Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Tingkat Keuntungan Saham Perbankan Pada Bursa Efek Indonesia

(1)

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP

TINGKAT KEUNTUNGAN SAHAM PERBANKAN

PADA BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh

GUSWIRA PENDRI

087017014/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K

O L A H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP

TINGKAT KEUNTUNGAN SAHAM PERBANKAN

PADA BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

GUSWIRA PENDRI

087017014/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP TINGKAT KEUNTUNGAN SAHAM PERBANKAN PADA BURSA EFEK INDONESIA Nama Mahasiswa : Guswira Pendri

Nomor Pokok : 087017014 Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Drs. Syahyunan, M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 25 Februari 2010

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. Syahyunan, M.Si

2. Drs. Firman Syarif, MSi, Ak 3. Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak 4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul: “Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Tingkat Keuntungan Saham Perbankan pada Bursa Efek Indonesia”.

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Februari 2010 Yang membuat pernyataan:


(6)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor fundamental yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan,

Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin, BOPO (biaya operasional

dibandingkan dengan pendapatan operasional) dan Loan to Deposit Ratio terhadap tingkat keuntungan saham baik secara simultan maupun secara parsial pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah, variabel Capital Adequacy Ratio, Non

Performing Loan, Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin, BOPO

(biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional) dan Loan to

Deposit Ratio secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap tingkat keuntungan

saham. Penelitian dilakukan terhadap 20 bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2003 hingga 2007. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda dengan alat SPSS. Hasil pengujian ini membuktikan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio,

Non Performing Loan, Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin,

BOPO (biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional) dan Loan to

Deposit Ratio secara simultan dan parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat

keuntungan saham.


(7)

ABSTRACT

The purpose of this study is to identify and analyze influence of fundamental factors consisting of Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin, BOPO (Operational Expenses compared to Operational Incomes and Loan to Deposit Ratio towards Stock Return in Banking Industries in Indonesian Stock Exchange either simultaneously or partially.

The hypothesis is that Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin, BOPO (Operational Expenses comparet to Operational Incomes) and Loan to Deposit Ratio variables simultaneously or partially affect towards the Stock Return in Banking Industries in Indonesian Stock Exchange. This Study is conducted on 20 banks were listed in Indonesian Stock Exchange since the year 2003 until 2007. Data were collected by downloading the Indonesian Stock Exchange web site in www.idx.co.id. Then they were processed by using statistical equipment multiple linear regression called SPSS.

This study proved that Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin, BOPO (Operational Expenses compared to Operational Incomes) and Loan to Deposit Ratio variables simultaneously and partially had not significantly influenced the Stock Return in Banking Industries, in Indonesian Stock Exchange.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia yang diberikannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul, “Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Tingkat Keuntungan Saham Perbankan pada Bursa Efek Indonesia”, untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan

gelar Magister Sains pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis.

3. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah begitu banyak mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini. 4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, Bapak Drs. Syamsul Bahri TRb, MM,


(9)

yang telah memberikan saran dan masukan-masukan kepada penulis demi kesempurnaan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen, serta pegawai di Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

6. Kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda Drs. H. Wirman, MA dan Ibunda Hj. Mismar serta Mertua penulis, yaitu Ayahanda Drs. H. Djohar Rivai dan Ibunda Hj. Aizar tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan doa. 7. Yang tercinta, istriku Dessi Ummurahni dan kedua putri buah hatiku, Fatimah

Khairunnisa dan Amirah Diyanah Marsya yang selalu dan tiada henti-hentinya memberikan doa, dorongan dan motivasi bagi penulis di dalam menyelesaikan studi.

8. Kakak-kakakku tersayang atas semangat yang mereka berikan.

9. Rekan-rekan penulis di Bank BNI Syariah Medan, yang selalu memberikan dukungan bagi penulis.

10.Seluruh rekan-rekan mahasiswa, khususnya yang seangkatan di Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis menempuh studi dan penulisan tesis ini.

Semoga Allah SWT memberikan karuniaNya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis, baik pada saat kuliah maupun pada saat penyusunan tesis ini. Penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki, menjadikan tesis ini masih kurang sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik


(10)

yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

Medan, Februari 2010 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Guswira Pendri, lahir di Padang Panjang tanggal 29 Agustus 1973. Anak kelima dari lima bersaudara, dari pasangan Ayahanda Drs. H. Wirman, MA dan Ibunda Hj. Mismar. Menikah dengan Dessi Ummurahmi pada tahun 2002 dan dikarunia 2 (dua) orang putri, Fatimah Khairunnisa dan Amirah Diyanah Marsya.

Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar (SD) di SDN No. 13 Padang Panjang, tamat dan lulus tahun 1985. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN No. 1 Padang Panjang, tamat dan lulus tahun 1988. Selanjutnya meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN Padang Panjang, tamat dan lulus tahun 1991. Kemudian menyelesaikan jenjang pendidikan Strata 1 (S-1) pada Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang, tamat dan lulus tahun 1997. Pada tahun 2008 melanjutkan pendidikan Strata 2 (S-2) di Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pekerjaan saat ini sebagai Staf Branch Quality Assurance di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Kantor Cabang Syariah Medan.

Medan, Februari 2010


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...………... i

ABSTRACT..……….. ii

KATA PENGANTAR .………... iii

RIWAYAT HIDUP...…...………. vi

DAFTAR ISI………. vii

DAFTAR TABEL ……… ix

DAFTAR GAMBAR………. x

DAFTAR LAMPIRAN ………. xi

BAB I PENDAHULUAN……….………. 1

1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Rumusan Masalah………... 4

1.3. Tujuan Penelitian……..………..……..………... 5

1.4. Manfaat Penelitian………….………... 5

1.5. Originalitas……….……….. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….. 8

2.1. Landasan Teori………. 8

2.1.1. Tingkat Keuntungan Saham (Rate of Return)……… 8

2.1.2. Faktor Fundamental... 9

2.1.3. Analisis Rasio Keuangan………... 17

2.2. Review Penelitian Terdahulu………... 24

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS………..……….... 25

3.1. Kerangka Konseptual……….. 25

3.2. Hipotesis………..……… 28

BAB IV METODE PENELITIAN………... 29

4.1. Jenis Penelitian………. 29

4.2. Lokasi Penelitian/Ruang Lingkup Penelitian………....…... 30

4.3. Populasi dan Sampel……….... 30

4.4. Metode Pengumpulan Data……….. 31

4.5. Definisi Operasional Variabel dan Metode Pengukuran Variabel…... 31

4.6. Model Analisis Data………. 33


(13)

4.7.1. Uji Normalitas ………...……… 34

4.7.2. Uji Multikoliniaritas... 34

4.7.3. Uji Autokorelasi………... 35

4.7.4. Uji Heteroskedastisitas...………... 35

4.8. Pengujian Hipotesis...………... 36

4.8.1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)………... 36

4.8.2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)... 37

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…...……… 39

5.1. Hasil Penelitian...………..………....…………... 39

5.1.1. Deskripsi Data...………....…... 39

5.1.2. Pengujian Asumsi Klasik...……….. 42

5.1.3. Analisa Persamaan Regresi Linier Berganda………….... 48

5.1.4. Pengujian Hipotesis...………. 49

5.2. Pembahasan………..…...…....…………... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...……...……….. 57

6.1. Kesimpulan... 57

6.2. Keterbatasan... 58

6.3. Saran... 58


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Daftar Peneliti Terdahulu………. 24

4.1. Pengambilan Sampel Berdasarkan Purposive Sampling………... 30

4.2. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel………. 32

5.1. Deskripsi Data Penelitian...……… 39

5.2. Uji Statistik Kosmogorov-Smirnov (Sebelum Data Outlier Dikeluarkan)... 42

5.3. Uji Statistik Kosmogorov-Smirnov (Setelah Data Outlier Dikeluarkan)…... 43

5.4. Uji Multikolinearitas... 46

5.5. Uji Autokolerasi... 47

5.6. Analisis Persamaan Regresi... 49

5.7. Nilai Adjusted R Square... 50

5.8. Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F)... 50


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka Konseptual...………..……… 25

5.1. Histogram Sebelum Data Outlier Dikeluarkan...………. 44

5.2. P-P Plot Sebelum Data Outlier Dikeluarkan……… 44

5.3. Histogram Setelah Data Outlier Dikeluarkan...……… 45

5.4. Grafik Normal Plot Setelah Data Outlier Dikeluarkan………….... 45


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Daftar Perusahaan Perbankan yang Listing di BEI Periode 2003-2007…..…... 62

