Aspek Moral Dalam Kumpulan Cerpen Tamu Dari Paris Karya Yanusa Nugroho Tinjauan Semiotik

(1)

ASPEK MORAL DALAM KUMPULAN CERPEN

TAMU DARI PARIS

KARYA YANUSA NUGROHO

TINJAUAN SEMIOTIK

SKRIPSI

Oleh:

Jumadi Sihombing

NIM: 070701031

DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

ASPEK MORAL DALAM KUMPULAN CERPEN

TAMU DARI PARIS

KARYA YANUSA NUGROHO: TINJAUAN SEMIOTIK

OLEH Jumadi Sihombing

070701031

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana ilmu budaya dan telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Nurhayati Harahap, M. Hum. Drs. Haris Sutan Lubis, M. S. P. NIP 19620419 198703 2 001 NIP 19590907 198702 1 002

Departemen Sastra Indonesia Ketua,

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M. Si. NIP 19620925 198903 1 01


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di perguruan tinggi. Sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis maupun diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan sebagai sumber referensi pada skripsi ini dan disebutkan dalam dalam pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Januari 2014

Jumadi Sihombing 070701031


(4)

ABSTRAK

ASPEK MORAL DALAM KUMPULAN CERPEN

TAMU DARI PARIS

KARYA YANUSA NUGROHO: TINJAUAN SEMIOTIK

Jumadi Sihombing Fakultas Ilmu Budaya USU

Sebuah karya sastra merupakan cerminan nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat. Salah satu nilai kehidupan yang ada di masyarakat adalah adanya nilai moral. Karya sastra adalah medan pertarungan nilai moral yang dilakukan oleh para pengarang dengan pembaca sehingga memungkinkan pembaca untuk memberi garis batasan tafsirnya sendiri. Jadi, setiap karya sastra yang tercipta merupakan refleksi dari nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat dan semua itu tidak terlepas dari peranan pengarang karena pengarang merupakan masyarakat itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan aspek moral yang terdapat pada kumpulan cerpen Tamu dari Paris karya Yanusa Nugroho. Penelitian ini menggunakan teori semiotika sastra.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif, yaitu analisis berbentuk deskripsi dan tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan variabel. Teknik penelitian ini adalah studi perpustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan. Pada penelitian ini akan diperoleh data dan informasi tentang objek penelitian melalui buku-buku.

Hasil penelitian didapatkan bahwa melalui pendekatan semiotik aspek moral dari kelima cerpen adalah (1) aspek kejujuran, yaitu pada cerpen Tamu dari Paris pada tokoh Sabar dan tokoh Mbak Ely. Pada tokoh Sabar, yaitu adanya sifat keterbukaan bahwa ia telah memiliki keluarga dan pada tokoh Mbak Ely, yaitu tidak adanya perbedaan antara hati dan perkataan atau perbuatan yang dilakukan kepada tokoh Sabar bahwa ia mencintainya. Pada cerpen Air Mata Rumput pada tokoh Tery, yaitu adanya sifat keterbukaan mencurahkan isi hatinya dengan jujur tanpa ada paksaan terhadap tokoh Aku. (2) aspek kerendahan hati, yaitu dalam cerpen Tamu dari Paris pada tokoh Sabar, yaitu adanya perkataan yang tidak melebih-lebihkan dan sesuai kenyataan dalam diri tokoh Sabar. Dalam cerpen Danau Kesucian, pada tokoh Aku, yaitu perasaan bersalah dalam diri tokoh Aku terhadap istrinya. (3) aspek nilai-nilai otentik, yaitu dalam cerpen Tamu dari Paris pada tokoh Mbak Ely, yaitu keinginan tokoh Mbak Ely menjadi dirinya sendiri. Dalam cerpen Kurban Terbaik pada tokoh Rizky, yaitu menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya. (4) aspek keberanian moral dalam cerpen Danau Kesucian pada tokoh Aku, yaitu adanya keberanian menolak ajakan dari tokoh Sinawang. Dalam cerpen Kurban Terbaik pada tokoh Rizky, yaitu mempertahankan sikap yang telah diyakininya sebagai kewajiban. (5) aspek kemandirian moral, yaitu dalam cerpen Air Mata Rumput pada tokoh Tery, yaitu tetap pada pendirian sendiri dan menyetujui kemauan hati nurani menolak perbuatan yang tidak benar.


(5)

(6) aspek kesedian untuk bertanggung jawab, yaitu dalam cerpen Bulan di Jendela Apartemen pada tokoh Ayah, yaitu melakukan tugas dan tanggung jawab berdasarkan perbuatannya sendiri dan tokoh Kakak laki-laki Ade, yaitu bertanggung jawab membantu ayahnya yang bekerja tanpa dibayar di rumah sakit. (7) aspek realistik dan kritis, yaitu pada cerpen Bulan di Jendela Apartemen pada tokoh Ade, yaitu adanya ketidakmauan kehidupannya sama dengan kehidupan masa lalu orangtuanya dan berusaha memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik.

Penulis,

Jumadi Sihombing 070701031


(6)

PRAKATA

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kasih dari Yesus Kristus, dan penyertaan Roh Kudus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatra Utara, dalam memperoleh gelar sarjana ilmu budaya.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak baik dalam bentuk ide atau gagasan, motivasi, maupun materi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Syahron Lubis, M. A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr. M. Husnan Lubis, M. A. selaku Pembantu Dekan I, Dr. Syamsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II, dan Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M. A. selaku Pembantu Dekan III.

2. Prof. Dr. Ikhwanudin Nasution, M. Si. selaku Ketua Departemen Sastra Indonesia.

Drs. Haris Sutan Lubis, M. S. P. selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia dan Dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan saran yang membangun kepada penulis dalam penelitian ini.

3. Dra. Nurhayati Harahap, M. Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang selama ini banyak membantu penulis dalam perbaikan dan memberikan arahan dan masukan dalam menyusun skripsi ini.


(7)

Drs. Isma Tantowi, M. A. Penasehat Akademik yang telah memberikan motivasi dan nasehat selama masa perkuliahan.

4. Staf pengajar di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatra Utara, yang telah memberikan pengajaran dan pengetahuan selama menjalankan perkuliahan.

5. Kedua orangtua saya, Manonggor Sihombing dan Bungani Br. Pasaribu, doa kalianlah, pak...mak..., sehingga aku seperti ini. Terimakasih atas kasih sayang kalian. Mungkin dengan ”begini” bisa membuat kalian bangga.

6. Semua pihak yang sudah membantu. Tidak cukup tempat menuliskan nama kalian di sini. Terimakasih kepada kalian semua.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada pembaca agar memberikan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita bersama.

Medan, Januari 2014 Penulis,

Jumadi Sihombing 070701031


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN………... i

ABSTRAK……… ii

PRAKATA……… iv

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah……… 4

1.3 Batasan Masalah……….. 4

1.4 Tujuan Penelitian...………... 4

1.5 Manfaat penelitian...………. 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep..………... 6

2.2 Landasan Teori..………... 8

2.2.1 Teori Semiotik………..……… 8

2.3 Tinjauan Pustaka...………... 11

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian..………. 13

3.2 Populasi dan Sampel………,…...……….. 13

3.3 Data dan Sumber Data..………... 14


(9)

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data……….. 15

BAB IV ASPEK MORAL TERHADAP KUMPULAN CERPEN TAMU DARI PARIS KARYA YANUSA NUGROHO 4.1 Aspek Moral Cerpen………...18

4.1.1 Tamu dari Paris………..20

4.1.2 Air Mata Rumput……….. 27

4.1.3 Bulan di Jendela Apartemen………. 29

4.1.4 Danau Kesucian……… 34

4.1.5 Kurban Terbaik………. 37

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Simpulan………. 42

5.2 Saran……… 43

DAFTAR PUSTAKA………. 44 LAMPIRAN


(10)

ABSTRAK

ASPEK MORAL DALAM KUMPULAN CERPEN

TAMU DARI PARIS

KARYA YANUSA NUGROHO: TINJAUAN SEMIOTIK

Jumadi Sihombing Fakultas Ilmu Budaya USU

Sebuah karya sastra merupakan cerminan nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat. Salah satu nilai kehidupan yang ada di masyarakat adalah adanya nilai moral. Karya sastra adalah medan pertarungan nilai moral yang dilakukan oleh para pengarang dengan pembaca sehingga memungkinkan pembaca untuk memberi garis batasan tafsirnya sendiri. Jadi, setiap karya sastra yang tercipta merupakan refleksi dari nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat dan semua itu tidak terlepas dari peranan pengarang karena pengarang merupakan masyarakat itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan aspek moral yang terdapat pada kumpulan cerpen Tamu dari Paris karya Yanusa Nugroho. Penelitian ini menggunakan teori semiotika sastra.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif, yaitu analisis berbentuk deskripsi dan tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan variabel. Teknik penelitian ini adalah studi perpustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan. Pada penelitian ini akan diperoleh data dan informasi tentang objek penelitian melalui buku-buku.

Hasil penelitian didapatkan bahwa melalui pendekatan semiotik aspek moral dari kelima cerpen adalah (1) aspek kejujuran, yaitu pada cerpen Tamu dari Paris pada tokoh Sabar dan tokoh Mbak Ely. Pada tokoh Sabar, yaitu adanya sifat keterbukaan bahwa ia telah memiliki keluarga dan pada tokoh Mbak Ely, yaitu tidak adanya perbedaan antara hati dan perkataan atau perbuatan yang dilakukan kepada tokoh Sabar bahwa ia mencintainya. Pada cerpen Air Mata Rumput pada tokoh Tery, yaitu adanya sifat keterbukaan mencurahkan isi hatinya dengan jujur tanpa ada paksaan terhadap tokoh Aku. (2) aspek kerendahan hati, yaitu dalam cerpen Tamu dari Paris pada tokoh Sabar, yaitu adanya perkataan yang tidak melebih-lebihkan dan sesuai kenyataan dalam diri tokoh Sabar. Dalam cerpen Danau Kesucian, pada tokoh Aku, yaitu perasaan bersalah dalam diri tokoh Aku terhadap istrinya. (3) aspek nilai-nilai otentik, yaitu dalam cerpen Tamu dari Paris pada tokoh Mbak Ely, yaitu keinginan tokoh Mbak Ely menjadi dirinya sendiri. Dalam cerpen Kurban Terbaik pada tokoh Rizky, yaitu menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya. (4) aspek keberanian moral dalam cerpen Danau Kesucian pada tokoh Aku, yaitu adanya keberanian menolak ajakan dari tokoh Sinawang. Dalam cerpen Kurban Terbaik pada tokoh Rizky, yaitu mempertahankan sikap yang telah diyakininya sebagai kewajiban. (5) aspek kemandirian moral, yaitu dalam cerpen Air Mata Rumput pada tokoh Tery, yaitu tetap pada pendirian sendiri dan menyetujui kemauan hati nurani menolak perbuatan yang tidak benar.


(11)

(6) aspek kesedian untuk bertanggung jawab, yaitu dalam cerpen Bulan di Jendela Apartemen pada tokoh Ayah, yaitu melakukan tugas dan tanggung jawab berdasarkan perbuatannya sendiri dan tokoh Kakak laki-laki Ade, yaitu bertanggung jawab membantu ayahnya yang bekerja tanpa dibayar di rumah sakit. (7) aspek realistik dan kritis, yaitu pada cerpen Bulan di Jendela Apartemen pada tokoh Ade, yaitu adanya ketidakmauan kehidupannya sama dengan kehidupan masa lalu orangtuanya dan berusaha memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik.

