pemegang kekuasaan politik atau Kepala Desa, dan juga terhadap kelompok-kelompok yang mendukungnya. Hal inilah yang terjadi di Desa Simare, dimana ada kelompok- kelompok yang dalam hal ini adalah wiraswasta atau pemilik modal yang memanfaatkan pengaruhnya di masyarakat dengan melakukan pemekaran desa,


(23)

yang tujuannya adalah untuk mendapatkan kekuasaan politik di Desa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Parasian Tampubolon62,

“ Para elit ekonomi yang mendorong terbentuknya pemerintahan desa tentunya mempunyai tujuan tersendiri. Hal ini mengacu pada gencarnya para elit ekonomi dalam melobi pemerintahan kabupaten untuk memuluskan pemekaran Desa Simare, yang nantinya semakin mempermudah pembangunan ke Desa Simare. Di samping itu, para wiraswastaan juga melakukan lobi kepada pimpinan PT. Toba Pulp Lestari sektor Habinsaran, supaya semakin memperbanyak lahan penanaman ekaliptus yang akan dikerjakan oleh para wiraswastaan ”.

Tidak jauh berbeda dengan penjelasan sebelumnya, bahwa kepentingan pemilik modal yakni para elit ekonomi berkepentingan dalam tubuh pemerintahan. Dimulai dengan usaha pemekaran desa, ikut ambil bagian dalam pemilihan kepala desa, hingga ketika pemerintahan desa sudah terbentuk maka para elit dapat ikut ambil bagian dalam pemerintahan desa. Sehingga sangatlah penting bagi para elit agar calon yang didukungnya harus menang.

Semua hal tersebut bukan tanpa alasan. Secara praktis, hal ini akan memberikan beberapa kemudahan bagi para elit dalam bidang usahanya maupun untuk ikut ambil bagian dalam proses berjalannya pemerintahan. Contoh kecil misalnya, apabila calon yang didorong oleh para elit menang menjadi kepala desa, maka akan memberi dampak dalam pembagian lahan ekaliptus yang dulunya

62

Wawancara dengan Bapak Parasian Tampubolon, karyawan PT. Toba Pulp Lestari pada tanggal 10 Oktober 2015 di Desa Simare


(24)

merupakan lahan yang digunakan masyarakat untuk menanam kopi dan juga kemenyan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Parasian Tampubolon63,

“ Wilayah yang dekat dengan dusun Simare dan dusun Pardomuan Nauli, yang dulunya merupakan lahan ladang kopi masyarakat sekarang sudah menjadi lahan ekaliptus. Disamping itu, wilayah di dusun Natinggir yang berbatasan langsung dengan desa Sipahutar, yang dulunya merupakan tanaman kemenyan saat ini juga sudah menjadi lahan ekaliptus ”.

Seiring berjalannya proses pemilihan kepala desa yang diikuti dengan pengaruh elit di dalamnya, maka mudah ditebak bahwa perangkat pemerintah desa dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan akan menguntungkan ataupun memudahkan para elit ekonomi. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bapak Parasian Tampubolon64,

“ Para elit ekonomi yang berperan dalam pemekeran desa Simare dan juga yang mendominasi struktur pemerintahan desa, dimana dengan menguasai pemerintahan desa membuat para elit ekonomi dengan mudah untuk melakukan setiap kebijakan yang berkaitan langsung dengan setiap kepentingan para elit ekonomi. Kepentingan ini termasuk pada pembagian lahan-lahan yang menjadi area kerja PT. Toba Pulp Lestari, dan juga pengurusan administrasi pembuatan bidang usaha dari para elit ekonomi”.

63

Wawancara dengan Bapak Parasian Tampubolon, karyawan PT. Toba Pulp Lestari pada tanggal 10 Oktober 2015 di Desa Simare.

64

Wawancara dengan Bapak Parasian Tampubolon, karyawan PT. Toba Pulp Lestari pada tanggal 10 Oktober 2015 di Desa Simare.


(25)

Semua kepentingan dari para pemilik modal nantinya akan mempengaruhi setiap kebijakan-kebijakan pemerintah desa, khususnya kebijakan yang berkaitan dengan usaha para elit. Sehingga tidaklah sulit untuk menemukan bagaimana sistem pemerintahan desa yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi para elit, bila memandang peran mereka dalam pemilihan kepala desa dan memberi pegaruh kepada masyarakat desa Simare dimana dengan terbentuknya pemerintahan desa Simare mengalami banyak kemajuan terutama dibidang ekonomi yang tidak terlepas dari peran elit ekonomi. Seperti pernyataan bapak Walmiden Hutapea65,

“ Elit ekonomi berperan penting sebagai penghubung antara masyarakat dengan PT. Toba Pulp Lestari dan juga elit ekonomi memberi penjelasan kepada masyarakat termasuk saya sendiri bagaimana cara pembagian hasil dari penanaman, perawatan sampai pada penebangan pohon ekaliptus yang membawa keuntungan secara ekonomi bagi masyarakat “.

Dari pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa elit ekonomi berpean dalam kemajuan Desa Simare dimana elit ekonomi sebagai penghubung antara masyarakat dengan PT. Toba Pulp Lestari dan juga yang memberi penjelasan kepada masyarakat mengenai pembagian hasil dari proses perkebunan tanaman pohon ekaliptus yang hal ini memberi keuntungan bagi masyarakat, dimana masyarakat memperoleh keuntungan dari proses penanaman, perawatan hingga

65

Wawancara dengan Bapak Walmiden Hutapea, masyarakat desa Simare pada tanggal 19 Maret 2016 di Desa Simare.


(26)

proses penebangan pohon ekaliptus. Hal ini juga diperjelas dengan pernyataan dari bapak Walmiden Hutapea yang mengatakan bahwa66,

“ Iya, saya sudah merasakan hasil dari kerjasama tersebut. Dimana saat ini saya sudah bisa membangun rumah dan juga membeli kendaraan roda dua dan hal ini sangat membantu saya “.

Dari pernyataan – pernyataan diatas dapat diketahui bahwa PT. Toba Pulp Lestari dan juga elit ekonomi yang sudah menjadi bagian dari pemerintahan di Desa Simare, hanya dapat mengembangkan ekonomi masyarakat yang memiliki kerjasama dengan PT. Toba Pulp Lestari. Dalam hal ini, masyarakat di Desa Simare tidak hanya masyarakat yang mempunyai lahan untuk ditanami pohon ekaliptus, tetapi ada masyarakat lainnya yang merupakan petani yang tidak memiliki lahan untuk dialihfungsikan menjadi tanaman pohon ekaliptus.

Dalam hal ini elit ekonomi yang memegang pemerintahan desa dianggap mengenyampingkan masyarakat petani dan hal ini menjadi penyebab terjadinya kesenjangan antara petani dengan masyarakat yang bekerja untuk elit ekonomi. hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Pasal Manalu67,

“ Setelah pemekaran memang berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Akan tetapi saya dan sebagian masyarakat lainnya yang masih bertani belum merasakan perkembangan tersebut dikarenakan sampai saat ini pun saya sulit memperoleh pupuk pertanian, dan ini membuat hasil pertanian kami kurang menguntungkan “.