2. Daftar Perusahaan Sampel……….………...……….. 63

3. Capital Adequacy Ratio Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2003-2007. 64 4. Non Performing Loan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2003-2007… 65

5. Return on Asset Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2003-2007………... 66

6. Return on Equity Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2003-2007……… 67

7. Net Interest Margin Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2003-2007…… 68

8. BOPO Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2003-2007………. 69

9. Loan to Deposit Ratio Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2003-2007… 70 10. Tingkat Keuntungan Saham Perbankan yang Terdaftar di BEI th 2003-2007.. 71

11. Output Z-Score untuk Melihat Data yang Outlier……….. 72

12. Nilai Score Outlier………. 75

13. Hasil SPSS Sebelum Data Outlier Dikeluarkan………. 76


(17)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor fundamental yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan,

Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin, BOPO (biaya operasional

dibandingkan dengan pendapatan operasional) dan Loan to Deposit Ratio terhadap tingkat keuntungan saham baik secara simultan maupun secara parsial pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah, variabel Capital Adequacy Ratio, Non

Performing Loan, Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin, BOPO

(biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional) dan Loan to

Deposit Ratio secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap tingkat keuntungan

saham. Penelitian dilakukan terhadap 20 bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2003 hingga 2007. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi linier berganda dengan alat SPSS. Hasil pengujian ini membuktikan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio,

Non Performing Loan, Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin,

BOPO (biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional) dan Loan to

Deposit Ratio secara simultan dan parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat

keuntungan saham.


(18)

ABSTRACT

The purpose of this study is to identify and analyze influence of fundamental factors consisting of Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin, BOPO (Operational Expenses compared to Operational Incomes and Loan to Deposit Ratio towards Stock Return in Banking Industries in Indonesian Stock Exchange either simultaneously or partially.

The hypothesis is that Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin, BOPO (Operational Expenses comparet to Operational Incomes) and Loan to Deposit Ratio variables simultaneously or partially affect towards the Stock Return in Banking Industries in Indonesian Stock Exchange. This Study is conducted on 20 banks were listed in Indonesian Stock Exchange since the year 2003 until 2007. Data were collected by downloading the Indonesian Stock Exchange web site in www.idx.co.id. Then they were processed by using statistical equipment multiple linear regression called SPSS.

This study proved that Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin, BOPO (Operational Expenses compared to Operational Incomes) and Loan to Deposit Ratio variables simultaneously and partially had not significantly influenced the Stock Return in Banking Industries, in Indonesian Stock Exchange.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam menjalankan aktivitasnya, perbankan sangat tergantung pada kepercayaan nasabahnya terutama pemilik dana. Jika kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank hilang, maka hampir dapat dipastikan bank tersebut akan mengalami kesulitan. Ketidakpercayaan terhadap suatu bank dapat menular kepada bank yang lain dan bahkan terhadap sistem perbankan secara keseluruhan sebagaimana terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang berakibat pada terjadinya krisis perbankan. Mengingat sekitar 87,1% dari total aset industri keuangan dikuasai oleh perbankan, maka krisis yang terjadi pada sektor perbankan juga berarti krisis di sektor keuangan.

Mengingat pentingnya peranan perbankan dalam stabilitas keuangan dan perekonomian, Bank Indonesia selaku otoritas pengawas perbankan terus berupaya memantau dan melakukan berbagai langkah untuk memelihara kesehatan perbankan yang pada gilirannya dapat membawa kepada kestabilan sistem keuangan secara keseluruhan. Untuk meningkatkan efektivitas pemantauan diperlukan kegiatan yang lebih intensif atas beberapa indikator yang dapat mempengaruhi stabilitas perbankan dan sektor keuangan.

Perkembangan pasar modal merupakan salah satu indikator yang terus dipantau. Pemantauan terhadap pasar modal dilakukan selain karena pasar modal


(20)

merupakan bagian dari sistem keuangan juga karena sejumlah bank merupakan emiten di pasar tersebut. Pergerakan saham bank yang sudah go public diperkirakan dapat mempengaruhi kestabilan sistem keuangan. Hal ini mengingat bahwa dari 139 bank yang ada di Indonesia per Desember 2004, sebanyak 26 bank sudah go public. Ke 26 bank tersebut menguasai 75,2% (akhir 2003) dari aset perbankan atau sekitar 67% dari total aset industri keuangan (Biro Statistik BI, 2004).

Investasi pada pasar modal adalah penanaman modal atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul, 2007) dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa mendatang yaitu berupa capital gain dan dividen

yield. Akan tetapi, sebelum melakukan investasi, pengukuran kinerja keuangan

perusahaan diperlukan agar investor mengetahui bahwa modal yang diinvestasikan akan memberikan keuntungan sejalan dengan kemajuan perusahaan atau sebaliknya.

Pergerakan di pasar modal sangat dipengaruhi oleh ekspektasi para pelakunya yang terbentuk oleh gabungan faktor-faktor fundamental, teknikal dan sentimen. Jika terjadi ekspektasi positif, minat untuk membeli akan meningkat yang akan menggerakkan harga saham ke atas. Sebaliknya, ekspektasi negatif akan mendorong harga saham menurun karena tekanan jual akan meningkat.

Aspek fundamental berupa analisis terhadap rasio-rasio keuangan sebagai salah satu alat yang digunakan dalam keputusan investasi pada pasar modal, pada umumnya telah banyak dipakai untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Dan di dalam company report yang diterbitkan Bursa Efek Indonesia terdapat rasio-rasio keuangan yang diinformasikan dan bisa digunakan sebagai pertimbangan bagi


(21)

investor untuk menilai kinerja perusahaan, sebagai salah satu landasan dalam pengambilan keputusan investasi ke instrumen saham.

Untuk menilai kinerja perbankan umumnya digunakan lima aspek penilaian, yaitu 1) capital; 2) assets; 3) management; 4) earning; 5) liquidity yang disebut CAMEL sebagaimana ketentuan Bank Indonesia (BI) sesuai Surat Edaran No. 6/23/DPDN tgl 31 Mei 2004, di mana 4 (empat) dari aspek penilaian dinilai dengan menggunakan rasio keuangan. Komponen Capital dapat dilihat dari Capital

Adequacy Ratio (CAR), Komponen kualitas Asset dapat dilihat dari Non Performing Loan (NPL), Komponen Rentabilitas dapat dilihat dari Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya operasional

dibandingkan dengan pendapatan operasional (BOPO), serta likuiditas dapat dilihat dari Loan to Deposite Ratio (LDR).

Penelitian tentang pengaruh faktor fundamental berupa analisis rasio keuangan terhadap tingkat keuntungan saham telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Hadi (2004), menemukan bahwa secara bersama-sama ROA, ROE, NIM, DER, LDR, EPS, PER dan Burden Ratio tidak signifikan terhadap tingkat keuntungan saham. Limbong (2006) menemukan bahwa secara serempak faktor fundamental CAR, RORA, LTAR, NPM, OPR, ROA, ROE, NIM, LDR dan resiko sistimatis yaitu beta saham mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat keuntungan saham. Sianipar (2005) menemukan secara simultan menunjukkan bahwa faktor fundamental yaitu CAR, ROE, ROA, NPATEA, EPS, NIM dan LDR mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Sari (2008) menemukan


(22)

bahwa secara simultan CAR, KAP, BOPO dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan masih terdapat inkonsistensi dari penelitian-penelitian sebelumnya, maka penulis ingin meneliti pengaruh faktor fundamental berupa rasio keuangan Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan,

Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin, BOPO (biaya operasional

dibandingkan dengan pendapatan operasional) dan Loan to Deposit Ratio terhadap tingkat keuntungan saham baik secara simultan maupun secara parsial pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 hingga 2007.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di latar belakang masalah, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah terdapat pengaruh faktor fundamental yang terdiri dari Capital

Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin, BOPO (biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan

operasional) dan Loan to Deposit Ratio terhadap tingkat keuntungan saham baik secara simultan maupun secara parsial pada perusahaan perbankan pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 hingga 2007?