Penulis,

Jumadi Sihombing 070701031


(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah rangkaian tulisan yang diciptakan pengarang yang berasal dari pemikirannya sendiri, bisa bersumber dari realitas yang ada maupun dari imajinasi pengarang terhadap kehidupannya sendiri ataupun orang lain. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang ada di sekitarnya (Pradopo,2007: 61). Menurut Pradopo, karya sastra merupakan luapan atau penjelmaan perasaan, pikiran, dan pengalaman pengarangnya. Oleh karena itu, faktor pengarang tidak dapat diabaikan meskipun tidak harus dimutlakkan. Hal ini disebabkan belum tentu intensi pengarang itu dapat dijelmakan dalam karya sastra secara sempurna sebab karya sastra bermedia bahasa mempunyai sifat sendiri yang tidak begitu saja “tunduk” kepada kemauan pengarang.

Ketika pengarang menuliskan suatu karya, pengarang telah mengetahui ataupun tidak mengetahui bahwa sebenarnya dia telah menuangkan nilai moral tertentu. Jadi, setiap karya sastra mana pun yang telah diciptakan pengarang mempunyai makna tertentu dan memberikan interpretasi kepada pembaca. Dalam konteks itu, karya sastra sebenarnya adalah medan pertarungan nilai moral yang dilakukan oleh para pengarang dengan pembaca, sehingga memungkinkan pembaca untuk memberi garis dan batasan tafsirnya sendiri. Pembaca akan menemukan pesan dan makna yang tersirat dari kata-kata dalam sebuah karya sastra.


(13)

Karya sastra merupakan karya seni yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya (Pradopo, 2007: 121). Bahan sastra adalah bahasa yang sudah berarti. Bahasa berkedudukan sebagai bahan, dalam hubungannya dengan sastra, sudah mempunyai sistem dan konvensi sendiri yang mempergunakan bahasa (Jabrohim, 2002: 69). Dalam karya sastra, arti bahasa ditentukan oleh konvensi sastra ataupun disesuaikan dengan konvensi sastra. Bahasa yang berkedudukan sebagai bahan dalam hubungannya dengan sastra dan memiliki sistem dan konvensi sendiri disebut sistem semiotik tingkat pertama, sedangkan sastra yang mempunyai sistem dan konvensi sendiri yang mempergunakan bahasa disebut sistem semiotik tingkat kedua (Pradopo, 2007: 121). Sastra mempunyai konvensi sendiri di samping konvensi bahasa. Seperti yang diungkapkan Preminger, konvensi karya sastra disebut konvensi tambahan, yaitu konvensi yang ditambahkan kepada konvensi bahasa. Oleh sebab itu, untuk membedakan arti bahasa dan arti sastra, dibuatlah arti (meaning) untuk arti bahasa dan makna (significance) untuk arti sastra.

Sebuah karya sastra merupakan cerminan dari nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat. Nilai-nilai tersebut bisa berupa nilai keagamaan, nilai budaya, ataupun nilai moral masyarakat. nilai keagamaan dapat tercermin melalui cara tokoh memandang kepercayaan terhadap yang diyakininya, nilai budaya tercermin melalui cara tokoh bertingkah laku sesuai budayanya, dan nilai moral tercermin melalui baik buruknya perbuatan tokoh melakukan sesuatu yang di sekitarnya. Pradopo mengatakan bahwa sastrawan sebagai anggota masyarakat tidak akan lepas dari tatanan masyarakat dan kebudayaan, semua itu berpengaruh dalam


(14)

proses penciptaan karya sastra. Jadi, setiap karya sastra yang tercipta merupakan refleksi dari nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat dan semua itu tidak terlepas dari peranan pengarang karena pengarang merupakan masyarakat itu sendiri.

Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan atau meneliti karya sastra yang berjenis cerita pendek (cerpen). Cerpen termasuk salah satu jenis prosa. Prosa itu sendiri terdiri dari novel, roman, dan cerpen. Cerpen adalah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, berkisar antara setengah sampai dua jam.

Karya sastra yang dikaji dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen Tamu dari Paris karya Yanusa Nugroho. Kumpulan cerpen ini menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dicerna. Namun, ada juga terdapat kata-kata dari bahasa daerah dan bahasa asing. Misalnya pada cerpen Danau Kesucian terdapat kata lengleng yang berarti linglung dan pada cerpen Air Mata Rumput pada kata Well yang artinya baiklah. Walaupun begitu, adanya bahasa daerah dan asing membuat kumpulan cerpen ini semakin menarik untuk dibaca.

Kumpulan cerpen karya Yanusa Nugroho ini dikaji karena memiliki nilai-nilai moral yang terkandung dari beberapa cerpen. Nilai-nilai-nilai moral berada pada perilaku tokoh, keadaan tokoh menghadapi jalan kehidupannya, dan pada tradisi budaya yang mempengaruhi si tokoh di masyarakat. Permasalahan moral dalam cerpen ini diangkat dari kehidupan keluarga, masyarakat, dan lingkungannya.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk menganalisisnya dengan judul “Aspek Moral dalam Kumpulan Cerpen Tamu dari Paris karya Yanusa Nugroho: Tinjauan Semiotik” karena dalam kumpulan cerpen


(15)

ini terkandung aspek moral yang disampaikan pengarang kepada pembaca agar pembaca dapat menemukan tanda-tanda moral di dalamnya.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah aspek moral cerpen dalam kumpulan cerpen Tamu dari Paris karya Yanusa Nugroho melalui pendekatan semiotik?

1.3 Batasan masalah

Pembatasan masalah ini dimaksudkan agar penelitian dapat terfokus dan terarah. Kumpulan cerpen Tamu dari Paris karya Yanusa Nugroho terdiri atas empat belas cerpen dan yang diteliti hanya lima cerpen karena memiliki aspek moral pada setiap tokohnya. Contohnya, pada cerpen Kurban Terbaik, tokoh Rizky yang menginginkan agar uang yang dikumpulkan diserahkan kepada Om Rus, adik ayahnya yang miskin, bukan justru membeli sapi dan kambing pada hari Qurban.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

1. Mendeskripsikan aspek moral dalam kumpulan cerpen Tamu dari Paris karya Yanusa Nugroho melalui pendekatan semiotik.


(16)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini terbagi dua, yaitu: Manfaat teoretis

1. Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan sastra Indonesia, terutama dalam pengkajian cerpen melalui pendekatan semiotik.

2. Memperluas khasanah ilmu pengetahuan, terutama bidang bahasa dan sastra Indonesia, khususnya dalam analisis cerpen melalui tinjauan semiotik.

Manfaat praktis

1. Hasil penelitian ini dapat memperluas cakrawala apresiasi pembaca sastra Indonesia terhadap aspek moral dalam cerpen.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian sastra berikutnya.


(17)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memenuhi hal-hal lain (KBBI, 2007: 588). Jadi, peneliti akan mendefenisikan istilah yang dianggap berbeda maknanya di luar penelitian itu.

2.1.2 Aspek Moral

Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca yang merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra dan makna disarankan lewat cerita (Nurgiantoro,2007: 40). Menurut Lillie, secara etimologi, moral berasal dari bahasa Latin yaitu mores yang berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat. Magni-Suseno mengatakan kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral merupakan bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia (Asri Budiningsih, 2008). Dengan demikian, Manusia bermoral berarti manusia yang melakukan perbuatan baik kepada manusia lainnya. Manusia yang tidak memiliki moral berarti dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu, tanpa moral manusia tidak bisa melakukan sosialisasi. Moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang terkait


(18)

dengan nilai-nilai baik dan buruk. Masalah nilai personal yang memandu keputusan dan tindakan disebut moralitas. Moralitas umumnya dipengaruhi oleh budaya, masyarakat, dan agama. Menurut Magnis-Suseno (1987), moralitas merupakan sikap moral yang sebenarnya. Ia mengungkapkan jika manusia melakukan tindakan menurut kehendak hati dan sadar dengan kewajiban dan tanggung jawabnya, ia melakukan moralitas. Sehingga dapat dikatakan manusialah yang menentukan perbuatan itu baik atau tidak jika dilakukan dan tentunya dengan risiko yang akan didapat setelah melakukan perbuatan itu.

Sesuatu yang dilakukan seseorang baik itu niat baik ataupun buruk akan berpengaruh terhadap akibat dari perbuatan tersebut. Keadaan itu akan membuat orang itu berpikir, melakukan perbuatan itu sendiri atau menyuruh orang lain karena dia tahu akibat yang akan terjadi dari perbuatan itu.

Aspek adalah pemunculan atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi, dan sebagainya sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang tertentu (Depdiknas, 2007: 72). Jadi, aspek moral adalah segi pandangan terhadap sesuatu hal atau peristiwa yang berhubungan dengan kaidah, norma, atau pranata yang mengatur perilaku setiap individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat.

2.1.2 Kumpulan Cerpen

Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek. Disebut demikian karena jumlah halamannya yang sedikit, situasi dan tokoh ceritanya juga digambarkan secara terbatas. Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali


(19)

duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam (Nurgiyantoro, 2007: 72). Kumpulan cerpen berarti suatu himpunan atau kelompok berupa beberapa cerpen yang dimuat dalam satu buku.

2.2 Landasan Teori 2.2.2 Teori Semiotik

Semiotik (semiotika) adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem atau konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dalam lapangan kritik sastra, penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebagai penggunaan bahasa yang bergantung pada sifat-sifat yang menyebabkan bermacam-macam cara (modus) wacana yang mempunyai makna (Preminger dkk. dalam Jabrohim, 2002: 43).

Dalam karya sastra, arti bahasa ditentukan oleh konvensi sastra atau disesuaikan dengan konvensi sastra. Tentu saja, karya sastra karena bahannya bahasa yang sudah mempunyai sistem dan konvensi itu tidaklah dapat lepas sama sekali dari sistem bahasa dan artinya. Sastra mempunyai konvensi sendiri di samping konvensi bahasa. Oleh karena itu, wajarlah bila oleh Preminger konvensi karya sastra disebut konvensi tambahan, yaitu konvensi yang ditambahkan kepada konvensi bahasa. Untuk membedakan arti bahasa dan arti sastra dipergunakan istilah arti (meaning) untuk bahasa dan makna (significance) untuk arti sastra (Jabrohim, 2002: 69).


(20)

Karya sastra merupakan karya seni yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya. Bahasa sebagai medium karya sastra merupakan sistem semiotik atau ketandaan, yaitu sistem ketandaan yang memiliki arti.

Tanda mempunyai dua aspek, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh petanda itu, yaitu artinya (Jabrohim, 2002: 68). Dalam analisis Semiotik, Peirce (1839-1914) menawarkan sistem tanda yang harus diungkap. Menurut Peirce, ada tiga faktor yang menemukan adanya tanda, yaitu tanda itu sendiri, hal yang ditandai, dan sebuah tanda baru yang terjadi dalam batin penerima tanda. Antara tanda dan yang ditandai ada kaitan representasi (menghadirkan). Kedua tanda itu akan melahirkan interpretasi di benak penerima. Hasil interpretasi ini merupakan tanda baru yang diciptakan oleh penerima pesan.

Berdasarkan hubungan antara penanda dan petandanya, Charles Sanders Peirce (Santoso, 1993: 15) menuliskan tiga jenis tanda:

a. Ikon adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan bersifat alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan itu adalah hubungan persamaan. Misalnya, gambar kuda sebagai penanda yang menandai kuda (petanda) sebagai artinya. Potret menandai orang yang dipotret, gambar pohon menandai pohon.

b. Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan kausal (sebab-akibat) antara penanda dan petandanya, misalnya asap menandai api, alat penanda angin menunjukkan arah angin, dan sebagainya.