66

Wawancara dengan Bapak Walmiden Hutapea, masyarakat desa Simare pada tanggal 19 Maret 2016 di Desa Simare.

67

Wawancara dengan Bapak Pasal Manalu, masyarakat desa Simare pada tanggal 19 Maret 2016 di Desa Simare.


(27)

Berdasarkan pernyataan diatas yang dinyatakan oleh dua pihak yang berbeda mengenai dampak dari pemekaran dan pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Simare menjelaskan bahwa, ada perbedaan dari elit ekonomi yang juga merupakan bagian dari pemerintahan desa Simare dalam hal meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Simare. Dimana elit ekonomi sebagai bagian dari pemerintahan Desa Simare lebih mengutamakan pertumbuhan perekonomian masyarakat yang bekerjasama dengan PT. Toba Pulp Lestari dibandingkan dengan masyarakat yang bekerja sebagai petani yang tidak memiliki lahan untuk dialihfungsikan menjadi tanaman pohon ekaliptus.


(28)

BAB IV PENUTUP

4.1KESIMPULAN

1. Sumber daya kekuasaan sebagai hal yang tentunya harus terpenuhi terlebih dahulu untuk mencapai kekuasaan politik. Seperti artian yang ada dalam tipe sumber daya ekonomi yang merupakan salah satu dari sumber kekuasaan dimana dalam hal ini diartikan bahwa mereka yang memiliki kekayaan dalam jumlah yang besar, setidak-tidaknya secara potensial akan memiliki kekuasaan politik. Seperti halnya dalam penelitian ini yang dilakukan di desa Simare bahwa elit yang memprakarsai pemekaran desa Simare merupakan elit ekonomi dimana elit ekonomi ini memiliki kekayaan secara ekonomi, dan dengan sumber daya kekayaan yang dimiliki oleh elit ekonomi mempermudah para elit ekonomi yang ada di desa Simare untuk mendapatkan kekuasaan politik dalam artian membentuk pemerintahan desa.

2. Dalam suatu pemerintahan yang menganut sistem demokrasi, tidak terlepas dari keberadaan elit. Dimana elit akan berperan penting dalam berjalannya demokrasi. Sebagai kelompok yang mempunyai keistimewaan, tentunya elit dapat mempengaruhi masyarakat. Seperti yang diambil dari teori Huky yang mengatakan bahwa elit karena kekayaan menjadi suatu sumber untuk mendapatkan kekuasaan. Dimana elit karena


(29)

kekayaan dapat mengontrol masyarakat di sekitarnya. Seperti yang terjadi dalam proses Pemilihan Kepala Desa Simare bahwa elit ekonomi yang ada didesa Simare mendominasi proses Pemilihan Kepala Desa dimana elit ekonomi inilah yang menjadi calon kepala desa Simare. Disamping itu para elit ekonomi yang ada di desa Simare memobilisasi masyarakat untuk memilih calon kepala desa Simare.

3. Proses pemilihan kepala desa Simare yang didominasi oleh elit ekonomi yang mempunyai kekuasaan untuk mengontrol masyarakat dalam membentuk pemerintahan desa. Dimana dengan adanya pemerintahan desa akan mempermudah elit ekonomi untuk mengalihfungsikan lahan yang ada dimana lahan tersebut pada awalnya merupakan lahan tanaman kopi dan pohon kemenyan yang kemudian beralihfungsi menjadi tanaman pohon ekaliptus yang merupakan bahan dasar pembuatan bubur kertas oleh PT. Toba Pulp Lestari. Dalam hal ini elit ekonomi yang ada di desa Simare merupakan mitra kerja dari PT. Toba Pulp Lestari dimana sebagai mitra kerja elit ekonomi ini yang mengerjakan mulai dari penanaman, perawatan sampai pada penebangan pohon ekaliptus tersebut. Hal inilah yang menjadikan hubungan antara elit ekonomi yang ada di Desa Simare dengan PT. Toba Pulp Lestari saling menguntungkan.

4. Dampak positif pemekaran terhadap masyarakat Desa Simare yaitu dengan adanya pemekaran Desa Simare adanya perkembangan infrastruktur yang menunjang perekonomian masyarakat, dan sistem administrasi semakin


(30)

lancar dimana hal ini memberi kemudahan bagi lapisan masyarakat Desa Simare. Dimana hal ini merupakan ciri dari keberhasilan pemekaran yang sangat berdampak terhadap masyarakat. Selain berdampak positif, pemekaran juga membawa dampak negatif yang dianalisis dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber masyarakat Desa Simare tentang pemerintahan desa yang dianggap oleh sebagian masyarakat tidak membawa dampak positif bagi masyarakat itu, benar bahwa keberhasilan pemekaran dapat dilihat dari perbaikan infrastruktur yang menjadi kebutuhan utama masyarakat namun dalam hal ini elit ekonomi yang dianggap sebagai pemrakarsa pemekaran yang juga sebagai bagian dari pemerintahan desa ternyata belum merangkul seluruh lapisan masyarakat Desa Simare yang dibuktikan dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahan desa yang lebih mengutamakan kepentingan elit ekonomi, dimana elit ekonomi tersebut merupakan mitra kerja PT. Toba Pulp Lestari.

4.2SARAN

1. Dalam hal ini di desa Simare diperlukan elit-elit ekonomi yang baru untuk memajukan desa Simare di bidang lain setelah adanya pemekaran.

2. Elit-elit ekonomi yang juga sebagai pemegang pemerintahan yang ada di desa Simare harus lebih memperhatikan pengembangan masyarakat yang bertani.


(31)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI DAN PROFIL ELIT LOKAL YANG BERPENGARUH DI DESA SIMARE

2.1 Gambaran Umum Desa Simare

Desa Simare merupakan salah satu desa dari 15 desa yang berada di Kecamatan Bor Bor, Kabupaten Toba Samosir. Desa Simare merupakan salah satu desa pemekaran dari desa induknya, yaitu desa Lintong pada tahun 2009. Dan sebagai penjabat sementara kepala desanya adalah Naek Hutapea. Desa Simare terletak di bagian timur Kabupaten Toba Samosir, dengan luas wilayah adalah 1380 ha, dimana 66% berupa daratan tinggi berbukit, dan 34% merupakan wilayah persawahan. Desa Simare terletak di ketinggian 1280 s/d 1290 m diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata harian adalah 250C.

