Peranan Solidaritas Buruh Sumatera Utara (Sbsu) Dalam Memperjuangkan Hak-Hak Normatif Buruh Di PT Asia Karet Medan
LEMBAR PERTANYAAN WAWANCARA:
1. Bagaimana kondisi objektif buruh khususnya yang tergabung dalam SBSU PT. Asia Karet Medan?
2. Sejauh mana tercapinya hak-hak normatif kaum buruh?
3. Kenapa buruh PT. Asia Karet Medan harus mendirikan serikat buruh dan bagaimana latar belakang lahirnya perjuangan buruh di SBSU?
4. Bagaimana keikutsertaan dan keterlibatan SBSU dalam pengambilan kebijakan baik di tingkat perusahaan maupun pemerintah?
5. Apakah SBSU bekerja sama dengan pihak-pihak terkait dalam memperjuangakan hak-hak normatif? (seperti LSM, LBH, dan organisasi lain)
6. Metode/strategi apa saja yang dilakukan SBSU dalam memperjuangakan hak-hak normatif kaum buruh?
7. Bagaimana konsistensi SBSU dalam memperjuangakan hak-hak normatif kaum buruh?
8. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh SBSU? 9. Bagaimana tingkat keberhasilan SBSU?
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Bartono, 2005.Tirani Pasar Kerja, Resist Book, YogyakartaDS, Soegiri dan Cahyono Edi, 1998.Gerakan Serikat Buruh: Jaman Kolonial Belanda
Hingga Orde Baru, Hasta Mitra, Jakarta
Fakih, Mansour, 2002. Jalan Lain: Manifesto Intelektual Organik, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Gombert, Tobias, Sosial Demokrasi 1: Landasan Sosial Demokrasi, Fredrich Ebert,
Stiftung, Jakarta
Husni, Lalu, 2007. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia.Raja Grafindo Persada,
Jakarta
Lofland, 2003.Protes, Studi Tentang Gerakan Sosial, Insist Pres, Yogyakarta
Mirsel, Robert, 2006. Teori Pergerakan Sosial, Resist Book, Yogyakarta
Raho, Bernard, 2007. Teori Sosiologi Modern, Prestasi Pustakarya, Yogyakarta
Salim, Agus, 2002. Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus
Indonesia. Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta
Semaoen, 2000.Penuntun Kaum Buruh. Jendela, Yogyakarta
(3)
Sumber Lain:
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Sebagai Payung Hukum Perburuhan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Buruh
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 tentang PPHI
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang JAMSOSTEK
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
Catatan Mata Kuliah Pekerjaan Sosial Industri
Catatan Mata Kuliah Permasalahan Buruh
Website:
diakses pada tanggal 20 September 2014 Pukul 16.30 WIB)
16.30 WIB)
diakses pada tanggal 21 september 2014 pukul 10.00 WIB)
(4)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek atau fenomena yang diteliti dengan wawancara mendalam (Siagian, 2011: 52).
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di PT Asia Karet Medan yang berada di Jl. Starban No. 62 (d/h 191-A) Medan, Sumatera Utara.Alasan penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Asia Karet, karena hinggasaatinihanya SBSU yang merupakansatu-satunyaserikatburuh yang memperjuangkanhak-haknormatifburuhbersamasemuaburuh yang menjadianggota SBSU di PT. Asia Karet Medan yang menuntutkeadilandanmemperjuangkan hak-hak normatifnya.
3.3 Unit Analisis dan Informan
3.3.1 Unit Analisis
Unit analisis merupakan sosok (hal, entitas) amat penting ketika melakukan analisis data dalam penelitian.Penentuan unit analisis menjadi faktor yang utama untuk mendapatkan informasi dan data yang akurat dilapangan. Adapun yang menjadi unit analisis atau subjek kajian dari penelitian ini adalah para buruh/pekerja yang berada di struktur kepengurusan yang berada di PT Asia Karet Medan, karena pada penelitian ini yang menjadi objek penelitiannya adalah orang-orang yang secara direct beraktivitas di lingkup organisasi atau
(5)
perusahaan yang nantinya mampu menggambarkan secara jelas tentang aktivitas dan model pengorganisasian untuk melihat fenomena gerakan sosial yang ada.
3.3.2 Informan
Mengingat jumlah unit analisis cukup banyak maka data diambil dari beberapa yang disajikan sebagai sumber innforman.Subjek yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian, dalam penelitian ini informan ada dua jenis yaitu informan utama dan informan tambahan.
a. Informan utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam pengambilan kebijakan pada aktivitas organisasi yang diteliti. Yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah: Pimpinan organisasi beserta perangkat kepengurusan yang ada di Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU).
b. Informan tambahan yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam pengambilan kebijakan, tetapi aktif pada aktivitas organisasi yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan tambahan adalah representatif dari buruh di wilayah PT Asia Karet Medan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian akan digolongkan menjadi dua golongan, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu:
(6)
a. Wawancara mendalam yang merupakan proses tanya jawab secara langsung ditujukan terhadap informan dilokasi penelitian dengan menggunakan panduan atau pedoman wawancara. Proses wawancara ini diawali dengan pengantar. Pada pengantar ini, secara terbuka dan jujur peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dari wawancara. Selanjutnya peneliti menyampaikan pertanyaan yang bersifat luas, dan diakhiri dengan pertanyaan terbuka.
b. Observasi yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar, mencatat kejadian yang berkaitan dengan penelitian di PT Asia Karet Medan.
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, jurnal dan internet yang dianggap relevan terhadap masalah yang diteliti.
3.5 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan analisa kualitatif. Dimana jenis analisa seperti ini banyak digunakan dalam jenis penelitian deskriptif, yaitu: suatu mode yang didasarkan kepada pemberian gambaran yang terperinci, Dan yang telah dikumpulkan dalam menganalisa hal ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai perenan gerakan Solidaritas Buruh dalam menyelesaikan masalah-masalah buruh dan memperjuangkan hak-hak normatif buruh. Jadi analisa data hanya dilakukan dengan
(7)
caramenggambarkan ddata yang diperoleh dengan memberi data-data interprestasi (data yang bersifat mmenjelaskan/menerangkan).
(8)
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Berdirinya Organisasi
Berdirinya Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan juga didasari oleh lahirnya suatu Federasi Serikat Pekerja Mandiri (FSPM) yang berkonsentrasi untuk Pabrik, Hotel, Restoran, Plaza, Apartemen, Retail, Katering, dan Pariwisata Indonesiadan Federasi ini berpusat di Jakarta. Federasi ini lahir atas beberapa sebabyang dilatarbelakangi oleh “Bahwa kebebasan untuk berpendapat, berkumpul, mendirikan dan menjalakan serikat merupakan hak asasi manusia baik secara individual maupun kolektif yang diakui secara universal.Konvensi International Labour Organitation (ILO) terutama nomor 87 dan 98 yang memberikan alas hak rugi bagi kaum pekerja unuk berseikat dan dijamin kebebasan berorganisasinya.Berpedoman pada gagasan tersebut, kami kaum pekerja hotel, restoran, plaza, apartemen, catering dan pariwisata bersepakat dengan bulat dan demokrasi untuk mendirikan Federasi Serikat Perkeja Mandiri.Melalui organisasi ini, kami bermaksud untuk memperjuangkan kepentingan ekonomi anggota khususnya dan kaum pekerja pada umumnya secara demokratis, terbuka dan setara, baik melalui perundingan dengan pihak perusahaan maupun dengan pemerintah untuk mengambil kebijaksanaan perburuhan nasionaldan regional. Organisasi ini berprinsip pada demokrasi, independensi, emansipasi, keterbukaan dan profesionalisme yang berbasis persaudaraan, kesetaraan dan solidaritas diantara kaum pekerja dalam sektor yang sama maupun sektoral.
Berdirinya Federasi Serikat Pekerja Mandiri (FSPM) didirikan pada 20 september 2000, dengan jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dan FSPM berkedudukan di Pengadilan Tinggi Jakarta Pusat dan beralamat di Sekretariat FSPM. Pada dasarnya FSPM
(9)
1. Bergerak dan mengkoordinasikan bantuan saat terjadinya perselisihan perburuhan maupun konflik-konflik.
2. Menyelenggarakan pertemuan antar serikat anggota yang bertujuan untuk saling menukar pengalaman dan ide-ide baru, juga bersama-sama menyusun program kegiatan
3. Memperjuangkan kesetaraan perempuan dalam pekerjaan serta meningkatkan partisipasi kaum buruh perempuan baik dalam kegiatan maupun kepengurusan organisasi.
4. Menyebarkan informasi yang menyangkut perkembangan dalam persoalan-persoalan seperti, cara menaikan posisi tawar buruh dalam perundingan, kesehatan dan keselamatan kerja, pekerjaan.
5. Melaksanakan program-program pendidikan bagi kaum buruh.
Tidak jauh berbeda dengan Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan yang berdiri karena telah terjadinya perselisihan dan pelanggaran hak-hak normatif kaum buruh di PT. Asia Karet Medan, sebagaimana yang di maksud oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan lahir atas kesadaran dari kaum buruh yang sudah lama tertindas oleh sebuah sistem yang tidak berkeadilan tersebut.
Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan berdiri pada 27 Juli 2006 atas perjuanan kaum buruh yang sabar akan perlawanan pada sebuah penindasan yang telah berlangsung cukup lama, dan organisasi ini memiliki sifat mandiri, demokratis, professional, bertanggung jawab yang dibentuk dari oleh dan untuk perkerja dalam memperjuankan pemenuhan hak dan kepentingan kaum pekerja dan keluarga, serta berorientasi pada pemenuhan hak-hak normatif kaum burh sesuai dengan hukum yang
(10)
berlaku. Pembentukan serikat ini atas inisiatif dari para buruh di PT, Asia Karet Medan yang berjulah 6 orang, sebagai berikut:
1. Aty Sidabutar 2. Rasidah Selian 3. Julianto Situmeang 4. Rismaida Sidabutar 5. Nurma Roida Pasaribu M 6. Purnama Saragih
Kemudian sesuai dengan kesepakatan dan keputusan bersama pada surat keputusan NO. 02/20/09/2009, menetapkan Rasidah Selian menjadi Ketua Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan yang pertama dan untuk masa bakti 2009-2014. Pembentukan serikat buruh juga dihadapi dengan kendala-kendala yang datang dari eksternal organisasi, pihak perusahaan melarang adanya serikat buruh didalam perusahaan tersebut, tak heran jika melihat adanya bentuk intimidasi sampai kepada mutasi besar-besaran, serta Pemutusan Hubungan Kerja secara sepihak (PHK) dan ancaman lainnya. Namun bentuk-bentuk intimidasi tersebut tidak mengubah tekad dan niat para inisiator serikat buruh tersebut.
4.2 Tujuan dan Funsi Organisasi
4.2.1 Tujuan Organisasi
Adapun yang menjadi tujuan organisasi Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan yang termaksud dalam Anggaran dasar BAB II (azas, tujuan, fungsi, kedaulatan dan afiliasi) Pasal ^ adalah sebagai berikut:
(11)
1. Mewujudkan harkat martabat dan jaminan atas hak-hak pekerja, serta melindungi kepentingan pekerja baik dalam maupun diluar lingkungan pekerjaan.
2. Mewujudkan kebebasan berkumpul dan berserikat, serta terselengaranya perundingan kolektif dan perjanjian ketenagakerjaan.
3. Meningkatkan martabat, integritas, persatuan dan solidaritas pekerja, dalam rangka memperjuangkan perbaikan kesejahteraan pekerja dan keluarga.