(21)

c. .Simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dan petandanya, hubungannya bersifat arbiter (semau-maunya). Arti tanda ditentukan oleh konvensi. “Ibu” adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat bahasa (Indonesia). Orang Inggris menyebutnya Mother, Perancis menyebutnya La mere, dan sebagainya. Adanya bermacam-macam tanda untuk satu arti itu menunjukkan “kesemenaan-semenaan” tersebut. Dalam bahasa, tanda yang paling banyak digunakan adalah simbol (Jabrohim, 2002: 68).

Janus mengemukakan bahwa semiotik itu merupakan lanjutan dari perkembangan strukturalisme, Strukturalisme itu tidak dapat dipisahkan dengan semiotik. Alasannya adalah karya sastra itu merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan sistem tanda, tanda, maknanya, dan konvensi tanda, struktur karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal (dalam Jabrohim, 2002: 67).

Semiotik merupakan ilmu tentang tanda yang mempelajari sistem-sistem dan konvensinya yang memungkinkan tanda tersebut mempunyai arti. Dalam karya sastra bahannya adalah bahasa, karena bahasa memiliki sistem dan konvensi yang tidak lepas dari sistem bahasa dan artinya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori semiotika tanda yang dikemukakan oleh Charles Sanders Peirce, yaitu bagaimana aspek moral yang menandai adanya moral dalam kumpulan cerpen Tamu dari Paris karya Yanusa Nugroho.


(22)

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian suatu penelitian. Penelitian Nurhayati (2008) yang berjudul ”Nilai Moral dalam Novel Sang Guru karya Gerson Poyk: Tinjauan Semiotik” mengungkapkan nilai moral yang terdapat dalam novel Sang Guru antara lain: (1) Moral keagamaan, yaitu menyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa dan menaati ajaran agama yang ditunjukkan oleh tokoh Ben, (2) Moral kekeluargaan, yaitu berbakti pada orangtua yang ditunjukkan pada tokoh Ben yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari terhadap ibunya,(3) Moral individu, yaitu berjiwa besar yang digambarkan pada sikapnya yamg berbicara kepada kepala sekolah, kejujuran yang digambarkan ketika Ben berbicara kepada temannya, yaitu Frits, tanggung jawab yang ditunjukkan Ben ketika temannya Said mengalami kecelakaan,(4) Moral kemasyarakatan, yakni menyesuaikan diri dengan lingkungan, digambarkan pada Ben yang bisa menyesuakan diri dengan lingkungan, lingkungan sosial digambarkan keakraban Ben yang akrab dengan keluarga pak Ismail, tolong-menolong ditunjukkan pada tokoh ibu Maria, menghargai orang lain ditunjukkan pada sikap orang tua murid Ben. (5) Moral Negara, yaitu ditunjukkan pada sikap Ben sebagai seorang guru sebagai sosok yanga mengabdi pada Negara.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian terhadap kumpulan cerpen Tamu dari Paris karya Yanusa Nugroho ditinjau dari pendekatan semiotik khususnya aspek moral belum pernah diteliti. Aspek moral yang menjadi landasan penelitian adalah tujuh sikap kepribadian moral menurut Suseno, yaitu kejujuran, nilai-nilai otentik, kesediaan untuk bertanggung jawab, kemandirian moral, keberanian


(23)

moral, kerendahan hati, dan realistik dan kritis dalam kumpulan cerpen Tamu dari Paris karya Yanusa Nugroho melalui tinjauan semiotik. Oleh sebab itu, keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Objek Penelitian

Objek penelitian adalah variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian (Arikunto, 2000: 29). Objek penelitian dalam penelitian ini adalah aspek moral yang terdapat dalam kumpulan cerpen Tamu dari Paris karya Yanusa Nugroho yang diterbitkan oleh penerbit buku Grasindo tahun 2005.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2000: 108). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen Tamu dari Paris karya Yanusa Nugroho yang berisi empat belas cerpen. Dalam menentukan sampel digunakan teknik purposive sampling,yaitu teknik penggunaan sampel berdasarkan tujuan tertentu (Arikunto, 2000: 127). Tujuan tersebut berupa cerpen-cerpen yang memiliki permasalahan moral.

Kumpulan cerpen Tamu dari Paris terdiri dari empat belas cerpen dan lima cerpen dijadikan sampel, yaitu cerpen Tamu dari Paris, Air Mata Rumput, Bulan di Jendela Apartemen, Danau Kesucian, dan Kurban Terbaik karena memiliki permasalahan moral berupa kepribadian moral pada setiap tokohnya.


(25)

3.3Data dan Sumber Data

Data kualitatif adalah data yang berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka (Aminuddin, 1990: 16). Data dalam penelitian ini berupa kata, kalimat, atau ungkapan yang mengandung aspek moral dalam kumpulan cerpen Tamu dari Paris. Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer merupakan data yang langsung didapat dan diperoleh oleh penulis dari sumber pertamanya untuk keperluan penelitian (Surachmad, 1990: 163).

Sumber Data:

Judul kumpulan cerpen : Tamu dari Paris

Pengarang : Yanusa Nugroho

Penerbit : Grasindo

Jumlah Hal : 133 Halaman

Cetakan : Pertama

Tahun Terbit : 2005

Warna Sampul : ungu-merah-biru Desain Sampul : Acep Zamzam Noor

Sumber data sekunder adalah sumber data yang terlebih dahulu dikumpulkan orang di luar penyelidik itu sendiri walaupun yang dikumpulkan itu sebenarnya adalah data asli (Surachmad, 1990: 163). Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku sastra, referensi, catatan singkat, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian. Data penelitian berisi kutipan-kutipan data dari buku, dokumen, catatan resmi, dan lain-lain untuk memberi gambaran laporan.


(26)

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan adalah mengumpulkan data buku-buku yang ada di perpustakaan. Data tulisan diperoleh dari naskah dan buku-buku acuan. Dalam mengkaji kumpulan cerpen Tamu dari Paris, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, artinya yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi, tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan variabel (Aminuddin, 1990: 16). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik pustaka, simak dan catat. Teknik pustaka adalah teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memeroleh data (Subroto, 1992: 42). Teknik simak adalah suatu metode pemerolehan data yang dilakukan dengan cara menyimak suatu penggunaan bahasa. Teknik simak dan teknik catat berarti peneliti sebagai instrumen kunci melakukan penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data primer untuk memperoleh data yang diinginkan.

Hasil penyimakan kemudian dicatat sebagai sumber data. Dalam data yang dicatat itu disertakan kode sumber datanya untuk mengecek ulang terhadap sumber data ketika diperlukan dalam rangka analisis data (Subroto, 1992 : 42).

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Data dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan kata, kalimat, paragraf dengan tinjauan semiotik. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembacaan model semiotik, yaitu pembacaan heuristik dan pembacaan


(27)

hermeneutik. Pembacaan heuristik merupakan pembacaan karya sastra pada sistem semiotik tingkat pertama. Sistem semiotik berupa pemahaman makna sebagaimana yang dikonvensikan oleh bahasa. Jadi, bekal yang dibutuhkan adalah pengetahuan tentang sistem bahasa itu dan kompetensi terhadap kode bahasa (Nurgiyantoro, 2007: 33). Hermeneutik, menurut Teeuw (1989: 123), adalah ilmu atau teknik memahami karya sastra dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih luas menurut maksudnya (dalam Nurgiyantoro, 2007: 33). Cara kerja hermeneutik untuk penafsiran karya sastra, menurut Teuw dilakukan dengan pemahaman keseluruhan berdasarkan unsur-unsurnya, sebaliknya, pemahaman unsur-unsur berdasarkan keseluruhannya (dalam Nurgiyantoro, 2007: 34). Hubungan antara heuristik dan hermeneutik dapat dipandang sebagai hubungan yang bersifat gradasi sebab kegiatan pembacaan dan kerja hermeneutik yang oleh Riffaterre juga sebagai pembaca retroaktif memerlukan pembacaan berkali-kali dan kritis (Nurgiyantoro, 2007: 32). Pembacaan heuristik dan hermeneutik merupakan dua metode yang digunakan dalam kajian semiotik karena keduanya mempunyai hunbungan yang saling melengkapi dengan tujuan untuk mencapai pemahaman makna secara optimal.

Dalam kumpulan cerpen Tamu dari Paris, tahap pertama yang dilakukan peneliti adalah pembacaan heuristik, yaitu menemukan bagaimana struktur bahasa dengan mengungkapkan unsur-unsur struktural yang membangun cerpen. Misalnya pada cerpen Kurban Terbaik memiliki tema “kepedulian terhadap saudara yang miskin.” Pada cerpen ini menggunakan alur lurus, yaitu penceritaannya urut atau maju, mulai dari pengenalan, klimaks, hingga


(28)

penyelesaian tanpa menceritakan kejadian yang sebelumnya. Penokohan dalam cerpen ini menggunakan penokohan secara dramatik (Harjito, 2007: 6), yaitu pembaca menyimpulkan sendiri bagaimana sifat tokoh. Misalnya, pada tokoh Rizky, peneliti menyimpulkan tokoh Rizky (secara dramatik diceritakan masih anak-anak) mempunyai sifat kepedulian terhadap saudaranya (Om Rus, adik ayahnya) yang miskin walaupun beda agama dari mereka semua. Latar tempat pada cerpen ini terjadi di rumah Eyang (hlm. 52) dan latar waktu pada saat sore hari atau pada saat magrib (hlm. 52 dan hlm. 53). Setelah mengungkapkan unsur-unsur struktural berdasarkan struktur kebahasaan (sistem semiotik tingkat pertama), peneliti melakukan pembacaan secara hermeneutik, yaitu melakukan pembacaan secara berulang-ulang (retroaktif) berdasarkan struktur bahasa dalam makna yang lebih luas sehingga ditemukan maksudnya (sistem semiotik tingkat kedua). Pembacaan ini dilakukan untuk menemukan bagaimana aspek moral dalam kumpulan cerpen Tamu dari Paris. Pada cerpen Kurban Terbaik, adanya kepedulian Rizky dalam memberitahukan bahwa uang yang sudah dikumpulkan itu sebaiknya diserahkan kepada Om Rus menandakan tokoh Rizky memiliki moral, yaitu keberanian moral. Risky memiliki tekad untuk mempertahankan sikap yang telah diyakininya sebagai kewajiban. Kewajibannya membantu saudara yang membutuhkan pertolongan sudah mencerminkan ia memiliki keberanian moral.


(29)

BAB IV

ASPEK MORAL TERHADAP KUMPULAN CERPEN TAMU DARI PARIS

KARYA YANUSA NUGROHO 4. 1 Aspek moral Cerpen

Menurut Suseno, kekuatan moral adalah kekuatan kepribadian seseorang yang mantap dalam kesanggupannya untuk bertindak sesuai dengan apa yang diyakininya sebagai benar. Terdapat tujuh sikap kepribadian moral yang kuat yang harus dimiliki oleh setiap orang. Ketujuh sikap kepribadian moral tersebut antara lain:

1. Kejujuran

Kejujuran, yaitu bersikap terbuka dan bersikap fair (Suseno, 1987:142) juga dapat diartikan berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran. Jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai dengan yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat dianggap atau dinilai tidak jujur. Jujur merupakan lawan dari dusta atau bohong. Antara hati dan perkataan harus sama, tidak boleh berbeda apalagi antara perkataan dan perbuatan atau sikap (Ilyas, 1999:81).

2. Nilai-nilai Otentik

Nilai-nilai otentik, yaitu menjadi diri sendiri dan menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya (Suseno, 1987:143). Dalam hal ini nilai-nilai otentik dapat dikatakan menjadi diri sendiri namun masih bersikap wajar dan tidak terbawa oleh keadaan atau situasi yang kurang baik.


