Ronal . H. Sirait : Kewajiban Dan Tanggung Jawab Penanam Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, 2008.
USU Repository © 2009
1. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan
Penyelesaian sengketa penanaman modal melalui pengadilan dilakukan apabila cara penyelesaian sengketa melalui musyawarah dan mufakat tidak tercapai. Cara
penyelesaian sengketa melalui pengadilan kurang dirasakan adil dan kurang dipercaya oleh investor. Para investor cenderung menganggap cara penyelesaian
melalui pengadilan tidak efektif dan efisien sehingga menimbulkan ketidakpuasan.
Padahal lembaga pengadilan merupakan katub penekan atas pelanggaran hukum dalam masyarakat, dimana lembaga pengadilan merupakan institusi yang
istimewa yang dapat memberikan putusan.selain itu, lembaga pengadilan merupakan lembaga yang mempunyai fungsi dan kewenangan diantaranya:
1 Sebagai penjaga kemerdekaan masyarakat in guarding the freedom of society;
2 Sebagai wali masyarakat are regarding as custodian of society;
3 Sebagai pelaksana penegakkan hukum judiciary as the up holders of the rule of
law
36
Beberapa kritik yang dilontarkan kepada lembaga pengadilan yang mengakibatkan ketidakpercayaan investor dalam penyelesaian penanaman modal
1 Penyelesaian sengketa melalui pengadilan dengan cara litigasi sangat lambat,
yaitu bahwa penyelesaian sengketa tidak cepat lambat dan formalistik. Jangankan untuk memperoleh putusan yang menghasilkan putusan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap inkracht van gewidjze, untuk memulai pemeriksaan pun harus menunggu waktu yang cukup lama.Namun,
sesungguhnya lambatnya penyelesaian perkara tidak hanya terjadi di Indonesia ,
36
Sudargo Gautama . Indonesia dan Arbitrase International. Bandung: Alumni1996, hlm 48
Ronal . H. Sirait : Kewajiban Dan Tanggung Jawab Penanam Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, 2008.
USU Repository © 2009
bahkan di korea dan jepang pun kondisi ini terjadi dimana perkara selesai dalam jangka waktu 7-12 tahun.
2 Biaya perkara mahal, yaitu mahalnya biaya perkara dalam penyelesaian perkara
melalui pengadilan yang sudah menjadi masalah klasik yang terjadi dimana- mana.
3 Peradilan umumnya tidak reprosif, yaitu Bahwa peradilan kurang atau tidak
tanggap terhadap kepentingan umum dan sering sekali mengabaikaan kepentingan dan kebutuhan masyarakat banyak sehingga pengadilan dianggap
tidak adil dan tidak fair. Pengadilan kurang tanggap melayani kepentingan masyarakat miskin.
37
4} Putusan pengadilan tidak menyelesaikan masalah karena tidak ada putusan Pengadilan yang mengantar pihak yang bersengketa kearah penyelesaian
masalah 1
Putusan pengdilan tidak bersifat problem solving diantara pihak yang bersengketa;
2 Menempatkan kedua belah pihak yang bersengketa pada dua sisi ujung yang
saling berhadapan: menempatkan salah satu pihak pada posisi pemenang the winner dan menyundutkan pihak yang lain sebagai pihak yang kalah the
losser 3
Bersifat membingungkan atau erractic: 1.
Terkadang tanpa dasar dan alasan yang masuk akal, pengadilan menjatuhkan putusan ganti rugi yang luar biasa besarnya
37
M.Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa, Bandung:PT Citra Aditya Bakti,1997, hlm 151-152.
Ronal . H. Sirait : Kewajiban Dan Tanggung Jawab Penanam Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, 2008.
USU Repository © 2009
2. Sebaliknya meskipun alasan dan dasar hukumnya kuat, pengadilan
menjatuhkan putusan ganti rugi yang sangat kecil sekali 3.
Perilaku pengadilan yang demikian memperlihatkan corak penegak hukum yang tidak pasti dan tidak dapat diprediksi.
5} Kemampuan Para hakim bersifat generalis Dalam masa dan era globalisasi saat ini dibutuhkan hakim yang mempunyai
keahlian yang kompleks dan mempunyai pengetahuan yang luas serta mempunyai kualitas yang menyeluruh atas masalah yang kompleks tersebut. Namun,hakim yang
ada saat ini hanya mempunyai pengetahuan yang generalis saja.
2. Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase Cara penyelesaian sengketa dibidang penanaman modal melalui Arbitrase
merupakan cara penyelesaian sengketa yang popular dibidang penanaman modal dan hamper semua negara memilih cara penyelesaian sengketa penanaman modal melalui
Arbitrase.
