1 Ruwatan Diri Sendiri Jawa Shakai De No Ruwatan Gishiki No Dentou

Abdul Rahman : Jawa Shakai De No Ruwatan Gishiki No Dentou, 2010. BAB III RITUAL RUWATAN Dalam masyarakat Jawa, ritual ruwat dibedakan dalam tiga golongan besar yaitu : 1. Ritual ruwat untuk diri sendiri 2. Ritual ruwat untuk lingkungan 3. Ritual ruwat untuk wilayah Dalam masyarakat Jawa, ruwatan tergantung pada siapa yang melaksanakannya. Jika ruwatan dilakukan oleh orang yang memang memiliki kemampuan ekonomi yang memadai, maka biasanya dilakukan secara besar – besaran yaitu dengan mengadakan pegelaran pewayangan. Pegelaran pewayangan ini berbeda dengan pegelaran yang pada umumnya dilakukan. Pagelaran pewayangan dilakukan pada siang hari dan khusus dilakukan oleh dalang ruwat.

3. 1 Ruwatan Diri Sendiri

Ruwatan dilakukan dengan cara – cara tertentu seperti melakukan puasa dan melakukan selamatan. Dalam masyarakat Jawa bertapa merupakan bentuk laku atau sering disebut lelaku. Lelaku sebagai wujud untuk membersihkan diri dari hal – hal yang bersifat gaib negatif juga termasuk dalam ruwatan. Dengan memasukkan kekuatan gaib dalam diri yang bersifat positif baik , akan memberikan keseimbangan energi dalam tubuh. Hal ini sering dikemukakan oleh Abdul Rahman : Jawa Shakai De No Ruwatan Gishiki No Dentou, 2010. para spiritualis Jawa sebagai nasehat untuk mempelajari hal – hal yang bersifat baik. Pada saat ini, ruwatan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa jauh berbeda dengan kebudayaan peninggalan pada zaman Hinda – Budha. Ruwatan lebih cenderung dilakukan dengan tidak mengatas namakan ruwatan, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama. Lelaku sebagai wujud atau bentuk dari ruwatan bagi diri sendiri ini juga sering dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa agar mendapatkan kebersihan jiwa. Jika ada orang merasa sial, dalam kepercayaan Jawa harus melakukan upacara ruwatan terhadap diri sendiri. Ritual ruwatan ini memiliki banyak sebutan, antara lain adalah Ruwatan Anggara Kencana. Kesialan yang ada dalam diri manusia dipercaya timbul dari kekuatan lain makhluk halus, keberadaan ini dapat dilakukan dengan pendeteksian. Pendeteksian yang dilakukan adalah melalui perhitungan petungan Jawa yaitu Ha: 1, Na: 2, Ca: 3, Ra: 4 dan seterusnya. Pendeteksian dilakukan dengan menjumlahkan neptu umur menurut penanggalan Jawa orang tuanya dengan orang yang akan melakukan ritual ini. Jumlah keduanya kemudian dibagi 9 dan diambilah sisanya. 1. Bersemayam di sebelah kiri – kanan mata kanan 2. Bersemayam di sebelah kiri – kanan mata kiri 3. Bersemayam di telinga kanan 4. Bersemayam di telinga kiri 5. Bersemayam di sebelah hidung kanan 6. Bersemayam di sebelah hidung kiri 7. Bersemayam di mulut Abdul Rahman : Jawa Shakai De No Ruwatan Gishiki No Dentou, 2010. 8. Bersemayam di sekeliling pusar 9. Bersemayam di kemaluan Sebagai syarat dari ritual ini adalah mengambil sebagian darah di sekitar tempat keberadaan bersemayamnya. Darah ini akan dilabuh dilarung . Cara mengambil darah ini adalah dengan menggunakan duri yang kemudian dioleskan pada kapas putih. Duri dan kapas nantinya akan dilabuh bersama – sama dengan syarat yang lain, berupa: 1. Beras 4 kg 2. Slawat 1 Dirham uang senilai emas 1 gram 3. Ayam 4. Teklek sandal dari kayu, atau pada zaman sekarang biasa digantikan sandal biasa 5. Benang Lawe satu gulung 6. Telur ayam yang baru saja keluar belum ada sehari 7. Gula setangkep gula Jawa satu pasang , gula pasir 1 kg 8. Kelapa 1 butir Selain beberapa benda yang dilarung atau dilabuh tersebut, diikrarkan untuk disedekahkan kepada siapa yang dikehendakinya, sebaiknya sodaqoh kepada orang yang membutuhkannya.

3. 2 Ruwatan Untuk Lingkungan