(30)

3. Kesediaan untuk Bertanggung Jawab

Kesediaan untuk bertanggung jawab, yaitu kesediaan untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya sendiri (Suseno, 1987: 145). Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang memperhitungkan apa akibat dari perbuatan yang telah diperbuatnya itu. Oleh karena itu, orang yang bertanggung jawab senantiasa berhati-hati dalam menentukan segala keputusan yang akan diambil.

4. Keberanian Moral

Keberanian moral, yaitu menunjukkan diri dalam tekad untuk tetap mempertahankan sikap yang telah diyakini sebagai kewajiban walaupun tidak disetujui atau secara aktif dilawan oleh lingkungan atau kesetiaan terhadap suara hati yang menyatakan diri dalam kesediaan untuk mengambil risiko konflik (Suseno, 1987:147).

5. Kerendahan Hati

Kerendahan hati, yaitu kekuatan batin untuk melihat diri sesuai dengan kenyataannya (Suseno, 1987:148). Bisa diartikan tidak melebih-lebihkan kenyataan atau keadaan yang dialaminya dan tidak sombong.

6. Kemandirian Moral

Kemandirian moral, yaitu mempunyai pendirian sendiri dan bertindak sesuai dengan hati nurani sendiri, tidak ikut-ikutan dengan berbagai pandangan moral dalam lingkungannya sendiri (Suseno, 1987:146)


(31)

7. Realistik dan Kritis

Realistik dan kritis, yaitu tanggung jawab moral menuntut agar kita terus-menerus memperbaiki apa yang ada supaya lebih adil dan lebih sesuai dengan martabat manusia (Suseno, 1987:150).

Berikut ini adalah aspek moral dari lima cerpen dari kumpulan cerpen Tamu dari Paris karya Yanusa Nugroho berdasarkan ketujuh sikap kepribadian moral tersebut.

4.1.1 Tamu dari Paris 1. Kejujuran

Pada cerpen ini aspek kejujuran terdapat pada tokoh Sabar ketika ia menjelaskan kepada Mbak Ely bahwa kehidupannya sudah jauh berbeda dari kehidupannya sewaktu masih kecil dulu. Berikut kutipannya.

“oh, kamu masih 2 tahun, Bar… kamu masih digendong sama tante…”

Ya, mungkin. Kini, aku sudah punya tiga anak. Umurku sudah tiga puluh tahun. Mbak Ely pasti sudah empat puluh.” (Nugroho, 2005: 7).

Dari kutipan di atas Mbak Ely bercerita tentang tokoh Sabar sewaktu kecil yang masih digendong oleh tante mereka. Ketika digendong, Sabar masih berumur 2 tahun, dapat kita lihat pada kutipan oh, kamu masih 2 tahun, Bar. Tokoh Mbak Ely mengingat masa lalu ketika tokoh Sabar masih berumur 2 tahun. Namun, Sabar membalas ungkapan Mbak Ely dengan mengatakan bahwa ia tidak kecil lagi, ia sudah berumur tiga puluh tahun dan sudah dikarunai anak, yaitu pada kalimat Kini, aku sudah punya tiga anak. Umurku sudah tiga puluh tahun. Sifat


(32)

keterbukaan Sabar terdapat pada kalimat Kini, aku sudah punya tiga anak. Umurku sudah tiga puluh tahun. Tanda kini, aku sudah punya tiga anak. Umurku sudah tiga puluh tahun adalah ungkapan kejujuran tokoh Sabar tentang dirinya kepada tokoh Mbak Ely. Mbak Ely tidak menanyakan berapa anak Sabar dan berapa umur Sabar. Namun, Sabar menjelaskan bahwa ia sudah punya anak dan ia (Sabar) sudah berumur tiga puluh tahun. Artinya Sabar tidak ingin menutupi kehidupannya yang sudah berumah tangga dan sudah memiliki anak. Keterbukaan Sabar dalam kutipan di atas menjelaskan Sabar memiliki aspek moral dari kepribadian moral berupa aspek kejujuran.

Sifat keterbukaan Sabar juga terdapat pada kutipan berikut.

berapa harga tulisanmu? Cukup buat makan sebulan?” lalu Mbak Ely mencecarku dengan berbagai pertanyaan yang sama sekali tak bisa kukuasai. “aku, kan, juga mengajar di Sekolah Dasar, Mbak…jadi, gantungan hidupku, ya, bukan dari tulisan…” (Nugroho: 2005: 8)

Sabar adalah seorang penulis yang diketahui Mbak Ely. Mbak Ely tidak mengetahui profesi lain dari Sabar. Kalimat berapa harga tulisanmu? Cukup buat makan sebulan? adalah pertanyaan Mbak Ely tentang harga tulisan Sabar yang tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga Sabar. Pertanyaan itu ingin menegaskan bahwa setiap tulisan-tulisan yang dikerjakan oleh Sabar tidaklah mungkin bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, pada kalimat cukup buat makan sebulan? Tulisan-tulisan itu pastilah murah kalaupun dijual. Pertanyaaan itu hanya dibalas Sabar dangan mengatakan bahwa kebutuhan hidupnya bukan dari tulisan, melainkan dari pekerjaannya sebagai pengajar di


(33)

sekolah dasar, yaitu terdapat pada tanda aku, kan, juga mengajar di Sekolah Dasar, Mbak. Jadi, gantungan hidupku, ya, bukan dari tulisan. Sabar seorang penulis dan ia memiliki pekerjaan sebagai seorang guru. Dari profesi gurulah Sabar dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Pertanyaan berapa harga tulisanmu? Dijawab Sabar dengan aku, kan, juga mengajar di Sekolah Dasar, Mbak menandakan adanya sifat keterbukaan pada diri Sabar bahwa dirinya selain seorang penulis juga seorang guru. Sifat keterbukaan itu terjadi ketika Mbak Ely tidak mengetahui apa sebenarnya profesi Sabar pada kalimat berapa harga tulisanmu? Cukup buat makan sebulan? selain seorang penulis. Sifat keterbukaan ini menandakan bahwa Sabar memiliki aspek moral berupa aspek kejujuran.

Kejujuran juga dapat diartikan antara hati dan perkataan harus sama, tidak boleh berbeda, apalagi antara perkataan dan perbuatan atau sikap. Kejujuran tercermin juga dalam diri Mbak Ely. Berikut kutipannya.

Percaya atau tidak, aku mencintaimu karna aku mengetahui kepedihan tulisanmu… Ikut aku ke Paris, yuk…” ucapnya sambil memeluk punggungku…(Nugroho, 2005: 11)

Pada kutipan di atas terdapat ucapan Mbak Ely yang ingin meyakinkan Sabar bahwa ia mencintainya dan ia mengetahui kepedihan Sabar dari tulisannya. Tanda percaya atau tidak, aku mencintaimu menjelaskan bahwa Mbak Ely tidak dapat menyembunyikan rasa cintanya yang selama ini disimpannya dalam hatinya sehingga ia mengutarakan saat itu juga kepada Sabar. Mbak Ely seharusnya tidak mungkin mencintai tokoh Sabar karena mereka sudahlah berumah tangga.


(34)

merasa menderita atau mengalami kepedihan dari tulisannya sehingga ia ingin mengajaknya ke Paris. Perasaan cinta Mbak Ely juga tidak terlepas dari perbuatannya. Pada kalimat ucapnya sambil memeluk punggungku menandakan perasaan cinta Mbak Ely bukan hanya di hatinya saja namun ia juga melakukan perbuatan dengan memeluk punggung tokoh Sabar. Tidak adanya perbedaan antara hati dan perkataan serta perbuatan atau sikap yang dilakukan Mbak Ely kepada Sabar menandakan tokoh Mbak Ely memiliki aspek kejujuran.

2. kerendahan hati

Kerendahan hati berarti tidak melebih-lebihkan kenyataan berdasarkan hal yang dialaminya. Kerendahan hati terdapat pada tokoh Sabar berdasarkan data berikut.

…. Kurasakan inilah diriku; seorang laki-laki pengecut,munafik, dan hanya bisa merintih-rintih mempertanyakan keadilan; seorang laki-laki yang selalu ragu pada keputusannya sendiri.Aku punya keluarga, Mbak…,” jawabku singkat. (Nugroho, 2005: 11).

Kerendahan hati Sabar diawali pada perkataannya terhadap dirinya sendiri yang menganggap dirinya adalah seorang pengecut, munafik, dan ragu pada keputusannya sendiri. Perkataan itu tidak melebih-lebihkan kenyataan tokoh Sabar bahwa dirinya adalah seorang laki-laki pengecut, munafik, dan ragu pada keputusannya terhadap kepribadian tokoh Mbak Ely. Ia tahu bawa ia telah berumah tangga dan tidak mungkin bisa bersama Mbak Ely. Ia hanya sulit untuk menolak cinta Mbak Ely hingga ia mengatakan dirinya begitu lemah sebagai seorang laki-laki. Kerendahan hatinya menilai diri pengecut, munafik, dan ragu pada keputusannya sendiri merupakan kenyataan yang terjadi. Ia sulit menerima


(35)

keadaan atau kenyataan hingga ia merintih-rintih mempertanyakan keadilan. Tokoh Sabar sebenarnya tidak ingin mengatakan dia seperti itu. Dia hanya merasa dirinya tidak mampu menolak ajakan Mbak Ely yang ingin membawanya ke Paris.

….Ikut aku ke Paris, yuk…,” ucapnya sambil memeluk punggungku… (Nugroho, 2005: 11).

Kerendahan hati Sabar tertanda saat dia menjawab singkat Aku punya keluarga, Mbak untuk menolak permintaan Mbak Ely. Kalimat Aku punya keluarga, Mbak menandakan kerendahan hati Sabar bahwa ia telah memiliki keluarga dan tidak mungkin ditinggalkan begitu saja. Penolakan ajakan Mbak Ely yang dilakukan Sabar merupakan penanda bahwa Sabar memliki aspek moral berupa aspek kerendahan hati.

3. nilai-nilai otentik

Nilai-nilai otentik dalam cerpen ini terdapat dalam diri tokoh Mbak Ely. Mbak Ely merupakan seorang wanita yang telah lama tinggal di Paris secara tiba-tiba pulang ke kampung halamannya untuk menemui saudara-saudaranya. Penampilan Mbak Ely sangat jauh berbeda dari penampilan wanita pada umumnya seperti pada kutipan berikut.

perempuan itu dengan rambut pendek segera merebut perhatian hampir setiap orang. Bayangkan, kami semua yang ada di sini, wanitanya, maksudku, mengenakan kerudung jika bepergian keluar rumah, sementara perempuan itu, dengan tenangnya memamerkan rambut pendeknya yang sangat rapi, kacamata hitam bertengger di kepalanya, mengenakan kaos biru telur asin, tanpa lengan,


(36)

Dari kutipan di atas wanita pada daerah tempat tinggal kampung halamannya semua memakai kerudung kalau keluar rumah sehingga rambut wanitanya tidak terlihat. Namun, Mbak Ely secara tiba-tiba datang dengan memperlihatkan rambut pendeknya tanpa memakai kerudung dan membuat semua orang memperhatikannya, terlihat pada kalimat pertama perempuan itu dengan rambut pendek segera merebut perhatian hampir setiap orang. Mbak Ely juga memakai kacamata yang bertengger di kepalanya, memakai kaos tanpa lengan, dan memakai celana yang ketat sehingga membuat semua orang di situ memperhatikannya. Nilai otentik adalah menjadi diri sendiri dan menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya. Begitulah pada diri Mbak Ely menunjukkan keasliannya. Mbak Ely tanpa sungkan menunjukkan rambut pendeknya padahal wanita harus memakai kerudung kalau keluar rumah, pada kalimat kedua Bayangkan, kami semua yang ada di sini, wanitanya, maksudku, mengenakan kerudung jika bepergian keluar rumah, sementara perempuan itu, dengan tenangnya memamerkan rambut pendeknya yang sangat rapi. Mbak Ely tidak memandang bagaimana penampilan yang seharusnya jika datang ke kampung halamannya. Ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri dan menunjukkan sesuai dengan keasliannya. Perhatikan data berikut ini.