38
Hal ini karena penyelesaian melalui arbitrrase dirasakan lebih praktik, cepat, murah. Di samping itu, karena arbitrase memiliki kelebihan atau keunggulan
yang tidak dimiliki peradilan umum yaitu sebagai berikut: 1 Kebebasan, kepercayaan, dan keamanan, yaitu memberikan kebebasan
otonomi yang sangat luas kepada para pelaku bisnispihak yang bersengketa dan memberikan rasa aman terhadap keadaan tak menentu kepastian
berkenaan dengan system hukum yang berbeda serta terhadap kemungkinan putusan yang berat sebelah
2 Keahlian arbiter, yaitu para arbiter merupakan orang-orang yang mempunyai keahlian besar mengenai permasalahan yang disengketakan.
38
Undang – Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 32
Ronal . H. Sirait : Kewajiban Dan Tanggung Jawab Penanam Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, 2008.
USU Repository © 2009
3 cepat dan hemat biaya, yaitu proses pengambilan keputusan cepat, tidak terlalu formal dan putusannya bersifat final dan banding.permasalahan baru
muncul jika pihak yang kalah tidak mau melaksanakan putusan arbitrase secara sukarela.
4 bersifat confidental, yaitu arbitrase bersifat rahasia dan tertutup, oleh karenanya pemeriksaan dilakukan dalam sidang tertutup termasuk
pengucapan keputusannya
39
5 bersifat non preseden, artinya putusan arbitrase tidak mempunyai preseden , maka mungkin saja dengan masalah yang sama dihasilkan putusan arbitrase
yang berbeda di masa datang. 6 independen, artinya pemeriksaan arbitrase dilakukan oleh para arbiter yang
dipilih oleh kedua belah pihak dan dalam memberikan putusannya arbiter tidak dipengaruhi oleh pihak luar termasuk pemerintah.
7 final dan binding, artinya putusan arbitrase merupakan putusan terakhir yang mengikat para pihak dan mempunyai kekuatan hukum tetap, dimana atas
keputusan tersebut tidak dapat banding. 8 kepekaan arbiter artinya arbiter menerapkan hukum yang berlaku dalam
menyelesaikan masalah dan akan lebih memberikan perhatian privat terhadap keinginan, realitas, dan praktik para pihak.
Menurut Yahya Harahap,
40
arbitrase merupakan salah satu metode penyelesaian sengketa , dimana sengketa yang harus diselesaikan tersebut berasal
dari sengketa atas sebuah kontrak dalam bentuk:
39
Ridwan Khairandy, Nandang Sutrisno dan Jawahir Tontowi, Pengantar Hukum Perdata International Indonesia, Yogyakarta : Gama Media, 1999, hlm. 149-151.
40
M. Yahya Harahap, Perlawanan Terhadap Eksekusi Grose Akta Serta Putusan Pengadilan dan Arbitrase dan Standar Hukum Eksekusi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1996,
hlm 254-256
Ronal . H. Sirait : Kewajiban Dan Tanggung Jawab Penanam Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, 2008.
USU Repository © 2009
1. Perbedaan Penafsiran dispute mengenai pelaksanaan perjanjian berupa
kontraversi pendapat,kesalahan pengertian dan ketidaksepakatan; 2.
Pelanggaran perjanjian breach of contract termasuk didalamnya adalah sah atau tidaknya sebuah kontrak dan berlaku atau tidaknya kontrak;
3. Pengakhiran kontrak termination of contract
4. Klaim mengenai ganti rugi atas wanprestasi atau perbuatan melawan hukum.
Untuk memperkuat keberadaan lembaga arbitrase sebagai alternative penyelesaian sengketa khususnya di dalam penanaman modal, Pemerintah Indonesia
telah meratifikasi Convention on the Settlement of Investment Disputes between States and Nationals of other states dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1968.
Konvensi ini juga dikenal dengan nama Konvensi Washington. Konvensi ini lahir atas prakarsa Bank Dunia pada tahun 1965. Konvensi ini dibuat untuk merangsang
masuknya modal asing pada negara-negara berkembang. Sebagai tindak lanjut dari konvensi ini, maka dibentuk lembaga penyelesaian sengketa antara penanam modal
dengan penerima modal yang dikenal dengan The International Center for the Settlement of Investment Disputes ICSID . Untuk selanjutnya dalam konvensi ini
disebut sebagai pusat. Tujuan dibentuknya ICSID adalah untuk menyediakan fasilitas bagi konsiliasi dan arbitrase sengketa antara negara peserta konvensi dengan
warga negara dari negara peserta konvensi lainnya yang berdasarkan ketentuan konvensi.
