UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Organoleptik Ekstrak
Organoleptik ekstrak di identifikasi menggunakan pancaindera untuk mengetahui bentuk, warna, bau, dan rasa Depkes RI, 2000.
c. Residu Pelarut Etanol
Sebanyak 800 mg ekstrak etanol 70 dilarutkan dalam aquades hingga 10 mL dan di destilasi pada suhu 78,5°C hingga diperoleh destilat sebanyak 2
mL. Destilat ditambahkan aquades hingga 10 mL. Selanjutnya bobot jenis cairan ditetapkan menggunakan piknometer. Persentase residu pelarut
etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III Depkes RI, 2000.
d. Kadar Air
Ekstrak ditimbang sebanyak 1 gram, dimasukan ke dalam cawan penguap yang sebelumnya telah dipanaskan dan ditara sampai bobot tetap.
Dipanaskan dalam oven pada suhu 105
o
C selama 5 jam dan ditimbang. Sebelum dan setiap pemanasan dibiarkan dalam deksikator hingga suhu
kamar. Lanjutkan pemanasan dan timbangan hingga bobot tetap selama 2 hari Depkes RI, 2000.
e. Kadar Abu Total
Penetapan kadar abu total dilakukan dengan cara sebanyak 2 gram ekstrak etanol 96 ditimbang ke dalam krus yang telah ditara dan dipijarkan
perlahan. Suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600±25°C. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang berat abu. Kadar abu dihitung dalam persen
terhadap berat sampel awal Depkes RI, 2000.
3.3.4 Pemeriksaan Kandungan Kimia kulit batang kayu jawa
Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang terkandung di dalam ekstrak etanol 96 kulit batang kayu jawa Lannea
coromandelica . Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara lain
alkaloid, flavonoid, saponin, glikosida, triterpenoid dan steroid, fenol, dan tanin. 1.
Uji alkaloid Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian
disaring. Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia, kemudian ditambahkan kloroform 5 ml dan dikocok perlahan-lahan untuk
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mengekstraksi basa alkaloid. Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi dengan 10 ml asam asetat, kemudian dibagi menjadi 2 bagian. Pada bagian
pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen Dragendorff. Terbentuk warna putih dengan reagen Mayer dan endapan
coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid Ayoola, G.A. 2008
2. Uji Flavonoid
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan ditambahkan 3 tetes larutan NaOH. Terjadinya perubahan intensitas warna
kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat mengindikasikan adanya senyawa flavonoid Tiwari. et al., 2011.
3. Uji Saponin
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam 20mL aquades, kemudian larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit. Terbentuknya busa
setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin Farnsworth, 1969.
4. Uji Glikosida
Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan ditambahkan larutan NaOH. Terbentuknya warna kuning mengindikasikan adanya
senyawa glikosida Tiwari. et al., 2011. 5.
Uji Triterpenoid dan steroid Dilakukan dengan reaksi Lieberman-Burchard. Larutan uji sebanyak 2 mL
diuapkan dalam cawan porselen dilarutkan dalam 0,5 mL kloroform kemudian ditambahkan 0,5 mL asam asetat anhidrat, selanjutnya melalui
dinding tabung ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat. Terbentuk cicin kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan menandakan positif
triterpenoid, jika cincin biru kehijauan menandakan positif steroid. Ayoola, G.A. 2008
6. Uji Fenol
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70 dan ditambahkan 3 tetes larutan FeCl
3
. Terbentuknya warna hitam kebiruan mengindikasikan adanya senyawa fenol Tiwari. et al., 2011.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7. Uji Tanin
Sebanyak 0,5 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung reaksi, lalu disaring. Kemudian kedalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan
FeCl
3
. Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan adanya tannin Ayoola, G.A. 2008.
3.3.5 Pengujian Aktivitas Antibakteri 3.3.5.1 Sterilisasi Alat dan Bahan