12
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003.
a. Sumber Bahan Dasar Kompos
Beberapa bahan yang dapat dikomposkan, antar lain: 1. Limbah ternak dan manusia,
2. Limbah pertanaman, 3. Pupuk hijau,
4. Sampah kota atau pemukiman, 5. Limbah agro-industri, dan
6. Limbah hasil laut.
b. Proses Pengomposan
Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-macam sumber. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulose 15-60,
hemiselulose 10-30, lignin 5-30, protein 5-40, bahan mineral 3-5, selain itu juga tedapat bahan larut air panas dan dingin gula, pati, asam amino, urea,
garam ammonium sebanyak 2-30 dan 1-15 lemak larut eter dan alkohol, minyak dan lilin. Komponen organik mengalami dekomposisi di bawah kondisi
mesofilik dan termofilik. Pengomposan dengan metode timbunan di permukaan tanah, lubang galian menghasilkan bahan yang terhumifikasi berwarna gelap
setelah 3-4 bulan dan merupakan sumber bahan organik untuk pertanian berkelanjutan.
c. Proses Mikrobiologis
Konversi biologi bahan organik dilaksanakan oleh bermacam-macam kelompok mikroorganisme heterotropik seperti bakteri, fungi, aktinomisetes, dan
13
protozoa. Organisme tersebut mewakili jenis flora dan fauna tanah Biddle and Gray, 1985.
d. Metode Pengomposan
Banyak metode pengomposan yang telah dikembangkan dan dipraktekkan di Indonesia, di antaranya adalah metode Indore, metode Heap, metode
Bangalore, metode Berkeley, metode Vemikompos, metode Jepang, metode Windrow, metode Sederhana, dan Praktis.
Dalam penelitian ini menggunakan biokompos jenis vermikompos. Vermikompos adalah proses yang melibatkan oksidasi dan stabilisasi dari limbah
organik yang dirombak oleh cacing tanah dan mikroorganisme Dominguez, 2004, dengan demikian mengubah limbah menjadi suatu perubahan tanah yang
berharga disebut kascing. Teknik ini telah banyak digunakan untuk banyak proses yang berbeda jenis residu, termasuk limbah industri dan bahan organik Edwards
and Arancon, 2004.
2.2 Minyak Bumi