BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Pengusaha Perkebunan Karet Desa Battuwinangun
Budidaya karet merupakan salah satu usaha andalan yang dimiliki oleh masyarakat Battuwinangun dan sekitarnya secara turun temurun. Namun
demikian, tidak semua pemilik kebun karet menggarap sendiri kebun karetnya, terutama bagi mereka yang memiliki kesibukan pekerjaanmata pencaharian
lainnya. Sehingga pengelolaan kebunnya diserahkan kepada orang lain yang dipercaya dengan sistem yang digunakan adalah mertelu.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai karakteristik pengusaha perkebunan karet di desa Battuwinangun, berikut penulis sajikan hasil
penelitian yang telah penulis lakukan di desa tersebut: 1. Profil pendidikan pengusaha perkebunan karet rakyat
Tabel 4.1 Pendidikan formal
No Keterangan Distribusi frekuensi Persentase
1 Tidak Sekolah
1 0.77
2 SD 28
21.54 3 SLTP
46 35.38
4 SLTA 34
26.15 5
Diploma 13
10 6
Sarjana S1 8
6.15 Jumlah
130 100
Soal: Apa pendidikan terakhir anda?
Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa tingkat pendidikan formal responden cukup beragam, bahkan ada juga yang tidak
pernah merasakan pendidikan formal. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa dari 130 responden, responden yang tidak pernah mengenyam
pendidikan formal adalah 0,77 1 orang, sedangkan yang lainnya adalah 21.54 berpendidikan akhir SD, 35.38 berpendidikan akhir SLTP,
26.15 berpendidikan akhir SLTA, 10 berpendidikan Diploma, dan 6,15 berpendidikan sarjana.
Tabel 4.2 Pendidikan agama
No Keterangan Distribusi Frekuensi
Persentase
1 Pernah 78
60 2 Tidak
Pernah 52
40 Jumlah
130 100
Soal: Apakah anda pernah mengikuti sekolah agama? Begitu juga dengan pendidikan non formal pendidikan agama.
Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh informasi bahwa dari 130 responden yang pernah mengenyam pendidikan agama adalah 60,
sedangakan yang tidak pernah mengenyam pendidikan keagamaan adalah 40.
2. Profil usaha pekebun karet rakyat di Battuwinangun Tabel 4.3
Luas kebun karet
No Keterangan
Distribusi Frekuensi Persentase
1 2 ha – 3 ha
64 49.23
2 3,1 ha – 4 ha
39 30
3 4,1 ha – 5 ha
20 15.39
4 5 ha
7 5.38
Jumlah 130
100 Dari tabel di atas menjelaskan bahwa dari 130 responden yang
penulis teliti memiliki luas lahan kebun karet rakyat yang cukup beragam, yaitu 49.23 responden memiliki lahan seluas antara 2 hektar hingga 3
hektar, 30 antara 3,1 hektar hingga 4 hektar, 15.39 antara 4,1 hektar hingga 5 hektar, dan 5.38 lebih dari 5 hektar.
Tabel 4.4 Jenis tanaman
No Jenis Tanaman
Luas lahan Persentase
1 TBM 6 th
112.5 24.51
2 TM 6 – 9 th
81 17.65
3 TM 10 – 20 th
201.5 43.9
4 TT 20 th
64 13.94
Jumlah 459
100 • TBM
= Tanaman Belum Menghasilkan • TM
= Tanaman Menghasilkan • TT
= Tanaman Tua Rata-rata masa produktif tanaman karet adalah sekitar 20 tahun.
Namun demikian, penggunaan bibit berkualitas dan perawatan tanaman
yang baik dan benar mampunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap masa produksi tanaman dan jumlah lateks yang dihasilkan. Faktor lain
yang mempunyai pengaruh terhadap tingkat produksi lateks adalah umur tanaman karet. Untuk tanaman karet muda 6 – 9 tahun rata-rata karet
yang dihasilkan adalah sekitar 50 – 150 kg per hektar. Sedangkan tanaman karet yang berumur 10 – 20 tahun tingkat produksinya dapat mencapai 300
– 350 kg per bulan. Kemudian tingkat produksi tersebut akan terus menurun setelah berumur 20 tahun ke atas.
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa luas lahan yang dimiliki oleh 130 responden adalah mencapai 486.5 hektar dengan
komposisi 24.51 TBM, 17.65 TM 6 – 9 tahun, 43.9 TM 10 – 20 tahun, 13.94 TT 20 tahun.