“…. Lihat saja, sejak tiba, aku sudah dimusuhi. Kenapa, coba? Apa karena

rambut pendekku? Apa karena aku suka tertawa? Lalu kalau aku pakai kerudung

seperti mereka jika keluar rumah, lantas mereka jadi bersahabat? hubungan macam apa ini?....” (Nugroho, 2005: 8).


(37)

Pada kutipan di atas, terlihat kekecewaan dan kemarahan Mbak Ely atas perlakuan saudara-saudaranya yang tidak menyukai penampilannya. Sejak tiba saja ia (Mbak Ely) sudah dimusuhi oleh saudara-saudaranya, yaitu pada kalimat lihat saja, sejak tiba, aku sudah dimusuhi. Mbak Ely kecewa karena saudara-saudaranya tidak menyukai penampilannya dan juga karena ia suka tertawa. Mbak Ely hanya ingin menjadi dirinya sendiri, bukan seperti kemauan saudara-saudaranya yang mengharuskan saeorang perempuan memakai kerudung seperti pada kalimat ketiga lalu kalau aku pakai kerudung seperti mereka jika keluar rumah, lantas jadi bersahabat? Walaupun Mbak Ely adalah seorang perempuan, ia tidak mau memakai kerudung karena ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri. Ia tidak ingin terikat dengan adat yang ada di daerahnya yang telah lama ia tinggalkan. Ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri tanpa kerudung. Penampilan Mbak Ely yang sesuai dengan dirinya sendiri dan sesuai dengan keasliannya menunjukkan ia memiliki aspek moral berupa aspek nilai-nilai otentik.

Dari uraian-uraian yang telah dijelaskan di atas, cerpen Tamu dari Paris memliki tiga aspek moral dari tujuh sikap kepribadian moral, diantaranya aspek kejujuran, aspek kerendahan hati, dan aspek nilai-nilai otentik. Tokoh Sabar memiliki aspek kejujuran dan kerendahan hati, sedangkan tokoh Mbak Ely memiliki aspek kejujuran dan aspek nilai-nilai otentik.


(38)

4.1.2 Air Mata Rumput 1. Kejujuran

Pada cerpen ini aspek kejujuran muncul pada tokoh Tery, istri dari tokoh laki-laki muda, ketika melakukan percakapan dengan tokoh si Aku.

kami lalu ngobrol. Tepatnya, dia mengeluarkan semua yang selama ini

terpendam. Aku tak tahu persis, mengapa dia meluapkannya padaku, padahal aku bukanlah kawan dekatnya atau suaminya. Tapi, aku pun tak tahu pasti mengapa aku tak bisa mengelak. (Nugroho, 2005: 17).

Pada kutipan di atas, Tery bercerita tentang masalah rumah tangga dan mencurahkan isi hatinya. Pada kalimat dia mengeluarkan semua, terpendam, dan meluapkannya padaku menandakan bahwa Tery tidak dapat menahan perasaan sakit hati dan kepedihan yang selama ini bersama suaminya sehingga ia mencurahkan semua isi hatinya dengan jujur tanpa ada paksaan. Tanda mengeluarkan semua bermakna segala keluh kesah dan penderitaan yang ia alami selama ini tercurah semua melalui perkataannya kepada tokoh Aku. Sudah pasti perkataan-perkataaan yang ia lontarkan adalah segala gejolak jiwa yang telah lama berada di hatinya (terpendam). Tery tidak tahu lagi mau mencurahkan kepada siapa kecuali kepada tokoh si Aku padahal tokoh si Aku bukanlah teman dekatnya apalagi keluarganya. Perhatikan kembali kutipan berikut.

“entahlah. Yang jelas saya sedih. Saya kehilangan seseorang yang dulu pernah datang berjalan kaki, dan seolah selalu menyimak rumput dan tanah, ke rumah saya. Itu yang membuat saya menerima lamarannya.” Kopi toraja yang kuhirup ini memang tanpa gula, tapi jauh lebih manis daripada cerita yang mengalir dari bibir Tery. (Nugroho, 2005: 18-19).


(39)

Kutipan di atas menjelaskan penuturan yang diungkapkan tokoh Tery kepada tokoh si Aku tentang bagaimana perasaannya yang sedih terhadap perubahan sifat suaminya yang sekarang. Ia menuturkan sifat suaminya yang dulu selalu menyimak rumput dan tanah ketika akan ke rumahnya. Namun semua itu telah berubah. Pada kalimat cerita yang mengalir dari bibir Tery menjelaskan bahwa tokoh Tery menceritakan dengan jujur berdasarkan perasaan yang telah dialaminya kepada tokoh si Aku. Dari penjelasan di atas, Tery memiliki salah satu aspek moral dalam kepribadian moral berupa aspek kejujuran.

2. kemandirian moral

Aspek kemandirian moral adalah mempunyai pendirian sendiri dan bertindak sesuai dengan hati nurani. Dalam cerpen ini kemandirian moral terdapat pada diri Tery ketika suaminya mau menjualnya kepada orang lain, seperti pada kutipan berikut.

kisah selanjutnya adalah sebuah sungai panjang kepedihan seorang istri yang tiba-tiba sadar bahwa dirinya “diperjualbelikan” oleh suaminya sendiri.

“Tentu saja saya tolak. Meskipun dia beralasan ini itu, saya tetap menolak. Sampai-sampai saya berteriak bahwa saya ini istrinya, bukan peliharaannya. Bayangkan Mas…,” isaknya. (Nugroho, 2005: 18)

Pada kutipan di atas dapat ditemukan bahwa Tery megalami kesedihan karena suaminya begitu tega mau memperjualbelikan dirinya kepada orang lain. Dari tanda diperjuabelikan di atas menjelaskan bagaimana seorang suami menjual istrinya sendiri kepada orang lain. Makna diperjualbelikan berarti menjual seseorang kepada siapa saja yang mau membelinya. Tanda ini memberi makna


(40)

adanya perlakuan paksaan atas kehendak pribadi seseorang tersebut dengan tujuan mendapatkan apa yang diinginkan. Paksaan ini tentu saja tidak sepihak dengan orang yang mau dijual (Tery). Adanya penolakan memberikan penjelasan bahwa kehendak hati tidak bisa dipaksakan. Tanda saya tolak pada data di atas menjelaskan penolakan Tery terhadap suaminya yang mau membawanya dan menjual dirinya yang tidak sesuai dengan hati nurani tokoh Tery. Tery mengetahui perbuatan suaminya tidak baik dan tidak menerima sesuai hati nuraninya pada kalimat tentu sajasaya tolak, meskipun dia beralasan ini itu, saya tetap menolak. Penolakan ini menandakan Tery memliki aspek kemandirian moral karena tetap pada pendirian dan menyetujui kemauan hati nurani menolak perbuatan yang tidak benar.

Dari penjelasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan cerpen Air Mata Rumput memiliki dua aspek moral dari tujuh kepribadian moral tokoh, yaitu aspek kejujuran dan aspek kemandirian moral yang terdapat pada diri tokoh Tery.

4.1.3 Bulan di Jendela Apartemen

1. kesediaan untuk bertanggung jawab

Aspek moral kesediaan untuk bertanggung jawab, yaitu kesediaan melakukan tugas dan tanggung jawabnya sendiri. Aspek kesediaan bertanggung jawab terdapat pada diri ayah Ade ketika ia tidak mampu membayar pengobatan istrinya (ibu Ade) yang baru saja melahirkan Ade. Berikut datanya.


(41)

ketika saat kepulangan tiba, Ayah hanya duduk pasrah di depan kepala rumah sakit. Dia hanya menyerahkan kedua tangannya untuk diborgol karena tak punya apa-apa untuk membayar pengobatan ibu. Kepala rumah sakit dan semua orang yang ada di situ tak bisa berbuat banyak. Mereka akhirnya sepakat mengganti kewajiban ayah dengan menjadikannya tukang cat rumah, yang harus bekerja selama beberapa bulan tanpa bayar (Nugroho, 2005: 24-25).

Kutipan di atas menunjukkan bagaimana seorang ayah yang pasrah terhadap keadaan hidupnya ketika istrinya baru saja melahirkan. Ayah Ade pasrah karena tidak mempunyai apa-apa untuk membayar uang pengobatan istrinya. Ia hanya menyerahkan kedua tangannya untuk diborgol sebagai cara mempertanggungjawabkan risikonya. Tanda menyerahkan kedua tangannya pada data di atas menjelaskan bahwa ayah Ade memiliki tanggung jawab atas risiko yang diakibatkannya karena ia tidak dapat membayar pengobatan rumah sakit terhadap istrinya yang baru melahirkan. Keadaan ini membuat pihak rumah sakit tidak dapat berbuat apa-apa (Kepala rumah sakit dan semua orang yang ada di situ tak bisa berbuat banyak) kecuali mengganti kewajiban ayah Ade dengan memberinya pekerjaan di rumah sakit beberapa bulan tanpa dibayar. Berdasarkan tindakan ayah Ade yang bertanggung jawab dengan menyerahkan tangannya untuk di borgol dan menerima pekerjaan sebagai tukang cat di rumah sakit tanpa dibayar sebagai kewajiban karena ketidakmampuan membayar pengobatan istrinya menandakan bahwa ayah Ade memiliki salah satu moral dari tujuh kepribadian moral, yaitu memiliki aspek kesediaan untuk bertanggung jawab.

Kesediaan untuk bertanggung jawab juga dimiliki oleh dua kakak laki-laki Ade ketika melihat ayahnya menjadi tukang cat di rumah sakit. Berikut datanya.


(42)

untunglah, ada dua kakak laki-lakiku, yang waktu itu masih berusia 10 dan 11 tahun, yang membantu ayah. Mereka merelakan diri untuk tidak bermain. Bahkan, sering kali, karena jatah makan di rumah sakit hanya untuk satu orang, mereka berdua makan hanya satu atau dua suap nasi (Nugroho, 2005: 25).

Dari kutipan di atas, kedua kakak laki-laki Ade yang berusia 10 dan 11 tahun melihat ayah mereka bekerja tanpa dibayar di rumah sakit sebagai kewajiban membayar pengobatan ibu mereka. Mereka melihat dan akhirnya membantu ayah mereka dengan merelakan untuk tidak bermain. Tanda mereka merelakan diri untuk tidak bermain menjelaskan bahwa sebagai anak-anak (10 dan 11 tahun) masih sepantasnyalah bermain sebagaimana anak-anak lainnya. Namun, melihat keadaan ayahnya, mereka akhirnya memiliki tanggung jawab sebagai anak untuk membantu ayahnya dan meringankan beban yang dipikul ayahnya bekerja sebagai tukang cat tanpa dibayar. Tanda membantu dan merelakan diri untuk tidak bermain menjelaskan adanya kesediaan kedua kakak laki-laki Ade bertanggung jawab kepada ayahnya. Dengan adanya kesedian kedua kakak laki-laki Ade yang bertanggung jawab membantu beban ayahnya bekerja di rumah sakit tanpa dibayar menyimpulkan bahwa kedua kakak laki-laki Ade memiliki salah satu aspek moral dari tujuh kepribadian moral, yaitu adanya aspek kesediaan bertanggung jawab.