Secara umum, mata pencaharian masyarakat Desa Simare adalah bertani, berkebun dimana hasilnya berupa kopi dan kemenyan, serta bertanam tanaman muda seperti cabai, tomat, jahe, dan ubi. Tingkat kemiringan tanah di Desa Simare adalah 30 sampai dengan 40 derajat. Menurut bentangan wilayahnya, Desa Simare termasuk jenis desa berbukit-bukit dan desa bantaran sungai.33

Terletak di sebelah timur wilayah Kabupaten Toba Samosir, Desa Simare masuk ke dalam wilayah Kecamatan Bor Bor. Desa Simare berbatasan langsung dengan 3 desa yang berbeda kecamatan di Kapubaten Toba Samosir, dan 1 desa

33


(32)

yang berada di Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara. Desa Simare mempunyai batas-batas wilayah yang dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Batas wilayah Desa Simare

Batas Desa/ Kelurahan Kecamatan

Sebelah Utara Desa Pardomuan Silaen Sebelah Selatan Desa Sipahutar Sipahutar Sebelah Timur Desa Parsoburan Barat Habinsaran Sebelah Barat Desa Sintong Marnipi Laguboti Sumber Data : Kantor Kepala Simare

Jarak Desa Simare ke Ibukota Kecamatan Bor Bor adalah 35 Km. Lama jarak tempuh dari Desa Simare ke Ibukota Kecamatan Bor Bor adalah 1 jam dengan kendaraan bermotor. Jarak Desa Simare Ibukota Kabupaten Toba Samosir adalah 56 Km. Lama jarak tempuh dari Desa Siamre ke Ibu Kota Kabupaten Toba Samosir adalah 1 jam dengan kendaraan bermotor. Jarak Desa Simare ke Ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah 250 Km. Lama jarak tempuh dari Desa Simare ke Ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah 6 jam dengan kendaraan bermotor.34

Desa Simare terdiri atas 5 jenis wilayah menurut penggunaannya yaitu, pemukiman, persawahan, perkebunan, kuburan, dan pekarangan. Wilayah Desa Simare berdasarkan luas wilayah menurut penggunaan dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini.

34


(33)

Tabel 2.2

Luas Wilayah Menurut Penggunaan

No Jenis Wilayah Luas

1 Sawah 352 Ha

2 Ladang 266 Ha

3 Permukiman 287 Ha

4 Perkantoran

a. Kantor Kepala Desa

b. Polindes

c. Gereja

d. Jalan Umum/Jalan Desa

1 Ha 1Ha 2Ha 3Ha

5 Perkebunan 468 Ha

6 Total Luas 1380 ha

Sumber Data : Kantor Kepala Desa Simare

Data tabel luas wilayah menurut penggunaan diatas membagi – bagi wilayah menjadi lima bagian dimana wilayah daerah perkebunan memiliki area terluas dengan luas 468 Ha. Wilayah ladang dan perkebunan merupakan wilayah perbukitan sehingga sangat cocok untuk tanaman keras seperti andaliman, kopi, jahe, pohon kemenyan dan cabai.

Pada awalnya Desa Simare merupakan sebuah dusun dari desa Lintong, yang merupakan bagian dari kecamatan Habinsaran. Setelah Toba Samosir menjadi Kabupaten pemekaran dari Tapanuli Utara, maka kecamatan Habinsaran dimekarkan kembali dengan membentuk kecamatan baru yaitu Kecamatan Bor Bor. Bersamaan dengan pemekaran Kecamatan Bor Bor, pemekaran juga ada pada desa wilayah administratif Kecamatan Bor Bor, yaitu pemekaran Desa Simare dari Desa Lintong pada tahun 2009. Kecamatan Habinsaran merupakan wilayah perbukitan dan juga sebagian besar wilayah tanahnya adalah lahan-lahan


(34)

tidur, yang dulunya merupakan hutan lindung, serta tanah perkebunan masyarakat sekitar.

Wilayah desa Simare yang juga merupakan wilayah perbukitan, dimana di desa ini sangat mendukung untuk menjadi lahan perkebunan. Hal inilah yang menjadi faktor pendukung utama bagi PT. Toba Pulp Lestari untuk menjadikan desa Simare sebagai salah satu wilayah konsesi untuk wilayah perbukitan tersebut menjadi hutan tanam industri.

PT Toba Pulp Lestari Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka Undang- Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 jo. Undang-Undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta No. 329 tanggal 26 April 1983 dari Misahardi Wilamarta, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusannya No. C2-5130.HT01-01 TH.83 tanggal 26 Juli 1983, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 97 tanggal 4 Desember 1984, Tambahan No 117635.

Status Perusahaan selanjutnya berubah menjadi Penanaman Modal Asing dan telah mendapat persetujuan dengan Surat Pemberitahuan Tentang Keputusan Presiden RI No. 07/V/1990 tanggal 11 Mei 1990 dari Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Sehubungan dengan perubahan status tersebut diatas, Anggaran Dasar Perusahaan telah diubah dengan akta No. 113 tanggal 12 Mei 1990 dari Rachmat

35


(35)

Santoso, SH., notaris di Jakarta. Disamping itu, nilai nominal saham Perusahaan juga diubah dari Rp 500 ribu per lembar menjadi Rp 1 ribu per lembar. Perubahan tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusannya No. C2-2652.HT. 01.04.TH.90 tanggal 20 Mei 1990.

Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan mengenai perubahan nama perusahaan dari PT Inti Indorayon Utama Tbk menjadi PT Toba Pulp Lestari Tbk dan penurunan modal dasar dari Rp 2.000.000.000 menjadi Rp 1.688.307.072 dicatat dalam akta No. 61 tanggal 20 Pebruari 2001 dari Linda Herawati, SH., notaris di Jakarta dan telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusannya No. C-06519.HT.01.04.TH.2001 tanggal 23 Agustus 2001. Dan perubahan anggaran dasar perusahaan berdasarkan akta No. 61 tanggal 18 Juli 2003 dari Linda Herawati, SH, notaris di Jakarta, mengenai peningkatan modal ditempatkan dan disetor. Perubahan tersebut kemudian telah diterima dan dicatat oleh Kementerian Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Laporan Penerimaan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan No. C-21113.HT.01.04.TH.2003 tanggal 5 September 2003.

Berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham luar biasa pada tanggal 27 Juni 2008 dengan akta nomor 45 tanggal 14 Juli 2008 pada notaris Linda Herawati SH., seluruh anggaran dasar telah mengalami perubahan guna menyesuaikan dengan undang-undang nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Peraturan Nomor IX.J.1 Lampiran Keputusan Bapepam LK dan


(36)

Lembaga Keuangan Nomor Kep-178/BL/2008 tanggal 14 Mei 2008. Perubahan tersebut kemudian telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat keputusannya No. AHU- 50872.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 21 Oktober 2009.

PT Toba Pulp Lestari, Tbk atau yang dahulu dikenal dengan PT Inti Indorayon Utama, Tbk yang merupakan salah satu perusahaan berdomisili di Medan, Sumatera Utara, dengan pabrik yang berlokasi di Desa Sosor Ladang, Pangombusan, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Kantor terdaftar perusahaan beralamat di Uniplaza, East Tower, lantai 7, Jl. Letjen. Haryono MT No. A-1, Medan.