4. Mewujudkan hubungan yang baik antara pekerjan dan pengusaha.
5. Sebagai wadah pembinaan dan pengembangan pekerja, melalui peningkatan kualitas, disiplin, etos kerja serta produktifitas kerja.
(12)
4.4.2 Fungsi Organisasi
Fungsi organisasi juga termasuk dari Anggaran Dasar BAB II (Azas, tujuan, fungsi, kedaulatan, dan afiliasi) orgagnisasi Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan, yang mana tercantum pada pasal 7, sebagai berikut:
1. Menyelangarakan perundingan kolektif untuk perbaikan syarat-syarat kerja pengupahan, hubungan ketenagakerjaandan kesejahteraan pekerja, agar tercapai mufakat dalam perjanjian ketenagakerjaan.
2. Memelihara kerukunan persatuan dan solidaritas pekerja baik intuk tujuan organisasi maupun sosial.
3. Mengusahakan pendidikan dan keteramilan pekerja sehinggamemiliki pengetahuan yang cukup, dalam pekerjaan maupun organisasi.
4. Melakukan bimbingan, pembelaan dan perlindungan terhadap anggota. 5. Meyelenggarakan kegiatan sosial.
6. Turut berperan aktif memperjuangkan terwujudnya peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang menjamin penghargaan atas hak-hak dan kepentingan pekerja.
7. Meningkatkan kerjasama dengan organisasi lain baik dalam bentuk kerja sama afiliasi gabungan organisasi pekerja maupun organisasi nontenaga kerja, yang bermanfaat dan tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.
(13)
4.3 Regenerasi Organisasi
Dalam hal regenerasi organisasi bukan hanya melakukan pemilihan ketuadan mengangkat pengurus namun ada hal-hal yng dibahas mengenai mekanisme organisasi seperti misalnya menetapkan kebijakan umum organisasi, mengubah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga bila dianggap perlu.Dalam hal ini untuk di tingkatan serikat pekerja mandiri terkecil disebut dengan Musyawarah Anggota (MUSTA) yang diselengarakan minimal 3 (tiga) tahun sekali.
Musyawarah Anggota (MUSTA) merupakan kedaulatan tertinggi, yang berfungsi sebagai wadah evaluasi terhadap kinerja organisasi selama melakukan aktivitas organisasinya, sebagai wadah konsultasi terhadap permasalahan yang hadir di perbuhuran, konsolidasi maupun koordinasi untuk mencapai mufakat dan pengembangan organisasi.Solidaritas Buruh Sumatera Utara juga mengenal Musyawarah Istimewa Luar Biasa (MUSTALUB) yang didefenisikan sebagai rapat pendahuluan, dalam sidang pleno ini, akan dibahas apakah MUSTLUB pantas atau tidak untuk dilaksanakan. Musyawarah Istimewa Luar Biasa (MUSTALUB) dapat dilakukan jika sekurang-kurannya 50% ditambah 1 (satu) atau 2/3 dari jumlah kepengurusan.
Dalam Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan juga mengatur tentang penggantian pengurus antar waktu, sebagaimana tertera pada Anggaran Dasar BAB VIII Pasal 24. Penggantian pengurusan antar waktu adalah penggantian seseorang pengurus yang berhenti, diberhentikan atau mengundurkan diri dengan rincian sebgai berikut:
1.1 Apabila Ketua menyatakan berhenti, diberhentikan atau mengundurkan diri maka secara otomatis akan digantikan oleh Wakil Ketua 1.
(14)
1.2 Apabila Wakil Ketua 1 menyatakan berhenti, diberhentikan atau mengundurkan diri secara otomati akan digantikan olen Wakil Ketua 2 atau 3 1.3 Apabila Wakil Ketua 1, Wakil Ketua 2 dan 3 menyatakan tidak sanggup maka
diadakan Musyawarah Istimewa Luar Biasa (MUSTALUB).
1.4 Musyawarah Istimewa Luar Biasa (MUSTALUB) diselenggarakan oleh Wakil Ketua 1 dan Wakil Ketua 2 dengan dibantu oleh Pengurus.
Namun pergantian kepengurusan antar waktu dapat dilakukan atas persetujuan Musyawah Anggota, berdasarkan kebutuhan organisasi.
Proses regenereasi ditingkatan pusat disebut dengan Kongres Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU), yang terhimpun dari berbagai serikat pekerja mandiri. Kongres SBSU dilaksanakan (tiga) tahun sekali, dan setiap anggota buruh sumatera utara dapat mengirimkan utusannya pada konres tersebut. Kongres Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) bertujuan untuk menetapkan kebijakan organisasi dan pedoman dasr untuk dijalankan, memilah Badan Pengurus (Presiden, beberapa Wakil Presiden, dan seorang Sekertaris Jendral), mengadakan perubahan Anggaran Dasar jika diperlukan, dan memberi keputusan untuk menerima anggota baru.
4.4 Struktur Organisasi
Struktur organisasi Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan terdiri dari berbagai elemen, sesuai dengan kebutuhan organisasi. Adapun struktur organisasi Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan yang termasuk dalam Anggaran Dasar Organisasi BAB V Keperguruan dan Wewenang Pasal 15 sebagai berikut:
1. Ketua 2. Wakil Ketua
(15)
3. Sekertaris 4. Wakil Sekertaris 5. Bendahara 6. Wakil Bendahara
7. Bidang Hubungan Masyarakat (HUMAS) 8. Bidang Pengembangan Organisasi
9. Bidang Perempuan
10.Bidang Olah Raga dan Pengembangan Bakat 11.Bidang Rohani
Setiap bidang kegiatan anggota diangkat satu orang pengurus atau lebih, yang mana masing-masing pengurus bidang kegiatan bertanggung jawab penuh terhadap serikat pekerja. Dalam hal ini Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan juga memiliki Dewan Perwakilan Anggota yang merupakan perwakilan pekerja dari tiap-tiap outlet yang berfungsi sebagai penyambung saran dan pendapat kepada pengurusan inti.
4.4.1 struktur Kepengawasan SBSU PT. Asia Karet Medan
Adapun susunan nama-nama pengurus Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan pada periodesasi kedua dan berdasarkan hasil-hasil Musyawarah Anggota (MUSTA) adalah sebagai berikut:
Ketua : Rasidah Selian
Wakil Ketua : Aty Sidabutar
Sekertaris : Julianto Situmeang
(16)
Bendahara : Nurma Roida Pasaribu M
Wakil Bendahara : Purnama Saragih
Seksi Humas
Koordinator : Amrul Sinaga
Anggota : Arpando Tumanggor
Seksi Pengembangan Organisasi
Koordinator : Rizky Nainggolan
Anggota : Jupe Simanjuntak
Seksi Pemberdayaan Perempuan
Koordinator : Elpina Yunita Hutabarat
Anggota : Maria Nababan
Seksi Dana
Koordinator : Junaidi
(17)
Seksi Sosial
Koordinator : Masitah Bintang
Anggota : Roy Batubara
Seksi Rohani
Koordinator : Surya
(18)
4.5 Tata Laksana Keuangan Organisasi
Penerimaan keuangan Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan diperoleh dari beberapa sumber yaitu: Iuran anggota, Sumbanga Anggota diluar Iuran Anggota. Hal-hal lin yang tidak mengikat untuk menambah kas keuangan Serikat. Uang iura anggota yang ditetapkan sebesar Rp. 5,000/ Bulan, yang disetoran oleh masing-masing anggota kepada kepengurusan selambat-lambatnya tanggal 20 setiap bulannya. Dan seluruh hasil penerimaan keuangan akan dimasukan kedalam rekening organisasi.
Penggolongan keuangan organisasi dalam bentuk sosial juga diatur dalam ketetuan organisasi.
1. Untuk anggota langsung yang meninggal dunia akandiberikan uang bersungkawa Rp. 500.000 dan ditambah sumbangan dari masing-masing anggota.
2. Untuk anggota yang mengalami operasi berhak mendapat uang sebesar Rp. 100.000 dan ditambah sumbangan dari masing-masing anggota.
3. Untuk anggota rawat- inap minimum 3 (tiga) hari berturut-turut sebesar Rp. 100.000
4. Setiap anggota yang keluar dari pekerjaan yang merupakan anggota akan diberikan uang partisipasi anggota sebesar Rp. 200.000
(19)
4.6 Profil Singkat PT. Asia Karet Medan
PT.Asia Karet yang beralamat di Jl. Starban No. 62 (D/H 191-A) Medan Sumatera Utara merupakan perusahaan bergerak di bidang remiling karet, dengan bahan baku karet perusahaan tyersebut memproduksi karet gelang, tapak sepatu, sandal jepit, Rubber Hose, Selang Gaikindo, Rubber Sheet Packing, Tank dan Pipa, sejak tahun 1994.PT. Asia Karet merupakan satu perusahaan yang memproduksi barang-barang keperluan alas kaki dari karet dengan hasil produksi yang di pasarkan di beberapa daerah di Indonesia yang beroperasi lebih 10 tahun yang lalu.Nama pemilik Budiman Laut dan saat ini perusahaan tersebut dikelola oleh anaknya yang bernama gunawan laut. Jumlah buruh lebih kurang 180 orang terdiri atas 50 % buruh dengan status Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) dan lebih kurang 50 % nya lagi bekerja dengan status outsourcing.Benar pada masa berdirinya perusahaan, perusahaan tersebut tidak secara patut melaksanakan kewajiban terkait hak normatif buruh, dimana upah yang dibawah ketentuan hak lain seperti BPJS Ketenagakerjaan pada saat itu banyak tidak didaftarkan, jam kerja melebih jam kerja yang diatur UU, phk sewenang-wenang dan lain-lain. Tepatnya pada bulan april 2004 ada komunikasi antara beberapa buruh dengan pengurus SBSU lantas buruh menyampaikan keluhan terkait tidak terpeuhinya hak normatif di perusahaan PT. Asia Karet, lantas pihak SBSU menyampaikan pentingnya berserikat dan dengan berserikat buruh akan mengetahui apa yang menjadi hak dan apa yang menjadi kewajiban kemudian juga dengan bersreirkat maka hak buruh untuk di berikan pelatihan dan pendidikan oleh pengurus SBSU, sehingga buruh sepakat untuk mendirikan SBSU dan pada 15 desember terbit pencatatan artinya keberadaan SBSU sah secara hukum di perusahaan PT.Asia Karet. Dengan keberadaan tersebut banyak hal positif diraih di mana perusahaan memberikan upah berkala, mendaftarkan keseluruhan buruh
(20)
menjadi peserta BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan (jamostek pada saat itu), upah yang sesuai dengan ketentuan upah berlaku, tidak ada lagi PHK sewenang-wenang.
(21)
BAB V
ANALISIS DATA
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dilapangan melalui teknik wawancara mendalam dengan informan.Peneliti berhasil mengumpulkan informan sebanyak 6 informan dengan komposisi 4 orang informan utama dan 2 orang informan tambahan.Dari wawancara tersebut diperoleh latar belakang, data umum tentang latar belakang informan melaluinama, jenis kelamin, alamat, dan jabatan di organisasi tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara mendalam dan observsi langsung ke lapangan itu juga diperoleh berbagai data-data untuk dapat di analisis melalui pendekatan kualitatif.Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dari data yang telah terkumpul, penulis coba membagi dalam beberapa bagian terkait dengan isu yang ingin diuraikan dengan masukan petikan wawancara dari informan serta narasi penulis tentang data-data tersebut.