2. Realistik dan kritis

Aspek realistik dan kritis berarti memiliki tanggung jawab moral agar terus-menerus memperbaiki apa yang ada supaya lebih adil dan lebih baik dari yang sebelumnya. Artinya adanya tanggung jawab atau kesadaran dari kehidupan sebelumnya yang tidak baik agar menjadi lebih baik. Aspek moral ini terdapat


(43)

aku tak mau kekalahan ayah-ibuku kembali menggulung kehidupanku. Ayah tersisih dari kehidupannya karena dia “hanya” laki-laki yang dengan mudah dikalahkan oleh “kepentingan” lain. ibu terpaksa “membuka pakaian” karena tak punya pilihan. Aku tak perlu merebut perhatian bosku, karena kehadiranku saja sudah cukup membuat ubun-ubunnya meleleh! (Nugroho, 2005: 27).

Ade adalah seorang wanita yang memiliki keluarga yang berantakan. Ayah Ade tidak mempunyai pekerjaan tetap dan selalu dipecat, sedangkan ibunya terpaksa memelacurkan diri demi memenuhi kehidupan mereka. Pada kalimat pertama aku tak mau kekalahan ayah-ibuku kembali menggulung kehidupanku menjelaskan Ade ingin memperbaiki kehidupannya agar lebih baik. Kalimat aku tak mau kekalahan ayah-ibuku kembali menggulung kehidupanku sudah menjelaskan bahwa diri Ade ingin lebih baik dari kehidupan orangtuanya dan bertanggung jawab memperbaiki kehidupan orangtuanya. Dalam hal ini kedua orangtuanya telah gagal dalam menjalani kehidupan mereka apalagi kekerasan hidup yang dijalani kedua orangtuanya dirasakan juga oleh Ade pada waktu itu walaupun Ade masih kecil. Dia tidak mau kekalahan yang diterpa keluarganya dalam memenuhi kehidupan mereka menimpa dirinya kembali. Masa-masa lalunya yang berantakan tidak akan lagi mengganggu kehidupannya. Dia ingin memperbaiki semua yang telah berlalu menjadi lebih baik. Kekalahan orangtuanya dalam menjalani kehidupan tidak akan mempengaruhi kehidupannya sekarang. Apalagi pada kutipan di atas pada kalimat terakhir aku tak perlu merebut perhatian bosku, karena kehadiranku saja sudah cukup membuat ubun-ubunya meleleh menjelaskan bahwa Ade sangat disukai atasannya dari kehadirannya selama ia


(44)

bekerja sehingga tidak perlu ada perjuangan merebut perhatian atasannya kembali. Kehadirannya saja sudah membuat atasannya menyukainya. Ade ingin memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik dari kehidupan yang sebelumnya yang dialami keluarganya. Perhatikan kutipan berikut.

Usiaku masih muda. Bintangku kian cemerlang. Otakku cerdas, terasah kerasnya kehidupan ayah-bundaku. Aku cepat tanggap setiap ucapan dan sesegera mungkin menciptakan “perangkap.” (Nugroho, 2005, 27).

Kekerasan kehidupan yang dialami keluarga Ade membuatnya menjadi pelajaran umtuk kehidupan masa depannya. Ade semakin optimis dan cepat tanggap terhadap sesuatu di dalam pekerjaannya. Pada kutipan di atas usia tokoh Ade masih muda namun ia sudah berpengaruh dalam pekerjaaannya. Kecerdasannya timbul akibat kerasnya kehidupan keluarganya. Kalimat otakku cerdas, terasah kerasnya kehidupan ayah-bundaku menjelaskan tokoh Ade yang tidak memiliki kecerdasan dalam hal pendidikan dan hanya tamatan SMA dapat memimpin perusahaan hanya disebabkan kerasnya kehidupan masa lalu kudua orangtuanya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Ade memliki salah satu aspek moral dari tujuh kepribadian moral, yaitu pada aspek moral realistik dan kritis karena Ade tidak mau kehidupannya seperti kehidupan orangtuanya dulu yang “kalah” menjalani kehidupan.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, cerpen Bulan di Jendela Apartemen memiliki dua aspek moral dari tujuh kepribadian moral pada tokoh-tokohnya, yaitu aspek kesediaan untuk bertanggung jawab dan aspek realistik dan kritis. Aspek kesediaan untuk bertanggung jawab terdapat pada tokoh ayah Ade


(45)

dan kedua saudara laki-laki Ade, sedangkan aspek realistik dan kritis terdapat pada tokoh Ade.

4.1.4 Danau Kesucian

Pada cerpen Danau Kesucian terdapat aspek moral dari tujuh kepribadian moral pada tokoh-tokoh di dalamnya, yaitu:

1. Keberanian Moral

Keberanian Moral merupakan adanya tekad atau keberanian untuk tetap mempertahankan sikap yang telah diyakini sehingga hal-hal yang tidak baik dapat dihindari. Moral ini terdapat pada diri tokoh Aku.

dalam buaian gelombang asmara yamg mendebur-debur dari kulit Sinawang, tiba-tiba aku menolaknya. Kudorong tubuhnya yang molek boneka gading sempurna. Matanya terbelalak seakan tak percaya dengan segala yang tiba-tiba yang menggelegar di hadapannya. Dia memelukku, mengulumkan kekuatan bibirnya ke pusat kelemahanku, namun aku sudah tak merasakan lagi semuanya. Kekuatan penyesalanku lebih kekar (Nugroho. 2005: 39).

Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bagaimana tokoh Aku menolak Sinawang yang mau mendekatinya. Sinawang adalah seorang bidadari yang sangat cantik dengan tubuh sangat sempurna, yaitu pada kalimat kedua kudorong tubuhnya yang molek boneka gading sempurna. Dijelaskan bahwa tokoh Sinawang adalah seorang bidadari yang memiliki tubuh sempurna. Dengan memiliki kecantikan dan tubuh yang sempurna sangat tidak mungkin tidak ada yang menolaknya. Namun, tokoh Aku dengan tiba-tiba menolak dan mendorong tubuh Sinawang


(46)

yang mendekatinya. Tanda tiba-tiba aku menolaknya menjelaskan adanya keadaan refleks dari tokoh Aku untuk menolak atau tidak mengikuti ajakan Sinawang hingga membuat Sinawang tidak percaya. Rayuan-rayuan yang dilakukan Sinawang tetap tidak mengubah tolakan tokoh Aku seperti pada kalimat keempat dia memelukku, mengulumkan kekuatan bibirnya ke pusat kelemahanku, namun aku sudah tak merasakan lagi semuanya. Tokoh Aku menolak karena memiliki perasaan menyesal terhadap dirinya sendiri, yaitu pada kalimat kekuatan penyesalanku lebih kekar. Ada tekad dalam dirinya bahwa ia melakukan tindakan yang tidak benar kalau ia mengikuti ajakan Sinawang. Namun, adanya kekuatan penyesalan yang lebih besar, tokoh Aku memiliki keberanian untuk menolak ajakan tersebut. Tindakan ini menandakan adanya aspek moral pada diri tokoh Aku, yaitu aspek keberanian moral.

2. Kerendahan hati

Aspek Kerendahan hati berarti tidak melebih-lebihkan kenyataan atau tidak sombong dan selalu memiliki sifat merendah. Dalam cerpen ini, kerendahan hati masih berada pada diri tokoh Aku ketika mengungkapkan bahwa dirinya begitu bersalah kepada istrinya. Berikut datanya.

dia adalah wanita yang melahirkan anak-anakku, yang menumbuhkan dan membesarkannya dengan dekapan kasih sayang seorang bunda. Cintanya pada mereka membuatnya rela hidup tanpa cinta dari suaminya. Dan suami itu adalah diriku. Diriku yang selalu berselimutkan kebebalan dan kebodohan jiwa


(47)

Pada kutipan tersebut menjelaskan bagaimana kerendahan hati tokoh Aku mengungkapkan betapa dirinya begitu bersalah terhadap istrinya. Ia mengatakan istrinya rela hidup membesarkan anak-anak mereka tanpa cinta dari suaminya. Dan suaminya itu adalah dirinya. Tanda suami itu adalah diriku menjelaskan bahwa dialah (tokoh Aku) suami yang membuat istrinya rela hidup tanpa cinta dari dirinya. Merasa bersalah dan mengungkapkan suami yang gagal memberikan cinta kepada istrinya membuat ia merendahkan diri dengan mengatakan suami itu adalah diriku. Kerendahan hati juga dimunculkan melalui ungkapan dirinya yang mengatakan dirinya selalu berselimutkan kebebalan dan kebodohan jiwa. Kerendahan hati berarti tidak melebih-lebihkan kenyataaan dan memiliki sifat merendahkan diri. Tokoh Aku tidak melebih-lebihkan kenyataan bahwa ia merasa bersalah dan telah gagal memberikan cinta kepada istrinya. Tokoh Aku juga memiliki sifat merendahkan diri dengan mengungkapkan dirinya memiliki kebebalan dan kebodohan jiwa. Berdasarkan penjelasan di atas, aspek kerendahan hati juga terdapat dalam diri tokoh Aku karena ia bersalah telah gagal memberikan cinta kepada istrinya dan ia merendahkan diri dengan mengungkapkan dirinya berselimutkan kebebalan dan kebodohan jiwa. Perhatikan kembali kutipan berikut.

Di saat seperti ini, aku disudutkan rasa bersalah yang luar biasa. Rasa bersalah yang selama ini terkurung rapat, terpasung oleh kebebalan jiwaku. Rasa bersalah yang seharusnya melimpah keluar, membanjir, menggelora untuk suatu penebusan dosa. Saat ini kurasakan rasa bersalah itu menuntutku dan menudingkan tuduhannya, seakan ingin menyingkap kekerdilan jiwaku. (Nugroho, 2005: 38).


(48)

Kerendahan hati diartikan juga kekuatan batin untuk melihat diri sesuai dengan kenyataan. Pada kutipan di atas, kekuatan batin tokoh Aku terdapat ketika ia merasa bersalah sesuai dengan kenyataan yang telah terjadi. Ia mengatakan rasa bersalah itu telah terkurung rapat dan terpasung oleh kebebalan jiwanya dan harus dikeluarkan. Ia merasakan rasa bersalah itu seakan menyingkap kekerdilan jiwanya. Pada tanda kekerdilan jiwaku menjelaskan bagaimana rasa bersalah selalu datang terakhir dan membuat penyesalan terhadap dirinya sendiri. Ungkapan kekerdilan jiwaku juga menandakan ungkapan kerendahan hati tokoh Aku untuk menyatakan bahwa rasa bersalah dan penyesalan mengusai jiwanya. Pada cerpen Danau Kesucian berdasarkan tujuh kepribadian moral, moral yang terkandung di dalamnya terdiri dari dua, yaitu adanya simbol keberanian moral dan simbol kerendahan hati. Simbol keberanian moral dan simbol kerendahan hati terdapat pada tokoh Aku.

4.1.5 Kurban Terbaik

Pada cerpen Kurban Terbaik ada beberapa simbol moral dari tujuh kepribadian moral pada setiap tokoh-tokohnya, yaitu:

1. Keberanian Moral

Keberanian Moral berarti menunjukkan tekad untuk tetap mempertahankan sikap yang telah diyakini sebagai kewajiban. Tokoh Rizky dalam cerpen ini memperlihatkan adanya keberanian untuk mempertahankan sikap yang telah diyakininya sebagai kewajiban. Berikut datanya.


(49)

Kutanyakan kepada mereka bahwa mengapa jumlah uang yang dibelikan sapi dan kambing itu tak dikumpulkan saja lalu diserahkan kepada Om Rus, adik Ayah yang bungsu. Uang itu akan sangat cukup untuk modal usaha sehingga ia tidak perlu setiap tahun pusing mencarikan utangan uang sekolah anak-anaknya.

Menurutku, itu kan sama saja dengan berqurban (Nugroho, 2005: 54).

