UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
setara  dengan  10
9
sel  bakterimL.  Kemudian  diencerkan  dengan  NaCl  fisiologis 0,9    steril  sampai  diperoleh  konsentrasi  10
6
sel  bakterimL  Kuete,  2011. Penggunaan  konsentrasi  10
6
sel  bakterimL  pada  suspensi  bakteri  berdasarkan kerentanan anaerobik yaitu 10
6
- 10
4
pokyni,2010.
3.3.5.7 Pembuatan larutan uji
Larutan  uji  dibuat  dengan  melarutkan  ekstrak  menggunakan  DMSO  5 dimetil  sulfoxide.  Larutan  uji  dibuat  dengan  membuat  larutan  induk  5000  ppm
yaitu  sebanyak  0,25  gram  ekstrak  etanol  96  kulit  batang  kayu  jawa  Lannea coromandelica
dilarutkan  dalam  50  ml  DMSO  5,  kemudian  larutan  induk tersebut  diencerkan  menjadi  konsentrasi  500  ppm,  250  ppm,  125  ppm  dan  62,5
ppm untuk melakukan uji aktivitas antibakteri.
3.3.5.7  Penentuan Diameter Zona Hambat
Media  agar  NA  yang  telah  disterilkan  dimasukan  kedalam  cawan  petri steril masing-masing sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat  pada suhu kamar.
Media tersebut ditetesi dengan 100 μL suspensi bakteri uji dan diratakan dengan
menggunakan  batang  L  sampai  rata  dan  kering.  Kertas  cakram  steril  dengan diameter  6  mm  diteteskan  ekstrak  etanol  96  kulit  batang  kayu  jawa  Lannea
coromandelica sebanyak  10
μl  masing-masing  konsentrasi  yaitu  500  ppm,  250 ppm,  125  ppm,  dan  65,2  ppm,  kemudian  diletakan  pada  media  agar  padat  yang
telah ditetesi suspensi bakteri uji, DMSO 5 sebagai kontrol negatif, dan cakram 30
μg  kloramfenikol  sebagai  kontrol  positif.  Kemudian  di  inkubasi  pada  suhu 37
C  selama  24  jam  dan  setelah  di  inkubasi  diukur  zona  hambat  yang  terbentuk yang  ditandai  dengan  adanya  zona  bening  menggunakan  jangka  sorong  Atikah,
2013
3.3.5.8  Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum KHM
Penentuan KHM dilakukan dengan cara membuat konsentrasi ekstrak kulit batang Kayu Jawa sesuai dengan konsentrasi pada diameter zona hambat. Masing-
masing  konsentrasi  tersebut  diambil  sebanyak  0,4  mL,  dimasukkan  ke  dalam tabung  reaksi  yang  telah  berisi  NB  Nutrient  Broth  sebanyak  0,5  mL  dan
ditambahkan  0,1  mL  suspensi  bakteri  uji.  Kemudian  untuk  kontrol  media  KM dimasukan 1 mL NB Nutrient Broth ke dalam tabung dan kontrol kuman KK
0,9 mL NB Nutrient Broth dan 0,1 mL suspensi bakteri uji  dimasukan ke dalam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tabung kontrol kuman. Selanjutnya tabung tersebut divortex hingga homogen dan diinkubasi  pada  suhu  37
C  selama  24  jam  pada  inkubator  kemudian  diamati kekeruhan  yang  terjadi  dengan  membandingkan  tabung-tabung  tersebut  dengan
kontrol.  Konsentrasi  terendah  dari  larutan  sampel  yang  dapat  menghambat pertumbuhan  bakteri  ditandai  dengan  mulai  adanya  kejernihan  secara  visual.
Konsentrasi inilah  yang  ditentukan sebagai Konsentrasi Hambat Minimum. Nilai konsentrasi  Hambat  Minimum  juga  dapat  diketahui  dengan  mengukur  nilai
absorbansi kekeruhan menggunakan spektrofotometri uv-vis KHM Atikah, 2013
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas tanaman yang digunakan. Determinasi tanaman ini dilakukan di Pusat Konservasi
Tumbuhan  LIPI  Lembaga  Ilmu  Pengetahuan  Indonesia    Kebun  Raya  Bogor. Hasil  determinasi  menunjukkan  bahwa  sampel  yang  digunakan  merupakan
Lannea coromandelica Houtt. Merr. dari famili Anacardiacea.
4.2 Penyiapan Sampel
Bagian  tanaman  yang  digunakan  pada  penelitian  ini  adalah  kulit  batang dari  tanaman  kayu  jawa  Lannea  coromandelica.  Kayu  jawa  yang  menjadi
sampel  adalah  kayu  jawa  yang  tumbuh  di  daerah  Watampone,  kabupaten  Bone, Sulawesi  Selatan.  Tanaman  ini  banyak  tumbuh  liar  ataupun  sengaja  ditanam
sebagai tanaman pagar. Sebanyak  1  kg  kulit  batang  segar  disortasi  basah  untuk  memisahkan
dengan  pengotor  seperti  tanah  ataupun  bagian  tanaman  yang  tidak  digunakan dalam  penelitian  dan  terbawa  pada  saat  proses  pengumpulan  kulit  batang.  Kulit
batang  selanjutnya  dicuci  dengan  air  mengalir.  Kulit  batang  yang  telah  dicuci dirajang  untuk  memperbesar  luas  permukaan  sampel  sehingga  pelarut  lebih
mudah  berpenetrasi  ke  dalam  sel  sehingga  penarikan  senyawa  kimia  yang terkandung dalam sampel lebih maksimal. Setelah proses perajangan, dilanjutkan
proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan. Pengeringan dilakukan untuk menghentikan  reaksi  enzimatik  yang  dapat  menyebabkan  penguraian  atau
perubahan  kandungan  kimia  yang  terdapat  pada  kulit  batang.  Selain  itu, pengeringan dilakukan di tempat  yang terlindung dari cahaya matahari langsung.
Hal  ini  dilakukan  untuk  menghindari  kemungkinan  terjadinya  kerusakan  pada kandungan  kimia  kulit  batang  akibat  pemanasan.  Kulit  batang  yang  telah  kering
disortasi  kering  untuk  memisahkan  dari  pengotor-pengotor  yang  masih  terbawa pada saat proses pengeringan. Kulit batang yang telah disortasi kering dihaluskan
menggunakan blender dan diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 600 gram.