(23)

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah: Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor fundamental yang terdiri dari Capital

Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin, BOPO (biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan

operasional) dan Loan to Deposit Ratio terhadap tingkat keuntungan saham baik secara simultan maupun secara parsial pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 hingga 2007.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan bagi peneliti berkaitan dengan investasi saham pada sektor perbankan.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan perbankan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia tentang posisinya sebagai perusahaan yang dinilai kinerja baik kaitannya dengan tingkat keuntungan saham.

3. Bagi Investor

Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan investasi saham guna menentukan perusahaan perbankan yang dapat memberikan tingkat keuntungan investasi yang diharapkan.


(24)

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan masukan bagi peneliti yang mendalami masalah ini di masa yang akan datang.

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan oleh Limbong (2006), tentang analisis faktor fundamental dan resiko sistimatis terhadap tingkat keuntungan saham perbankan di Bursa Efek Jakarta. Penelitian tersebut membuktikan bahwa secara simultan Capital Adequacy Ratio, Return on Risk Asset,

Loan to Asset Ratio, Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin, Loan to Deposit Ratio dan Resiko Sistimatis

berpengaruh signifikan terhadap keuntungan saham, sedangkan secara parsial Return

on Risk Assets, Net Profit Margin, Operating Profit Margin dan Loan to Deposit Ratio signifikan terhadap keuntungan saham. Sedangkan Capital Adequacy Ratio, Loan to Asset Ratio, Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin dan Risiko Sistimatis tidak berpengaruh signifikan terhadap keuntungan saham. Penelitian

ini dilakukan pada 17 perusahaan perbankan yang terdapat di Bursa Efek Jakarta tahun 2002 hingga 2004.

Perbedaan penelitian yang dilakukan kali ini dengan penelitian sebelumnya adalah terdapat pada sampel data, jumlah variabel independen dan tahun penelitian. Penelitian sebelumnya memilih sampel sebanyak 17 perusahaan perbankan pada tahun 2002 hingga 2004, sedangkan penelitian kali ini dilakukan pada 20 perusahaan


(25)

perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia 2003 hingga 2007. Selain itu perbedaan lainnya terletak pada variabel independen, yaitu adanya penambahan pada

Non Performing Loan dan BOPO (biaya operasional dibandingkan dengan

pendapatan operasional). Adapun dasar penelitian ini menambah variabel independen tersebut adalah variabel tersebut merupakan variabel yang dijadikan standar dalam melihat suatu bank tersebut sehat atau tidak, sehingga dapat dilakukan penilaian atas kinerja perusahaan yang ada dan dinilai mampu memberikan nilai tambah bagi para pemakai informasi laporan keuangan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Tingkat Keuntungan Saham (Rate of Return)

Return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi (realized return) atau return ekspektasi (expected return). Return

realisasi merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis.

Return ini penting karena digunakan sebagai salah satu alat pengukur kinerja

perusahaan, sedangkan return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang (Jogiyanto, 2003). Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor resiko investor yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya.

Rate of return (tingkat keuntungan saham) adalah tingkat pengembalian

saham atas investasi yang dilakukan. Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen

return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik

dari suatu investasi. Jika investor berinvestasi pada sebuah obligasi, maka besarnya

yield ditunjukkan dari bunga obligasi yang dibayarkan. Demikian pula halnya jika


(27)

capital gain (loss) dan deviden. Capital gain (loss) merupakan selisih laba/rugi yang

dialami oleh pemegang saham karena harga saham relatif lebih tinggi atau rendah dibandingkan harga saham periode sebelumnya. Sedangkan deviden merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan pada periode tertentu sesuai dengan keputusan manajemen.

Dalam menghitung tingkat keuntungan saham dapat digunakan rumus sebagai berikut (Jogiyanto, 2003):

Tingkat keuntungan saham = Capital gain (loss) + Yield = 100%

Pt 1 Dt Pt 1 Pt

 

  

Di mana:

Pt = Harga saham sekarang Pt-1 = Harga saham periode lalu Dt = Deviden yang dibayarkan

2.1.2. Faktor Fundamental

Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitikberatkan pada rasio finansial dan kejadian-kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja perusahaan. Sebahagian pakar berpendapat teknik analisis fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang. Untuk menentukan harga yang tepat bagi saham suatu perusahaan, analis sekuritas/investor harus dapat memprediksi


(28)

dividen dan laba yang dapat diharapkan dari perusahaan tersebut, ini merupakan inti dari analisis fundamental (Bodie, 2006). Analisis fundamental dibagi dalam 3 (tiga) tahapan analisa yaitu: analisis ekonomi, analisis industri dan analisis perusahaan.

A. Analisis Ekonomi Makro

Memprediksi kondisi ekonomi makro adalah suatu hal yang sangat penting, karena aktivitas ekonomi akan mempengaruhi laba perusahaan, perilaku dan harapan investor dan terakhir harga saham. Sebagai contoh apabila terjadi penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi, hal ini akan memberi dampak kepada menurunnya laba perusahaan, dan kemudian akan mempengaruhi prospek yang diharapkan oleh para investor terhadap tingkat pertumbuhan perusahaan, sehingga akan berakibat kepada rendahnya harga saham.

Berikut akan dijelaskan beberapa variabel ekonomi makro tersebut yang digunakan dalam analisa fundamental:

1. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan utama dari pemerintah yang berhubungan sangat erat dengan perekonomian secara makro, yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal berkaitan dengan pengeluaran pemerintah dan pendapatan pemerintah dari sektor pajak. Kebijakan fiskal biasanya sulit untuk diterapkan karena kebijakan ini langsung berpengaruh atas perekonomian.

Kebijakan moneter berkaitan dengan pengaturan jumlah uang yang beredar, yang biasanya juga berkaitan erat dengan perubahan tingkat suku bunga.


(29)

2. Pertumbuhan Ekonomi

Indikasi dari pertumbuhan ekonomi adalah adanya peningkatan produk domestik bruto atau Gross Domestic Product (GDP), yaitu total barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara yang diukur berdasarkan harga pada suatu tahun tertentu. Jika GDP meningkat berarti nilai barang dan jasa yang dihasilkan juga meningkat maka terjadi pertumbuhan ekonomi pada negara tersebut yang akan memberikan peluang kepada perusahaan untuk meningkatkan penjualannya.

3. Pengeluaran Pemerintah (Goverment Spending)

Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu variabel utama yang akan mempengaruhi harga saham. Besarnya pengeluaran pemerintah akan memberikan dampak kepada perekonomian dan lingkungan usaha secara keseluruhan. Setiap peningkatan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan permintaan dari masyarakat. Oleh karena itu dunia usaha akan berupaya meningkatkan produksinya untuk mengimbangi permintaan tersebut. Jika produksi meningkat, diharapkan penjualan dan laba juga akan meningkat sehingga akan mempengaruhi harga sahamnya.

4. Jumlah Uang Beredar (Money Supply)

Jumlah uang yang beredar merupakan bagian dari kebijakan moneter pemerintah. Perubahan jumlah uang yang beredar ini akan berakibat kepada perubahan tingkat suku bunga. Kebijakan moneter yang menurunkan jumlah uang beredar akan berakibat kepada semakin berkurangnya dana yang disalurkan kepada perusahaan untuk keperluan modal kerja dan perluasan perusahaan. Berarti permintaan akan uang akan semakin tinggi. Sehingga akan mengakibatkan tingginya


(30)

suku bunga. Jika tingkat suku bunga tinggi, maka perusahaan akan menanggung biaya modal dalam bentuk semakin besarnya beban bunga, sehingga akan mengurangi laba yang akan dihasilkan.

5. Tingkat Bunga (Interst Rate)

Besarnya tingkat suku bunga tidak dapat dipisahkan dengan terjadinya inflasi. Besarnya suku bunga riil = suku bunga nominal – inflasi.

Adapun yang menjadi pertimbangan investor melakukan investasi adalah besarnya suku bunga riil. Apabila suku bunga riil suatu negara lebih tinggi dari negara lain maka hal tersebut dapat menarik minat untuk berinvestasi, sehingga dapat menjadi capital inflow bagi negara tersebut. Akan tetapi apabila suku bunga terlalu tinggi akan menyulitkan perusahaan untuk mengembangkan usahanya, karena tingkat pengembalian bunga pinjaman yang tinggi. Dengan demikian harga saham dari perusahaan tersebut dapat terpengaruh karena perusahaan akan kesulitan memperoleh keuntungan dan investorpun lebih memilih investasi pada bank yang memberikan bunga yang tinggi.