Tabel 4.5 Tingkat pendapatan bersih responden dalam setiap bulannya
No Keterangan Distribusi Frekuensi
Persentase
1 1 juta
2 1 juta – 2 juta
26 20.00
3 2,1 juta – 3 juta
40 30.77
4 3,1 juta – 4 juta
35 26.92
5 4 juta
29 22.31
Jumlah 130
100 Soal: Berapa tingkat pendapatan bersih anda dalam setiap bulannya?
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendapatan pengusaha perkebunan karet rakyat di Battuwinangun cukup tinggi dan beragam. Hal
ini terlihat dari rata-rata pendapatan mereka diatas 1 juta dalam setiap bulannya dengan asumsi harga lateks adalah Rp 6.000kg harga ketika itu.
Berdasarkan tabel di atas maka diperoleh informasi bahwa 20 dari responden yang berjumlah 130 orang memiliki pendapatan bersih antara 1
juta hingga 2 juta, 30.77 berpendapatan antara 2,1 juta hingga 3 juta, 26.92 reponden berpendapatan 3,1 juta hingga 4 juta, dan 22.31
responden berpendapatan diatas 4 juta dalam setiap bulannya. Harga lateks Rp 6000 kilgram adalah harga lateks terendah pada bulan Mei 2009
dalam setiap kilogramnya. Sedangkan sejak bulan Oktober 2009, harga lateks telah normal yaitu berkisar pada Rp 10.000 kilogram.
Besarnya rata-rata tingkat pendapatan responden tersebutlah yang menjadi pertimbangan bagi industri perbankan untuk menawarkan
pembiayaankreditnya.di Battuwinangun. 3. Profil sosial keagamaan pengusaha perkebunan karet rakyat
Masyarakat desa Battuwinangun merupakan masyarakat yang memiliki tingkat keagamaan yang cukup tinggi. Hal tersebut tampak dari
aktifnya kegiatan-kegiatan keagamaan di desa tersebut, seperti pengajian rutin mingguan, kegiatan tahlil malam jum’at, pengajian bulanan, dan
kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.
Tabel 4.6 Tentang aktif mengikuti pengajian rutin
No Keterangan Distribusi Frekuensi
Persentase
1 Selalu 85
65.38 2 Sering
41 31.54
3 Terkadang 4
3.08 4 Jarang
5 Tidak Pernah
Jumlah 130
100 Soal: Apakah anda aktif dalam mengikuti pengajian rutin di masyarakat?
Berdasarkan data tersebut diperoleh informasi bahwa mayoritas responden aktif dalam kegiatan pengajian rutin. Dari 130 responden yang
menyatakan selalu ikut pengajian rutin adalah 65.38, sedangkan yang menyatakan sering 31.54, dan 3.08 yang menyatakan terkadang.
Selain keaktifan
dalam mengikuti pengajian rutin, ketataan
terhadap ulama juga menjadi ciri khas bagi masyarakat pengusaha perkebunan di Battuwinangun.
Tabel 4.7 Tingkat ketaatan terhadap perkataan ulama
No Keterangan Distribusi Frekuensi
Persentase
1 Selalu 45 34.62
2 Sering 62 47.69
3 Terkadang 18
13.85 4
Jarang 5
3.85 5 Tidak
Pernah Jumlah
130 100 Soal: Apakah anda mengikuti apa yang dikatakan oleh ulama?
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa tingkat ketaatan masyarakat pekebun karet rakyat di Battuwinangun terhadap perkataan ulama cukup
tinggi. Hal tersebut terlihat dari 34.62 menyatakan selalu mengikuti perkataan ulama, 47.69 menyatakan sering, 13.85 menyatakan
terkadang, dan 3.85 menyatakan jarang. Alasan ini lahir karena masyarakat menganggap bahwa ulama
memiliki pengetahuan yang lebih di bidang agama. Sehingga apa yang dikatakan dan dinasehatkan oleh ulama akan cenderung diikuti.
Namun demikian, informasi yang penulis peroleh dari responden yang menyatakan terkadang menunjukkan bahwa maksud mereka
menyatakan terkadang adalah jika perkataan ulama tersebut adalah baik, maka mereka akan mengikutinya, begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan informasi tersebut, maka kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh lembaga keuangan syariah dalam mengenalkan dan mempromosikan
produk-produknya. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh AC Nielson Frontier mengenai karakteristik konsumen Indonesia yang suka
berkumpul dan agamis, maka strategi promosi ini akan cukup efektif mengingat pengajian adalah sebagai sentral kegiatan rutin di masyarakat
dan ulama merupakan panutan sentral masyarakat Battuwinangun.
B. Pandangan Pengusaha Perkebunan Karet Desa Battuwinangun Terhadap