Dari kutipan di atas, tokoh Rizky tidak setuju kalau uang yang sudah dikumpulkan dibuat untuk membeli sapi dan kambing pada acara qurban. Rizky tidak setuju karena lebih baik uang yang sudah dikumpulkan itu diserahkan kepada Om Rus, adik ayahnya. Pada acara qurban sapi dan kambing adalah hewan yang selalu ada. Namun, Rizky berpikir ada yang lebih baik dilakukan pada hari Qurban. Sebagai kewajiban membantu saudara, Rizky melihat Om Rus sangat memerlukan bantuan dari saudara-saudaranya. Itulah sebabnya Rizky menngharapkan uang yang dikumpulkan itu diserahkan kepada Om Rus. Kalimat jumlah uang yang dibelikan sapi dan kambing itu tak dikumpulkan saja lalu diserahkan kepada Om Rus menjelaskan keberanian seorang tokoh Rizky menunjukkan tekad bahwa uang yang seharusnya membeli sapi dan kambing lebih baik Om Rus yang memilikinya. Rizky juga mengatakan uang itu berguna buat modal usaha Om Rus. Menolong Om Rus juga diibaratkannya sama dengan berqurban, artinya berqurban bukan harus memiliki atau membeli sapi dan kambing, melainkan membantu orang yang membutuhkan pertolongan apalagi orang tersebut saudara sendiri. Perhatikan kutipan berikut.

Selalu saja ini yang dijadikan alasan. Bukankah Om Rus adalah darah daging mereka sendiri? dan bukankah saat ini Om Rus membutuhkan pertolongan finansial dari saudara-saudaranya yang sudah sangat berlebihan ini? (Nugroho, 2005: 55).


(50)

Dari kutipan di atas, Rizky menekankan kepada saudara-saudaranya bahwa Om Rus itu adalah saudara mereka sendiri dan sangat layak diberi bantuan. Tanda membutuhkan menandakan Om Rus layak dibantu dan ditolong dari saudara-saudaranya yang memiliki kekayaan yang berlimpah, yaitu dari tanda berlebihan. Adanya kepedulian Rizky dalam memberitahukan bahwa uang yang sudah dikumpulkan itu sebaiknya diserahkan kepada Om Rus menandakan tokoh Rizky memiliki aspek moral, yaitu aspek keberanian moral saat ia mengatakan jumlah uang yang dibelikan sapi dan kambing itu tak dikumpulkan saja lalu diserahkan kepada Om Rus. Risky memiliki tekad untuk mempertahankan sikap yang telah diyakininya sebagai kewajiban. Kewajibannya membantu saudara yang membutuhkan pertolongan sudah mencerminkan ia memiliki aspek keberanian moral.

2. nilai-nilai otentik

Nilai-nilai otentik adalah menjadi diri sendiri dan menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya. Menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya dan menjadi dirinya sendiri ada pada diri tokoh Rizky. Berikut datanya.

Aku tersinggung. Kukatakan bahwa Ayah tak berhak meminta maaf. Apa salahku? Tetapi aku yakin tak seorang pun paham apa yang kuteriakkan. Kutinggalkan mereka yang aku yakin sekali menertawakanku. Aku pergi ke halaman. Aku mencari kesunyian dan di sanalah aku ingin mempertanyakan apakah yang keluar dari diriku ini benar atau salah. Kepada kesunyian aku bisa berbagi karena hanya kesunyianlah yang mau mengerti (Nugroho, 2005: 55).

Rizky merasa bahwa ucapannya agar dapat membantu Om Rus kepada saudara-saudaranya tidak terlaksana. Alasan mereka adalah Om Rus tidak pantas dibantu


(51)

karena Om Rus beda agama. Rizky merasakan alasan itu tidak masuk akal dan Rizky meninggalkan mereka dapat dilihat pada kalimat pertama kutinggalkan mereka yang aku yakin sekali menertawakanku. Karena ayahnya meminta maaf kepada saudara-saudaranya, Rizky tersinggung. Artinya Rizky merasa tidak mempunyai kesalahan. Ia pun kesal karena ayahnya minta maaf. Rizky akhirnya meninggalkan mereka semua. Risky pergi dan ingin sendiri di tempat yang sunyi. Tanda aku pergi, aku mencari kesunyian menjelaskan Rizky meninggalkan segala kemeriahan di rumahnya yang membahas pembelian sapi dan kambing. Dan tanda menuju kesunyian, artinya Rizky ingin sendiri dan tidak ada yang boleh menganggunya. Kesendirian dan kesunyian sudah menemani Rizky terhadap gejolak hatinya. Karena ia menganggap kesunyian yang mengerti dirinya. Nilai-nilai otentik adalah menjadi diri sendiri dan menunjukkan diri sesuai keasliannya. Risky tidak menutup-nutupi kalau ia tersinggung. Ia menunjukkan diri dengan pergi dari rumahnya dan meninggalkan mereka. Kebiasaan Rizky ketika tersinggung dan pergi menyendiri sendirian menandakan ia menjadi dirinya sendiri menunjukkan keasliannya. Oleh karena itu, Rizky memiliki aspek moral berupa aspek nilai-nilai otentik.

Dari uraian di atas, dapat disumpulkan bahwa cerpen Kurban Terbaik memiliki dua aspek moral dari tujuh kepribadian moral, yaitu aspek keberanian moral dan aspek nilai-nilai otentik. Aspek keberanian moral dan aspek nilai-nilai otentik terdapat pada diri Rizky.


(52)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Melalui pendekatan semiotik, dapat disimpulkan bahwa aspek moral dari cerpen Tamu dari Paris, Air Mata Rumput, Bulan di jendela Apartemen, Danau Kesucian, dan Kurban Terbaik memiliki beberapa keterkaitan berdasarkan tujuh kepribadian moral tokoh, sebagai berikut:

1. Aspek kejujuran, yaitu pada cerpen Tamu dari Paris pada tokoh Sabar dan tokoh Mbak Ely. Pada tokoh Sabar, yaitu adanya sifat keterbukaan bahwa ia telah memiliki keluarga dan pada tokoh Mbak Ely, yaitu tidak adanya perbedaan antara hati dan perkataan atau perbuatan yang dilakukan kepada tokoh Sabar bahwa ia mencintainya. Pada cerpen Air Mata Rumput pada tokoh Tery, yaitu adanya sifat keterbukaan mencurahkan isi hatinya dengan jujur tanpa ada paksaan terhadap tokoh Aku.

2. Aspek kerendahan hati, yaitu dalam cerpen Tamu dari Paris pada tokoh Sabar, yaitu adanya perkataan yang tidak melebih-lebihkan dan sesuai kenyataan dalam diri tokoh Sabar. Dalam cerpen Danau Kesucian, pada tokoh Aku, yaitu perasaan bersalah dalam diri tokoh Aku terhadap istrinya. 3. Aspek nilai-nilai otentik, yaitu dalam cerpen Tamu dari Paris pada tokoh

Mbak Ely, yaitu keinginan tokoh Mbak Ely menjadi dirinya sendiri. Dalam cerpen Kurban Terbaik pada tokoh Rizky, yaitu menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya.


(53)

4. Aspek keberanian moral dalam cerpen Danau Kesucian pada tokoh Aku, yaitu adanya keberanian menolak ajakan dari tokoh Sinawang. Dalam cerpen Kurban Terbaik pada tokoh Rizky, yaitu mempertahankan sikap yang telah diyakininya sebagai kewajiban.

5. Aspek kemandirian moral, yaitu dalam cerpen Air Mata Rumput pada tokoh Tery, yaitu tetap pada pendirian sendiri dan menyetujui kemauan hati nurani menolak perbuatan yang tidak benar.

6. Aspek kesedian untuk bertanggung jawab, yaitu dalam cerpen Bulan di Jendela Apartemen pada tokoh Ayah, yaitu melakukan tugas dan tanggung jawab berdasarkan perbuatannya sendiri dan tokoh Kakak laki-laki Ade, yaitu bertanggung jawab membantu ayahnya yang bekerja tanpa dibayar di rumah sakit.

7. Aspek realistik dan kritis, yaitu pada cerpen Bulan di Jendela Apartemen pada tokoh Ade, yaitu adanya ketidakmauan kehidupannya sama dengan kehidupan masa lalu orangtuanya dan berusaha memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik.

5.2 Saran

Penulis menyarankan agar penelitian lain terhadap kumpulan cerpen Tamu dari Paris karya Yanusa Nugroho dapat dilakukan. Akan tetapi, pengkajian terhadap kumpulan cerpen ini diharapkan lebih didekatkan tentang nilai-nilai moral tokoh utama melalui pendekatan sastra. Melalui pendekatan sosio-sastra akan ditemukan bagaimana nilai moral tokoh utama terhadap kehidupan di sekitarnya.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.

Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asri budiningsih, C. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Jogjakarta: Caps. Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Harjito. 2007. Melek Sastra. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press. Jabrohim. 2002. Metodologi Penelitian Sastra. Jogjakarta: Hanindita Graha

Widya

Nurhayati. 2008. Nilai Moral dalam Novel Sang Guru karya Gerson Poyk: Tinjauan Semiotik. Skripsi. Surakarta. Universitas Muhammadiyah. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Pradopo, Rachmad Djoko. 2007. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Santoso, Puji. 1993. Ancangan Semiotik dan Pengkajian Susastra. Bandung: Angkasa.

Subroto. 1992. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raya Grafindo Persada.

Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Bandung: Dunia Pustaka Jaya.

Suharianto. 1982. Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.

Surachmad. 1990. Dasar dan Teknik Researce: Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung: Sinar Harapan

Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.


(55)

Soyomukti, Nurani. 2011. Pengantar Filsafat Umum. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Teeuw. 1989. Sastra Indonesia Modern II. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya Jakarta.


(56)

LAMPIRAN

Air Mata Rumput

Seorang lelaki muda, seorang sarjana keuangan, dengan setumpuk persoalan putus asa mencari cara bagaimana mendapatkan uang dengan cepat. Dia pun meminta pertolongan dengan si aku yang merupakannya teman lamanya untuk mendapatkannya. Namun, si aku tidak tahu caranya dan menasehatinya bahwa tidak ada cara mendapatkan uang dengan cepat apalagi melipatgandakannya. Dengan bercanda si aku mengatakan bahwa kalau dulu orang pergi ke pesugihan namun sekarang mana mungkin orang percaya lagi. Mendengar itu si lelaki muda yang telah memiliki istri dan satu anak itu menganggap candaan itu dengan sangat serius. Si aku merasa sangat menyesal telah mengatakan tentang pesugihan itu. Setelah beberapa lama berlalu, lelaki muda itu menelepon si aku dan dari kata-katanya sepertinya dia telah sukses. Namun, rumah tangganya telah hancur. Dia dan istrinya (Terry) telah bercerai. Ketika berada di Toraja, si aku bertemu dengan istri si lelaki muda itu. Dari ceritanya ternyata suaminya memang pergi ke pesugihan. Istrinya mengatakan adanya kalung jimat yang melilit di lehernya dan kalung itu merupakan pemberian dari seseorang. Kalung itu adalah tulang babi bandot hutan. Itu lah yang menyebabkan keretakan rumah tangganya.


(57)

Tamu dari Paris

Seorang perempuan dari Paris yang bernama Mbak Ely kembali ke kampung halamannya untuk menemui saudara-saudaranya namun pemberitahuan kepada mereka secara tiba-tiba. Pemberitahuan ini membuat terkejut semua saudara-saudaranya termasuk juga Sabar. Sabar adalah sepupu dari Mbak Ely. Ayah Mbak Ely dan ibu Sabar adalah kakak beradik. Kedatangan tokoh Mbak Ely tidak disukai saudara-saudaranya sendiri karena pakaiannya tidak mencerminkan budaya kampungnya. Mbak Ely sendiri mengetahui ketidaksukaan mereka terhadapnya. Ternyata diam-diam Mbak Ely mnyukai tokoh Sabar dan ingin mengajaknya ke Paris. Namun, tokoh Sabar telah berumah tangga dan tidak mungkin meninggalkan istri dan anak-anaknya. Akhirnya Mbak Ely kembali ke Paris tanpa orang yang dicintainya.