5.1 Latar Belakang Perjuangan Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia
Karet Medan
Semangat Perjuangan kaum buruh melalui Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan lahir dari kegelisahan yang selama ini terjadi, dimana kondisi tersebut merupakan suatu permasalahan yang sangat kompleks yang hadir dalam kehidupan perburuhan.Sebenarnya bentuk ekploitasi yang dilakukan pihak pengusaha terhadap buruh telah berlangsung cukup lama dan belum adanya perlawanan pada saat itu. Namum atas beberapa kesadaran daribeberapa kaum buruh yang mengerti tentang peraturan ketenagakerjaan yang termasuk dalam undang-ungan Nomor 13 Tahun 2003, mencoba melakukan konsolidasi dan proses penyadaran kelas terhadap kaum buruh.
(22)
Perjuangan SBSU berangkat dari beberapa permasalahan yang berkaitan dengan dimensi hukum yang berlaku, yang mengatur tentang ketenagakerjaan.Dari beberapa informasi yang didapatkan ada beberapa pelangaran-pelangaran hukum yang terjadi pada buruh di PT. Asia Karet Medan, dan pelangaran yang terjadi adalah menyangkut hak-hak normatif kaum buruh. Beberapa kondisi juga disampaikan oleh ketua SBSU periode pertama Rasidah Selian sebagai berikut:
“Permasalahan yang terjadi pada buruh PT. Asia Karet Medan adalah tingkat kesejahtraan buruh yang tidak terpenuhi, terjadinya pelanggaran-pelanggaranhak normatif seperti: upah rendah, jam kerja dtambah, libur dan cuti tidak sesuai ketentuan, uang servis tidak didapatkan, dan larangan pendirian Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan yang berkeduduka di perusahaan serta penolakan terhadap draft Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang dilakukan oleh pihak buruh.
Permasalahan yang disampaikan oleh Rasidah Selian jelas membuktikan bahwa telah terjadinya penggaran hukum ketenagakerjaan.Dalam hal ini pihak perusahaan telah melakukan bentuk-bentuk pelanggaran hukum dengan berbagai ketentuan.Dapat disimpulkan bahwa perusahaan telah melanggar hak-hak normatif buruh sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang mengatur tentang ketenagakerjaan. Hak normatif diklarifikasikan menjadi bebarapa bagian yaitu yang bersifat ekonomis (seperti upah, THR), yang bersifat politis (membentuk serikat buruh, menjadi atau tidak menjadi anggota serikat buruh, mogok kerja), yang bersifat medis (keselamatan dan kesehatan kerja), yang bersifat sosial (cuti, nikah/kawin, libur resmi, dan lain-lain)
Upah merupakan persoalan yang sangat mendasar, karena persoalah upah merupan alasan utama seseorang untuk melakukan pekerjaan. Upah pekerja tidak dibayar sesuai Upah Minimum Sektor Kota (UMSK) dan dalam hal ini perusahaan melanggar Pasal 89 ayat (2) dan (3) yang berbunyi, ayat 2 “upah minimum sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)
(23)
diarahkan pada pencapaian kebutuhan hidup layak” ayat 3 “upah minimum sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan Rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota” dalam hal ini upah merupakan indikator penting dalam menentukan tingkat kesejahtraan buruh. Namun persoalah upah tidak hanya berbicara pada penentuan UMKS sajanamun ada skala pengupahan yang juga tidak dijalankan oleh pihak pengusahayang berlandaskan pada pemerhatian golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetisi. Dalam paparannya Nurma Roida Pasaribu M selaku Bendahara SBSU juga memaparkan bebarapa kondisi yang terjadi.
“Hak-hak normatif kaum buruh tidak terpenuhi olehperusahan seperti upah di bawah UMKS., cuti hanya diberian sedikit dan dipersulit, lembur tidak mendapat upah, kesehatan buruh setelah Tahun 2010 diambil alih oleh perusahaan pengelolaanya namun tidak memenuhi standar kesehatan, mendirikan serikat buruh perusahaan tidak setuju dengan anggapan serikat buruh adalah orang lain.
Persoalan dalam hubungan industrial antara perusahaan dengan buruh bukan hanya soal upah saja, namun banyak dimensi yang harus dipenuhi oleh perusahaan, karena buruh/pekerja merupakan aset dari perusahaan itu sendiri, jadi banyak yang haru diperhatikan.Salah satu dimensi yang tercakup adalah hak normatif buruhadalah dimensi kesehatan dan keselamatan kerja, perusahaan yang mempekerjakan para buruh harus benda-benar menjamin kesehatan dan keselamatan kerja buruh yang dipekerjakan.Dan perusahaan seharusnya menyediakan bentuk-bentuk pelayanan kesehatan terhadap buruh yang dipekerjakan serta bertanggung jawab penuh terhadap kecelakaan kerja yang terjadi selama buruh tersebut melakukan aktivitas kerja. Namun ternyata sesuai dengan apa yang
(24)
disampaikan oleh Nurma Roida Pasaribu M, perusahaan telah mengabaikan kesehatan dan keselamatan kerja para buruh.
Rismaida Sidabutar selaku Wakil Sekertaris SBSU mengungkapkan:
“Pengusaha tidak mau adanya serikat didalam perusahaan, buruh diberi upah dibawah UMKS, mempekerjakan wanita hamil tua ditempat yang berbahaya seperti boiler, petugas parker, PHK sepihak tanpa uang pesangon, tanpa adanya sura peringatan 1,2,3.”
Para buruh bersikeras kepada perusahaan utuk mendirikan serikat buruh yang berdomisili didalam perusahaan, namun perusahaan tetap menolak adanya serikat buruh yang berdiri dalam perusahaan. Sehingga serikat buruh yang didirikan para buruh hanya terdaftar di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja ( Disnaker) Kota Medan. Pelanggaran atas pembentukan serikat buruh merupakan strategi dari perusahaan untuk memperlemah gerak buruh, namun dari perspektif hukum larangan untuk mendirikan serikat buruh merupakan hak secara politis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Pasal 27 ayat (2) dan pasal 28, serta melanggar ketentuan yang telah diatur oleh Undang-Undang No 21 Tahun 2000 “siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus, menjadi anggota atau tidak menjadi anggota dan/atau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh dengan cara melakukan PHK, memberhentikan sementara, menurunkan jabatan atau melakukan mutasi, melakukan intimidasi dalam bentuk apapun.”
Dari berbagai kondisi yang hadir dalam kehidupan kaum buruh PT. Asia Karet Medan, tepatnya pada tahun 2006 timbul sebuah inisiatifdari beberapa aktor-aktor yang ingin melakukan aktivitas sosial yang berorientasipada perubahan sosial kaum buruh agar terlepas dari bentuk-bentuk eksploitasi yang selama ini laten dalam kehidupan kaum buruh. Perjuangan kaum buruh dimulai dari keinginan yang kuat untuk mendirikan serikat buruh
(25)
yang berkedudukan di perusahaan, sebagai sarana untuk melakukan konsolidasi terhadap agenda-agenda perubahan sosial kaum buruh. Pendirian Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan menjadi sebuah kebulatan tekad dari kaum buruh yang bersumber pada Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medanmenjelaskan bahwa:
“Berdirinya serikat buruh untuk memperjuangkan hak-hak normatif kaum buruh dan menegaskan pada perusahaan bahwa buruh adalah aset utama perusahaan, oleh karena itu perusahaan harus menjalankan kewajiban nya sesuai dengan Undang-Undang yang ada.
Pendirian serikat buruh diharapkan menjadi embrio baru terhadap kehidupan buruh, agar gerakan sosial yang dilakukan para buruh lebih terorganisir baik secara diplomatis maupun tekanan kepada perusahaan.Namun pendirian serikat buruh di perusahaan mendapat kecaman dan protes dari pihak perusahaan.Pihak perusahaan tidak sepakat jika buruh mendirikan serikat buruh didalam perusahaannya, sehingga terjadilah bentuk-bentuk pelanggaran yang sifatnya politisdari pihak perusahaan.Pihak perusahaan semakin melakukan eksplotasi terhadap kaum buruh, terutama kepada buruh yang tergabung di dalam Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan.Dalam hal ini Rasidah Selian menjelaskan beberapa bentuk kecaman dari pihak perusahaan.
“Adanya mutasi ketempat yang bukan keahlian buruh tersebut, sehingga membunuh karakter buruh, membuat pekerja tidak betah bekerja sehingga adanya pengunduran diri, serta adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak oleh perusahaan karena tergabung dalam SBSU.”
Konflik antara buruh dengan perusahaan semakin memuncak karena keteganan terhadap kepentingan masing-masing dari kedua belah pihak, pada hakikatnya konflik terjadi
(26)
karena memang memperebutkan suatu aset yang bernilai.Pihak perusahaan sebagai pemilik modal bersikeras dengan karakter feodalismenya, sementara buruh tetap menginginkan sebuah kedaulatan dan kesejahtraan buruh yang telah dilingungi oleh Negara melalui aturan-aturan hukum yang berlaku. Perusahaan semakin ganas dalam melakukan tekanan kaum buruh, tak heran jika terjadi mutasi kerja besar-besaran terhadap buruh khusunya yang tergabung Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan, banyak anggota SBSU yang dimutasikan ke tempat yang tidak sesuai dengan keahliannya, bahkan pemutasian ke tempat yang menurun secara jembatan. Jika dilihat dari aspek hukum yang berlaku ini sebenarnya melanggar ketentuan hukum, karena membunuh karakter para buruh dalam bekerja sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja yang pada akhirnya juga berakibat fatal terhadap kesalhan kerja, sehing pihak perusahaan lebih mudah menyalahkan para buruh ketika melakukan kesalahan kerja.
Ketentuan yang mengatur adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahin 2003 Pasal 32 ayat (1) dan (2) yang berbunyi “Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas, obyektif, serta adil, dan setara tanpa diskriminasi” dan ”Penempatan tenaga kerja diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang tepat sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemapuan dengan memperhatikan harkat , martabat, hak asasi, dan perlindunga hukum.” Namun pada nyatanya masih juga terjadi pelanggaran terhadap buruh , ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku tidak dilaksanakan. Bukan hanya mutasi ke tempat yang bukan keahlian para buruh, namun adanya bentuk skorsing yang dilakukan persuhaan kepada pihak buruh tanpa ada alasan yang jelas. Ironisnya lagi seluruh elemen buruh revolusioner yang tergabung di dalam SBSU mendapat tekanan yang bermacam-macam adanya pemberian surat peringatan yang tidak sesuai dangan ketentuan hingga pemaksaan untuk melakukan pengunduran diri bagi pengurus Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU).
(27)
Adanya anggapan dari perusahaan bahwa yang tergabung dalam Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan adalah orang luar, maka bentuk-bentuk feodalisme dari perusahaan berujung kepada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak oleh perusahaan tanpa ada alasan yang jelas. Beberapa pengurus SBSU menjadi korban dalam PHK tersebut dengan berbagai alasan, kepengurusan SBSU dibawah kepemimpinan Rasidah Selian adalah PHK masal pertama yang dilakukan oleh perusahaan, oleh sebab itu digantikan oleh Aty Sidabutar pada periodesasi keduayang akan melanjutkan SBSU. Tapi ternyata mendapat perlakuan yang sama beberapa kepengurusan dan para buruh yang tergabung dalam SBSU turut di PHK oleh perusahaan. Bentuk-bentuk PHK yang dilakukan oleh perusahaan juga bermacam-macam, beberapa buruh di PHK tanpa surat PHK dari perusahaan, kemudian adanya skorsing tanpa batas waktu dan akhirnya dilakukan PHK oleh perusahaan.