Kegiatan utama perusahaan adalah mendirikan dan menjalankan industri bubur kertas (pulp), dan serat rayon (viscouse rayon), mendirikan, menjalankan, dan mengadakan pembangunan hutan tanaman industri dan industri lainnya untuk mendukung bahan baku dari industri tersebut, serta mendirikan dan memproduksi semua macam barang yang terbuat dari bahan-bahan tersebut. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tanggal 1 April 1989. Saat ini perusahaan hanya memproduksi bubur kertas (pulp) dan hasil produksi perusahaan dipasarkan didalam dan diluar negeri (ekspor).

Dalam mendukung setiap pengoperasian perusahaan, maka diperlukan pembangunan hutan tanam industri, dimana diperlukan lahan yang luas dan tidak mengganggu pemukiman penduduk. Areal konsesi PT. Toba Pulp Lestari Tbk


(37)

terdiri dari 6 sektor yang masing-masing sektor berada pada wilayah geografis yang terpisah yaitu :

a. Sektor Tele berada pada Kabupaten Samosir yang meliputi Kecamatan H. Boho, Sumbul, Parbuluan, Kerajaan, Sidikalang dan Salak.

b. Sektor Padang Sidempuan berada pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang meliputi Kecamatan Padang Bolak, Sosopan, Padang Sidempuan, dan Sipirok.

c. Sektor Aek Nauli berada pada Kabupaten Simalungun yang meliputi Kecamatan Dolok Pangaribuan, Tanah Jawa, Sidamanik dan Jorlang.

d. Sektor Habinsaran berada di Kabupaten Toba Samosir yang meliputi kecamatan Siborong-borong, Sipahutar, Habinsaran, Bor-Bor, Nassau, Silaen dan Laguboti.

e. Sektor Tarutung berada di Kabupaten Tapanuli Utara yang meliputi Kecamatan Dolok Sanggul, Sipaholon, Onan Gajang, Parmonangan, Adian Koting, Gaya Baru, Tarutung, Lintong Nihuta dan Sorkam.

f. Sektor Sarulia berada di Kabupaten Tapanuli Utara yang meliputi Kecamatan Pahae Julu, Pahae Jae, Lumut, Batang Toru.

Hal ini sesuai dengan peta wilayah hutan tanam industri PT. Toba Pulp Lestari dibawah ini36.


(38)

Gambar 2.1

Peta areal hutan tanam PT. Toba Pulp Lestari

Berdasarkan peta diatas, dapat dijelaskan bahwa penanaman pohon ekaliptus membutuhkan wilayah yang luas. Dimana wilayah penanaman pohon ekaliptus yang menjadi hutan tanam industri adalah seperti yang bertanda hijau, dan sampai pada saat ini seperti yang tercantum pada website PT. Toba Pulp Lestari, bahwa luas wilayah yang menjadi lahan penanaman pohon ekaliptus secara keseluruhan adalah seluas 188,055 Ha.

PT. Toba Pulp Lestari dalam menjalankan perusahaannya mendirikan setiap kantor di setiap sektornya. Dimana kantor sektor inilah yang menjadi


(39)

perpanjangan tangan dari pusat perusahaan sekaligus pabrik pembuatan kertas yang berlokasi di Desa Sosor Ladang, Pangombusan, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba Samosir. Setiap kantor sektor dipimpin oleh seorang manajer. Dan salah kantor sektor dari PT. Toba Pulp Lestari berada di sektor Habinsaran, Kabupaten Toba Samosir. Dimana Sektor Habinsaran ini meliputi wilayah kecamatan Siborong-borong, Sipahutar, Habinsaran, Bor-Bor, Nassau, Silaen dan Laguboti.

Desa Simare merupakan salah satu wilayah dari sektor Habinsaran. Dimana Desa Simare berada diwilayah Kecamatan Bor - Bor. Di Desa Simare berdiri kantor sektor dari PT. Toba Pulp Lestari. Dan untuk desa Simare luas wilayah hutan tanam industri PT. Toba Pulp Lestari adala seluas kurang lebih 1000 Ha.

Keberadaan kantor sektor di Desa Simare, tentunya juga mendorong masyarakat sekitar untuk bekerja sebagai karyawan, atau menjadi mitra kerja PT. Toba Pulp Lestari. Dimana sebagai karyawan masyarakat desa Simare ada yang menjadi karyawan tetap dari PT. Toba Pulp Lestari, ataupun sebagai buruh harian lepas yang langsung berhubungan dengan PT. Toba Pulp Lestari. Dan yang sebagai mitra kerja dari PT. Toba Pulp Lestari adalah yang nantinya merupakan elit ekonomi.

PT. Toba Pulp Lestari yang bergerak di bidang pembuatan bubur kertas tentunya membutuhkan mitra kerja yang memiliki peran untuk mengerjakan atau mengelola hutan tanam industri yang merupakan milik PT. Toba Pulp Lestari. Di


(40)

dalam proses ini PT. Toba Pulp Lestari menjalin kerja sama yang saling menguntungakan dan dengan menjadi mitra dengan elit ekonomi PT. Toba Pulp Lestari memperoleh pohon ekaliptus sebagai bahan dasar produksi bubur kertas (pulp).

Sejalan dengan hal tersebut elit ekonomi sebagai mitra kerja dari PT. Toba Pulp Lestari juga memperoleh keuntungan ekonomi yaitu dari proses pengerjaan dari pohon ekaliptus. Dimana elit ekonomi ini mendapatkan keuntungan ekonomi tersebut dari setiap proses yang ada, yaitu mulai dari proses penanaman, perawatan, penebangan hingga hasil tebangan pohon ekaliptus sampai di tempat produksi atau perusahaan yaitu di desa Sosor Ladang. Di samping sebagai mitra kerja PT. Toba Pulp Lestari, elit ekonomi juga bisa menjalin kerjasama dengan cara menyediakan kendaraan seperti mobil, atau escavator yang nantinya akan kendaraan tersebut dipinjamkan untuk PT. Toba Pulp Lestari, yang tentunya dari peminjaman kendaraan tersebut akan menghasilkan keuntungan ekonomi bagi para mitra kerja.

PT. Toba Pulp Lestari dalam menjalankan perusahaan adalah dengan memberikan proses pengerjaan yang dimulai dari penanaman, perawatan, penebangan, sampai pada pengangkutan pohon ekaliptus kepada mitra kerja. Akan tetapi untuk menjadi mitra kerja harus terlebih dahulu memiliki CV atau (Commanditaire Venootschap). Dimana mitra kerja perusahaan merupakan lembaga usaha yang didirikan oleh perorangan atau yang biasa disebut dengan CV (Commanditaire Venootschap). Dalam hal ini, beberapa masyarakat desa Simare


(41)

mendirikan CV dan menjadi mitra kerja perusahaan. Masyarakat desa Simare yang mempunyai lembaga usaha (CV), dan menjadi mitra kerja PT. Toba Pulp Lestari inilah yang merupakan elit-elit ekonomi yang ada di desa Simare.