B. Analisis Industri

Analisis industri penting dilakukan karena setiap industri memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Pada suatu kondisi ekonomi tertentu setiap industri akan memperlihatkan kinerja sesuai dengan karakteristiknya. Dalam analisa industri harus diperhatikan bagaimana kondisi persaingan dalam lingkungan industri, yang dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Porter.


(31)

Di sini dapat dilihat 5 (lima) kekuatan yang akan mengancam profitabilitas perusahaan (Porter, 1985), yaitu:

1. Intensity of Rivalry (Persaingan Antarpesaing yang Ada)

Hal ini dapat dilihat dari struktur pasar yang ada. Jika struktur pasar berbentuk persaingan sempurna, maka jumlah pesaing akan banyak dan juga berarti kemampuan perusahaan untuk menetapkan harga yang tinggi juga semakin sulit. Ketika terdapat beberapa pesaing di dalam industri, secara umum akan lebih banyak persaingan harga dan tekanan terhadap margin laba karena pesaing berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar mereka. Industri yang tumbuh lambat memberi kontribusi pada tingkat persaingan, karena ekspansi hanya terjadi dengan merebut pangsa pasar pesaing. Biaya tetap yang tinggi juga menciptakan tekanan untuk menurunkan harga, karena biaya tetap memaksa perusahaan untuk beroperasi mendekati kapasitas penuhnya. Industri yang memproduksi barang yang relatif homogen juga menghadapi tekanan harga yang kuat, karena perusahaan tidak dapat bersaing dengan mendiferensiasikan produk.

2. Threat of New Entrants (Ancaman Pendatang Baru)

Ancaman dari pendatang baru bisa dalam bentuk berkurangnya pangsa pasar perusahaan. Oleh karena itu semakin mudah masuknya pesaing baru, ancaman terhadap keuntungan perusahaan juga semakin besar. Pendatang baru pada suatu industri menimbulkan tekanan harga dan laba. Bahkan jika suatu perusahaan belum memasuki suatu industri, potensi untuk itu telah menimbulkan tekanan harga karena harga dan margin laba yang tinggi akan mengundang pendatang baru untuk masuk.


(32)

Oleh karena itu, hambatan untuk masuk dapat menjadi kunci penting bagi profitabilitas industri. Hambatan bisa berbagai bentuk. Sebagai contoh, perusahaan yang telah ada sebelumnya mungkin telah mempunyai jalur distribusi yang aman untuk produk mereka berdasarkan hubungan jangka panjang dengan konsumen atau pemasok yang mungkin akan terlalu mahal untuk dilakukan oleh pendatang baru. Loyalitas merek juga menyebabkan pendatang baru sulit untuk memasuki pasar dan memberi perusahaan keunggulan harga. Pengetahuan yang khusus untuk perlindungan paten juga memberi perusahaan keunggulan untuk melayani pasar. Terakhir, pengalaman perusahaan yang telah ada di pasar dapat memberi keunggulan biaya karena proses pembelajaran yang memakan waktu lama.

3. Bargainning Power of Suppliers (Daya Tawar Penjual)

Hal ini dapat dilihat dari jumlah dan besarnya pemasok. Jika jumlah pemasok semakin kecil berarti semakin kuat posisi mereka dalam menentukan harga, berarti perusahaan harus membayar dengan harga yang lebih tinggi kepada pemasok. Akibatnya adalah keuntungan perusahaan akan semakin berkurang. Jika satu penjual dalam suatu input akhir mempunyai kendali monopolis atas produk, maka penjual tersebut dapat menuntut harga yang lebih tinggi dan membekukan laba industri. Satu kasus tertentu masalah ini adalah organisasi serikat buruh yang merupakan kunci dari proses produksi. Ketika pasar tenaga kerja sangat dikendalikan oleh serikat pekerja, maka sebagian besar potensi laba industri akan diambil oleh angkatan kerja. Faktor kunci yang menentukan daya tawar menawar penjual adalah ketersediaan produk


(33)

subtitusi. Jika terdapat substitusi, penjual tidak dapat memaksakan harga yang lebih tinggi.

4. Bargainning Power of Buyer (Daya Tawar Pembeli)

Kekuatan tawar menawar pembeli dalam mempengaruhi keuntungan perusahaan akan semakin besar jika jumlah pembeli sedikit dan mereka membeli dalam jumlah yang banyak, sehingga mereka memiliki kekuatan yang lebih besar dalam menentukan harga. Akibatnya perusahaan tidak dapat menjual dengan harga yang tinggi dan berarti keuntungan perusahaan akan berkurang. Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi power of buyer adalah bargaining leverage dan price sensitivity.

5. Threat of Substitutes (Tekanan dari Produk Substitusi)

Produk substitusi adalah produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk yang ditawarkan perusahaan. Semakin banyak produk substitusi berarti akan mengurangi kesempatan perusahaan untuk menjual produknya lebih banyak dan berarti keuntungan perusahaan juga akan semakin berkurang. Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi threat of substitutes adalah relative price

performance of substitutes, switching costs, buyer propensity to substitue.

Dalam analisa industri, investor juga harus melakukan analisa siklus industri selain melakukan analisa Five Forces. Analisa siklus industri ini dipergunakan oleh investor untuk melihat naik turunnya kinerja industri sebelum investor melakukan keputusan investasi pada satu saham tertentu. Umumnya harga saham perusahaan-perusahaan yang berada pada industri yang sama akan naik atau turun secara


(34)

bersamaan apabila terjadi perubahan pada variabel ekonomi makro atau kondisi pasar.

Siklus kehidupan suatu industri dapat dibagi 5 (lima) tahapan seperti tercantum di bawah ini:

1. Embryonic Industry Environment. Dalam tahap ini perusahaan baru mulai untuk membangun, pertumbuhan industri juga lambat karena produk belum dikenal oleh konsumen, harga masih relatif mahal karena belum dapat berproduksi dalam

economies of scale.

2. Growth Industry Environment. Dalam tahap ini, permintaan akan produk mulai meningkat, harga produk menjadi lebih murah karena perusahaan dapat berproduksi dalam economies of scale dan saluran distribusi yang telah berkembang.

3. Shakeout Industry Environment. Dalam tahap ini, permintaan akan produk mendekati titik jenuh, persaingan dalam industri semakin ketat.

4. Mature Industry Environment. Dalam tahap ini, pasar dan permintaan akan produk telah mencapai titik puncak, pertumbuhan industri lambat atau tidak ada pertumbuhan.

5. Declining Industry Environment. Dalam tahap ini, pertumbuhan industri menjadi negatif yang disebabkan oleh technological substitution, social changes,


(35)

C. Analisis Perusahaan

Di dalam melakukan analisis terhadap perusahaan, investor membuat analisis terhadap variabel finansial untuk mengestimasi besarnya nilai instrinsik dari saham suatu perusahaan, dan dalam melihat kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.

2.1.3. Analisis Rasio Keuangan

Laporan keuangan merupakan sarana yang penting bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan secara periodik. Rasio-rasio keuangan mengenai likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan rentabilitas merupakan bidang yang harus dianalisis untuk mengetahui kemampuan manajemen dalam mengendalikan perusahaan. Rasio Profitabilitas dan trend kemajuan perusahaan juga akan dianalisis untuk mengetahui hasil kerja final manajemen atau yang disebut kinerja perusahaan (Samsul, 2007).

Menurut Wild (2005) berbagai rasio dapat dihitung dengan menggunakan laporan keuangan perusahaan. Beberapa rasio memiliki aplikasi umum dalam analisis keuangan, sementara yang lainnya bersifat unik untuk situasi atau industri yang spesifik.

Analisis rasio yang bersifat umum dapat diterapkan pada 3 (tiga) area penting analisis laporan keuangan meliputi:

1. Analisis Kredit (Risiko)

a. Likuiditas. Untuk mengevaluasi kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek.


(36)

b. Struktur modal dan solvabilitas. Untuk menilai kemampuan memenuhi kewajiban jangka panjang.

2. Analisis Profitabilitas

a. Tingkat Pengembalian atas investasi (Return on Invesment). Untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyedia pendanaan ekuitas dan utang.

b. Kinerja operasi. Untuk mengevaluasi laba dari aktivitas operasi.

c. Pemanfaatan aktiva (asset utilization). Untuk menilai efektivitas dan intensitas aktiva dalam menghasilkan penjualan, disebut pula perputaran (turn over).