41
Agar ICSID dapat berlaku, para pihak harus sepakat untuk mengajukan sengketa mereka ke dewan arbitrase ICSID, sengketa haruslah sesama antara peserta
konvenasi organisasi-organisasi negara tersebut dan warga negara dari negara peserta konvensi lainnya dan sengketa yang berkaitan dengan masalah investasi.Dalam
41
Tony Budydjaja, Public Policy as Grounds for Refusal of Recognition and Erforcement of Foreign Arbitral Awards in Indonesia,.Jakarta: Tatanusa, 2002
Ronal . H. Sirait : Kewajiban Dan Tanggung Jawab Penanam Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, 2008.
USU Repository © 2009
konvensi tersebut diatur masalah penyelesaian sengketa antar investor asing dengan negara penerima modal dilakukan lewat lmbaga arbitrase.
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1968 berbunyi bahwa” Pemerintah mempunyai wewenang untuk memberikan persetujuan bahwa suatu perselisihan
tentang penanaman modal antara Republik Indonesia dan Warga Negara Asing diputuskan menurut konvensi dan untuk mewakili Republik Indonesiadalam
perselisihan tersebut dengan hak subsitusi. Berdasarkan ketentuan diatas, Pemerintah Indonesia tidak berkewajiban untuk
membawa setiap sengketa penanaman modal dengan investor asing ke dewan arbitrase ICSID, kecuali kalau disetujui oleh kedua belah pihak.
42
Yuridiksi dewan arbitrase ICSID ditentukan oleh 3 unsur yaitu 1.
Sengketa harus merupakan sengketa yang muncul secara langsung arising directly dari penanaman modal;
2. Pihak yang bersengketa haruslah negara yang telah menjadi anggota ICSID
dan warga negara; 3.
Harus ada pernyataan tertulis, kesepakatan darikedua belah pihak yang bersengketa kepada ICSID. Dengan kata lain, perselisihan sengketa yang
dibawa kepada dewan arbitrase ICSID hanyalah sengketa yang menyangkut perselisihan hukum Legal dispute yang menyangkut
penanaman modal Konvensi lain yang berkaitan dengan lembaga arbitrase, yang juga sudah
diratifikasi oleh pemerintah Indonesia adalah konvensi mengenai Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan-putusan Arbitrase Asing Convention on the Recognition and
42
Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1968 tentang Persetujuan atas Konvensi tentang Penyelesaian Perselisihan antara Negara dan Warga Negara Asing mengenai Penanaman Modal, Pasal
2
Ronal . H. Sirait : Kewajiban Dan Tanggung Jawab Penanam Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, 2008.
USU Repository © 2009
Enforcement of Foreign Arbitral Awards yang artinya para pihak yang bersengketa dimana salah satu pihaknya adalah pebisnis yang berasal dari indonesia, mereka
bersepakat untuk menyelesaikan sengketa mereka lewat lembaga arbitrase asing.Konsekuensinya adalah para pihak harus mengakui dan dengan sukarela mau
menjalankan putusan tersebut. Konvensi ini dikenal dengan Konvensi New York 1958 The New York Convention 1958.
43
Secara teoritis, dengan diratifikasinya Konvensi New York1958 tersebut oleh pemerintah Indonesia, maka konvensi tersebut menjadi hukum nasional. Hal ini
berarti putusan arbitrase asing secara otomatis akan diakui dan dapat dilaksanakan di Indonesia. Namun, dalam kenyataannya, pelaksanaan putusan arbitrase asing
tersebut belum sepenuhnya berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini tampak dari pandangan lembaga peradilan di Indonesia dalam menyikapi putusan arbitrase
yang akan dijalankan di negeri ini tidak konsisten.Alasan yang digunakan untuk menolak pelaksanaan putusan arbitrase asing bertentangan dengan kepentingan
umum Tampaknya pemerintah menyadari bahwa perkembangan dunia bisnis
berkembang demikian pesat, sehingga penelesaian sengketa bisnis pun dituntut secara cepat. Untuk itu, dibutuhkan lembaga penyelesaian sengketa diluar lembaga
peradilan yang dapat dijadikan alternatif untuk menyelesaikan sengketa yang dihadapi oleh para pelaku bisnis. Di berbagai negara, pilihan penyelesaian sengketa
bisnis diluar lembaga peradilan sudah lama diakui antara lain lewat lembaga arbitrase.Untuk itu, dalam rangka memperkuat keberadaan lembaga arbitrase sebagai
salah satu alternatif penyelesaian senketa di Indonesia semakin kuat legitimasinya dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
43
Barita Saragih,” Harmonisasi Kepentingan Investasi Asing dan Tuntutan Lokal”.Artikel
Ronal . H. Sirait : Kewajiban Dan Tanggung Jawab Penanam Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, 2008.
USU Repository © 2009
Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dengan diterbitkannya undang-undang ini, maka keraguan terhadap pelaksanaan putusan lembaga arbitrase khususnya putusan
arbitrase international sedikit banyak dapat diminimalisasi.
3. Penyelesaian Sengketa Melalui Cara-Cara Penyelesaian Sengketa Alternatif