Ironisnya lagi buruh yang melakukan mogok kerja juga turut di PHK dengan alasan mogok kerja, sekitar ± 150 buruh di PHK karena mogok kerja.Inilah merupakan feodalisme yang dilakukan oleh perusahaan kepada buruh dalam memperjuangkan hak normatifnya.Padahal mogok kerja merupakan hak dari buruh untuk dilakukan ketika gagalnya suatu perundingan terhadap kedua belah pihak. Dan dalam hal ini aturan tentang mogok kerja juga di atur oleh Undang-Undang Nomor 13Tahun 2003 yaitu pasal 137 “mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat pekerja/buruh dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagal nya perundingan “ dan ketentuan lainya yang menyangkut aturan-aturan protes mogok kerja dalam pasal setelahnya.
5.5.1 Lemahnya Peran Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Medan
(28)
Permasalan yang terjadi pada buruh Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan bukan hanya persoalan yang tidak memberikan hak-hak normatif tersebut.Salah satu faktor penyebabnya dalah lemah nya sebuah peran Pemerintah dalam hubungan Industrial, yang mana lembaga pemerintah yang diamankan untuk melakukan perngawasan terhadap urusan hubungan industrial adalah Dinas Sosial dan Tenaga Kerja. Dalam hal ini terlihat kelas bahwa konflik-konflik yang terjadi antara pihak perusahaan dan pihak buruh akibat lemah nya penguasaan oleh Disnaker, jika dilihat dari peran dan fungsi Disnaker yang mengacu pada Undag-Undang Nomor 13 Tahun 2003 pasal 134 dan 135 menyebutkan bahwa pemerintah (Disnaker) berkewajiban mengawasi, mengevaluasi dan menindak perusahaan yang tidak melaksanakan perundang-undangan khususnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dalam hal ini jelas bahwa Pemerintah melalui lembaga khususnya mempunyai tanggung jawab penuh terhadap persoalan buruh yang menyangkut kedaulatan dan kesejahteraan buruh. Jika dilihat dari peran dan fungsinya tentang mengawasi dan mengevaluasi hubungan industrial, seharusnya permasalahan yang menyangkut tentang hak-hak normatif kaum buruh seperti PT. Asia Karet Medan tidak akan terjadi. Paparan tentang lemahnya peran Disnaker terhadap kaum buruh juga disampaikan oleh Rismaida Sidabutar:
“Pengaduan-pengaduan ke Disnaker Kota Medan untuk permasalahan yang ada di PT. Asia Karet Medan, tetapi tidak berjalan, dalam hal pengawasan juga tidak berjalan”
Kaum buruh yang mengalami persoalan tentang intimidasi dan perlakuan yang tidak adil dari pihak perusahaan sebenarnya telah melakukan proses pengaduan ke Disnaker namun tidak bisa dipungkiri bahwa dalam hal pengawasan saja tidak berjalan apalagi dalam proses pengaduan. Maraknya kasu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak oleh perusahaan seharusnya menjadi sorotan oleh Disnaker Kota Medan karena salaha satu peran
(29)
Disnaker adalah memperkecil angka pengangguran yang ada, tapi dalam kasus ini justru Disnaker melakukan pembenaran terhadap kasus PHK secara sepihak yang terjadi di perusahaan. Kondisi seperti ini sangat jelas membuktikan bahwa lemahnya peran Disnaker dalam melakukan penyelesaian perselisihan hubungan industrial, indikasinya bahwa adanya keberpihakan pemerintah terkait terhadap pemilik modal yang notabeneya adalah pihak perusahaan.Dalam perspektif hukum, hukum sebagai aturan bertujuan untuk menciptakan stabilitas dalam hubungan kerja.Bagi buruh sendiri hukum itu bertujuan sebagai proteksi, baik dalam soal upah untuk kehidupan yang layak, kebebasan untuk berserikat serta proteksi untuk pemenuhan hak-hak normatif lain kaum buruh. Dalam kontekss ini sebenarnya kaum buruh menginginkan peran dari lembaga pemerintah untuk melakukanproteksi penuh terhadap nasib kaum buruh, dengan aturan-aturan hukum yang menyangkut kebebasan berserikat dan Undang-Undang tentang ketenagakerjaan.
5.2 Peran Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet
Medan dalam Memperjuangkan Hak-Hak Normatif Buruh.
Dalam hal ini peran Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan hanya memilikikonsentrasi penuh terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di perusahaan tersebut, mengingat juga bahwa SBSU adalah serikat buruh yang berdomisili didalam sebuah perusahaan. Namun bukan berarti SBSU tidak menyikapi kasus-kasus yang terjadi di sektor perburuhan lainnya, melainkan hanya perbedaan konsentrasi dari peranannya.Sedikit banyak SBSU juga mempengaruhi terhadap sektor buruh lainnya, dengan berbagai aktifitas gerakan sosial yang dilakukannya.
Dari sekian banyak persoalan yang ada kaum buruh meyakini bahwa harus ada wadah yang digunakan untuk melakukan perjuangan secara kolektif dan terorganisir. Oleh karena itu para buruh melakukan konsolidasi yang bertujuan untuk koordiasi pembentukan SBSU di PT. Asia Karet Medan. Pembentukan pun terlaksana melaporkan beberapa berkas
(30)
untuk registrasi di Disnaker Kota Medan, walaupun pihak perusahaan tidak menganggap serikat tersebut dan terjadinya intimidasi terhadap buruh yang tergabung di dalam serikat buruh.
Perjuangan buruh awalnya dimulai dari bentuk-bentuk negosiasi kepada pihak perusahaanm terkait beberapa permasalahan yang dirasakan oleh kaum buruh. Negosiasi yang dilakukan dengan mengajukan draft Perjanjian Kerja Bersama (PKB) kepada pihak perusahaan, beberapa isi draft tersebut adalah tuntutan para buruh mengenai pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di PT. Asia Karet Medan, namun pihak perusahaan melakukan penolakan terhadap PKB tersebut dengan alasan perusahaan memiliki aturan sendiri. Agenda-agenda pengajuan draft PKB itu diadakan SBSU dalam Musyawarah Bifartite (forum komunikasi dam konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial disuatu perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh yang sudah tercatat instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan atau unsur pekerja/buruh) yang dilakukan oleh SBSU kepada perusahaan sebagai agenda perjuangan buruh dalam bentuk negosiasi. Beberapa kali SBSU berupaya dengan segala tekanan yang ada namun menemui jalan buntu.Ditambah lagi bentuk-bentuk intimidasi dari pihak perusahaan yang semakin merajalela, bukan hanya mutasi tapi sampai pada PHK secara sepihak terhadap buruh yang tergabung didalam SBSU. Kebuntuan kaum buruh dalam cara negosiasi menjadikan buruh melakukan cara perjuangan yang lebih besar, bukan hanya dalam tataran diplomasi saja melainkan melekatkasn suatu tekanan dengan gerakan sosial kaum buruh.
Perjuangan SBSU juga diklarifikasikan kedalam bebrapa bagian seperti yang disampaikan Amrul Sinaga sebagai aktivis buruh yang ikut berjuang bersama SBSU;
“sudah merupakan kewajiban buruh untuk menuntut hak-haknya, dan perjuangan SBSU dibagi 2 level, yang pertama adalah perjuangan untuk buruh-buruh yang
(31)
telah di PHK , yang kedua adalah untuk hak-hak normatif buruh yang masih bekerja di perusahaan”
Buruh yang di PHK sangat bervariatif dalam konteks ini, beberapa buruh di PHK karena tergabung dalam SBSU, dan beberapa burh di PHK karena mogok kerja.Perjuangan terhadap buruh yang masih bekerja adalah penuntutan terhadap upah layak sesuai dengan UMKS dan skala upah, hak-hak sosial kaum buruh, dan bebagai tuntutan lainya.SBSU juga melakukan pengaduan ke Disnaker Kota Medan terhadap kasus-kasus yang ada.Permohonan penyidikan pidana kejahatan dan pelanggaran ketenagakerjaan merupakan fokus yang dilakukan SBSU kepada Disnaker, karena mengevaluasi dan melakukan pengawasan merupakan peran besar dari Disnaker tersebut.SBSU buka hanya menyampaikan bebrapa laporan pengaduan kepada pihak Disnaker, melainkan melakukan tekanan dan gugatan agar pihak disnaker melakukan pertemuan anatara SBSU, perusahaan dan Disnaker.Dalam hal ini dengan tujuan agar Disnaker melihat secara objektif kondisi perburuhan di PT. Asia Karet Medan tersebut.Tergetnya adalah Disnaker menindak tegas beberapa pelanggara yang terjadi, serta malakukan keberpihakan kepada nasib buruh yang terkena ancaman dari pihak perusahaan.
5.2.1 Diskusi, Konsolidasi dan Afiliasi
ketiadaan respon dari perusahaan dan Disnaker engakibatkan kaum buruh untuk berpikir keras terhadap nasib mereka. Dari banyaknya tekanan dan kaum buruh semakin giat melakukan aktivitas organisasinya untuk perjuangan yang lebih besar.SBSU menyadari bahwa mereka harus memiliki kekuatan yang besar untuk melakukan perlawanan terhadap intimidasi yang telah berlangsung cukup lama keada mereka. SBSU pun giat melakukan proses penyadaran kelas terhadap kaum buruh, diskusi sebagai sarana yang dilakukan mereka untuk proses penyadaran kelas. SBSU sering melakukan diskusi-diskusi internal dengan seluruh buruh yang ada untuk membangun kesadaran kaum buruh agar sadar akan permasalahan yang hadir dalam kehidupan perburuhan. Karena tidak semua buruh sadara
(32)
akan peraturan yang mengatur tentang perburuhan, dan adanya rasa ketakutan dari pihak buruh itu sendiri untuk melakukan perlawanan.
Rasidah Selian menyampaikan bahwa
“Diskusi dan konsolidasi merupakan kekuatan uang dibangun untuk diri sendiri dan SBSU, dan kami secara terus menerus membangun pemahaman kepada kaum buruh, penguatan basis-basis yang ada serta mencari buku-buku yang berkaitan dengan buruh dan Undang-Undang tentang perburuhan, agar buruh bergerak sesuai dengan peraturan dan Undang-Undang yang ada.”
Beberapa proses itulah yangdilakukan oleh kaum buruh untuk memulai kaum sosialnya yang lebih besar, jika dilihat dari perspektif Marxist, gerakan sosial dianggap sebagai gejala yang positif yang kemunculannya disebabkan oleh karena terjadi proses eksploitasi dan dominsai satu kelas terhadap kelas lain. Singkatnya gerakan sosial ini adalah perjuangan kelas yang lahir karena adanya kesadaran kelas. Diskusi-diskusi yang dilakukan oleh SBSU berlangsung disela-sela waktu tertentudan ditempat yang berpindah-pindah, karena SBSU juga menyadari pentingnya peningkatan kualitas buruh dari segi pemahaman dan keilmuar agar cukup kuat untuk melewati proses birokrasi yang rumit. SBSU buka hanya melakukan diskusi-diskusi untuk melakukan proses penyadaran kelas, melainkan sekaligus mengkonsolidasikan seluruh elemen-elemen buruh yang ada. Mengingat juga jumlah buruh cukup banyak di PT.Asia Karet Medan tersebut dan ditempat kerja yang berbeda-beda juga.
Konsolidasi bertujuan agar kaumburuh bukan hanya sadar akan bentuk-bentuk eksploitasi yang terjadi, tetapi agar menciptakan buruh-buruh yang militant dan terjadinya kekuatan besar yang bisa bertahan cukup lama. Konsolidasi juga akan menciptakan kedekatan emosional yang nantinya akan bertahan secara terus menerus dalam perjuangan jangka panjang kaum buruh. Konsolidasi yang dilakukan SBSU juga bertujan untuk
(33)
menhindari adanya penyusup atas suruhan perusahaan yang masuk kedalam barisam gerakan SBSU, karena beberapa buruh pernah dipanggil oleh perusahaan dan ditawarkan hal-hal yang menggiurkan dengan caatatan keluar dari SBSU serta membubarkanya.
