Ekstraksi Parameter Ekstrak HASIL DAN PEMBAHASAN

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3 Ekstraksi

Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan metode maserasi langsung dengan cara mengekstraksi langsung simplisia kulit batang dengan etanol 96. Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah dan peralatan yang cukup sederhana. Pada maserasi ini, digunakan simplisia sebanyak 600 gram. Proses maserasi dilakukan selama 3 hari. Prosedur diulangi hingga 6 kali proses maserasi. Total pelarut etanol 96 yang digunakan sebanyak 12 L dan sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu. Menurut Tiwari, et al. 2011, etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan tersari lebih banyak. Selain itu, flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan etanol pada proses ekstraksi. Pada penelitian ini menggunakan etanol 96 karena pada uji antibakteri, air sangat berpengaruh pada sensitifitas uji aktivitas antibakteri dimana air merupakan media pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme yaitu untuk membantu nutrisi masuk kedalam mikroorganisme, dengan menggunakan etanol 96 yang hanya mengandung 4 air maka dapat mengurangi kontaminasi pada ekstrak. Filtrat hasil maserasi disaring dengan kapas dan kertas saring yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotary evaporator pada suhu 45-50°C hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 42,111 gram. Rendeman ekstrak etanol 96 adalah 7,01 . lampiran 4

4.4 Parameter Ekstrak

Parameter ekstrak dapat dibagi dua yaitu parameter spesifik dan parameter non spesifik. Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Hasil penetapan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol 96 Kulit batang Kayu Jawa lannea coromandelica. Karakteristik Hasil Parameter spesifik 1. Identitas - Nama Latin - Bagian Tumbuhan - Nama Indonesia - Lannea coromandelica - Kulit batang - Kayu jawa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Organoleptik - Bentuk - Warna - Bau - Rasa - Kental - Coklat kehitaman - Khas - Agak sepat Parameter non spesifik 1. Residu pelarut etanol 2. Kadar air 5,8 3. Kadar abu 14 Parameter spesifik yang dilakukan yaitu untuk mengidentifikasi identitas dan organoleptik ekstrak yang digunakan. Tanaman yang digunakan merupakan kayu jawa dengan nama latin Lannea coromandelica. Ekstrak dibuat dari bagian kulit batang tanaman tersebut. Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan pancaindera. Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan dan stabilitas ekstrak Saifudin, Rahayu, Teruna, 2011. Parameter residu pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak. Bila sisa pelarut berupa etanol masih tinggi dalam ekstrak, maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat memberikan reaksi efek samping Saifudin, Rahayu, Teruna, 2011. Selain itu, pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji aktivitas antibakteri yang dilakukan karena memberikan intervensi atas hasil zona hambat dan konsentrasi hambat minimum. Pada hasil penelitian ini,bobot jenis rata-rata yang diperoleh adalah 1,026. Nilai bobot jenis tersebut dalam tabel bobot jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III menunjukkan bahwa kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol lampiran 5. Pada penentuan parameter non spesifik juga dilakukan penentuan kadar air, hasil penentuan kadar air adalah 5,8 lampiran 7. Kadar air dikatakan cukup beresiko jika lebih dari 10. Hal ini menunjukan bahwa kadar air ekstrak etanol 96 kulit batang Lannea coromandelica tidak beresiko karena belum melampaui UIN Syarif Hidayatullah Jakarta batas 10, dikatakan beresiko karena dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak dan bentuk sediaan selanjutnya saifudin Rahayu, Teruna, 2011. Selain itu kadar air yang tinggi pada ekstrak juga dapat menyebabkan hasil yang tidak efektif pada pengujian aktivitas antibakteri. Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan anorganik saja Depkes RI, 2000. Kadar abu ekstrak etanol 96 kulit batang Lannea coromandelica sebesar 14,517 lampiran 6. Hal ini menunjukkan bahwa kadar abu ekstrak tersebut cukup tinggi. Tingginya kadar abu ini dapat dikarenakan tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar mineral eksternal.

4.5 Penapisan Fitokimia

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Dan Ekstrak Etanol Dari Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus Dan Pseudomonas aeruginosa

13 106 76

Uji Aktivitas Antibakteriekstrak Etanol Daun Kembang Bulan(Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Propionibacterium acnes dan Pseudomonas aeruginosa

10 75 66

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Manggis terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa secara In vitro

0 53 68

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binara Dan Ekstrak Etanol Daun Ulam-Ulam Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli

8 82 96

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak N-Heksana, Etil Asetat Dan Etanol Teripang(Holothuria Scabra Jaeger) Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Pseudomonas Aeruginosa

1 25 94

Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) dengan Metode Stabilisasi Sel Darah Merah secara In vitro.

3 36 80

Uji Aktivitas Antioksidan dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol 70% dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

4 50 86

Uji Aktivitas Antifungi Ekstrak etanol 96% Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap Aspergillus niger, Candida albicans, dan Trichophyton rubrum

2 38 78

AKTIVITAS ANTIBAKTERI GLUKOSA TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Aktivitas Antibakteri Glukosa Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Dan Escherichia coli.

0 1 12

AKTIVITAS ANTIBAKTERI GLUKOSA TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Aktivitas Antibakteri Glukosa Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Dan Escherichia coli.

0 0 15