3. Penilaian

Untuk mengestimasi nilai intrinsik perusahaan (saham).

Aspek fundamental merupakan faktor-faktor yang teridentifikasi dapat mempengaruhi harga saham, dan untuk melihat kinerja perusahaan tersebut dapat dilakukan melalui analisa rasio. Dari sudut pandang investor, indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan melihat sejauh mana profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauhmana investasi yang ditanamkan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor. Untuk perusahaan perbankan, dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:


(37)

1. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio adalah rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut

resiko. Rasio ini memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva yang mengandung resiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana dari sumber-sumber di luar bank seperti dana masyarakat, pinjaman dan lain sebagainya. Dengan kata lain, CAR adalah rasio untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko. CAR dapat diformulasikan sebagai berikut (Bank Indonesia, 2004):

Resiko Menurut

Tertimbang Aktiva

Modal

CAR

CAR merupakan indikator kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko. Bank Indonesia secara khusus menetapkan bahwa bank harus memiliki rasio CAR minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut resiko. Peraturan Bank Indonesia mengenai tata cara penilaian tingkat kesehatan bank memasukkan rasio CAR sebagai salah satu indikator utamanya.

Jika dihubungkan dengan harga saham, kecenderungan yang terjadi adalah investor cenderung menyukai apabila suatu bank mempunyai CAR yang tinggi.

2. Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan, sering juga disebut rasio resiko kredit, menunjkkan


(38)

pergeseran atau penarikan kredit outstandingnya untuk memenuhi permintaan akan kredit lain. Pinjaman umumnya dipertimbangkan sebagai non performing loan bila pokok atau bunga pinjaman yang telah jatuh tempo dan belum dibayar selama 90 hari atau lebih (periode ini dapat berbeda sesuai peraturan yang berlaku). Bank Indonesia menetapkan batas NPL sebesar 5% sebagai salah satu indikator untuk melihat tingkat kesehatan perusahaan perbankan.

Tingkat kolektibilitas kredit dapat dikategorikan menjadi lima yaitu kredit lancar (pass), dalam perhatian khusus (watch), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful) dan macet (loss). Yang termasuk sebagai non performing loan adalah tiga kategori terakhir. NPL dapat diformulasikan sebagai berikut:

Kredit Total

Macet Diragukan

Lancar Kurang

Kredit

NPL  

Jika dihubungkan dengan harga saham, maka investor cenderung menyukai apabila NPL rendah, semakin rendah NPL semakin baiklah kualitas aset yang dimiliki. 3. Return on Asset (ROA)

Return on Asset juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan ukuran

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum pajak.


(39)

Aktiva Total

Pajak Sebelum Laba

ROA

Jika dikaitkan dengan harga saham, kecenderungan yang terjadi adalah semakin tinggi ROA suatu perusahaan semakin tinggi pula harga saham perusahaan tersebut, sebab investor akan cenderung menyukai laba yang tinggi karena akan berefek kepada pembagian deviden yang tinggi.

4. Return on Equity (ROE)

Return on Equity mengukur tingkat profitabilitas dari sisi modal investor, dengan

menghubungkan keuntungan perusahaan terhadap modalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Modal Pajak Setelah Laba

ROE

Rasio ROE banyak digunakan oleh investor maupun calon investor pasar modal yang ingin melakukan investasi pada suatu perusahaan. Karena ROE dilihat dari cara pandang pemegang saham biasa, maka ROE biasanya dibandingkan dengan

cost of equity. Perusahaan yang memiliki prospek yang baik akan memiliki ROE

lebih tinggi dibandingkan dengan cost of equity nya.

Semakin tinggi ROE menggambarkan semakin tinggi kemampuan modal sendiri menghasilkan laba untuk pemegang saham. Jika dihubungkan dengan harga saham kecenderungan yang terjadi adalah jika ROE meningkat maka harga saham meningkat, karena investor menganggap bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik dalam menciptakan laba.


(40)

5. Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Produktif Aktiva

Bersih Bunga

Pendapatan

NIM

Rasio ini dapat berguna untuk mengevaluasi kemampuan bank dalam mengatur resiko tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga akan mengakibatkan perubahan pendapatan bunga dan beban bunga. NIM dalam perkembangannya mengindikasikan apakah posisi asset dan liabilities bank dapat mengambil keuntungan atas perubahan suku bunga.

Calon investor memandang bahwa bank yang mempunyai NIM yang tinggi menunjukkan kemampuan bank untuk menghasilkan pendapatan bunga yang tinggi pula.

6. Biaya Operasional Dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO)

Biaya Operasional Dibandingkan Pendapatan Operasional adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

l Operasiona Pendapatan

l Operasiona Beban


(41)

Investor yang cenderung menyukai rasio BOPO yang kecil, karena semakin kecil angka rasio BOPO, semakin baik kondisi bank tersebut.

7. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio merupakan perbandingan antara seluruh jumlah kredit atau

pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank. Nilai LDR dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Ketiga Pihak

Dana

Kredit

LDR 

Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin baik kemampuan likuiditas suatu bank. Rasio ini sangat penting mengingat karena juga mengambarkan intensitas fungsi intermediary bank dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat.

Calon investor cenderung menyukai perusahaan yang memiliki LDR yang tinggi, karena di samping menunjukkan bank tersebut dalam memberikan kredit kepada debitur dengan dana deposan yang ada, juga menunjukkan kemampuan bank untuk membayar kewajibannya. Jika dihubungkan dengan harga saham, kecenderungan yang terjadi adalah semakin tinggi LDR suatu bank maka semakin tinggi pula harga saham bank tersebut.


(42)

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Dalam hal ini penulis ingin menyajikan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dan berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:

Tabel 2.1. Daftar Peneliti Terdahulu

No Nama Peneliti

& Tahun

Judul Penelitian

Variabel Penelitian Hasil dari Penelitian

1 Albeb Eko Limbong (2006)

Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistimatis terhadap Tingkat Keuntungan Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta

Tingkat keuntungan saham, CAR, RORA, LTAR NPM, OPM, ROA, ROE, NIM, LDR dan Resiko sistimatis

Secara simultan CAR, RORA, LTAR, NPM, OPM, ROA, ROE, NIM, LDR dan Resiko sistimatis berpengaruh signifikan terhadap keuntungan saham. Sedangkan secara parsial faktor fundamental yang terdiri dari RORA NPM, OPM, LDR berpengaruh terhadap keuntungan saham, sedangkan CAR, LTAR, ROA, ROE, NIM, dan Resiko sistimatis tidak signifikan terhadap kuntungan saham.

2 Asna dan Andi Nugraha (2006)

Analisa Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return

Saham Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta

Rate of return, CAR, LDR, ROA

dan BOPO

Rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan saham perbankan yang terdaftar di BEJ adalah LDR dan BOPO, sedangkan CAR dan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan saham.

3 Ardin Sianipar

(2005)

Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Harga Aaham Industri Perbankan di Indonesia

Harga saham, CAR, ROA, ROE, NIM, LDR, NPATEA dan EPS

Secara simultan CAR, ROA, ROE, NIM, LDR, NPATEA dan EPS. Mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial, CAR, ROE, NIM, dan EPS berpengaruh terhadap harga saham sedangkan ROA, LDR dan NPATEA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

4. Dwi Merita Sari (2008)

Pengaruh Kinerja Bank terhadap Harga Saham pada Bank yang Go Publik Periode 2000-2006

Harga saham, CAR, KAP, BOPO dan LDR

Secara Simultan CAR, KAP, BOPO dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara parsial KAP berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan CAR, BOPO dan LDR tidak berpengaruh signifikan.

5 Ahmad Hadi (2006) Analisis Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta

Tingkat keuntungan saham, RORA, NPM, OPM, LDR, CAR, ROA, ROE

Secara simultan RORA, NPM, OPM, LDR, CAR, ROA, ROE. Tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat keuntungan saham pada perusahaan perbankan.