SBSU tidak hanya melakukan proses konsolidasi ditataran internal mereka saja, tetapi SBSU menyadari untuk membangun kekutan politik yang lebih besar lagi dengan beralifiliasi dengan beberapa Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) seperti, Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KONTRAS), Bantuan Hukum Sumatera Utara (BAKUMSU), Kelompok Kajian Sosial Perkotaan (KKSP), Yayasan Kolektif Medan. Beberapa organisasi ini lah yang mendapingi SBSU dalam melakukan advokasi dan strategi perjuangan terhadap kasus yang ada. Hal ini juga dipaparkan oleh Aty Sidabutar:
”SBSU dalam perjuangannya beralifiliasi dengan beberapa organisasi lain, termasuk serikat buruh lain, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), KONTRAS, KKSP, Yayasan Kolektif Medan, BAKUMSU, dan organisasi Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI Komisariat FISIP USU)”
Pertemuan-pertemuan dari beberapa organisasi ini awalnya sering dilaksanakan di secretariat KONTRAS. Disinilah mereka melakukan diskusi dan konsolidasi terkait mengenai strategi yang akan digunakn untuk perjuangan SBSU, fsn karena SBSU belum memiliki secretariat maka pada saat itu KONTRAS dijadikan sekretariat bersama unutk memenuhi kelengkapan administrasi serikat buruh. Pembentukan tim advokasi merupaka salah satu dari strategi yang digunakan oleh SBSU, karena persoalan ini dilekati dimensi hukum terkait pelanggaran Undang-Undang ketenagakerjaan dan adanya tindak pidana kejahatan tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Tim advokasi yang dibentuk adalah untuk pembelaan pejuang organisasi buruh tertindas PT. Asia Karet Medan.Dalam hal ini untuk kepentingan para
(34)
pemberi kuasa yang serahkan kuasanya kepada ti advokasi sehubungan telah terjadinya penggaran ketentuan normatif ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud oleh hukum perburuhan. Tim advokasi ini terdiri dari beberapa aktivis yang berkonsentrasi dibidang hukum dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yaitu, T.R Arif Faisal, SH, Husni Thamrin Simatupang, SH, M Taufik Umar Dhani Harahap, SH, Diah Susilowati, SH, merekalah sebagai yang diberi kuasa oleh SBSU yang akan melakukan proses advokasi pengaduan dan pendampingan terhadap berjalan proses hukum.
Perjuangan dengan proses hukum terus berjalan namun SBSU juga tidak hanya fokus dalam hal itu, SBSU juga melakukan tekanan-tekanan politiknya dengan berbagai agenda sosial. Pembentukan koalisi untuk pembelaan pejuan organisasi buruh tertindas di PT. Asia Karet Medan pun dibentuk untuk melakukan tekanan politiknya dalam bentuk protes sosial. Koalisi ini terdiri dari beberapa koalisi seperti Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan, KONTRAS, SAHdaR. Koalisi ini uga membuat berbagai pernyataan yang berisikan beberapa tuntutan kaum buruh, yang digunakan sebgai media kampanye kepada pihak-pihak terkait agar pelaggaran-pelanggaran oleh pihk perusahaan menjadi sorotan publik melaui media masa.
Wacana-wacana dan pengaduan bukan hanya sebatas kepada pihak perusahaan dan dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan saja, aliansi perjuangan tersebut melakukan komunikasi dan pengaduan kebeberapa instansi yag terkait, baik provinsi maupun nasional seperti, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia R.I, Komisi Nasional Perempuan R.I, Federasi Serikat Pekerja Mandiri, Kepolisian Daerah Sumatera Utara (POLDASU), DPRD Kota Medan, seluruh serikat buruh/pekerja yang ada di Sumatera Utara, Organisasi non politik di Sumatera Utara, dan lain-lain. Ini merupakan bagian dari strategi agar permasalahan ini menjadi sorotan publik dan mendapat dukungan dari beberapa instansi terkait dansebagai
(35)
bentuk tekanan terhadap perusahaan PT. Asia Karet Medan bahwa pergerakan yang dilakuka SBSU cukup berpengaruh dan kuat.
Keterlibatan Organisasi Mahasiswa dalam perjuangan SBSU merupakan agenda perluasan gerakn sosial kaum buruh, yang mana Mahasiswa memiliki peran yang sangat strategis dan punya sejarah dalam reformasi. Himpunan Masiswa Islam (HMI) Komisariat FISIP USU ikut berafiliasi dalam perjuangan tersebut, keterlibatan organisasi mahasiswa ini mampu memberi sumbangsih pemikiran secara teoritis kepada kaum buruh da melakukan proses pendampingan dalam perjalanan panjang kaum buruh. Hal ini juga dikarenakan mahasiswa dikenal dengan Agent of change (pembawa perubahan), jadi sudah selayaknya mahasiswa ikut kedalam gerakan-gerakan kerakyatan tanpa ada kepentingan sedikitpun.Dalam gerakan sosial memiliki karakter bahwa agenda tersebut harus memiliki kelompok yang teratur, terdapat pembagian peran dan perbedaan hirarki hak serta tanggung jawab diantara partisipan.Inilah yang mendasari aliansi perjuangan buruh untuk lebih mengkonsolidasikan diri agar lebih terorganisir dan suara mereka didengarkan untuk menekan pihak yang berwenan untuk melakuka tujuan (perubahan).
5.2.2 Gerakan Sosial Kaum Buruh
Perjuangan kaum buruh dalam memperjuangkan hak-hak normatif kaum buruh dengan cara-cara diplomasi dan negosiasi sering mendapatkan jalan buntu.Ketiadaan respon dan sikap tegas dari para pemangku kebijakan merupakan realita sosial yang terjadi saat ini.Adanya sebuah fakta-fakta pembiaran terhadap persoalan buruh dan lemahnya peran Negara dalam hal ini membuat buruh semakin berfikir kritis.Sehingga SBSU dalam memperjuangkan hak-hak normatifnya tidak hanya menempuh jalur diplomasi dan negosiasi tetapi memainkan tekanan dan gerakan-gerakan sosial.Berbagai gerakan sosial dilakukan kaum buruh sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi kelas yang dilakukan pihak
(36)
pemerintah dan perusahaan.Gerakan sosial yang lahir dalam bentuk aks-aksi yang cukup bervariatif cukup berpengaruh dalam perjuangan kaum buruh.
Pada awalnya para kaum buruh melakukan aksi demonstrasi di PT. Asia Karet Medan menuntut hak-hak mereka sebagai buruh diberikan, namun pihak perusahaan juga tidak mejalankan kewajibannya. Kemudian kaum buruh menggelar aksi yag serupa ke Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, hal yang sama juga dialami oleh kaum buruh yang tergabung dalam SBSU. Inilah yang memicu gerakan sosial menjadi lebih besar lagi, hal ini seperti yang disampaikan oleh Aty Sidabutar:
“Karena perusahaan tidak menjalankan kewajibannya kami bergerak melakukan aksi di depan PT Asia Karet medan dan Disnaker Kota Medan, namun tidak ada respon, dan kami pun melakukan mogok kerja, sekitar 250 buruh mogok kerja masal, tetapi perusahaan mengambil tindakan PHK secara sepihak. Di PHK tapi hak-hak buruh tidak diberikan”
Penolakan terhadap draft Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang ditawarkan oleh SBSU dengan alsan perusahaan memilki aturan sendiri dan aksi-aksi yang dilakukan kaum buruh, menyebabkan terjadinya mogok kerja. Mogok kerja yang dilakukan kaum buruh merupakan mogok kerja sah, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang ada. Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 137 dinyatakan bahwa mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat pekerja/buruh dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan. Tetapi mogok kerja yang dilakukan kaum buruh dengan tujuan ingin memprjuangkan hak-hak normatif kaum buruh justru pihak perusahaan melakukan Pemutusan Hubung Kerja (PHK) secara sepihak tapa memberikan hak-hak normatifnya (pesangon). Mogok kerja dilakukan oleh SBSU dengan tujuan memberi ancaman kepada perusahaan, ketika kaum buruh dengan jumlah besar melakukan mogok
(37)
kerja akan mengganggu stabilitas sistem perusahaan. Dan keinginan awal dari para buruh adalah untuk memberikan efek jera kepada perusahaan, bukan untuk berhenti bekerja diperusahaan tersebut.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak inilah yang mendapat protes keras dari beberapa kalangan, terutama yang tergabung didlama koalisi pembelaan pejuan organisasi buruh tertindas. Sikap tegas juga dilakukan oleh SBSU, kaum buruh menginap didepan halaman kantor DPRD Kota Medan. Mereka memasang tenda dan melengkapi berbagai perlengakapan untuk menginap cukup lama.Amrul Sinaga mengungkapkan:
“Menginap di kantor DPRD Kota Medan dengan alasan, karena rakyat tidak mempunyai posisi tawar, dan harus menciptakan sebuah kondisi yang menjadi persoalan publik, menjadi inspirasi kami dengan SBSU untuk menginap dihalaman depan kantor DPRD Kota Medan dengan harapan menciptakan efek jera bagi pelanggaran hak-hak normatif buruh”
Jelas bahwa pasca di PHK nya para buruh PT. Asia Karet Medan secara sepihak yang direncanakan mogok kerja, menyebabkan para buruh untuk menginap dikantor DPRD Kota Medan dengan harapan agar pihak terkait yang dalam hal ini adalah DPRD Kota Medan dapat Membantu mereka untuk menyelesaikan kasu mereka. Halaman depan kantor DPRD Kota Medan pun menjadi posko perrjuangan SBSU yang cukup lama. Disinilah para buruh melakukan rekonsolidasi terhadap strategi yang akan dilakukan pasca terjadinya PHK. Aktivitas para kaum buruh bukan hanya sekedar menginap tetapi menjalankan proses-proses hukum, kerena persoalan buruh hari ini bukan hanya tidak mendapatkan hak normatifnya sewaktu berkerja, melainkan bertambah satu lagi persoalan mereka, adanya PHK secara sepihak dalam menjalankan hak politis yaitu mogok kerja.
(38)
Keputusan untuk menginap didepan kantor DPRD Kota Medan dimanfaatkan para buruh untuk menarik perhatian semua pihak, agar persoalan ni benar-benar menjadi persoalan besar yang terwacanakan ke publik. Para kaum buruh juga meminta kepada anggota dewan untuk mengambil sikap tegas terhadap persoalan ini. Selama menginap didepan kantor DPRD Kota Medan, pihak buruh selalu melakukan aksi yang ditujukan kepada anggota dewan agar persoalan ini segera disikapi yang bersangkutan. Beberapakali pertemuan dengan anggota dewan pun dilakukan, Komisi B DPRD Kota Medan adalah komosi yang menangani permasalahan perekonomian. Dalam hal ini pertemuan dilakukan di DPRD Kota Medan untuk menanggapi pengaduan yang disampaikan oleh pihak SBSU, beberapa pihak terkait diundang untuk hadir antara lain, Pimpinan/ pengusaha PT. Asia Karet Medan, BPJS Ketenagakerjaan Kota Medan (karena buruh PT. Asia Karet Medan, tidak diikutsertakan oleh pihak perusahaan delalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan), SBSU PT.Asia Karet Medan, mewakili karyawan yang telah di PHK secara sepihak. Dalam beberapa kali pertemuan tidak menunjukkan sikap tegas dari DPRD Kota Medan, kaum buruh hanya mendapatkan beberapa rekomendasi yang lemah sifatnya, serta menunjukan adanya unsur-unsur yang tidak mendengarkan aspirasi rakyat.