2.2 Masyarakat Desa Simare

Desa Simare terdiri dari 4 dusun, dengan jumlah penduduk 716 orang dan 179 kepala keluarga dengan uraian laki-laki berjumlah 354 orang dan perempuan 362 orang. Dengan rincian populasinya dapat diuraikan seperti tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3 Rincian Populasi

No Nama Dusun Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Total

1 Dusun Simare 103 107 210

2 Dusun Pardomuan Nauli 108 115 223

3 Dusun Huta Nagodang 83 92 175

4 Dusun Natinggir 60 48 108

Jumlah 354 362 716

Sumber Data : Kantor Kepala Desa Simare

Desa Simare merupakan desa yang hasil ekonomi warga dan mata pencaharian warga sebagian besar dari hasil bertani. Dari jumlah 179 kepala


(42)

keluarga, 167 kepala keluarga merupakan petani/buruh, 5 kepala keluarga adalah PNS Guru, dan 7 kepala keluarga wiraswasta. Dilihat dari tingkat penghasilan rata-rata masyarakat desa Simare masih tergolong miskin. Hal ini sesuai dengan kondisi masyarakat desa Simare menurut mata pencaharian penduduk seperti tabel 2.4 berikut ini.

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah

1 Petani Pemilik Sawah 96 2 Petani Penggarap Sawah 51

3 Buruh 81

4 Karyawan Perusahaan 25

5 Pedagang/penjual makanan 8 6 Pegawai Negeri Sipil/Pensiunan 5

7 TNI/POLRI/Purnawiran -

8 Pengemudi (Mobil) 4

9 Tukang/buruh bangunan 4 10 Wiraswasta/wirausaha 7 11 Lain-lain


(43)

Berdasarkan tabel diatas yang menunjukan populasi penduduk di Desa Simare yang terbagi menjadi sepuluh bahagian berdasarkan jenis mata pencahariannya harus diikuti dengan pembahsan mengenai data tentang tingkat pendidikan terakhir masyarakat Desa Simare. Berikut adalah tabel tingkat pendidikan terakhir desa Simare.

Tabel 2.5

Tingkat Pendidikan Penduduk

No Lulusan Sekolah Jumlah

1 Tidak Sekolah 93

2 SDN atau yang sederajat 107 3 Madrasah Ibtidaiyah

4 SLTP atau yang sederajat 128 5 Madrasah Tsanawiyah

6 SMA/SMK 153

7 Madrasah Aliyah

8 Akademi/Diploma 36

9 Sarjana Perguruan Tinggi 27 Sumber : Kantor Kepala Desa Simare

Berdasarkan tabel diatas, penduduk di Desa Simare pada umumnya memiliki tingkat pendidikan Tamat SMA/SMK. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk yang terbanyak terdapat pada Tamat SMA/SMK yaitu 153 jiwa.


(44)

Sementara jumlah penduduk yang tidak bersekolah adalah 93 jiwa. Dalam hal ini, jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan lebih banyak dari pada yang tidak mengenyam pendidikan.

2.3 Pemerintahan Desa Simare

Masyarakat Desa Simare juga memiliki pemerintah desa yang menyelenggarakan dan menjalankan urusan pemerintahan desa. Pemerintah Desa Simare juga memiliki mitra yang membantu membuat dan menjalankan peraturan desa yang disebut dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Simare.

Masyarakat Desa Simare memiliki pemerintahan desa yang mengatur tatanan hidup bermasyarakat di desa tersebut. Pemerintahan Desa, didalam Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2005 tentang Desa, pasal 1 ayat (6) menyebutkan, bahwa Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.37 Dengan demikian, dalam penyelenggaraan pemerintahan desa ada 2 institusi yang mengendalikannya, yaitu Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Dijelaskan juga dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005, bahwa yang dimaksud dengan Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain

37


(45)

adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

Sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa, pemerintah desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Maka fungsi pemerintah desa adalah sebagai berikut:38

1. Menyelenggarakan urusan rumah tangga desa

2. Melaksanakan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan 3. Melaksanakan pembinaan perekonomian desa

4. Melaksanakan pembinaan partisipasi dan swadaya gotong royong desa masyarakat

5. Melaksanakan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat 6. Melaksanakan musyawarah penyelesaian perselisihan

Susunan Pemerintahan Desa Simare Kecamatan Bor Bor terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan (Kaur), Dan Kepala Dusun. Pemerintahan Desa Simare dapat diuraikan seperti tabel 2.6 berikut.

38


(46)

Tabel 2.6

Pemerintahan Desa Simare Perangkat Desa

Kepala Desa Naek Hutapaea Sekretaris Desa Malanton Pulungan Kepala urusan

Pemerintahan

Demas Simangunsong

Kepala urusan Pembangunan

Seimen Hutapea

Kepala urusan Keuangan Firman Pasaribu Jumlah Dusun di Desa

Simare

4

Kepala Dusun I Simare Wilson Hutapea Kepala Dusun II

Pardomuan Nauli

Nasib Hutapea

Kepala Dusun III Huta Nagodang

Edison Hutapea

Kepala Dusun IV Natinggir Sumurung Pasaribu Sumber Data : Kantor Kepala Desa Simare

Berdasarkan uraian pada tabel 2.5 diatas dijelaskan bahwa bentuk susunan struktur Pemerintah Desa Simare sesuai dengan susunan pemerintah desa secara umum. Kepala desa merupakan pemimpin pemerintahan desa yang dipilih oleh


(47)

masyarakat desa. Dalam sistem pemerintahan desa, kepala desa dilantik dan disahkan melalui surat keputusan (SK) bupati Nomor 234 tahun 2010 tentang pengesahan dan pengangkatan kepala desa terpilih periode 2010 – 2016 di Kecamatan Bor – bor Kabupaten Toba Samosir tanggal 14 Desember 2010.

Dalam sistem pemerintahan desa terdapat juga perangkat desa lainnya yang merupakan penyelenggara pemerintahan desa untuk membantu kepala desa, perangkat desa ini dipilih dan diangkat oleh kepala desa sebagai pemimpin pemerintahan desa dimana hal ini diatur dalam keputusan kepala desa Nomor 4 tahun 2010 tentang pengangkatan dan penetapan perangkat Desa Simare, masa bakti tahun 2010 – 2016.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai mitra pemerintah desa, dalam menjalankan tugas dan fungsinya, berdasarkan Undang-undang No. 32 tahun 2004 pasal 209 disebutkan bahwa Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama dengan kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Atas peran dan fungsinya tersebut, dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2005, bahwa Badan Permusyawaratan Desa mempunyai wewenang sebagai berikut:39

1. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa

2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa

3. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa

39


(48)

4. Membentuk panitia pemilihan kepala desa

5. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat, dan

6. Menyusun tata tertib Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaran Desa (BPD) merupakan mitra sejajar Pemerintahan Desa dalam menyelenggarakan Pemerintahan dan Pembangunan Desa, kedua lembaga tersebut harus terjalin kerjasama dan koordinasi yang seimbang agar masing-masing lembaga dapat menjalankan tugas dan fungsi secara proporsional.