(43)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

``

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Non Performing Loan (X2)

Capital Adequacy Ratio (X1)

Return On Asset (X3)

Return On Equity (X4)

Net Interst Margin (X5)

Beban Operasional

Dibandingkan Pendapatan Operasional (X6)

Loan to Deposit Ratio (X7)

Tingkat Keuntungan Saham (Y)


(44)

Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan seberapa jauh seluruh aktiva

yang mengandung resiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana dari sumber-sumber di luar bank seperti dana masyarakat, pinjaman dan lain sebagainya. Jika dihubungkan dengan tingkat keuntungan saham, semakin tinggi CAR akan menaikkan harga saham, disebabkan para investor menyukai perusahaan yang sehat yang mempunyai modal yang cukup untuk menunjang aktivitasnya, sehingga bisa menghasilkan laba yang tinggi.

Non Performing Loan (NPL), menunjukkan kemampuan bank dalam

memenuhi likuiditasnya dengan jalan mengadakan pergeseran atau penarikan kredit

outstandingnya untuk memenuhi permintaan akan kredit lain. Jika dihubungkan

dengan tingkat keuntungan saham, semakin rendah NPL akan menaikkan harga saham, disebabkan para investor menyukai perusahaan yang memiliki kredit bermasalah yang rendah, sehingga perusahaan bisa memaksimalkan pendapatan dari kredit yang diberikan.

Return On Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Jika dihubungkan dengan tingkat keuntungan saham, semakin tinggi ROA akan menaikkan harga saham, disebabkan para investor melihat perusahaan bisa memaksimalkan pengelolaan asset sehingga menghasilkan laba yang tinggi.

Return On Equity (ROE) menunjukkan kemampuan modal sendiri

menghasilkan laba untuk pemegang saham. Jika dihubungkan dengan harga saham kecenderungan yang terjadi adalah jika ROE meningkat maka harga saham


(45)

meningkat, karena investor menganggap bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik dalam menciptakan laba.

Net Interest Margin (NIM) menunjukkan kemampuan manajemen bank

dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Jika dihubungkan dengan tingkat keuntungan saham, semakin tinggi NIM akan menaikkan harga saham, disebabkan para investor melihat, perusahaan bisa memaksimalkan pengelolaan aktiva produktif yang dimiliki untuk menghasilkan laba yang tinggi.

Biaya Operasional Dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Jika dihubungkan dengan tingkat keuntungan saham, semakin rendah BOPO akan menaikkan harga saham, disebabkan para investor melihat, perusahaan yang memiliki BOPO yang rendah dinilai telah dikelola secara efisien, sehingga menghasilkan laba yang tinggi.

Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan kemampuan bank membayar

kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Jika dihubungkan dengan tingkat keuntungan saham, semakin tinggi LDR akan menaikkan harga saham, disebabkan para investor melihat perusahaan bisa menyalurkan dana masyarakat yang ada dalam bentuk kredit kepada nasabah, sehingga dapat menghasilkan pendapatan yang besar dari kredit yang diberikan, yang nantinya akan berefek kepada laba yang tinggi.


(46)

3.2. Hipotesis

Dalam hal ini peneliti memberikan hipotesis sementara yaitu: Terdapat pengaruh faktor fundamental yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio, Non

Performing Loan, Return on Asset, Return on Equity, Net Interest Margin, BOPO

(biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional) dan Loan to

Deposit Ratio terhadap tingkat keuntungan saham baik secara simultan maupun

secara parsial pada perusahaan perbankan pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 hingga 2007.


(47)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hubungan kausal (causal effect). Penelitian ini dirancang untuk menguji pengaruh fakta dan fenomena serta mencari keterangan-keterangan secara faktual. Rancangan penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh fakta dan fenomena kinerja terhadap tingkat keuntungan saham.

Rancangan variabel dalam penelitian ini terdiri dari 7 (tujuh) variabel bebas sebagai komponen dari penilaian kinerja yaitu indikator Capital Adequacy Ratio

(CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Beban Operasional dibandingkan Pendapatan

Operasional (BOPO), Loan to Deposit rasio (LDR) dan satu variabel terikat yaitu Tingkat keuntungan saham (rate of return).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Rancangan Model teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan teknik analisis regresi linier berganda. Untuk ketepatan perhitungan sekaligus mengurangi human errors digunakan program komputer yang dibuat khusus untuk membantu pengolahan data statistika yaitu program SPSS tingkat signifikan pada confidence level 95% dgn Ü 0,05.


(48)

4.2. Lokasi Penelitian/Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan perbankan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia tahun 2003 hingga 2007 dengan mengakses situs www.idx.co.id. Waktu penelitian dimulai dari bulan Agustus 2009 sampai dengan Februari 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia 2003 hingga 2007. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan

purposive sampling. Sampel yang digunakan adalah sampel yang memenuhi kriteria

sebagai berikut:

1. Perusahaan perbankan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2003 hingga 2007.

2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan secara periodik selama periode penelitian.

Tabel 4.1. Pengambilan Sampel Berdasarkan Purposive Sampling

No. Sampel Total

1. Jumlah Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2003 hingga 2007

30 2. Perusahaan Perbankan yang tidak terdaftar di Bursa

Efek Indonesia selama 5 tahun (2003 hingga 2007)

(10)


(49)

Angka tahun amatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 tahun berturut-turut dari tahun 2003 hingga 2007, sehingga jumlah sampel observasi dalam penelitian ini sebanyak 5 tahun observasi x 20 sampel = 100 sampel observasi.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data penelitian merupakan laporan keuangan yang diambil dari situs www.idx.co.id.

Variabel penelitian diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat keuntungan saham (ROR) sedangkan variabel independennya adalah kinerja terdiri dari tujuh indikator yaitu: CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO dan LDR.

4.5. Definisi Operational Variabel dan Metode Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini terdapat 7 (tujuh) jenis variabel independen yaitu variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On

Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Biaya

Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to

Deposite Ratio (LDR). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat

keuntungan saham (ROR). Definisi operasional dan metode pengukuran variabel dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:


(50)

Tabel 4.2. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Nama Variabel

Definisi Parameter Skala

Pengukuran Capital

Adequacy Ratio (X1)

Kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva

yang mengandung resiko. AktivaTertimbangMenurutResiko Modal CAR Rasio Non Performing Loans

(X2)

Kemampuan bank dalam memenuhi likuiditasnya dengan jalan mengadakan pergeseran atau penarikan kredit outstandingnya untuk memenuhi permintaan akan kredit lain. Kredit Total Macet Diragukan Lancar Kurang

NPL  

Rasio

Return On Asset

(X3)

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh

perusahaan. Aktiva Total Pajak Sebelum Laba ROA  Rasio Return On Equity (X4)

Kemampuan perusahaan untuk mengukur perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri. Ekuitas / Sendiri Modal Pajak Setelah Laba ROE  Rasio Net Interest Margin ( X5)

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih dengan rata-rata aktiva produktif Produktif Aktiva Bersih Bunga Pendapatan NIM Rasio Beban Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional (X6)

Kemampuan efisiensi bank untuk mengukur biaya operasi terhadap pendapatan operasi yang

diperoleh bank. l Operasiona Pendapatan l Operasiona Beban BOPO Rasio Loan to deposit Ratio

(X7)

Kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dana dengan kredit-kredit yang telah diberikan pada debitur. Ketiga Pihak Dana Kredit LDR Rasio Tingkat keuntungan saham (Y)

Merupakan tingkat pengembalian saham atau investasi yang dilakukan.

ROR = Capital Gain (loss) + Deviden Cash


(51)

4.6. Model Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan model analisa regresi berganda (multiple regression analysis). Adapun bentuk persamaan regresinya adalah:

e

X

b

X

b

X

b

X

b

X

b

X

b

X

b

a

Y

  1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7

Di mana:

Y = Tingkat keuntungan saham (Rate of Return) X1 = Capital Adequaty Ratio

X2 = Non Performing Loan X3 = Return on Assets X 4 = Return on Equity X5 = Net Interest Margin

X6 = Beban operasional/pendapatan operasional X7 = Loan to Deposit Ratio

a = Intersep (konstanta)

b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7 = Koefisien regresi variabel bebas. e = error-terms (variabel yang tidak diteliti)

4.7. Pengujian Asumsi Klasik

Model regresi yang digunakan akan menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif jika model regresi tersebut memenuhi asumsi dasar klasik regresi,


(52)

jadi sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian normalitas data, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

4.7.1. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah model regresi dalam penelitian, di mana variabel dependen dan variabel independen, keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk dapat dianalisis, data harus berdistribusi normal atau mendekati normal. Cara mendeteksi normalitas adalah dengan melihat distribusi dari variabel-variabel yang akan diteliti. Jika variabel tidak berdistribusi secara normal (menceng ke kiri atau menceng ke kanan), maka data disebut tidak berdistribusi normal. Normalitas variabel juga dapat dideteksi dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Apabila nilai signifikansi di atas 0,05 maka data tersebut dikatakan berdistribusi normal.