Semanagat dan militansi SBSU adalah salah satu kekuatan kunci dalam meneruskan perjuangan yang sering mendapat jalan buntu ini. Perjuangan yang dilakukan SBSU bisa bertahan cukup lama dan menjadi sorotan serikat buruh lain, karena pasca terjadinya PHK kaum buruh masih bisa bertahan hingga 2 tahun lamanya, seperti yang disampaikan Rismaida Sidabutar dalam paparanya:
“Kami menginap di halaman depan kantor DPRD Kota Medan dimulai dari Juli 2012 sampai pertengahan tahun 2014, dan sempat menginap beberapa hari dihalaman depan kantor Disnaker Kota Medan”
(39)
Waktu yang cukup lama inilah yang menjadi sejarah perjuangan SBSU, dalam kuru waktu yang cukup lama banyak bentuk-bentuk perjuangan yang dilakukan, walaupun beberapa kaum buruh mencari pekerjaan lain karena terhimpit kebutuhan ekonomi. Tetapi tidak melumpuhkan sendi-sendi perjuangan yang ada, para buruh dengan sistem yang mereka ciptakan sendiri tetap mengis berbagi aktivitas di posko perjuangan mereka. Dalam aksi demonstrasi yang dilakukan SBSU didepan kantor Disnaker Kota Medan, tidak mendapat respon senhingga memaksakan buruh yang telah berafiliasi dengan berbagai organisasi untuk menginap dihalaman kantor Disnaker Kota Medan.
Selain aksi menginap ddidepan kantor DPRD Kota Medan dan Disnaker Kota Medan, SBSU juga melakukan aksi ke berbagai instansi pemerintah seperti Pemerintah Kota Medan (Pemko Medan) dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprosu). Dalam hal ini kaum buruh menyampaikan beberapa tuntutan dan tidak membuah kan hasil. Dimana perusahaan tidak memberikan hak-hak kaum buruh sertalemahnya peran pemerintah dalam hal ini menyebabkan terjadinya gerakan sosial kaum buruh. Bahkan ketika kaum buruh melakukan berbagai bentuk aksi menginap di depan kantor DPRD Kota Medan, pihak perusahaan dan pemerintah tidak memperdulikan apa yang mereka laukukan maka terjadilah unrest, (muncul kekacauan, sikap frustasi, merasakan ketidakadilan), pada tahap ini ketika aspirasi yang disampaikan oleh pihak buruh PT.Asia Karet Medan tidak membuahkan hasil, mereka merasa bahwa terjadi kteidakadilan pada diri mereka karena perusahaan dan pemerintah tidak menanggapi aspirasi mereka. Kekacauan dan frustasi membuat kaum buruh untuk berfikir lebih keras lagi, formalization, (pelembagaan/organisasi pergerakan), untuk melakuakan sebuah gerakan, tentu harus didukung oleh berbagagi organisasi lainnya.Maka dalam tahap ini SBSU melakukan afiliasi dengan organisasi lainya.
(40)
pemberian uang pesangon kaum buruh karena adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak oleh perusahaan.
5.3 Konsistensi Perjuangan SBSU PT. Asia Karet Medan
Perjuangan yang dilakukan SBSU substansinya adalah berorientasi pada perubahan sosial disektor perburuhan, hal ini dikarenakan bentuk-bentuk eksploitasinya dan dominasi satu kelas terhadap kelas lain. Perubahan yang di cita-citakan oleh kaum buruh dapat terjadi dengan lambat,sedang atau keras tergantung situasi (fisik, buatan, atau sosial) yang mempengaruhinya. Sama halnya seperti perjuangan tersebut, baik secara internal maupu eksternal. SBSU dapat dikatakan cukup maksimal dalam melakukan perjuangan, mulai dari penyaran kelas, konsoloidasi, afiliasi terhadap organisasi lain dan melkukan gerakan sosialnya. Keterhambatan perjuangan SBSU yang dikarenakan oleh lemahnya peran pemerintah dalam mengintervensi perusahaa agar memenuhi hak-hak normatif kaum buruh, seperti yang dipaparkan Rismaida Sidabutar:
“Pemerintah lamban dalam menyikapi persoalan ini, sehingga perusahaan juga tidak merespon tuntutan kami, adanya indikasi pemerintah berpihak pada perusahaan dan uang, pengadilan menjatuhkan putusan PHK terhadap mogok kerja, dan perusahaan memanipulasi data kerja ke pengadilan”
Kondisi seperti yang dipaparkan Rismaida Sidabutar inilah yang menyebabkan perjunagan buruh harus memiliki konsistensi sampai tuntutan mereka terpenuhi.SBSU melakukan perjuangan cukup lama baik sebelum ada putusan PHK maupun sesudah ada putusan PHK.Sampai saat ini kaum buruh masih tetap melakukan perjuangan dan mendapatkan titik terang. Walaupun beberapa buruh sudah mendapatkan pekerjaan lain dan mengurangi aktivitas organisasinya, itu pun karena terhimpit faktor kebutuhan ekonomi, tetapi tetap dalam pertemuan-pertemuan penting mereka menghadirinya. Adaptation (adaptasi), sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat.Sistem harus
(41)
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. Ketika buruh di PHK mereka pasti mencari pekerjaan lain demi keberlangsungan hidup.
Beberapa aktivitas gerakan sosial yang berlangsung lama dari SBSU terhadap instansi terkai menyebabkan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) menyikapi persoalan ini.Hal ini juga dikarenakan pihak SBSU dan koalisi untuk pebelaan pejuang organisasi buruh terindas di PT. Asia Karet Medan selalu melakukan pengaduan dan penyampaian informasi ke KOMAS HAM.Tim dari Komnas HAM yang dating ke Medan membuat pertemuan dan mengundang beberapa pihak terkait.Pertemuan yang dilaksanakan di Hotel Danau Toba Medan tersebut pada awalnya tidak ada kesepakatan, karena perbedaan pandangan dan data-data dari kedua belah pihak.Pada pertemuan selanjutnya melaui kesepakatan yang di afiliasi Komnas HAM, masa kerja yang sesuai, sebagian sudah dibayarkan hak normatifnya yaitu pesangon sesuai ketentuan. Penjelasan ini dikatakan oleh Aty Sidabutar:
“Komnas HAM yang datang melakukan pertemuan dengan SBSU, dan pada akhirnya dalam pertemuan yang diafiliasi oleh Komnas HAM tersebut, masa kerja yang sesuai datanya, sebagian telah dibayarkan oleh perusahaan, dan kami masih konsisten sampai tercapainya hak-hak normatif kaum buruh.”
Inilah titik terang dari keberhasilan konsistensi perjuangan SBSU, walaupun belum semua pesangon dibayarkan, tetapi itu semua dalam proses. Dikarenakan adanya perselisihan data kerja yang nantinya akan diputuskan di pengadilan Hubungan Industrial (PHI). Inilah butuh sebuah konsistensi dari SBSU untuk melakukan pengawalan terhadap putusan pengadilan agar semua pesangon sesuai dengan ketentuan Undang-Undang bisa dibayarkan.
Konsistensi dari perjuangan SBSU selama ini megantarkan pada proses hukum yang bermuara di Pengadilan Hubungan Industrial (PHI), yang disebabkan adnya perbedaan
(42)
pendapat, mengakibatkan petentangan antara pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan PHK dan perselisihan antar serikat pekerja/buruh dalam satu perusahaan. Perselisihan yang pada akhirnya terfokus pada perselisihan PHK, perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai PHK yang dilakukan oleh satu pihak. Dari banyaknya kendala-kendala yang dihadapi SBSU, namun mereka meyakini bahwa apa yang mereka lakukan selama ini akan berhasil.
(43)
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Pelanggaran-pelanggaran ketentuan hak-hak normatif ketenagakerjaan sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang yang mengatur tentang Hukum Perburuhan, oleh pihak PT. Asia Karet Medan, yang dikelasifikasikan menjadi beberapa bagian yang bersifat politis (membentuk serikat buruh, menjadi atau tidak menjadi anggota serikat buruh, mogok kerja), yang bersifat ekonomis (seperti upah, THR), yang bersifat sosial (cuti kawin/nikah, libur resmi, dan lain-lain).
2. Pimpinan perusahaan membuat kebijakan yang sangat sewenang yaitu kebijakan mutasi beberapa buruh dari perusahaan PT.Asia Karet kantor pusat Medan Polonia Jl. Starban No. 62 Medan ke PT.Asia Karet cabang Klambir V kabupaten Deli Serdang terkait dengan dibentuknya SBSU di PT. Asia Karet Medan dan mogok kerja massal yang dilakukan kaum buruh dalam hal penuntutan hak normatif.
3. Perjuangan kaum buruh berorientasi pada pemenuhan hak-hak normatif buruh untuk kedaulatan dan kesejahteraan buruh, perjuangan yang dilakukan Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) berangkat dari situasi yang tidak berkeadilan terhadap kaum buruh dimana adanya bentuk-bentuk eksploitasi dan intimidasi dari perusahaan.
4. Peran Pemerintah yaitu Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Medan yang lemah dalam melakukan pengawasan, evaluasi dan penyelesaian terhadap Perselisihan Hubungan Industrial serta adanya keberpihakan pemerintah terhada perusahaan.Pembenaran terhadap putusan PHK dari perusahaan sangat bertolak belakang dari peran Disnaker yang seharusnya memperkecil angka pengangguran.Adanya konsistensi dari perjuangan Solidaritas Buruh
(44)
Sumatera Utara (SBSU) dengan strategi yang dilakukan dan dengan gerakan-gerakan sosial yang dilakakan SBSU selama beberapa tahun mendapat titik terang dengan pembayaran pesangon bagi buruh yang di PHK.Penuntutan yang pada awalnya pemenuhan hak-hak normatif kaum buruh selama bekerja berubah menjadi penuntutan hak normatif pasca Pemutusan Hubungan Kerja Sepihak (PHK).
6.2 Saran
Disnaker Kota Medan dalam hal ini selaku pemerintah harus memberikan sanksi tegas terhadap pengusaha PT. Asia Karet Medan, memberlakukan Undang–Undang Ketenagakerjaan secara tegas dan tidak ada unsur keberpihakan terhadap pengusaha. Melakukan pemerhatian ekstra terhadap persoalan buruh agar terciptanya kedaulatan dan kesejahteraan buruh serta efektivitas penyelesaian perselisihan hubungan industrial, yang mengacu pada penegakan aturan hukum yang berlaku di sektor perburuhan.
Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) terus melakukan regenerasi organisasi agar proses perjuangan berkelanjutan, karena tanpa adanya suatu proses kaderisasi dalam suatu organisasi maka akan lemah dan mengalami kehancuran organisasi. SBSU harus tetap memilki semangat dan militansi perjuangan sampai pada terciptanya sebuah situasi yang berkeadilan pada pemenuhan kehidupan buruh, dengan melakukan evaluasi terhadap perjuangan-perjuangan selama ini agar adanya peningkatan semangat juang dan terciptanya sebuah formulasi baru yang lebih efektif dan berpengaruh.
Bekerjasama dengan perguruan tinggi guna meningkatkan pemahaman secara teoritis keilmuan, yang nanti nya dapat dijadikan bekal dalam menghadapi tantangan kedepan.
