Prinsip – Prinsip Penanaman Modal

Ronal . H. Sirait : Kewajiban Dan Tanggung Jawab Penanam Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, 2008. USU Repository © 2009 2. Perusahaan penanaman modal berhak menggunakan tenaga ahli warga negara asing untuk jabatan dan keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 3. Perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan kompetensi tenaga kerja negara Indonesia melalui pelatihan kerja sesuai dengan ketentuan perundang- undangan. 4. Perusahaan penanaman modal yang memperkerjakan tenaga asing diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 24 Sejalan dengan tujuan pembaharuan dan pembentukan Undang-Undang Penanaman Modal, ketentuan UU No.25 Tahun 2007 tentang penanaman modal menentukan bahwa penanaman modal diselenggarakan berdasarkan prinsip- prinsip sebagai berukut:

D. Prinsip – Prinsip Penanaman Modal

25 1. Kepastian hukum, yaitu prinsip dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal. 2. Keterbukaan, yaitu prinsip yang terbuka atas hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal. 3. Akuntabilitas, yaitu prinsip yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggung 24 Ida Bagus Rahmadi Suspanca, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, September 2006, hlm 1 25 Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 3 ayat 1 Ronal . H. Sirait : Kewajiban Dan Tanggung Jawab Penanam Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, 2008. USU Repository © 2009 jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, yaitu prinsip perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri atau penanam modal asing maupun antara penam modal dari satu negara asing dan penanam modal dari negara asing lainnya. Dalam Bab V UU No.25 Tahun 2007, Pasal 6, 7, 8, 9 mengatur mengenai perlakuan terhadap penanaman modal. 5. Kebersamaan, yaitu prinsip yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. 6. Efisiensi berkeadilan, yaitu prinsip yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing. 7. Berkelanjutan, yaitu prinsip yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan , baik untuk masa kini maupun untuk masa datang. 8. Berwawasan lingkungan, yaitu prinsip penanaman modal yang dilakukan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup. 9. Kemandirian, yaitu prinsip penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi. Ronal . H. Sirait : Kewajiban Dan Tanggung Jawab Penanam Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, 2008. USU Repository © 2009 10. Keseimbangan kemajuan dan kesatuaan ekonomi nasional, yaitu prinsip yang berupaya menjaga keseimbangan dan kemajuan ekonomi wilayah , dalam kesatuan ekonomi nasional. Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.untuk itu, penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional. Atas dasar hal tersebut, tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain menurut ketentuan pasal 3 ayat 2 adalah untuk: 1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; 2. menciptakan lapangan kerja; 3. meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan; 4. meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional; 5. meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional; 6. mendorong penembangan ekonomi kerakyatan; 7. mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal ,baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan 8. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan penyelenggaraan penanaman modal tersebut hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain dengan perbaikan koordinasi antara instansi pemerintah pusat dan daerah , penciptaan birokrasi yang efisien , kepastian hukum dibidang penanaman modal, Ronal . H. Sirait : Kewajiban Dan Tanggung Jawab Penanam Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, 2008. USU Repository © 2009 biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. 26 26 Fakultas Ekonomi Universitas Air langga, Jawaban dan Masukan RUU Penanaman Modal, Ronal . H. Sirait : Kewajiban Dan Tanggung Jawab Penanam Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, 2008. USU Repository © 2009

BAB III KETENTUAN-KETENTUAN POKOK DALAM UNDANG-UNDANG

NOMOR.25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

A. Bidang-Bidang Usaha Penanaman Modal

Pengaturan tentang bidang usaha penanaman modal pada dasarnya dapat dibagi 3 yaitu: 1 Bidang Usaha Yang Terbuka Bab VII Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Penanaman Modal menentukan bahwa semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Ini merupakan prinsip utama yang dianut oleh legislator dan pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah membuka seluas-luasnya bidang usaha bagi kegiatan penanaman modal di Indonesia. Namun, sesungguhnya pengaturan yang sangat luas ini sangat kurang memberikan kepastian hukum dan tidak melindungi perekonomian rakyat dan merupakan liberalisme yang berlebihan karena Undang- Undang Penanaman Modal lebih berpihak kepada para investor dengan diberikannya fasilitas-fasilitas yang berlebihan kepada investor. Dari ketentuan diatas terlihat kecenderungan bahwa bidang usaha yang tertutup semakin menepis dan terbatas jumlahnya hanya yang berkaitan dengan bidang keamanan dan pertahanan sedangkan bidang saluran telekomunikasi tidak termasuk didalamnya. No.1310 J.3.1.12 LL. 2006 tanggal 21 september 2006 , hlm 2.