Bioremediasi ‘LandFarming’ TINJAUAN PUSTAKA

28 Mikroorganisme yang digunakan adalah bakteri yang memiliki kemampuan untuk mendegradasi minyak bumi. Mikroorganisme yang memiliki kemampuan tersebut, dikenal sebagai mikroorganisme hidrokarbonoklastik, yaitu mikrooganisme yang mampu memanfaatkan minyak bumi sebagai sumber karbon untuk pertumbuhannya. Bakteri sering digunakan dalam proses bioremediasi karena memilki kemampuan adaptasi dan reproduksi yang tinggi. Bakteri ini dapat diperoleh dengan cara mengisolasi bakteri secara langsung dari limbah minyak bumi, karena kemungkinan besar memiliki kemampuan mendegradasi minyak bumi Atlas, 1992.

2.7 Bioremediasi ‘LandFarming’

Penerapan bioremediasi hidrokarbon umumnya dibatasi oleh faktor lingkungan dan kemampuan adaptasi mikroba. Bioremediasi yang efektif adalah proses yang menyebabkan perubahan hidrokarbon menjadi produk non toksik, seperti air dan karbondioksida. Dua pendekatan umum yang biasa digunakan untuk bioremediasi pencemar adalah modifikasi lingkungan seperti penambahan pupuk dan penambahan pendegradasi hidrokarbon dengan bibit Atlas, 1992. Salah satu teknik penerapan bioremediasi adalah menggunakan teknik landfarming. Cara ini merupakan salah satu teknik bioremediasi yang dilakukan di permukaan tanah. Prosesnya memerlukan kondisi aerob, dapat dilakukan secara in-situ maupun ex-situ. Landfarming merupakan teknik bioremediasi yang telah lama digunakan, dan banyak digunakan karena tekniknya sederhana. Faktor-faktor yang membatasi pelaksanaan dan keefektifan proses landfarming adalah: a. Tempat yang dibutuhkan cukup luas. 29 b. Kondisi yang menguntungkan proses biodegradasi limbah tidak dapat dikontrol secara baik. c. Kontaminan anorganik yang tidak bisa didegradasi. d. Kemungkinan yang dihasilkannya sejumlah besar partikulat selama proses. e. Kehadiran ion logam yang mungkin bersifat toksik untuk mikroorganisme dan mungkin terlepas dari tanah terkontaminasi ke lapisan dasar atau air tanah. Keefektifan perlakuan landfarming dengan kontaminan minyak bumi telah dibuktikan secara eksperimen yang terkontrol di laboratorium maupun dilapangan. Dalam skala laboratorium, percobaan dilakukan oleh Takenaka 1999 dalam Sugoro 2002 dengan kadar minyak diesel dalam tanah 1,5 15 gkg. Secara periodik dilakukan penggemburan dan penambahan garam mineral. Kadar minyak berkurang secara bertahap dan abu minyak menghilang setelah 3 atau 4 bulan. Setelah 6 bulan, tidak ditemukan lapisan minyak terbentuk saat tanah dicampurkan ke dalam air.

2.8 Remediasi Dengan Tanaman