Bulan di Jendela Apartemen

Kisah seorang tokoh yang bernama Ade yang dari kecil memiliki kehidupan keluarga berantakan. Kehidupan keluarga Ade dikatakan dipenuhi dengan perkelahian ayah dan ibunya. Hampir setiap hari selalu terjadi perkelahian antara ayah dan ibunya. Dari masa kelahiran Ade hingga ketika terjadi perkelahian hebat dari sebelumnya yang membuat ibunya akhirnya pergi dari rumah mereka meninggalkan ayah, Ade, dan kedua saudara laki-laki Ade. Kepergian ibu membuat masa-masa kehidupan bertambah sulit bagi keluarga kecil Ade. Rumah kecil mereka yang telah dijual membuat Ade dititipkan di rumah Pakdenya. Ayah Ade yang telah lama di-PHK akhirnya bekerja di kapal yang


(58)

sering ke luar negeri namun begitu lama pulang. Hingga suatu hari, tidak terdengar lagi kabar ayahnya. Hari-hari Ade yang kini telah dewasa dan telah bekerja di sebuah perusahaan membuat masa lalu suram keluarganya menjadi pelajaran kehidupannya kini. Ia tidak mau kekalahan keluarganya kembali terjadi pada kehidupannya. Ketika ada seseorang yang merasa seperti ingin menjatuhkan karirnya di kantor, ia dengan cepat membalikkan keadaan hingga orang tersebut dipecat dari kantornya. Ia telah menjadi kepercayaan bos kantornya. Sehingga pada siang hari ia seperti pemangsa dan pada malam hari ia baru menyadari perbuatannya. Pada malam sajalah ia sadar dan hanya bulan yang dapat menemaninya ditemani bayangan orang-orang yang dicintainya.

Danau Kesucian

Tokoh Aku yang tanpa sadar dibawa oleh tokoh Kalis telah berada di desa Bayang melihat keajaiban ketika di danau terdapat beberapa bidadari mandi. Bidadari yang kelihatan sangat menawan dan menggoda membuat tokoh Aku ingin langsung menghampiri mereka. Tanpa disangka muncul dua bidadari mendekati tokoh Aku tanpa memakai pakaian sehelai benang pun. Mereka adalah Sinawang dan Sinanding. Begitu cantik dan begitu menawan hingga membuat tokoh Aku terlena. Tokoh Aku begitu terkejut telah apa yang telah ia perbuat karena kecantikan dua bidadari tersebut. Ia merasa bersalah telah mengkhianati istrinya. Dengan melawan nafsu, ia menolak ajakan kedua bidadari itu. Ia pun melompat dari atas pohon tempat mereka beradu. Setelah sadar, ia telah berada di


(59)

rumahnya dan disitu juga istri dan anak-anaknya. Rasa bersalah dan perasaan menyesal terhadap istri berada di benaknya.

Kurban Terbaik

Rizky adalah seorang anak remaja yang ikut mendengarkan saudara-saudara ayahnya membicarakan dan membincangkan bagaimana pengeluaran dan soal harga pada Idul Kurban yang datang hari ini. Menjelang hari Kurban, Rizky selalu mengalami sakit kepala. Seperti ada sesuatu yang ingin dikeluarkan dari kepalanya. Ketika perbincangan-perbincangan dan gelak tawa dari saudara-saudara ayahnya memenuhi ruangan, tiba-tiba Rizky bertanya. Ia menanyakan apakah tidak lebih baik kalau uang yang dikumpulkan untuk membeli sapi dan kambing itu diberikan kepada adik ayah, Om Rus, yang sangat membutuhkan modal. Ia berpendapat uang diberikan itu sama saja dengan berkurban. Uang itu bisa dibuat modal usaha. Mereka tidak akan susah lagi mencari uang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun, pendapat Rizky hanya dibalas dengan senyum dari saudara-saudara ayahnya. Mereka mengatakan itu tidak mungkin terjadi karena Om Rus beda agama. Ayah Rizky meminta maaf atas tindakan Rizky. Sikap ayahnya tersebut membuat Rizky tersinggung dan meninggalkan mereka.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.

Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Asri budiningsih, C. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Jogjakarta: Caps. Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Harjito. 2007. Melek Sastra. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press. Jabrohim. 2002. Metodologi Penelitian Sastra. Jogjakarta: Hanindita Graha

Widya

Nurhayati. 2008. Nilai Moral dalam Novel Sang Guru karya Gerson Poyk: Tinjauan Semiotik. Skripsi. Surakarta. Universitas Muhammadiyah. Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Pradopo, Rachmad Djoko. 2007. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Santoso, Puji. 1993. Ancangan Semiotik dan Pengkajian Susastra. Bandung: Angkasa.

Subroto. 1992. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raya Grafindo Persada.

Sudjiman, Panuti. 1992. Memahami Cerita Rekaan. Bandung: Dunia Pustaka Jaya.

Suharianto. 1982. Dasar-Dasar Teori Sastra. Surakarta: Widya Duta.

Surachmad. 1990. Dasar dan Teknik Researce: Pengantar Metodologi Ilmiah.

Bandung: Sinar Harapan

Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.


(2)

Soyomukti, Nurani. 2011. Pengantar Filsafat Umum. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Teeuw. 1989. Sastra Indonesia Modern II. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya Jakarta.


(3)

LAMPIRAN

Air Mata Rumput

Seorang lelaki muda, seorang sarjana keuangan, dengan setumpuk persoalan putus asa mencari cara bagaimana mendapatkan uang dengan cepat. Dia pun meminta pertolongan dengan si aku yang merupakannya teman lamanya untuk mendapatkannya. Namun, si aku tidak tahu caranya dan menasehatinya bahwa tidak ada cara mendapatkan uang dengan cepat apalagi melipatgandakannya. Dengan bercanda si aku mengatakan bahwa kalau dulu orang pergi ke pesugihan namun sekarang mana mungkin orang percaya lagi. Mendengar itu si lelaki muda yang telah memiliki istri dan satu anak itu menganggap candaan itu dengan sangat serius. Si aku merasa sangat menyesal telah mengatakan tentang pesugihan itu. Setelah beberapa lama berlalu, lelaki muda itu menelepon si aku dan dari kata-katanya sepertinya dia telah sukses. Namun, rumah tangganya telah hancur. Dia dan istrinya (Terry) telah bercerai. Ketika berada di Toraja, si aku bertemu dengan istri si lelaki muda itu. Dari ceritanya ternyata suaminya memang pergi ke pesugihan. Istrinya mengatakan adanya kalung jimat yang melilit di lehernya dan kalung itu merupakan pemberian dari seseorang. Kalung itu adalah tulang babi bandot hutan. Itu lah yang menyebabkan keretakan rumah tangganya.


(4)

Tamu dari Paris

Seorang perempuan dari Paris yang bernama Mbak Ely kembali ke kampung halamannya untuk menemui saudara-saudaranya namun pemberitahuan kepada mereka secara tiba-tiba. Pemberitahuan ini membuat terkejut semua saudara-saudaranya termasuk juga Sabar. Sabar adalah sepupu dari Mbak Ely. Ayah Mbak Ely dan ibu Sabar adalah kakak beradik. Kedatangan tokoh Mbak Ely tidak disukai saudara-saudaranya sendiri karena pakaiannya tidak mencerminkan budaya kampungnya. Mbak Ely sendiri mengetahui ketidaksukaan mereka terhadapnya. Ternyata diam-diam Mbak Ely mnyukai tokoh Sabar dan ingin mengajaknya ke Paris. Namun, tokoh Sabar telah berumah tangga dan tidak mungkin meninggalkan istri dan anak-anaknya. Akhirnya Mbak Ely kembali ke Paris tanpa orang yang dicintainya.

Bulan di Jendela Apartemen

Kisah seorang tokoh yang bernama Ade yang dari kecil memiliki kehidupan keluarga berantakan. Kehidupan keluarga Ade dikatakan dipenuhi dengan perkelahian ayah dan ibunya. Hampir setiap hari selalu terjadi perkelahian antara ayah dan ibunya. Dari masa kelahiran Ade hingga ketika terjadi perkelahian hebat dari sebelumnya yang membuat ibunya akhirnya pergi dari rumah mereka meninggalkan ayah, Ade, dan kedua saudara laki-laki Ade. Kepergian ibu membuat masa-masa kehidupan bertambah sulit bagi keluarga kecil Ade. Rumah kecil mereka yang telah dijual membuat Ade dititipkan di rumah


(5)

sering ke luar negeri namun begitu lama pulang. Hingga suatu hari, tidak terdengar lagi kabar ayahnya. Hari-hari Ade yang kini telah dewasa dan telah bekerja di sebuah perusahaan membuat masa lalu suram keluarganya menjadi pelajaran kehidupannya kini. Ia tidak mau kekalahan keluarganya kembali terjadi pada kehidupannya. Ketika ada seseorang yang merasa seperti ingin menjatuhkan karirnya di kantor, ia dengan cepat membalikkan keadaan hingga orang tersebut dipecat dari kantornya. Ia telah menjadi kepercayaan bos kantornya. Sehingga pada siang hari ia seperti pemangsa dan pada malam hari ia baru menyadari perbuatannya. Pada malam sajalah ia sadar dan hanya bulan yang dapat menemaninya ditemani bayangan orang-orang yang dicintainya.

Danau Kesucian

Tokoh Aku yang tanpa sadar dibawa oleh tokoh Kalis telah berada di desa Bayang melihat keajaiban ketika di danau terdapat beberapa bidadari mandi. Bidadari yang kelihatan sangat menawan dan menggoda membuat tokoh Aku ingin langsung menghampiri mereka. Tanpa disangka muncul dua bidadari mendekati tokoh Aku tanpa memakai pakaian sehelai benang pun. Mereka adalah Sinawang dan Sinanding. Begitu cantik dan begitu menawan hingga membuat tokoh Aku terlena. Tokoh Aku begitu terkejut telah apa yang telah ia perbuat karena kecantikan dua bidadari tersebut. Ia merasa bersalah telah mengkhianati istrinya. Dengan melawan nafsu, ia menolak ajakan kedua bidadari itu. Ia pun melompat dari atas pohon tempat mereka beradu. Setelah sadar, ia telah berada di


(6)

rumahnya dan disitu juga istri dan anak-anaknya. Rasa bersalah dan perasaan menyesal terhadap istri berada di benaknya.

Kurban Terbaik

Rizky adalah seorang anak remaja yang ikut mendengarkan saudara-saudara ayahnya membicarakan dan membincangkan bagaimana pengeluaran dan soal harga pada Idul Kurban yang datang hari ini. Menjelang hari Kurban, Rizky selalu mengalami sakit kepala. Seperti ada sesuatu yang ingin dikeluarkan dari kepalanya. Ketika perbincangan-perbincangan dan gelak tawa dari saudara-saudara ayahnya memenuhi ruangan, tiba-tiba Rizky bertanya. Ia menanyakan apakah tidak lebih baik kalau uang yang dikumpulkan untuk membeli sapi dan kambing itu diberikan kepada adik ayah, Om Rus, yang sangat membutuhkan modal. Ia berpendapat uang diberikan itu sama saja dengan berkurban. Uang itu bisa dibuat modal usaha. Mereka tidak akan susah lagi mencari uang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun, pendapat Rizky hanya dibalas dengan senyum dari saudara-saudara ayahnya. Mereka mengatakan itu tidak mungkin terjadi karena Om Rus beda agama. Ayah Rizky meminta maaf atas tindakan Rizky. Sikap ayahnya tersebut membuat Rizky tersinggung dan meninggalkan mereka.