4.7.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2009). Konsekuensi praktis yang timbul sebagai akibat adanya multikolinieritas ini adalah kesalahan standar penaksir semakin besar dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar sehingga mengakibatkan diperolehnya kesimpulan yang salah. Dalam asumsi klasik, diterangkan bahwa tidak ada multikolinieritas yang sempurna antar variabel independen. Cara mendeteksi adanya gejala multikolinieritas


(53)

adalah dengan menggunakan metode varian inflation factor (VIF). Adapun kriteria yang digunakan dalam pengujian metode VIF ini adalah jika VIF > 10 terjadi multikolinieritas yang tinggi antara variabel independen dengan variabel independen lainnya.

4.7.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem korelasi (Ghozali, 2009). Autokorelasi muncul karena adanya observasi yang saling berurutan sepanjang waktu yang saling berkaitan satu sama lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series. Pada data cross section, masalah autokorelasi relatif tidak terjadi. Cara mendeteksi adanya gejala autokorelasi adalah dengan melihat nilai Durbin-Watson. Cara menguji autokorelasi adalah dengan melihat model regresi linier berganda terbebas dari autokorelasi apabila nilai Durbin-Watson berada di bawah angka 2 (Lubis dkk, 2007).

4.7.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2009).

Model regresi yang baik adalah yang homokesdastisitas atau yang tidak terjadi heteroskesdastisitas. Deteksi dapat dilakukan dengan menggunakan uji metode grafis yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu yang tergambar pada scatterplot. Dasar pengambilan keputusan adalah jika ada pola tertentu yang teratur


(54)

(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.8. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi klasik terhadap data, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Untuk membuktikan hipotesis secara simultan dan parsial maka digunakan alat uji sebagai berikut:

4.8.1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel independen terhadap variabel dependen. Prosedur pengujian hipotesis untuk pengaruh secara simultan adalah:

1. Merumuskan hipotesis

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = b7 = 0

artinya: Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Asset,

Return on Equity, Net Interest Margin, BOPO (biaya operasional

dibandingkan dengan pendapatan operasional) dan Loan to Deposit Ratio secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan saham.

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ b6 ≠b7≠ 0

artinya: Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Asset,


(55)

dibandingkan dengan pendapatan operasional) dan Loan to Deposit Ratio secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan saham.

2. Menentukan tingkat signifikansi

Hipotesis ini diuji dengan menggunakan tingkat signifikansi á = 5%

3. Menentukan kriteria pengujian hipotesis: Hipotesis diterima jika F signifikan < 0,05 Hipotesis ditolak jika F signifikan > 0,05

4.8.2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara individual (parsial) variabel independen terhadap variabel dependen. Prosedur pengujian hipotesis untuk pengaruh secara simultan adalah sebagai berikut ini:

1. Merumuskan hipotesis Ho : bx = 0

artinya: Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Asset,

Return on Equity, Net Interest Margin, BOPO (biaya operasional

dibandingkan dengan pendapatan operasional) dan Loan to Deposit Ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan saham.

Ha : bx ≠ 0

artinya: Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Asset,


(56)

dibandingkan dengan pendapatan operasional) dan Loan to Deposit Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan saham. 2. Menentukan tingkat signifikansi

Hipotesis ini diuji dengan menggunakan tingkat signifikansi á = 5%

3. Menentukan kriteria pengujian hipotesis Hipotesis diterima jika t signifikan < 0,05 Hipotesis ditolak jika t signifikan > 0,05


(57)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Data

Deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel yang meliputi nilai mean, standar deviasi, maksimum dan minimum dapat dilihat pada Tabel 5.1 di bawah ini.

Tabel 5.1. Deskripsi Data Penelitian

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CAR 100 .0808 .3743 .175932 .0614151

NPL 100 .0014 .2520 .042350 .0390636

ROA 100 -1.5299 .0577 .003095 .1554849

ROE 100 -1.6509 1.0450 .147760 .2511397

NIM 100 -.0065 .1294 .055349 .0228312

BOPO 100 .5440 2.1994 .869033 .1774298

LDR 100 .2000 1.0388 .617421 .1969567

ROR 100 -.6399 3.4167 .231770 .5724675

Valid N (listwise)

Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data Diolah)

Dari Tabel 5.1 dapat di atas, terlihat bahwa secara umum rata-rata capital

adequacy ratio (CAR) perbankan pada periode 2003 hingga 2007 cukup baik yaitu

sebesar 17,59%. Angka tersebut telah jauh melampaui angka minimal yang dipersyaratkan Bank Indonesia (BI) yaitu sebesar 8%.

Pada variabel Non Performing Loan (NPL) secara rata-rata cukup baik yaitu sebesar 4,23%. Angka tersebut masih berada di bawah angka 5% sebagai angka maksimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai standar suatu bank dikatakan


(58)

sehat, namun kalau dilihat dari nilai maksimum terdapat nilai NPL sebesar 25,20%. Ini merupakan nilai kredit NPL yang dimiliki oleh Bank Mandiri pada tahun 2005.

Pada variabel Return on Asset (ROA), terdapat rata-rata 0.039% yang masih rendah. Angka tersebut masih di bawah 0,5% hingga 1,25% untuk dapat dikategorikan cukup baik sesuai ketentuan Bank Indonesia. Rendahnya nilai rata-rata ROA tersebut diakibatkan oleh kerugian yang besar dialami oleh Bank Century pada tahun 2004 dengan nilai ROA sebesar -152,99%. Kerugian ini disebabkan oleh tingginya total interest expense dibandingkan total interest income dan juga oleh pembentukan penyisihan kerugian aktiva produktif dari kredit-kredit yang berada pada Non Performing Loan (NPL). Kondisi ini disebabkan karena beban bunga yang harus dibayarkan kepada pemilik dana pihak ketiga tidak didukung oleh pendapatan bunga akibat kredit bermasalah yang berpotensi macet, sehingga bank gagal menerima pendapatan bunga. Dan pada tahun 2004, NPL Bank Century sebesar 13,37%.

Untuk kategori Return on Equity (ROE), terdapat rata-rata sebesar 14,77% yang sesuai kriteria penilaian Bank Indonesia dapat dikategorikan sudah baik, namun kalau dilihat dari nilai minimum terlihat nilai yang cukup ekstrim yaitu sebesar -165,09%. ini disebabkan oleh kerugian dari Bank Century pada tahun 2004.

Pada kelompok Net Interest Margin (NIM), terdapat rata-rata 5,53%, nilai ini masuk kepada kategori baik, sesuai kriteria yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pada tahun 2005 hingga 2007 terdapat pertumbuhan pada kelompok NIM. Dengan


(59)

demikian diindikasikan bahwa banyak bank yang mendapatkan keuntungan dari selisih antara pendapatan bunga dengan beban bunga.

Pada variabel Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO) terdapat rata-rata 86,90% pada tahun 2003 hingga 2007. Secara rata-rata terlihat bahwa perbankan telah mulai bekerja secara efisien dalam menjalankan bisnis yang dimilikinya. Nilai maksimum sebesar 219,94% adalah nilai BOPO untuk Bank Century pada tahun 2004.

Rasio Loan to Deposite Ratio (LDR) menggambarkan kemampuan bank untuk menyalurkan pinjaman dalam bentuk kredit kepada pihak ketiga. Adapun rata-rata LDR pada 2003 hingga 2007 adalah 61,74%. Secara rata-rata-rata-rata LDR selalu meningkat dari tahun ke tahun. Fenomena ini kemungkinan diakibatkan oleh kondisi makro yang cenderung membaik, sehingga perbankan mulai agresif untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat.