Berdasarkan jumlah penduduk di Desa Simare maka Badan Permusyawaratan Desa ( BPD ) diangkat sebanyak 7 orang. Uraian nama pengurus Badan Permusyawaratan Desa Belang Malum serta tingkat pendidikannya seperti tertera dalam Tabel 2.7 berikut.

Tabel 2.7

Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Ketua Toga S Hutapea Wakil Ketua Ramlan Hutapea Sekretaris Ruspi Hutahaean Anggota Mawanto Sinurat Anggota Hermina Sitorus Sumber : Kantor Kepala Desa Simare


(49)

Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Simare dipilih dengan cara musyawarah untuk mufakat. Calon anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dipilih dari setiap dusun yang ada di Desa Simare. Masyarakat desa mengusulkan siapa saja yang akan menjadi calon anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) melalui kepala dusun masing-masing, dan pengangkatan dan penetapan Badan Permusyawaratan Desa ( BPD ) dilaksanakan oleh kepala desa sesuai dengan keputusan kepala desa No 3 tahun 2010 tentang penetapan calon terpilih dan anggota Badan Permusyawaratan Desa ( BPD ) Desa Simare periode 2010 – 2016. Kemudian calon anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) akan melaksanakan musyawarah bersama dengan Pemerintah Desa Simare di balai desa untuk menentukan anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Simare yang terpilih.

2.4 Profil Elit Lokal di Desa Simare

Desa merupakan wilayah yang sangat strategis sebagai sumber kekuasaan secara politis. Pertarungan politik dalam perebutan kekuasaan ditingkat desa dapat dilihat dari menguatnya posisi sebuah desa yang mengatur pemerintahannya secara mandiri. Perebutan kekuasaan ditingkat desa dapat juga dilihat dari sisi ekonomi. Dimana para pemilik modal atau elit ekonomi lokal ikut berpartisipasi dalam Pemilihan Kepala Desa.

Para elit ekonomi lokal juga terlihat mendominasi sistem pemerintahan desa, yang awalnya para elit ekonomi berpartisipasi pada pemilihan kepala desa.


(50)

Elit ekonomi tersebut juga merupakan tokoh-tokoh masyarakat di Desa tersebut. Sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya penetrasi kebudayaan terjadi bersamaan dengan nilai-nilai yang melekat padanya. Hal inilah yang terjadi disalah satu desa di Kabupaten Toba Samosir yang elit-elit ekonomi lokalnya mendominasi sistem kemasyarakatan setempat yang nantinya juga akan mendominasi dalam pemilihan kepala desa, desa tersebut adalah Desa Simare yang berada di Kecamatan Bor Bor

Desa Simare merupakan salah satu desa yang menjadi wilayah konsesi dari PT. Toba Pulp Lestari. Dimana desa Simare merupakan berada diwilayah sektor Habinsaran. Sebagai salah satu desa yang mempunyai lahan yang luas, dimana hampir mencapai 1400 Ha, yang sebagian besar wilayahnya masih merupakan lahan kosong menjadi lahan yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk menanam pohon sebagai kebutuhan dari PT. Toba Pulp Lestari dalam memproduksi bubur kertas. Dimana pusat pengoperasian dari perusahaan ini adalah berada di desa Sosor Ladang Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir. PT. Toba Pulp Lestari merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi bubur kertas yang sudah memasarkan hasil dari produksi perusahaan di dalam dan juga di luar negeri. PT. Toba Pulp Lestari juga memberikan kesempatan kerja terhadap masyarakat, khususnya masyarakat yang ada di daerah tempat perusahaan melakukan produksi, dan juga di wilayah konsesi dari perusahaan.


(51)

Di wilayah konsesi PT. Toba Pulp Lestari merupakan tempat untuk membuat bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi kertas. Dimana bahannya adalah pohon dengan jenis ekaliptus. Dan pohon ekaliptus tersebut ditanam di wilayah yang merupakan lahan tidur di setiap wilayah konsesi PT. Toba Pulp Lestari, yang salah satu wilayah konsesinya berada di Desa Simare.

Lapangan pekerjaan dari PT. Toba Pulp Lestari merupakan sebagai karyawan dan sebagai mitra kerja perusahaan. Dimana sebagai karyawan tentunya merupakan bekerja langsung diperusahaan, dan sebagai mitra kerja adalah bekerja untuk perusahaan dalam hal sebagai suatu rekanan dari perusahaan dalam mengerjakan berbagai hal yang berkaitan dengan perusahaan. Seperti pada penanaman, perawatan, penebangan, dan juga pengangkatan kayu ekaliptus. Dimana kayu ekaliptus ditanam diwilayah hutan tanam industri.

Keberadaan PT. Toba Pulp Lestari di Kabupaten Toba Samosir, dan juga Desa Simare yang merupakan salah satu wilayah konsesi dari PT. Toba Pulp Lestari tentunya memberikan kesempatan bagi masyarakat, terutama masyarakat yang mempunyai modal. Dimana masyarakat yang mempunyai modal akan lebih mudah bekerja sama dengan perusahaan sebagai mitra kerja perusahaan.

Di Desa Simare yang menjadi mitra kerja perusahaan hanya beberapa orang dari penduduk Desa Simare. Dimana masyarakat yang menjadi mitra kerja perusahaan tersebut sebagai elit ekonomi yang ada di Desa Simare. Dimana sebagai mitra kerja atau rekanan perusahaan tentunya meningkatkan taraf kehidupan dari masyarakat tersebut. Hal ini menyebabkan adanya ketimpangan


(52)

antara masyarakat yang menjadi mitra kerja atau rekanan perusahaan dengan masyarakat sekitar.

Desa Simare yang berpenduduk 716 orang, hanya 7 orang diantaranya wiraswasta yang merupakan mitra kerja PT. Toba Pulp Lestari. Ketujuh orang mitra kerja dengan PT. Toba Pulp Lestari ini berperan penting dalam setiap proses yang terjadi di Pemerintahan Desa Simare, dalam hal ini adalah dari proses pemekaran Desa Simare sampai pada pemilihan Kepala Desa. Ketujuh orang tersebut adalah seperti pada tabel 2.8 berikut ini:

Tabel 2.8 Elit Ekonomi Lokal

No Nama Elit Ekonomi

Lokal

Nama CV

1 Naek Hutapea Bintang Kasih

2 Firman Pasaribu HIFFU

3 Hiras Hutapea Simpaga

4 Demas Simangunsong Irma

5 Lenny Hutapea Maharani

6 Seimen Hutapea Panca Karya 7 Januari Pangaribuan IAN


(53)

Berdasarkan pada tabel diatas, dimana elit ekonomi yang ada di Desa Simare adalah berjumlah 7 jiwa. dan penjelasan elit ekonomi di Desa Simare adalah sebagai berikut

1. Naek Hutapea yang merupakan salah satu mitra kerja dari PT. Toba Pulp Lestari, yang juga merupakan Kepala Desa Terpilih tahun 2010. Naek Hutapea merupakan penduduk asli dari desa tersebut. Dan CV bintang kasih didirikan pada tanggal 25 Mei 2004. Sebagai mitra kerja, Naek Hutapea sebagai pemilik CV Bintang Kasih bergerak dibidang penanaman, perawatan, sampai pada penebangan kayu ekaliptus. Juga meminjamkan kendaraanya kepada PT. Toba Pulp Lestari berupa kendaraan yaitu, tiga mobil, dan satu escavator.

2. Firman Pasaribu merupakan mitra kerja dari PT. Toba Pulp Lestari, dimana Firman Pasaribu adalah penduduk asli dari desa tersebut, dan mendirikan CV HIFFU pada tanggal 26 Februari 2004. Sebagai mitra kerja dari PT. Toba Pulp Lestari, Firman Pasaribu lebih bergerak pada bidang penebangan sampai pada pengangkatan kayu ekaliptus. Juga meminjamkan kendaraanya kepada PT. Toba Pulp Lestari berupa kendaraan yaitu, satu mobil, dan satu escavator. 3. Hiras Hutapea merupakan penduduk asli di Desa Simare, dan juga sebagai

salah tokoh masyarakat yang ada di Desa Simare. Dan CV Simpaga didirikan pada tanggal 07 November 2002. CV Simpaga sendiri merupakan awal mula dari berkembangnya mitra kerja yang baru di Desa Simare, yang bekerja dengan PT. Toba Pulp Lestari. Sebagai mitra kerja, Hiras Hutapea sebagai


(54)

pemilik CV Simpaga bergerak dibidang penanaman, perawatan, sampai pada penebangan kayu ekaliptus.

4. Demas Simangunsong merupakan mitra kerja dari PT. Toba Pulp Lestari. Dan CV Irma didirikan pada tanggal 20 Oktober 2004. Sebagai mitra kerja dengan PT. Toba Pulp Lestari, CV Irma bergerak dalam bidang penebangan kayu ekaliptus.

5. Lenny Hutapea merupakan mitra kerja dari PT. Toba Pulp Lestari. Dan mendirikan CV Maharani pada tanggal 15 Maret 2006. Sebagai mitra kerja dengan PT. Toba Pulp Lestari, CV Maharani bergerak dalam bidang penebangan kayu ekaliptus.

6. Seimen Hutapea merupakan mitra kerja dari PT. Toba Pulp Lestari. Dan mendirikan CV Panca Karya pada tanggal 26 Juni 2004. Sebagai mitra kerja dengan PT. Toba Pulp Lestari, CV Panca Karya bergerak dalam bidang penanaman dan juga perawatan pertumbuhan kayu ekaliptus.

7. Januari Pangaribuan merupakan mitra Kerja dari PT. Toba Pulp Lestari. Dan mendirikan CV IAN pada tanggal 11 Agustus 2008. Sebagai mitra kerja dengan PT. Toba Pulp Lestari, CV IAN bergerak dalam bidang penanaman, perawatan, dan juga penebangan kayu ekaliptus.

Pada umumnya semua elit ekonomi yang ada di Desa Simare merupakan mitra kerja dengan PT. Toba Pulp Lestari, dan juga sebagai mitra kerja bidang pekerjaan yang dilakukan adalah pada penanaman, perawatan, penebangan serta pengangkatan kayu ekaliptus. Meskipun hanya bergerak pada bidang yang sama


(55)

para elit ekonomi yang ada di Desa Simare mengalami dampak yang berbeda dengan masyarakat yang lain terutama pada kehidupan ekonomi. Dimana para elit ekonomi selalu mengalami perkembangan yang siginifikan dalam kehidupan ekonomi.

2.5 Proses Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Simare Tahun 2010

Pemilihan kepala desa merupakan pesta rakyat, dimana pemilihan kepala desa dapat diartikan sebagai suatu kesempatan untuk menampilkan orang-orang yang dapat melindungi kepentingan masyarakat desa40. Pemilihan kepala desa sepenuhnya menjadi domain masyarakat desa. Kepala Desa dipilih oleh rakyat desa yang telah memiliki hak memilih dan dipilih secara langsung. Dalam undang-undang no. 32 tahun 2004 dijelaskan bahwa Kepala Desa walaupun dilantik oleh Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk, merupakan pejabat publik yang harus bertanggungjawab atas jabatannya kepada masyarakat desa melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Maka kewenangan pemilihan kepala desa diserahkan sepenuhnya kepada pemerintahan desa dan masyarakat untuk mengaturnya.

Dalam Undang-undang No. 32 tahun 2004 pasal 202 ayat 1 dijelaskan bahwa, Kepala Desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa warga negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur dengan Peraturan Daerah yang berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. Syarat

40


(56)

dan tata cara pemilihan kepala desa diatur dalam peraturan daerah yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 pasal 51 ayat 1 Kepala Desa Terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota paling lama 15 (lima belas) hari terhitung tanggal penerbitan keputusan Bupati/Walikota.

Pelaksanaan pemilihan kepala desa telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Daerah kabupaten masing-masing, begitu juga dengan pemilihan Kepala Desa Simare yang tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 tahun 2007 tentang pedoman penyusunan dan pendayagunaan desa atau kelurahan sekaligus Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 414/1408/PMD tanggal 31 Maret 2010 tentang petunjuk teknik perencanaan pembangunan desa. Tahapan- tahapan pemilihan kepala desa di Kabupaten Toba Samosir meliputi :41

1.Tahapan pembentukan panitia pemilihan. 2.Tahapan pendaftaran daftar pemilih.

3.Tahapan penjaringan bakal calon dan penyeleksian calon kepala desa. 4.Tahapan kampanye calon kepala desa.

5.Tahapan pemungutan suara. 6.Tahapan penetapan calon terpilih.

Pemilihan kepala desa yang berlangsung di desa Simare, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba Samosir dilaksanakan pada tanggal 05 Oktober 2010 dengan beberapa tahapan pemilihan kepala desa yang dilaksanakan oleh panitia pemilihan sesuai dengan peraturan dan tata cara pemilihan yang diatur. Panitia

41


(57)

pemilihan kepala desa Simare mulai dibentuk anggota pemilihan pada tanggal 20 Agustus 2010. Panitia pemilihan ini tidak terkait dengan pemerintahan administrasi negara seperti pemerintahan kabupaten dan kecamatan ataupun yang bersifat independen. Anggota pemilihan kepala desa ini diambil dari orang yang bersifat netral dan tidak ada rasa memihak pada calon kepala desa yang ikut bersaing dalam pemilihan kepala desa tersebut.

Panitia pemilihan kepala desa dibentuk melalui Badan Permusyarawatan Desa (BPD) serta adanya pertimbangan kehendak masyarakat desa untuk melaksanakan proses pemilihan kepala desa Simare. Panitia pemilihan kepala desa ini terdiri dari 7 (tujuh) orang yang terdiri dari komponen masyarakat desa, yaitu dari Badan Permusyawaratan Desa dan Tokoh masyarakat desa. Panitia pemilihan kepala desa yang sudah terpilih akan dilaporkan pada kepala daerah untuk dilantik dan disahkan sebagai anggota pemilihan supaya mendapatkan pelatihan-pelatihan dan pengarahan yang dilakukan Pemerintahan Kabupaten melalui Biro Pemerintahan Kabupaten.42

Nama-nama panitia pemilihan dipilih melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Nama-nama yang disahkan sebagai anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa Simare adalah sebagai berikut.

42


(58)

Tabel 2.9

Panitia Pemilihan Kepala Desa

Jabatan Nama

Ketua Marihot Hutapea Sekertaris Pasal Manalu Bendahara Aser Hutagalung

Anggota Malanton Pulungan Manarsar Hutapea Sadarmin Tambunan

Derita Pasaribu Sumber Data: Panitia Pemilihan Kepala Desa

Dari nama-nama panitia pemilihan Kepala Desa Simare tersebut, Malanton Pulungan yang menjadi anggota dari Panitia Pemilihan Kepala Desa diangkat menjadi Sekretaris Desa Simare. Sementara anggota panitia lainnya berasal dari masyarakat Desa Simare dan tidak memiliki hubungan terhadap calon kepala desa Simare.

Dalam melaksanakan pemilihan kepala Desa Simare, semua anggota panitia mempunyai jabatan dan tugas masing-masing. Ketua panitia pemilihan Kepala Desa Simare memiliki tugas untuk bertanggung jawab terhadap proses pelaksanaan pemilihan kepala desa. Ketua panitia juga ikut dalam menyelesaikan tahapan dalam pelaksanaan pada pemilihan kepala desa, mulai dari pencalonan kepala desa sampai terpilihnya kepala desa. Ketua panitia ini juga bertindak sebagai penampung aspirasi-aspirasi dari masyarakat tentang adanya


(1)

7

karena banyak pihak yang turut mendukung penyelesaian skripsi ini. Oleh karenanya peneliti ingin berterimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan FISIP USU. Kepada Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si sebagai Ketua Jurusan Departemen Ilmu Politik, Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si, Sekretaris Departemen Ilmu Politik FISIP USU yang sudah mendukung mahasiswa seperti peneliti untuk meneliti mengenai persoalan ini.

Peneliti juga berterimakasih kepada Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si sebagai Penasehat Akademik dan Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan waktu dan banyak bimbingan berupa masukan dan kritik yang sangat membangun dalam penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya, peneliti ingin berterimakasih kepada seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Politik yang telah membimbing, menambah wawasan dan pengetahuan peneliti selama perkuliahan. Terimakasih kepada pegawai Departemen Ilmu Politik dan FISIP USU yang membantu penulis dalam urusan administratif kampus, peneliti berterimakasih untuk semuanya.

Dalam penulisan skripsi ini, secara khusus peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada orangtua tercinta, Ayahanda Nelson Hutapea dan Ibunda Marince Br. Simanjuntak yang telah membesarkan, mendidik, menyayangi, mendukung dan mendoakan peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Kepada adik-adik tersayang Yuliance br. Hutapea, dan Martina br. Hutapea dan juga kepada seluruh keluarga besar peneliti yang tidak dapat di sebutkan satu persatu. Kepada teman-teman Bozzour Fams saya ucapkan terimakasih telah memberi pembelajaran, dukungan, semangat, nasehat, doa dan kehadiran sebagai keluarga kecil selama menjalankan study di Departemen Ilmu Politik dan teman- teman Ilmu Politik stambuk 2010. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada


(2)

8

kakanda semuanya yang diberdikari 18. Dan juga kepada sahabat-sahabat penulis Irpan Situmorang, Kennedy Simatupang, Lambertus Damanik, Januari Hutajulu, Ira Purnamasari Tambunan, Angellia Pratiwi Sianipar, Juana Pasaribu, yang selalu mendukung dan juga menanyakan kapan wisuda, dan juga kepada semua sahabat- sahabat penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya peneliti mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan studi Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Medan, 30 Maret 2016

Penulis


(3)

9 DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan dan Pembatasan Masalah ... 15

1.2.1Rumusan Masalah ... 15

1.2.2Pembatasan Masalah ... 16

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 16

1.3.1Tujuan Penelitian ... 16

1.3.2Manfaat Penelitian ... 16

1.4Kerangka Teori ... 17

1.4.1Teori Kekuasaan ... 18

1.4.2Teori Elit ... 25


(4)

1

1.5Metodologi Penelitian ... 31

1.5.1Jenis Penelitian ... 31

1.5.2Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 32

1.5.3Teknik Analisis Data ... 33

1.5.4Lokasi Penelitian ... 34

1.6Sistematika Penulisan ... 35

BAB II DESKRIPSI LOKASI DAN PROFIL ELIT LOKAL YANG BERPENGARUH DI DESA SIMARE ... 37

2.1Gambaran Umum Desa Simare ... 37

2.2Masyarakat Desa Simare ... 47

2.3Pemerintahan Desa Simare ... 50

2.4Profil Elit Lokal di Desa Simare ... 55

2.5Proses Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Simare Tahun 2010 ... 61

BAB III ANALISIS DOMINASI KEKUATAN EKONOMI DALAM PENENTUAN KEPALA DESA... 74

3.1Kekuatan Pemilik Modal Dalam Pemekaran Desa di Desa Simare ... 74

3.2Pengaruh Dan Keterkaitan Pemilik Modal Dalam Pemilihan Kepala Desa ... 83

3.3Kepentingan Pemilik Modal Dalam Pemilihan Kepala Desa Simare ... 91


(5)

1 BAB IV PENUTUP

4.1Kesimpulan ... 97 4.2Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Lampiran 2. Wawancara

Lampiran 3. UU No 32 Tahun 2004


(6)

12

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 2.1 Batas Wilayah Desa Simare ... 38

Tabel 2.2 Luas Wilayah Menurut Penggunaan ... 39

Tabel 2.3 Rincian Populasi ... 47

Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 48

Tabel 2.5 Tingkat Pendidikan Penduduk ... 49

Tabel 2.6 Pemerintahan Desa Simare ... 52

Tabel 2.7 Badan Permusyawaratan Desa ... 54

Tabel 2.8 Elit Ekonomi Lokal ... 58

Tabel 2.9 Panitia Pemilihan Kepala Desa ... 64

Tabel 2.10 Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Kepala Desa Simare Tahun 2010 ... 67

Tabel 2.11 Hasil Pemilihan Kepala Desa ... 72

Gambar 2.1 Peta Areal Hutan Tanam PT. Toba Pulp Lestari ... 44