(45)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian Buruh
Istilah buruh sudah sangat populer dalam dunia perburuhan/ketenagakerjaan, selain istilah ini sudah dipergunakan sejak lama bahkan mulai zaman penjajahan Belanda juga karena peraturan perundang-undangan yang lama (sebelum Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan) menggunakan istilah buruh. Pada zaman penjajahan Belanda yang dimaksud dengan buruh adalah pekerja kasar seperti kuli, tukang, mandor yang melakukan pekerjaan kasar, orang-orang ini disebut sebagai “Blue Collar”.Sedangkan yang melakukan pekerjaan dikantor pemerintah maupun swasta disebut sebagai “Karyawan/Pegawai” (White Collar).Pembedaan yang membawa konsekuensi pada perbedaan perlakuan dan hak-hak tersebut oleh pemerintah Belanda tidak terlepas dari upaya untuk memecah belah orang pribumi.
Setelah merdeka kita tidak lagi mengenal perbedaan antara buruh halus dan buruh kasar tersebut, semua orang yang bekerja di sektor swasta baik pada orang maupun badan hukum disebut buruh.Hal ini disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan yakni Buruh adalah “Barang siapa yang bekerja pada majikan dengan menerima upah” (Pasal 1 ayat 1 a). (Husni,2007: 33-34).Dalam RUU ketenagakerjaan ini sebelumnya hanya menggunakan istilah pekerja saja, namun agar
(46)
selaras dengan Undang-Undang yang lahir sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 21 tahun 2000 yang menggunakan istilah Serikat Pekerja/Buruh.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 3 memberikan pengertian Pekerja/Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun. Pengertian ini agak umum namun maknanya lebih luas karena dapat mencakup semua orang yang bekerja pada siapa saja baik perorangan, persekutuan, badan hukum atau badan lainnya dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun. Penegasan imbalan dalam bentuk apapun ini perlu karena upah selama ini diidentikkan dengan uang, padahal ada pula buruh/pekerja yang menerima imbalan dalam bentuk barang (Husni,2007: 35).
2.1.2 Pengertian Organisasi/Serikat Buruh
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menjelaskan serikat pekerja/buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik diperusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh dan keluarganya (UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 angka 17).Kehadiran organisasi pekerja dimaksudkan untuk memperjuangkan hak dan kepentingan pekerja, sehingga tidak diperlakukan sewenang-wenang oleh pihak pengusaha. Keberhasilan dimaksud sangat tergantungdari kesadaran para pekerja untuk mengorganisasikan dirinya, semakin baik organisasi itu, maka akan semakin kuat. Sebaliknya semakin lemah, maka semakin tidak berdaya dalam melakukan tugasnya. Karena itulah kaum pekerja/buruh di Indonesia harus menghimpun dirinya dalam suatu wadah atau organisasi (Husni, 2007: 37-38).Dengan demikian jelaslah bahwa keberadaan serikat pekerja/buruh sangat penting dalam rangka memperjuangkan, membela dan melindungi hak dan
(47)
kepentingan pekerja/buruh serta melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang serikat pekerja/buruh memuat beberapa prinsip dasar yaitu:
1. Serikat buruh, dibentuk atas kehendak bebas/pekerja tanpa tekanan atau campur tangan pengusaha, pemerintah dan pihak manapun.
2. Jaminan bahawa setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/buruh.
3. Basis utama serikat pekerja/buruh ada di tingkat perusahaan, serikat buruh yang ada dapat mengembangkan diri dalam Federasi Serikat Pekerja/Buruh. Demikian halnya dengan Federasi Serikat Pekerja/Buruh dapat menggabungkan diri dalam Konfederasi Serikat Pekerja/Buruh.
4. Serikat pekerja/buruh dapat dibentuk berdasarkan sektor usaha, jenis pekerjaan, atau bentuk lain sesuai dengan kehendak pekerja/buruh.
5. Serikat pekerja/buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/buruh yang telah terbentuk memberitahukan secara tertulis kepada kantor DEPNAKER setempat untuk dicatat.
6. Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk atau tidak membentuk, menjadi atau tidak menjadi anggota dan atau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerja/buruh.
Tugas yang diemban oleh serikat pekerja/buruh menjadi semakin berat seiring dengan kebebasan pekerja/buruh untuk mengorganisasikan dirinya, yakni tidak saja memperjuangkan hak-hak normatif pekerja/buruh tetapi juga memberikan perlindungan, pembelaan, dan mengupayakan peningkatan kesejahteraannya (Husni, 2007: 42-44).
(48)
2.1.3 Pengertian Pengusaha/Perusahaan
Istilah majikan juga sangat populer sebagaimana halnya dengan istilah buruh karena sebelum Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 menggunakan istilah majikan.Majikan adalah orang atau badan hukum yang mempekerjakan buruh. Istilah majikan juga kurang sesuai dengan konsep Hubungan Industrial Pancasila karena istilah majikan selalu berkonotasi sebagai pihak yang selalu berada diatas sebagai lawan dari pekerja/buruh, padahal antara buruh dan majikan secara yuridis merupakan mitra kerja yang mempunyai kedudukan yang sama. Karena itu lebih tepat dan sesuai bila disebut dengan istilah Pengusaha.
Perundang-undangan yang lahir kemudian seperti UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS Ketenagakerjaan, UU Nomor 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan menggunakan istilah Pengusaha. Dalam pasal 1 angka 5 UU no. 13 Tahun 2003 menjelaskan pengertian Pengusaha yakni:
1. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri.
2. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.
3. Orang pereorangan, perskutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1, 2 yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
(49)
1. Segala bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak yang mempekerjakan pekerja dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak, milik orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk apapun.
2. Usaha-usaha sosial atau usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain (pasal 1 angka 6). (Husni,2007: 35-37).
2.1.4 Pengertian Peranan
Menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono Soekamto, Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang apat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peran meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan sosial.
2.2 Teori Perubahan Sosial
Aguste Comte (1798-1857) dalam membahas teori perubahan sosial (social change theory) membagi dalam dua konsep penting, yaitu Social Statics (bangunan struktural) dan
Social Dynamics (dinamika struktural).Bangunan struktural merupakan hal-hal yang mapan,
berupa struktur yang berlaku pada suatu masa tertentu.Bahasan utamanya mengenai struktur sosial yang ada di masyarakatyang melandasi dan menunjang orde, tertib dan kestabilan masyarakat.Hasrat dan kodrat manusia adalah persatuan, perdamaian, kestabilan, dan keseimbangan.Tanpa unsur-unsur struktur ini kehidupan manusia tidak dapat berjalan.Akan selalu terjadi pertengkaran dan perpecahan mengenai hal-hal yang sangat mendasar, sehingga kesesuaian paham sukar terbentuk.Pembedaan antara statistika sosial dan dinamika sosial
(50)
dengan demikian bukanlah pembedaan yang menyangkut masalah faktual, melainkan lebih tepat dikatakan sebagai masalah pembedaan teoritik.
Dinamika sosial merupakan hal-hal yang berubah dari suatu waktu ke waktu lain, yang dibahas adalah dinamika sosial dari struktur yang berubah dari waktu ke waktu. Dinamika sosial adalah daya gerak dari sejarah tersebut, yang setiap tahapan evolusi manusia mendorong kearah tercapainya keseimbangan baru yang tinggi dari suatu masa (generasi) kemasa berikutnya. Struktur dapat digambarkan sebagai Hierarchy masyarakat yang memuat pengelompokan masyarakat kedalam kelas-kelas tertentu (elite, middle, dan lower class).Sedangkan dinamika sosial adalah proses perubahan kelas-kelas masyarakat itu dari suatu masa ke masa lain (Salim, 2002: 10).
Dinamika sosial yang paling menonjol pada masa August Comte adalah upaya mengganti gagasan-gagasan lama dengan konsep-konsep positif dan ilmiah yang merupakan bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan.Perubahan sosial ada pada dinamika struktural (social dynamic), yaitu perubahan pada dinamika atau isu perubahan sosial yang meliputi bagaimana kecepatannya, arahnya, bentuk, agennya, serta hambatan-hambatannya.
Perubahan bangunan struktural dan dinamika struktural merupakan bagian yang saling terkait, tidak dapat dipisahkan.Yang berbeda hanya pada kajian atau analisisnya.Perubahan sosial (social change) memiliki ciri yaitu berlangsung terus menerus dari waktu ke waktu, apakah direncanakan atau tidak yang terus terjadi tak tertahankan. Perubahan adalah proses yang wajar, alamiah sehingga segala sesuatu yang ada di dunia ini akan selalu berubah. Perubahan akan mencakup suatu sistem sosial, dalam bentuk organisasi sosial yang ada di masyarakat, perubahan dapat terjadi dengan lambat, sedang atau keras tergantung situasi(fisik, buatan atau sosial) yang mempengaruhinya (Salim, 2002:10).
(51)
2.3.1 Teori Gerakan Sosial
Gerakan sosial (social movement) adalah aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan kelompok informal yang berbentuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial
Teori pergerakan sosial dalam buku Robert Mirsel mendefenisikan Gerakan sosial sebagai seperangkat keyakinan dan tindakan yang tidak terlembaga (non institutionalised) yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memajukan atau menghalangi sebuah perubahan didalam sebuah masyarakat (Mirsel, 2006:6). Namun defenisi ini sendiri tidak luput dari kontroversi, tetapi tampaknya ada sebuah kesepakatan diantara para pakar sosiologi gerakan kemasyarakatan tentang hal tersebut.Sehingga dapat dipandang sebagai titik pangkal yang berguna bagi analisa selanjutnya.Keyakinan dan tindakan-tindakan yang tidak terlembaga mengandung arti bahwa mereka tidak diakui sebagai sesuatu yang berlaku dan diterima umum secara luas dan sah dalam sebuah msyarakat. Akan tetapi, diantara pengikut dan pendukung sebuah gerakan sosial, keyakinan ini didefenisikan secara positif, konsensus ini merupakan salah satu dari sejumlah karakteristik yang membuat sebuah gerakan sosial berbeda dari perilaku kriminal dan bentuk-bentuk kriminal lainnya.Gerakan Sosial ditandai dengan kondisi yang penuh kegelisahan karena perasaan ketidakpuasan terhadap kehidupan sehari-hari dan adanya keinginan serta harapan untuk dapat meraih tatanan kehidupan yang lebih baru dilakukan secara bersama-sama. Merupakan pernyataan dari Herbert George Blumer seorang sosiolog Amerika.
Karakteristik gerakan sosial menurut Thomas Woodrow Wilson ditandai dengan 5 bagian yaitu sebagai berikut:
(52)
1 Kelompok yang teratur, terdapat pembagian kerja dan pembedaan hirarki hak serta tanggung jawab diantara para partisipan.
2 Banyak gerakan sosial yang keanggotaannya bersifat kecil, tetapi kemudian berkembang (memiliki potensi) menjadi besar untuk menambah jumlah keanggotaannya menjadi lebih besar.
3 Merupakan sarana yang tidak terlembaga untuk mencapai suatu tujuan. Dan dalam hal ini upaya pergerakan sosial cenderung menggunakan cara nonkonvensional agar suara mereka didengarkan dan menekan pihak yang berwenang untukmelakukan tujuan (perubahan).
4 Gerakan sosial tidak memiliki tujuan yang terbatas, dan bukan untuk kepentingan sekelompok orang tertentu dengan tujuan perbaikan pokok dalam masyarakat.
5 Bisa saja gerakan sosial timbul dari aksi kolektif yang tanpa perencanaan, tetapi bisa dari kebetulan semata-mata
2.3.1 Pendekatan melalui Teori Marxist dan Neo-Marxisme
.
Pada masyarakat ekonomi/industri gerakan sosial dan revolusi berasal dari kontradiksi struktural utama antara kapital dan buruh.Aktor-aktor utama dalam gerakan sosial kelas sosial yang saling bersiteru didefenisikan berdasarkan kontradiksi sistematik fundamental ini. Akan tetapi mereka juga dianggap sebagai aktor historis dan mereka pasti akan menyadari peran dan takdir sejarah mereka.