Tingkat keuntungan saham yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini mencapai rata-rata 23,17%. Keuntungan saham tertinggi pada tahun 2003 yaitu 136,74% pada Bank BRI, tahun 2004 sebesar 135,29% pada Bank Kesawan, tahun 2005 sebesar 341,67% pada Bank Mayapada, tahun 2006 sebesar 101,33% pada Bank Nusantara Pahariyangan dan tahun 2007 sebesar 34% pada Bank Kesawan. Sedangkan untuk tingkat keuntungan saham pada tahun 2007, dari 20 bank yang dijadikan sampel, 15 perusahaan (75%) diantaranya, tingkat keuntungan saham bernilai negatif. Hal ini disebabkan oleh efek krisis global yang terjadi pada ekonomi dunia yang menyebabkan harga saham pada tahun 2008 menjadi anjok.


(60)

5.1.2. Pengujian Asumsi Klasik

Berikut ini penulis akan melakukan uji atas data yang penulis peroleh yang disebut dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi.

5.1.2.1. Uji normalitas

Pengujian normalitas data dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan melihat grafik histogram. Uji normalitas dengan uji statistik Kolmogorov-Smirnov maksudnya ialah apabila probabilitas signifikansinya di atas 0,05 berarti variabel tersebut berdistribusi normal. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini:

Tabel 5.2. Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov (Sebelum Data Outlier Dikeluarkan)

Unstandardiz ed Residual

N 100

Normal Parameters a.b Mean .0000000 Std. Deviation .55647794

Most Extreme Absolute .153

Differences Positive .153

Negative -.084

Kolmogorov-Smirnov Z 1.533

Asymp. Sig. (2-tailed) .018

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data Diolah)

Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov sebelum data

outlier dikeluarkan berdistribusi tidak normal, disebabkan probabilitas signifikansi

sebesar 0.018, di mana jika probabilitas signifikansi lebih kecil dari á 0.05, hal itu


(61)

maka harus dilakukan transformasi data. Transformasi data dapat dilakukan dengan cara Logaritma Natural (Ln) maupun SQRT (akar kuadrat). Tetapi karena data penelitian mempunyai data yang bernilai negatif dan jika ditransformasikan ke dalam bentuk Logaritma Natural (Ln) akan menjadi missing data, maka hal tersebut tidak dilakukan, dan tahap selanjutnya adalah mendeteksi adanya outlier pada data yang ada. Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat jauh berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim.

Deteksi terhadap univariate outlier dapat dilakukan dengan batas yang akan dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan cara mengkonversi nilai data kedalam skor standardized atau yang biasa disebut z-score, dan untuk sampel > 80 standar skor dinyatakan outlier jika data tersebut nilainya lebih besar dari 3 (Ghozali, 2009). Dan setelah data outlier dikeluarkan dari observasi, maka didapat hasil seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3. Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov (Setelah Data Outlier Dikeluarkan)

Unstandardized Residual

N 98

Normal Parameters a.b Mean .0000000 Std. Deviation .45636341

Most Extreme Absolute .085

Differences Positive .085

Negative -.039

Kolmogorov-Smirnov Z .838

Asymp. Sig. (2-tailed) .484

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(62)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa variabel penelitian sudah berdistribusi normal, dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,484 di mana probabilitas tersebut lebih besar dari á 0,05 yang artinya variabel penelitian telah berdistribusi normal.

Cara berikutnya untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan melalui grafik histogram.

6 4

2 0

-2

Regression Standardized Residual

40

30

20

10

0

Fr

eq

ue

nc

y

Mean = 2.45E-16 Std. Dev. = 0.964 N = 100

Dependent Variable: ROR Histogram

Gambar 5.1. Histogram Sebelum Data Outlier Dikeluarkan

1.0 0.8

0.6 0.4

0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Ex

pe

cte

d C

um

P

ro

b

Dependent Variable: ROR

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 5.2. P-P Plot Sebelum Data Outlier Dikeluarkan Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data Diolah)


(1)

Lampiran 14

Hasil SPSS Setelah Data Oulier Dikeluarkan

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 LDR, CAR,

ROA, NPL, ROE, NIM, BOPO(a)

. Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: ROR

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .271(a) .073 .001 .4737786 1.703

a Predictors: (Constant), LDR, CAR, ROA, NPL, ROE, NIM, BOPO b Dependent Variable: ROR

ANOVA

b

1.602

7

.229

1.019

.423

a

20.202

90

.224

21.803

97

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Predictors: (Constant), LDR, CAR, ROA, NPL, ROE, NIM, BOPO

a.

Dependent Variable: ROR

b.


(2)

Coefficientsa

-.837 .809 -1.034 .304

1.201 .968 .140 1.240 .218 .809 1.237

.211 1.584 .014 .133 .894 .978 1.022

4.484 6.777 .134 .662 .510 .251 3.982

.264 .349 .084 .758 .451 .841 1.189

.750 2.504 .034 .300 .765 .778 1.286

.954 .824 .234 1.158 .250 .252 3.969

-.250 .248 -.105 -1.008 .316 .952 1.050 (Constant)

CAR NPL ROA ROE NIM BOPO LDR Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: ROR a.

Coefficient Correlationsa

1.000 .000 .040 .017 -.112 -.194 .009 .000 1.000 -.239 -.101 -.254 .034 -.325 .040 -.239 1.000 .066 -.193 -.180 .823 .017 -.101 .066 1.000 .074 .003 .107 -.112 -.254 -.193 .074 1.000 .137 -.056 -.194 .034 -.180 .003 .137 1.000 .073 .009 -.325 .823 .107 -.056 .073 1.000 .061 -7.8E-005 .068 .007 -.010 -.120 .002 -7.8E-005 .938 -1.572 -.155 -.086 .081 -.259 .068 -1.572 45.933 .711 -.455 -3.056 4.593 .007 -.155 .711 2.509 .041 .012 .140 -.010 -.086 -.455 .041 .122 .120 -.016 -.120 .081 -3.056 .012 .120 6.270 .151 .002 -.259 4.593 .140 -.016 .151 .678 LDR

CAR ROA NPL ROE NIM BOPO LDR CAR ROA NPL ROE NIM BOPO Correlations

Covariances Model

1

LDR CAR ROA NPL ROE NIM BOPO

Dependent Variable: ROR a.


(3)

3 2

1 0

-1 -2

Regression Standardized Residual

20

15

10

5

0

Fr

eq

ue

nc

y

Mean = 3.64E-16 Std. Dev. = 0.963 N = 98

Dependent Variable: ROR Histogram

Residuals Statisticsa

-.063271 .574086 .205976 .1284927 98

-2.095 2.865 .000 1.000 98

.062 .315 .126 .049 98

-.158665 1.206444 .212665 .1670167 98

-.9165163 1.0935630 .0000000 .4563634 98

-1.934 2.308 .000 .963 98

-2.593 2.334 -.006 1.017 98

-1.64644 1.1181515 -.0066899 .5138372 98

-2.680 2.395 -.004 1.028 98

.649 42.014 6.929 6.933 98

.000 .669 .018 .069 98

.007 .433 .071 .071 98

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value

Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: ROR a.


(4)

1.0 0.8

0.6 0.4

0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Ex

pe

ct

ed

C

um

P

ro

b

Dependent Variable: ROR

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

3 2

1 0

-1 -2

-3

Regression Standardized Predicted Value

3

2

1

0

-1

-2

-3

R

eg

ressi

on

S

tu

den

tiz

ed

R

esi

du

al

Dependent Variable: ROR Scatterplot


(5)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

98

.0000000

.45636341

.085

.085

-.039

.838

.484

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters

a,b

Absolute

Positive

Negative

Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz

ed Residual

Test distribution is Normal.

a.

Calculated from data.

b.

Runs Test

-.02840

49

49

98

52

.406

.685

Test Value

a

Cases < Test Value

Cases >= Test Value

Total Cases

Number of Runs

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz

ed Residual

Median

a.

Variables Entered/Removed

b

res_2,

ROE,

BOPO,

LDR, NPL,

CAR, NIM,

a

.

Enter

Model

1

Variables

Entered

Variables


(6)

Coefficientsa

-.118 .818 -.144 .886

.134 .986 .016 .136 .892 .796 1.257

-.211 1.593 -.014 -.132 .895 .970 1.031

1.135 6.852 .035 .166 .869 .246 4.059

-.035 .350 -.012 -.101 .919 .837 1.195

.273 2.514 .013 .108 .914 .773 1.293

.085 .832 .022 .102 .919 .248 4.029

-.003 .252 -.001 -.012 .991 .951 1.052

.149 .109 .148 1.366 .175 .948 1.055

(Constant) CAR NPL ROA ROE NIM BOPO LDR res_2 Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Unstandardized Residual a.