Melihat dari perspektif Marxist, gerakan sosial dianggap sebagai gejala yang positif yang kemunculannya disebabkan oleh karena terjadinya proses eksploitasi dan dominasi satu kelas terhadap kelas yang lain. Gerakan sosial, dengan demikian dipahami sebagai reaksi (perlawanan) kaum proletar terhadap kaum borjuis, merupakan ekspresi dari struktur kelas
(53)
yang kontradiktif.Singkatnya, gerakan sosial adalah perjuangan kelas yang lahir karena
adanya kesadaran kelas
Marx akhirnya melahirkan suatu tanggapan bahwa faktor buruh merupakan penentu exchange value.Itulah yang merupakan dasar dari The Labour theory of Value.Penemuan Marx tentang nilai adalah bagaimana menggunakan buruh sebagai alat untuk menetapkan ratio exchange, yaitu buruh menjadi alat untuk mengukur nilai suatu komoditi (Fakih, 2002: 10). Selanjutnya marx menganalisis ‘commodity labour power’-nya sendiri, baginya komoditi mempunyai dua aspek, yakni aspek kegunaannya dan bisa diperdagangkan (exchangeability). Tapi Marx menemukan kandungan Labour Power didalamnya yang membuat komoditi mengandung use value yang menghasilkan surplus. Use value terdapat dalam produk kapitalis yang diproduksi oleh buruh. Salaah satu syarat menjual ‘tenaga kerja’ sebagai komoditi adalah, buruh tak ada hak untuk mengklaim produk yang diciptakannya.Maka mobil yang dihasilkan pabrik menjadi milik pabrik yang memiliki ‘budak’ yakni buruh dan manajemen.Marx menemukan rahasia utama kapitalisme bahwa profit sudah diperoleh sebelum produk dilempar ke pasar, yakni profit bukan diperoleh dari perdagangan, tetapi sebelum komoditi dijual, yakni ketika produksi. Sumber profit itu dicuri dari surplus value yakni perbedaan nilai anatara tenaga kerja yang dijual buruh, dan nilai produk pada waktu akhir produksi. ‘Appropriation of Surplus Value’ atau penghisapan surplus value dari buruh oleh struktur kapitalisme melalui pemilik modal itulah yang disebut sebagai eksploitasi (Fakih, 2002: 10).
Kapitalisme (pasar) juga telah mengakibatkan terjadinya ketimpangan dan ketidakbebasan banyak manusia terhadap beberapa orang yang “bebas”. Di satu sisi terdapat pemilik modal dan disisi lain mereka yang tidak memiliki modal dan oleh karenanya harus menjual tenaganya dalam kerja upahan. Kapitalisme dibangun berdasarkan kondisi bahwa
(54)
buruh tidak memperoleh upah yang sama dengan nilai barang/jasa yang diproduksi. Dengan demikian, pemilik modal selalu dapat mengakumulasi lebih banyak modal (Gombert: 23).
2.3.2 Teori Fungsionalisme Struktural
Fungsionalisme struktural adalah salah satu paham atau perspektif didalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tidak dapat berfungsi tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain. Perubahan yang terjadi pada salah satu bagian akan menyebabkan ketidakseimbangan dan pada gilirannya akan menciptakan perubahan pada bagian lain. Perkembangan fungsionalisme didasarkan atas model perkembangan sistem organisme yang didapat dalam biologi (Theodorson dalam Raho, 2007: 48). Asumsi dasar teori ini adalah bahwa semua elemenatau unsur kehidupan masyarakat harus berfungsi atau fungsional sehingga masyarakat secara keseluruhan bisa menjalankan fungsinya dengan baik.
Elemen-elemen masyarakat antara lain adalah ekonomi, politik, hukum, agama, pendidikan, keluarga, kebudayaan, adat-istiadat, dan lain-lain. Masyarakat normal akan berjalan normal kalau masing-masing elemen atau institusi menjalankan fungsinya dengan baik. Kemacetan salah satu institusi akan menyebabkan kemacetan pada institusi lain dan pada gilirannya akan menciptakan kemacetan pada masyarakat secara keseluruhan (Raho, 2007: 49).
Pokok persoalan untuk para pendukung teori ini adalah bagaimana masyarakat memotivasi dan menempatkan orang-orang kedalam posisi-posisi yang tepat didalam sistem stratifikasi. Disini ada dua hal yang harus diperhatikan, yakni:
1. Bagaimana masyarakat membangkitkan didalam individu-individu yang tertentu keinginannya untuk menduduki posisi tertentu.
2. Setelah orang itu menerima untuk menduduki posisi yang dirasa cocok, bagaimana masyarakat membangkitkan didalam diri orang itu keinginan untuk memenuhi
(1)
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah, Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan semua berkah dan karuniaNya, penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat beriring salam juga tak lupa penulis ucapkan kepada junjungan Baginda Rasullulah SAW yang juga menjadi inspirasi penulis dalam menjalankan dan mengarungi kehidupan ini. Dengan belajar dari kesabaran, ketabahan dan mengerti arti hidup sebagai manusia.
Penulis menyadari dan memahami betul bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini terdapat kendala dan keterbatasan baik keterbatasan materi maupun keterbatasan waktu yang dialami penulis. Syukur yang tak terhingga banyaknya penulis haturkan atas semangat, dukungan, doa dan bantuan dari “orang-orang terbaik dan terhebat” diantara penulis.
Terimakasih penulis ucapkan kepada:
1. Keluarga tercinta, ibunda dan ayahanda yang menjadi inspirasi dan orang terhebat dalam hidupku yang telah mengajari arti sebuah kehidupan, memberikan kasih sayang tiada terhingga selama ini yang tidak dapat tergantikan oleh apapun. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada kakak tercinta Yunizar Padang dan Ryan Padang yang senantiasa memberikan semangat serta menjadi motivator terbaik hingga saat ini dan buat adik-adikku Hamzah Padang dan Ismaul Padang, tetaplah berjuang agar sukses dikehidupan kelak.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP USU yang telah banyak memberikan arahan dan banyak bertukar pikiran dengan penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Drs. Zakaria Taher, M.S.P Pembantu Dekan I FISIP USU, Bapak Drs. Edward, M.S.P Pembantu Dekan III FISIP USU dan Ibu Dra. Rosmiani, M.A
(2)
penulis.
4. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P. Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU yang juga banyak memotivasi penulis dalam aktivitas perkuliahan. 5. Ibu Mastauli Siregar, S.Sos, M.Si Sekertaris Departemen Ilmu Kesejahteraan
Sosial FISIP USU dan juga Dosen pembimbing penulis Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si yang telah meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan sumbangsih ide-ide kreatif dengan penuh kesabaran sampai selesainya skripsi ini. 6. Seluruh Dosen/Pegawai di FISIP USU yang telah mendidik dan membimbing
penulis sampai selesai.
7. Rekan-rekan seperjuangan di Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU 2010, Irfantri Alga, Fahmi Natigor, Jonathan, Yudi Pramudiharja, Anton Clinton, Helen, Intan Rahmadani, Nanda Nugraha, Erwin Berutu, David, Puri Maulidin, Dede Nurcholis, Foniah Saragih, Erlince Situmorang, Sintong Ferdinan, Edward, Angga Evra, Rizki Trinanda, Muchlis Ariady, Paman Sam, Ferdian Erman, Fauziah, Icha Nasution, Nanda Berutu, beserta seluruh sahabat yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terimakasih untuk persahabatan selama perkuliahan ini dan semoga menjadi sahabat terbaik selamanya.
8. Segenap kepengurusan Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan atas informasi dan pengalamannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. HIDUP BURUH…
9. Marisa Nurul Azmi Banurea yang setia mendampingi penulis sejak awal memasuki perkuliahan hingga saat ini, maaf apabila sejauh ini penulis tidak terlalu bisa menuangkan perhatian dan meluangkan waktu, There is a Rainbow after The Rain…
(3)
10.Ayu Anggraeni (Almh), Seltica Assakina, Natasya Adham, terimakasih penulis ucapkan karena telah menjadi rekan imajinasi dalam dunia fiksi, sahabat-sahabat sejati dialam fantasi. Terimakasih sudah mewarnai hari sejauh ini dengan cinta penuh kasih.
11.Sahabat-sahabat selama di perantauan eLL_sindicate, Black ngeri kali (Fajar), Julius (Juju Bandal), Panji Villyberto, Dany Ogy, Rosa Uliasa, Rosalina, Mesyah Hura (Pakcik), Dedek Kurniawan, Bembeng, rekan-rekan di Nalan DoorSmer. Semoga persahabatan yang kita perjuangakan selama ini tetap abadi.
12.Seluruh jajaran kepengurusan Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) semoga tetap setia dan militan dalam memperjuangkan hak-hak normatif buruh.
Ucapan terimakasih sebesar-besarnya yang penulis haturkan tidak sebanding dengan segala daya upaya berharga yang telah kalian berikan pada penulis.Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, keterbatasan baik dalam isi maupun teknik penulisan.Untuk itu, penulis sangat menghargai segala masukan, kritik yang membangun.Harapan sebesar-besarnya agar skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pembaca.Wassalam.
Medan, Januari 2015
(4)
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 15
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 16
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 16
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 16
1.4 Sistematika Penulisan ... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 19
2.1 Pegertian ... 19
2.1.1 Pengertian Buruh ... 19
2.1.2 Pengertian Organisasi/Serikat Buruh ... 20
2.1.3 Pengertian Pengusaha/Perusahaan ... 22
2.1.4 Pengertian Peranan ... 23
2.2 Teori Perubahan Sosial ... 24
2.3 Teori Gerakan Sosial ... 25
2.3.1 Pendekatan Melalui Teori Marxist dan Neo-Marxisme... 27
2.3.2 Teori Struktural Fungsional ... 29
2.3.3 Teori Konflik ... 30
2.4 Kesejahteraan Sosial ... 33
2.4.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial ... 33
(5)
2.5 Kerangka Pemikiran ... 36
2.6 Defenisi Konsep ... 38
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
3.1 Jenis Penelitian ... 40
3.2 Lokasi Penelitian ... 40
3.3 Unit Analisis dan Informan ... 40
3.3.1 Unit Analisis ... 40
3.3.2 Informan ... 41
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 42
3.5 Teknik Analisis Data ... 43
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 44
4.1 Sejarah Berdirinya Organisasi ... 44
4.2 Tujuan dan Fungsi Organisasi ... 47
4.2.1 Tujuan Organisasi ... 47
4.2.2 Fungsi Organisasi... 48
4.3 Regenerasi Organisasi ... 49
4.4 Struktur Organisasi ... 51
4.4.1 Struktur Kepengurusan SBSU PT. Asia Karet Medan ... 52
4.5 Tata Laksana Keuangan Organisasi ... 54
4.6 Profil Singkat PT. Asian Karet Medan ... 55
BAB V ANALISIS DATA ... 57
5.1 Latar Belakang Perjuangan Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU) PT. Asia Karet Medan ... 57
5.1.1 Lemahnya Peranan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (DISNAKER) Kota Medan Terhadap Persoalan Buruh………...65
(6)
dalam Memperjuangkan Hak-hak Normatif Buruh ... 67
5.2.1 Diskusi, Konsolidasi dan Afiliasi ... 69
5.2.2 Gerakan Sosial Kaum Buruh ... 74
5.3 Konsistensi Perjuangan SBSU PT. Asia Karet Medan ... 79
BAB VI PENUTUP ... 83
6.1 Kesimpulan ... 83
6.2 Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN