Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Masyarakat Pada Bank Pemerintah Di Sumatera Utara

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT PADA BANK

PEMERINTAH DI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

SAWALUDDIN LUBIS

047018035/EP

SE

K O L A H

P A

S C

A S A R JA NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT PADA BANK

PEMERINTAH DI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAWALUDDIN LUBIS

047018035/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT PADA BANK PEMERINTAH DI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Sawaluddin Lubis

Nomor Pokok : 047018035

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ramli, S.E., M.S) (Drs. Samad Zaino, M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur,

(Dr. Murni Daulay, S.E., M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 31 Agustus 2007

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ramli, S.E., MS

Anggota : 1. Drs. Samad Zaino, MSi

2. Dr. Murni Daulay, SE, M.Si 3. Drs. Iskandar Syarief, MA 4. Drs. Rujiman, MA


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya yang menyatakan tesis yang berjudul :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT PADA BANK

PEMERINTAH DI SUMATERA UTARA

Adalah benar hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2007 Yang membuat pernyataan,


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui perkembangan penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara khusus bertujuan untuk menganalisis pengaruh tabungan tahun sebelumnya, tingkat suku bunga simpanan, pendapatan perkapita dan kondisi perekonomian terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara.

Untuk tujuan analisis digunakan data sekunder berupa data time series tahun 1986 – 2005, yang bersumber dari Bank Indonesia, BPS, dan sumber-sumber lainnya yaitu jurnal-jurnal dan hasil penelitian. Analisis dengan menggunakan metode Two Stage Least Square (2 SLS).

Berdasarkan hasil estimasi, penelitian ini menemukan bahwa variabel tabungan tahun sebelumnya, suku bunga simpanan, pendapatan perkapita, dan kondisi perekonomian secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99 persen. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa variabel tabungan tahun sebelumnya dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara, sedangkan pendapatan perkapita dan kondisi perekonomian tidak berpengaruh signifikan. Variabel tabungan tahun sebelumnya dan suku bunga berpengaruh positif terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara. Pendapatan perkapita berpengaruh positif tidak signifikan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara. Kondisi perekonomian berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara.

Sesuai dengan hasil penelitian tersebut, disarankan agar pemerintah mengambil kebijakan yang tepat untuk meningkatkan pendapatan perkapita. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui stabilitas moneter dan meningkatkan pergerakan sektor riil, melalui kebijakan-kebijakan yang menguntungkan sektor riil.

Kata kunci: Penghimpunan dana masyarakat, tabungan, tingkat suku bunga simpanan, pendapatan perkapita dan kondisi perekonomian.


(7)

ABSTRACT

This research in general aim to to know growth of society fund collecting at Government banks in North Sumatra and the influencing factors. Especially this research is aimed to analyse the influence of the previous year saving, rate of interest, person earnings (named perkapita) and economics condition to society fund collecting at Government banks in North Sumatra.

This research is using secondary data in form of time series year 1986 – 2005, sterning from Indonesian Bank, Statistic Board Center of Medan City and others. The analysis using Two Stage Least Square (2 SLS).

The result of estimation find that the previous year saving, rate of interest, person earnings, and economics condition had a signifincantly effect to society fund collecting at Government banks in North Sumatra. Partially, analysis result shows that the previous year saving and rate of interest had a positviely significant effect to society fund collecting at Government banks in North Sumatra, while the person earnings and economics had a non significantly effect. The economics conditions had negatively effect to society fund collecting at Government banks in North Sumatra.

According the results, it is suggested that the government take the correct policy to increase the person earnings (perkapita) by improving the economics growth with monetary stability and improve the real sector.

Keywords : Society fund, saving, rate of interest, person earnings, and economics condition.


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur alhamdulillah Penulis panjatkan keharibaan Allah SWT yang telah memberikan rahmad dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat mengikuti pendidikan mulai dari perkuliahan pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sampai dengan penyusunan tesis

ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan

Dana Masyarakat Pada Bank Pemerintah Di Sumatera Utara”.

Penelitian ini yang dituangkan ke dalam bentuk penulisan tesis secara khusus bertujuan untuk menganalisis pengaruh tabungan tahun sebelumnya, tingkat suku bunga simpanan, pendapatan perkapita dan kondisi perekonomian terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian penulisan tesis ini, Penulis telah banyak dibantu berbagai pihak, baik dalam bentuk moril, bimbingan maupun arahan, sehingga sesuai dengan syarat dan tata cara yang telah ditentukan. Untuk itu Penulis dalam kesempatan ini, dari lubuk hati yang paling dalam mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Direktur dan Pembantu Direktur Politeknik Negeri Medan yang telah

memberikan izin kuliah dan dukungan baik moril maupun materil.

2. Bapak Prof. Chairuddin P, Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Murni Daulay, SE,M.Si, selaku Ketua Program Studi Ekonomi


(9)

5. Bapak Dr. Ramli, SE, MS dan Bapak Drs. Samad Zaino, M.Si, sebagai Ketua dan Anggota Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan arahan dalam penyusunan tesis ini.

6. Bapak Drs. Iskandar Syarief, MA, dan Drs. Rujiman, MA, sebagai pembanding

yang telah memberikan arahan dalam penyusunan tesis ini.

7. Para Bapak, Ibu Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Para Staf Administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Rekan-Rekan Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara khususnya Yedi Suhaedi, Zulkarnain Siregar, Ahmad Basaruddin, Zulfan, Tasbih Panjaitan, M. Roza Aulia Lubis, Irinka Rahmawati Harahap, serta Rekan-Rekan Angkatan VIII yang lainnya, kiranya persahabatan ini menjadi kenangan yang indah dan tak terlupakan serta menjadi ikatan persaudaran yang erat diantara kita.

10.Rekan-rekan sejawat di Politeknik Negeri Medan yang telah memberikan

dukungan dan motivasinya.

Khusus kepada Ibunda Siti Hafsah Pulungan yang telah memberikan dorongan dan motivasi selama masa perkuliahan dan pengerjaan tesis ini.

Teristimewa kepada Isteri tercinta Dra. Suratmi, dan ananda tersayang, Putri Suci Mustika Lubis, Lazuardi Nukman Lubis, Septia Triwulandari Lubis, dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan dan dukungan baik moril maupun materil.

Tak lupa pula penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu baik moril maupun materil baik selama masa perkuliahan maupun dalam penyelesaian tesis ini.

Akhirnya penulis memohon kepada Allah SWT kiranya memberikan balasan pahala yang berlipat ganda bagi semua pihak yang telah memberikan bantuannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna seperti yang diharapkan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun untuk


(10)

penyempurnaan tesis ini akan diterima dengan segala kerendahan hati. Semoga tesis ini ada manfaatnya bagi yang membutuhkannya kelak.

Wassalam

Medan, Agustus 2007 Penulis,


(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Sawaluddin Lubis

2. Agama : Islam

3. Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 13 Mei 1965

4. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Politeknik Negeri Medan

5. Nama Istri : Dra. Suratmi

6. Anak : 1. Putri Suci Mustika Lubis

2. Lazuardi Nukman Lubis 3. Septia Triwulandari Lubis

7. Nama Orang Tua :

Ayah : Alm. Nukman Lubis

Ibu : Siti Hafsah Pulungan

8. Nama Mertua :

Ayah : Timan

Ibu : Tami

9. Pendidikan :

a. SD TPI Medan : Lulus Tahun 1980

b. SMP UNIVA Medan : Lulus Tahun 1983

c. SMA Hang Kesturi Medan : Lulus Tahun 1986

d. Diploma 3 Universitas Harapan Medan : Lulus Tahun 1990

e. STIE Harapan Medan : Lulus Tahun 2000


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

DAFTAR SINGKATAN... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1. Pengertian dan Fungsi Bank... 6


(13)

2.3. Kinerja Beberapa Bank Besar di Indonesia ... 14

2.4. Beberapa Faktor Determinan Dana Simpanan ... 21

2.5. Tingkat Bunga, Investasi, Tabungan dan Inflasi ... 24

2.6. Penelitian Sebelumnya ... 26

2.7. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 32

3.1. Ruang Lingkup Penelitian... 32

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 32

3.3. Model Analisis... 32

3.4. Metode Analisis... 36

3.5. Uji Kesesuaian ... 37

3.6. Definisi Operasional ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1. Perkembangan Dana Simpanan di Sumatera Utara... 39

4.2. Perkembangan Variabel yang Mempengaruhi Dana Simpanan . 45 4.2.1. Pendapatan Perkapita... 45

4.2.2. Suku Bunga Simpanan ... 47


(14)

4.4. Pembahasan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

5.1. Kesimpulan... 59

5.2. Saran ... 60


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1.

Jumlah Dana Simpanan Nasabah pada Bank Pemerintah 1994 –

2005, ... 3

2.1.

Indikator Keuangan Bank-bank Besar Periode Desember 2003 dan Desember 2004 (Triliun Rupiah)...

18

4.1.

Perkembangan Dana Simpanan Perbankan di Sumatera Utara, 1994 – 2005 ...

39

4.2.

Perkembangan Dana Simpanan Perbankan di Sumatera Utara Berdasarkan Jenis, 1994 – 2005 ...

41

4.3. Perkembangan Dana Simpanan Masyarakat pada Bank

Pemerintah di Sumatera Utara, 1986 – 2005...

43

4.4.

PDRB atas Dasar Harga Konstan (1993), Inflasi, Kurs Rupiah dan Suku Bunga Tabungan di Sumatera Utara, 1986 – 2005...

46

4.5.

Hasil Regresi Faktor-faktor yang Suku Bunga...


(16)

4.6.

Hasil Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dana Simpanan ...


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1.

Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Masyarakat pada Bank Pemerintah di

Sumatera Utara ...

30

4.1.

Perkembangan Dana Simpanan Perbankan di Sumatera Utara, 1994 – 2005 ...

40

4.2.

Perkembangan Dana Simpanan Perbankan di Sumatera Utara Berdasarkan Jenis, 1994 – 2005 ...

42

4.3.

Perkembangan Dana Simpanan Masyarakat Bank Pemerintah di Sumatera Utara Berdasarkan Jenis, 1986 – 2005 ...


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Analisis Two-SLS Step 1... 64

2. Hasil Estimasi Step 1... 64

3. Data Analisis Two-SLS Step 2... 65

4. Hasil Estimasi Step 2... 65


(19)

DAFTAR SINGKATAN

ATM = Anjungan Tunai Mandiri

BBM = Bahan Bakar Minyak

BCA = Bank Central Asia

BO = Biaya Operasional

BNI = Bank Negara Indonesia

BPR = Bank Perkreditan Rakyat

BPS = Badan Pusat Statistik

BRI = Bank Rakyat Indonesia

BTN = Bank Tabungan Negara

CAR = Current Asset Ratio

IMF = International Monetary Fund

KPR = Kredit Pemikikan Rumah

LDR = Loan to Deposit Ratio

NIM = Net Interest Margin

NPLs = Non Performing Loans

OLS = Ordinary Least Square

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto

PO = Pendapatan Operasional

ROA = Return on Asset

SBI = Suku Bunga Bank Indonesia

TDL = Tarif Dasar Listrik

UU = Undang-undang


(20)

ABSTRAK

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui perkembangan penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara khusus bertujuan untuk menganalisis pengaruh tabungan tahun sebelumnya, tingkat suku bunga simpanan, pendapatan perkapita dan kondisi perekonomian terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara.

Untuk tujuan analisis digunakan data sekunder berupa data time series tahun 1986 – 2005, yang bersumber dari Bank Indonesia, BPS, dan sumber-sumber lainnya yaitu jurnal-jurnal dan hasil penelitian. Analisis dengan menggunakan metode Two Stage Least Square (2 SLS).

Berdasarkan hasil estimasi, penelitian ini menemukan bahwa variabel tabungan tahun sebelumnya, suku bunga simpanan, pendapatan perkapita, dan kondisi perekonomian secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 99 persen. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa variabel tabungan tahun sebelumnya dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara, sedangkan pendapatan perkapita dan kondisi perekonomian tidak berpengaruh signifikan. Variabel tabungan tahun sebelumnya dan suku bunga berpengaruh positif terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara. Pendapatan perkapita berpengaruh positif tidak signifikan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara. Kondisi perekonomian berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara.

Sesuai dengan hasil penelitian tersebut, disarankan agar pemerintah mengambil kebijakan yang tepat untuk meningkatkan pendapatan perkapita. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui stabilitas moneter dan meningkatkan pergerakan sektor riil, melalui kebijakan-kebijakan yang menguntungkan sektor riil.

Kata kunci: Penghimpunan dana masyarakat, tabungan, tingkat suku bunga simpanan, pendapatan perkapita dan kondisi perekonomian.


(21)

ABSTRACT

This research in general aim to to know growth of society fund collecting at Government banks in North Sumatra and the influencing factors. Especially this research is aimed to analyse the influence of the previous year saving, rate of interest, person earnings (named perkapita) and economics condition to society fund collecting at Government banks in North Sumatra.

This research is using secondary data in form of time series year 1986 – 2005, sterning from Indonesian Bank, Statistic Board Center of Medan City and others. The analysis using Two Stage Least Square (2 SLS).

The result of estimation find that the previous year saving, rate of interest, person earnings, and economics condition had a signifincantly effect to society fund collecting at Government banks in North Sumatra. Partially, analysis result shows that the previous year saving and rate of interest had a positviely significant effect to society fund collecting at Government banks in North Sumatra, while the person earnings and economics had a non significantly effect. The economics conditions had negatively effect to society fund collecting at Government banks in North Sumatra.

According the results, it is suggested that the government take the correct policy to increase the person earnings (perkapita) by improving the economics growth with monetary stability and improve the real sector.

Keywords : Society fund, saving, rate of interest, person earnings, and economics condition.


(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak tahun 1999 kondisi perekonomian nasional terlihat berangsur membaik setelah dua tahun sebelumnya sempat mengalami goncangan akibat krisis ekonomi dan moneter yang terjadi pertengahan tahun 1997. Pada sisi dunia perbankan berbagai kebijakan telah ditempuh oleh pemerintah dan yang paling utama adalah melakukan restrukturisasi perbankan nasional dengan harapan dunia perbankan dapat kembali beroperasi secara normal dan wajar. Melalui penyehatan perbankan ini diharapkan akan memberikan kontribusi optimal dalam meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian.

Dalam program restrukturisasi perbankan nasional, pemerintah mengambil kebijakan yaitu melakukan rekapitalisasi terhadap perbankan yang memenuhi persyaratan. Untuk maksud tersebut, maka Bank Indonesia berdasarkan standar IMF melakukan review terhadap seluruh bank untuk mengklasifikasi sekaligus menentukan jumlah bank yang dapat diikutsertakan dalam program rekapitalisasi. Dengan program rekapitalisasi ini maka diharapkan bank akan dapat memenuhi kewajiban penyediaan modal minimum (CAR) tidak kurang dari 8 persen.

Khusus bagi Bank Pemerintah Daerah dan BUMN yang memiliki ratio kewajiban penyediaan modal minimum (CAR) lebih kecil dari 8 persen, pemerintah memutuskan untuk diikutsertakan dalam program rekapitalisasi. Keputusan ini diambil mengingat sejarah berdirinya bank tersebut memiliki misi khusus yaitu


(23)

bertindak sebagai alat kelengkapan pemerintah dalam meningkatkan perekonomian nasional maupun daerah dan bertindak sebagai agent of development.

Perbankan sebagai salah satu fungsi intermediasi, berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan dunia usaha. Penyaluran dana oleh pihak perbankan harus didukung oleh ketersediaan jumlah dana pada perbankan. Ketersediaan jumlah dana perbankan tersebut diperoleh dari kegiatan penghimpunan dana masyarakat, dalam bentuk simpanan berupa tabungan dan deposito.

Penghimpunan dana masyarakat diperlukan agar bank memperoleh dana segar yang dapat diputarkan untuk meningkatkan pendapatan perbankan dan perekonomian daerah. Penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor dari dalam bank itu sendiri dan faktor dari luar bank. Sebagaimana dinyatakan oleh Rangkuti (2004) bahwa performance suatu organisasi atau perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti kondisi keuangan perusahaan, sumber daya manusia, kegiatan operasional dan kegiatan pemasaran. Faktor eksternal seperti kondisi pasar termasuk minat masyarakat, kompetitor, pendapatan masyarakat, kondisi perekonomian internasional, regional, nasional dan lokal (daerah), pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di daerah, persaingan dengan bank-bank umum lainnya serta kebijakan pemerintah.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia (2006), dana simpanan pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara menunjukkan peningkatan, yaitu dari Rp. 2.618.278 juta pada tahun 1994 menjadi Rp. 23.113.376 juta pada tahun 2005.


(24)

Tabel 1.1. Jumlah Dana Simpanan Nasabah pada Bank Pemerintah 1994–2005

Tahun Jumlah Rupiah

(Juta Rp.)

Jumlah Valuta Asing (Juta Rp.)

Total (Juta Rp.)

1994 2.209.110 409.168 2.618.278

1995 2.582.177 618.079 3.200.256

1996 2.744.196 677.129 3.421.325

1997 3.673.013 1.356.379 5.029.392

1998 7.816.541 1.753.306 9.569.847

1999 8.239.703 1.461.541 9.701.244

2000 9.658.829 2.258.046 11.916.875

2001 12.291.316 2.338.142 14.629.458

2002 13.428.683 2.205.976 15.634.659

2003 16.158.350 1.606.944 17.765.294

2004 17.449.854 1.504.646 18.954.500

2005 20.977.638 2.135.738 23.113.376

Sumber : Bank Indonesia, 2006

Lebih dari 85 persen dana simpanan masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara adalah dalam bentuk rupiah. Dana masyarakat pada bank-bank pemerintah menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi, dengan peningkatan rata-rata 32,42 persen per tahun. Dana simpanan masyarakat dalam bentuk rupiah menunjukkan peningkatan setiap tahun, sedangkan dana simpanan dalam bentuk valuta asing berfluktuasi.

Untuk meningkatkan penghimpunan dana masyarakat, bank melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan dengan pengeluaran biaya yang diarahkan untuk meningkatkan minat masyarakat (nasabah) terhadap produk-produk perbankan yang ditawarkan. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan perbankan semata-mata bukan


(25)

karena merupakan faktor yang berdiri sendiri, tetapi juga karena adanya faktor dari luar perbankan. Perkembangan teknologi, perubahan minat dan keinginan nasabah, perubahan pendapatan masyarakat (pendapatan perkapita), pertumbuhan ekonomi, inflasi, serta kehadiran bank-bank umum pesaing akan mempengaruhi penghimpunan dana dari masyarakat oleh bank-bank pemerintah. Sedangkan dari sisi perbankan, faktor-faktor yang mempengaruhi perhimpunan dana masyarakat adalah suku bunga, pelayanan dan lain-lain.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan suatu pengkajian ilmiah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara. Dalam hal ini faktor-faktor yang dianalisis adalah dana masyarakat tahun sebelumnya suku bunga, pendapatan perkapita, dan kondisi perekonomian.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah :

Apakah tabungan tahun sebelumnya, tingkat suku bunga simpanan, pendapatan perkapita dan kondisi perekonomian berpengaruh signifikan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui perkembangan


(26)

faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Secara khusus penelitian ini bertujuan: untuk menganalisis pengaruh tabungan tahun sebelumnya, tingkat suku bunga simpanan, pendapatan perkapita dan kondisi perekonomian terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian yang dilakukan ini, mampu memberikan manfaat yang antara lain adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi manajemen bank-bank pemerintah dalam upaya peningkatan penghimpunan dana masyarakat.

2. Sebagai informasi ilmiah dan wawasan ilmu pengetahuan tentang pengaruh variabel tabungan tahun sebelumnya, suku bunga, pendapatan perkapita, dan kondisi perekonomian terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera.

3. Sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang berminat untuk mengkaji dalam bidang yang sama dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Fungsi Bank

Dalam kehidupan perekonomian suatu bangsa, bank memegang peranan yang cukup penting dalam lalu lintas keuangan. Pasal 1 angka (2) UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 menentukan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Berdasarkan pengertian tersebut menurut Tohar (2000), bank pada hakekatnya merupakan lembaga pengumpul dana, industri jasa keuangan dan industri fasilitatif. Dari pengertian perbankan tersebut juga, menurut Usman (2001), bahwa bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran.

Dua fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan, sebagai badan usaha, bank akan selalu berusaha mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari usaha yang dijalankannya. Sebaliknya sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai kewajiban pokok untuk menjaga kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja.


(28)

Pasal 3 UU Perbankan menentukan bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana dari masyarakat. Selanjutnya Pasal 4 UU Perbankan menentukan bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Menurut Tohar (2000), fungsi bank adalah sebagai berikut :

1) Lembaga pengumpulan dana, suatu lembaga yang kegiatannya menarik dana

dari masyarakat dalam bentuk giro maupun deposito berjangka.

2) Industri jasa keuangan, suatu lembaga atau jenis perusahaan yang

menyediakan berbagai jasa keuangan yang diperlukan dalam perekonomian.

3) Lembaga perantara, merupakan perantara antara penyimpan uang dengan para

penanam modal atau pengusaha.

4) Industri fasilitatif, yaitu industri yang mendorong jenis-jenis industri lainnya, seperti agraris, ekstraktif, dan industri manufaktur.

Jenis bank yang terdapat di Indonesia, diatur dalam Pasal 5 angka (1) UU Perbankan, yang menentukan bahwa menurut jenisnya bank terdiri dari:

a. Bank Umum

b. Bank Perkreditan Rakyat

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (3) UU No. 10 Tahun 1998, Bank Umum adalah “bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional


(29)

dan/atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”.

Menurut Usman (2001), Bank Umum adalah bank pencipta uang giral. Bank umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu. Kegiatan tertentu tersebut antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan untuk mengembangkan koperasi, pengembangan usaha golongan ekonomi lemah/pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas, dan pengembangan pembangunan perumahan.

Selanjutnya mengenai usaha bank umum, Tohar (2000) menyebutkan sebagai berikut :

a. menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito

dan tabungan; b. memberi kredit;

c. menerbitkan surat pengakuan hutang;

d. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan nasabahnya;

e. menempatkan dana pada bank lain;

f. melakukan kegiatan anjak piutang; g. melakukan usaha kartu kredit;

h. melakukan kegiatan sebagai wali amanat;


(30)

j. melakukan kegiatan valuta asing dengan memenuhi kebutuhan Bank Indonesia;

k. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara atas kegagalan kredit dari

suatu bank;

l. bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun.

Selanjutnya menurut ketentuan Pasal 1 angka (4) UU No. 10 Tahun 1998, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank adalah unit usaha yang khusus karena dalam menjalankan kegiatan operasionalnya tergantung pada sumber dana dari masyarakat. Oleh karena itu, kelangsungan hidup suatu bank ditentukan oleh kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut. Dari pengertian tersebut, timbul istilah bank sebagai lembaga kepercayaan. Merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap bank akan membawa akibat yang buruk terhadap kelangsungan hidup bank yang bersangkutan. Apabila kemerosotan tersebut tidak hanya terhadap satu bank, tetapi meluas terhadap sistem perbankan, maka dapat dipastikan bahwa merosotnya kepercayaan tersebut akan mengakibatkan krisis perbankan. Mengingat sektor perbankan di negara berkembang seperti Indonesia masih mendominasi sektor keuangan, maka krisis perbankan juga berarti krisis di sektor keuangan secara keseluruhan (Bank Indonesia, 2003).

Apabila suatu sistem perbankan dalam kondisi yang tidak sehat, maka fungsi bank sebagai lembaga intermediasi tidak akan berfungsi dengan optimal. Dengan


(31)

terganggunya fungsi intermediasi tersebut, maka alokasi dan penyediaan dana dari perbankan untuk kegiatan investasi dan mebiayai sektor-sektor yang produktif dalam perekonomian menjadi terbatas. Sistem perbankan yang tidak sehat juga akan mengakibatkan lalu lintas pembayaran yang dilakukan oleh sistem perbankan tidak lancar dan efisien. Selain itu, sistem perbankan yang tidak sehat juga akan menghambat efektivitas kebijakan moneter.

2.2. Sumber Dana Bank

Kunci dari keberhasilan manajemen bank adalah bagaimana bank tersebut bisa merebut hati masyarakat sehingga peranannya sebagai financial intermediary dapat berjalan dengan baik. Karena kegiatan manajemen dana bank meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian terhadap penghimpunan pengalokasian dana dari masyarakat. Proses pengelolaan dan penghimpunan dana masyarakat ke dalam bank serta pengalokasian dana-dana tersebut bagi kepentingan bank dan masyarakat pada umumnya, secara optimal melalui penggerakkan semua sumber daya yang tersedia demi mencapai tingkat rentabilitas yang memadai sesuai dengan batas ketentuan peraturan yang berlaku. Pada era perbankan modern saat ini sangat terkait erat dengan manajemen bank dimana manajemen aktiva-pasiva bank merupakan fokus utama dalam manajemen dana bank.

Sebagai lembaga keuangan, bank memiliki usaha pokok berupa menghimpun dana untuk kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat untuk


(32)

jangka waktu tertentu. Dalam garis besarnya, sumber dana bagi sebuah bank ada 3 (tiga) jenis, yaitu :

a. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri; b. Dana yang bersumber dari masyarakat luas;

c. Dana yang berasal dari lembaga keuangan, baik berbentuk bank maupun non

bank (Suyatno, 2001).

Dana yang bersumber dari bank itu sendiri adalah dana berbentuk modal disetor yang berasal dari pemegang saham dan cadangan-cadangan serta keuntungan bank yang belum dibagikan kepada para pemegang saham. Dana yang berasal dari masyarakat luas umumnya berbentuk simpanan yang secara umum disebut sebagai giro, deposito dan tabungan. Sedangkan dana yang berasal dari lembaga-lembaga keuangan pada umumnya diperoleh bank dalam bentuk pinjaman.

Penghimpunan dana merupakan jasa utama yang ditawarkan dunia perbankan. Menurut Djumhana (2000), idealnya dana dari masyarakat ini merupakan suatu tulang punggung dari dana yang dikelola oleh bank untuk memperoleh keuntungan. Ada 3 (tiga) jenis simpanan pada bank sebagai sarana untuk memperoleh dana dari masyarakat, yaitu :

1. Giro (Demand Deposit)

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang dapat digunakan oleh pemiliknya sebagai alat pembayaran, dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, surat perintah pembayaran lainnya (SPPL) atau dengan cara pemindahbukuan. Rekening giro sering disebut juga


(33)

dengan rekening koran yang dapat digunakan untuk penatausahakan kredit yang diberikan dalam bentuk rekening giro. Jenis rekening giro dapat berupa:

a. Rekening atas nama perorangan.

b. Rekening atas nama suatu badan usaha atau lembaga. c. Rekening bersama atau gabungan.

Sifat sumber dana ini dapat dikategorikan sebagai sumber dana yang sangat labil dan tidak memiliki jatuh tempo. Kelebihan sumber dana ini biayanya relatif lebih murah. Bunga yang dibayarkan bank kepada pemegang rekening ini disebut sebagai “jasa giro”. Persentase jasa giro yang diberikan cukup bervariasi antara bank satu dengan bank lainnya, akan tetapi pada umumnya masih lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga deposito berjangka maupun tabungan.

Bagi bank, sumber dana giro merupakan sumber dana yang berbiaya rendah, namun karena sifat penarikannya, bank harus benar-benar dapat mengikuti perilaku penarikan nasabah gironya, terutama nasabah-nasabah utamanya, karena mobilitas dana yang bersumber dari giro ini sangat tinggi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pola manajemen dan likuiditas bank (Siamat, 1995).

2. Deposito (Time Deposit)

Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan (pihak ketiga) dengan bank yang bersangkutan. Dilihat dari sudut biaya dana, maka dana yang bersumber dari simpanan dalam bentuk deposito ini merupakan dana yang relatif mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya, misalnya giro


(34)

atau tabungan. Sumber dana ini dapat dikategorikan sebagai sumber dana semi tetap. Berbeda dengan giro, dana deposito akan mengendap di bank karena para pemegangnya (deposan) tertarik dengan tingkat bunga yang ditawarkan oleh bank dan adanya keyakinan bahwa pada saat jatuh tempo bila deposan tidak ingin memperpanjang jangka waktu simpanannya, maka dananya dapat ditarik kembali. Dalam praktiknya terdapat 3 (tiga) jenis deposito yaitu :

a. Deposito berjangka

Deposito berjangka adalah deposito yang dibuat atas nama dan tidak dapat dipindahtangankan.

b. Sertifikat deposito

Sertifikat deposito adalah deposito yang diterbitkan atas unjuk dan dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan serta dapat dijadikan sebagai jaminan bagi permohonan kredit.

c. Deposit on call

Deposit on call adalah deposito yang saat penarikannya harus diberitahukan terlebih dahulu kepada bank pada waktu yang ditetapkan sesuai dengan kebijakan dan peraturan bank yang bersangkutan. Biasanya hanya digunakan untuk deposan yang memiliki uang dalam jumlah besar dan sementara waktu belum digunakan.

3. Tabungan (Saving Deposit)

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat


(35)

ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Berbeda dengan simpanan giro yang dapat digunakan oleh para pengusaha atau para pedagang untuk melakukan transaksi, tabungan lebih ditujukan untuk maksud berjaga-jaga atau keamanan dana oleh masyarakat luas. Selain itu bila dibandingkan dengan giro atau deposito, peranan tabungan dalam komposisi sumber dana perbankan relatif lebih kecil. Tingkat fluktuasi dana tabungan ini dianggap sangat kecil dan tidak selabil dana yang bersumber dari giro.

2.3. Kinerja Beberapa Bank Besar di Indonesia

Beberapa trend yang sedang terjadi dalam industri perbankan di Indonesia

sampai tahun 2004 antara lain adalah sebagai berikut (Sarjito, 2004). Pertama,

terjadinya pergeseran-pergeseran segmen pasar atau komposisi pasar sejalan dengan perkembangan struktur ekonomi nasional dan pola pikir nasabah perbankan yang cenderung makin banking minded. Untuk kredit, segmen pasar yang dituju oleh perbankan saat ini sedang bergeser menuju ke segmen pasar yang lebih potensial dan lebih rendah risikonya. Segmen pasar yang kini menjadi primadona bagi kredit perbankan adalah segmen pasar konsumen dan segmen usaha mikro, kecil dan menengah. Salah satunya dapat dilihat dari komposisi kredit menurut kelompok debiturnya yang saat ini sudah dikuasai oleh nasabah perorangan sebesar 42,6%. Sebagai pembanding, pada akhir 2002 debitur perorangan ini hanya menguasai 25,9% dari total portofolio kredit perbankan. Kecenderungan ke segmen konsumen ini juga dapat dilihat pada portofolio kredit menurut jenisnya. Kredit konsumtif sudah


(36)

mencapai 26,5% dari total kredit pada September 2004 melebihi posisi akhir tahun 2000 dan 2002 yang masing-masing hanya sebesar 14,9% dan 21,8%. Ini terjadi karena dalam beberapa tahun terakhir ini kredit konsumtif meningkat jauh lebih cepat

dibandingkan dengan kenaikan kredit investasi dan kredit modal kerja. Kedua,

kecenderungan ini juga terjadi pada produk dana dimana segmen pasar perorangan mencapai lebih dari 60% dari total portofolio dana perbankan pada akhir September 2004, dibandingkan hanya 55% pada akhir 2000. Hal ini ditanggapi oleh bank-bank besar dengan mengalokasikan resources-nya secara signifikan ke segmen konsumer ini, seperti yang dilakukan Bank Mandiri, BCA dan BNI. Akibatnya persaingan di segmen ini menjadi lebih ketat dan perbankan membangun infrastruktur yang kuat di segmen ini. Pergeseran di sektor dana ini juga terjadi pada jenis produknya yaitu mengarah pada peningkatan komposisi dana murah dan jangka pendek. Hal ini terlihat makin menurunnya proporsi deposito sebagai dana mahal dari semula 54,2% pada tahun 2000 menjadi 44,3% pada akhir September 2004. Turunnya pangsa deposito berjangka disebabkan terutama oleh turunnya suku bunga sehingga deposan banyak yang mengalihkan dananya ke instrumen keuangan lain yang lebih menarik, seperti reksadana, obligasi dan saham. Ini terjadi terutama pada deposito berjangka lebih dari 1 bulan, yang mengalami penurunan cukup besar, sedangkan deposito berjangka waktu 1 bulan masih mengalami kenaikan. Selain itu, dana deposito kemungkinan juga banyak yang berpindah ke tabungan mengingat selisih bunga

antara kedua jenis simpanan tersebut saat ini semakin kecil. Ketiga, perbankan


(37)

untuk menjangkau nasabah yang lebih luas, lebih mudah dan lebih efisien. Untuk itu, perbankan mulai menggeser jaringan distribusinya dari conventional channel ke arah modern channel yang lebih murah, mudah dan berbasis pada teknologi. Trend ini bisa dilihat dari makin maraknya pengembangan jaringan distribusi modern, baik hub-spoke model maupun electronic banking seperti ATM, phone banking, mobile banking dan internet banking. Keempat, trend di bidang strategi bisnis terjadi dengan mengarah pada pengembangan strategi pertumbuhan bisnis non-organik, khususnya aliansi strategis. Aliansi ini dilakukan antara perbankan dengan lembaga lain untuk kepentingan pengembangan bisnis, seperti bank dengan developer (KPR), bank dengan asuransi (banc assurance), bank dengan perusahaan sekuritas (reksadana) dan

bank dengan Posindo. Kelima, dipicu oleh persaingan yang semakin ketat dan

karakteristik segmen konsumer yang bersifat massal, bank-bank besar berlomba menarik perhatian nasabah dengan paket-paket promosi yang menarik. Disamping dengan menggunakan iklan di media massa, promosi yang sekarang lazim digunakan adalah dengan menggunakan undian berhadiah untuk produk tabungan dan penetapan bunga yang menarik untuk produk kredit perumahan.

Berdasarkan asset, Bank Mandiri masih menduduki peringkat pertama dengan total asset Rp 240,4 triliun, diikuti BCA (Rp 148,8 triliun), BNI (Rp 135,9 triliun), BRI (Rp 107,0 triliun), Bank Danamon (Rp 57,6 triliun), BII (Rp 36,0 triliun), Bank Niaga (Rp 30,6 triliun), BTN (Rp 26,7 triliun), Bank Permata (Rp 31,6 triliun) dan Lippo Bank (Rp 27,8 triliun) (Supraptono, 2005).


(38)

Sebagian besar aktiva produktif bank-bank besar diinvestasikan dalam bentuk portofolio pinjaman dan obligasi. Bank Mandiri yang memimpin perolehan asset, memiliki aktiva produktif terbesar yang mencapai Rp 218,6 triliun, diikuti BCA Rp 132,1 triliun, dan BNI Rp 119,9 triliun. Bila dilihat dari komposisi aktiva produktif masing-masing bank, obligasi masih mendominasi komposisi aktiva produktif bank-bank rekap. Bank Mandiri memiliki obligasi terbesar yang mencapai Rp 92,9 triliun, diikuti BCA Rp 46,7 triliun dan BNI Rp 38,3 triliun. Sementara BCA, disamping obligasi, juga memiliki SBI yang cukup besar dalam komposisi earning assetnya yang mencapai Rp 29,6 triliun.

Dalam hal penyaluran pinjaman, Bank Mandiri tetap memimpin pasar dengan total pinjaman mencapai Rp 88,6 triliun atau setara dengan 14,9% dari total kredit perbankan. Peringkat kedua BRI sebesar Rp 62,3 triliun (10,5%), diikuti BNI Rp 57,9 triliun (9,7%). Namun dari sisi pertumbuhan, Bank Permata mencapai pertumbuhan tertinggi dengan pertumbuhan 54,2%, diikuti Bank Niaga 47,6%, BCA 37,4% dan BRI 30,9% (Supraptono, 2005).

Penghimpunan dana masyarakat tetap didominasi empat bank besar yakni Bank Mandiri, BCA, BNI dan BRI. Bank Mandiri berada di posisi teratas dengan total dana Rp 169,9 triliun, dibayang-bayangi oleh BCA yang pada periode laporan mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar Rp 131,6 triliun. Peringkat ketiga dikuasai BNI dengan pangsa pasar Rp 105,0 triliun, diikuti BRI sebesar Rp 82,2 triliun.

Berdasarkan jenis dana yang dihimpun, dana Bank Mandiri didominasi oleh deposito (45,9%), dan dana BCA didominasi oleh tabungan (52,4%). Sementara BNI


(39)

memiliki komposisi dana yang relatif seimbang yakni 37,1% tabungan, 35,7% deposito, dan 27,2% giro.

Tabel 2.1. Indikator Keuangan Bank-bank Besar Periode Desember 2003 dan Desember 2004 (Triliun Rupiah)

Asset Earning

Asset Kredit

Dana Masyarakat Pendapatan Bunga Bersih Laba Bank Des 03 Des 04 Des 03 Des 04 Des 03 Des 04 Des 03 Des 04 Des 03 Des 04 Des 03 Des 04

Mandiri 245.8 240.4 226.3 218.8 73.3 88.6 176.3 169.9 7.8 9.0 4.6 5.3

BCA 133.0 148.8 117.5 132.1 29.4 40.4 117.9 131.6 5.4 6.6 2.4 3.2

BNI 131.2 135.9 120.6 119.9 46.4 57.9 105.2 105.1 5.0 6.9 0.8 3.1

BRI 94.7 107.0 84.2 97.7 47.6 62.3 76.3 82.2 8.0 10.7 2.5 3.6

Danamon 52.7 57.6 50.6 52.7 22.7 29.3 39.9 40.2 2.8 3.5 1.5 2.4

BII 34.8 36.0 30.4 32.0 10.0 12.9 28.6 29.6 1.0 1.6 0.3 0.8

Niaga 23.6 30.6 21.5 27.8 14.3 21.1 19.3 24.8 0.9 1.4 0.5 0.7

BTN 26.8 26.7 24.6 24.8 11.2 12.6 19.1 18.6 0.9 1.3 0.1 0.4

Permata 28.9 31.6 24.7 27.7 9.6 14.8 23.4 25.8 1.1 1.6 0.6 0.6

Lippo 26.5 27.8 21.3 22.7 4.7 5.5 23.9 24.9 0.8 0.9 -0.5 0.9

Sumber : Laporan Keuangan Publikasi

Bank Mandiri mencatat pendapatan bunga terbesar yang mencapai Rp 18,4 triliun, jauh diatas BRI yang sebesar Rp 15,5 triliun, BNI Rp 11,9 triliun, BCA Rp 11,5 triliun dan Bank Danamon Rp 5,7 triliun. Sementara 5 bank lainnya yakni BII, Bank Permata, BTN, Bank Niaga, dan Lippo Bank, menghasilkan pendapatan bunga masing-masing berturut-turut sebesar Rp 2,9 triliun, Rp 2,9 triliun, Rp 2,8 triliun, Rp 2,5 triliun dan Rp 1,8 triliun. Dari pendapatan tersebut Bank Mandiri berhasil mencetak laba sebesar Rp 5,3 triliun, terbesar diantara 9 bank besar lainnya. Laba kedua terbesar dihasilkan BRI sebesar Rp 3,6 triliun, diikuti BCA Rp 3,2 triliun, BNI Rp 3,1 triliun dan Bank Danamon Rp 2,4 triliun.


(40)

Tingkat profitabilitas bank yang semakin membaik (tercermin dari peningkatan return on asset/ROA), memperlihatkan bahwa perbankan khususnya bank papan atas telah mampu mengoptimalkan aktiva produktifnya untuk mencetak pendapatan. Namun, membaiknya profitabilitas bank-bank besar belum mencerminkan kinerja yang sesungguhnya mengingat sekitar 40% dari pendapatan masih bersumber dari surat-surat berharga yang bersifat zero risk asset (SBI dan obligasi rekap). Bahkan BCA nilai SBI & Obligasi-nya mencapai 58% dari total aktiva produktifnya.

Namun, terlepas dari komponen sumber pendapatan, rasio ROA bank-bank besar telah mencapai tingkat yang cukup memuaskan. BRI merupakan bank yang paling profitable dengan ROA sebesar 5,8%, diikuti Bank Danamon 4,5% dan Lippo Bank 3,3%. Sementara Bank Mandiri berada pada peringkat keempat sebesar 3,2%, diikuti BCA 3,2%, Bank Niaga 2,9%, BNI 2,5%, BII 2,4%, Bank Permata 2,3% dan BTN 1,8%.

Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BO/PO) yang mencerminkan tingkat efisiensi operasional bank juga menunjukkan perbaikan. Bank Danamon bekerja dengan BO/PO 52,3% menjadikannya sebagai bank yang paling efisien. Berikutnya BCA 65,7%, Bank Mandiri 66,6%, dan BRI 67,0%. Sementara 6 bank besar lainnya memiliki rasio BO/PO diatas 70%, yakni BNI 78,6%, Bank Niaga 79,4%, BII 79,7%, Lippo Bank 81,6%, Bank Permata 83,1% dan BTN 84,2%.

Dalam perspektif rasio kecukupan modal dan rasio kualitas kredit, rata-rata bank papan atas telah menunjukkan kinerja yang cukup baik yakni memiliki CAR


(41)

diatas 8% dan NPLs dibawah 5%. Namun, Bank Mandiri dan Lippo Bank memiliki kualitas kredit belum baik dengan NPLs masing-masing 7,4% dan 6,8%.

Secara umum kondisi perbankan sampai dengan triwulan II 2005 telah menunjukkan perkembangan yang membaik. Beberapa indikator perbankan sampai dengan bulan Mei menunjukkan indikasi positif. Total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), modal dan total kredit yang disalurkan menunjukkan kenaikan. Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan (NPL) juga mengalami perbaikan. Total asset meningkat menjadi Rp 1325 triliun dan DPK meningkat menjadi Rp 986,7 triliun. Demikian juga jumlah kredit yang disalurkan meningkat menjadi Rp 650,8 triliun. Indikator lainnya, Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bulan Mei membaik sebesar 1,6% dari 51,3% pada bulan April menjadi 52,9%. Selain itu, NPL baik secara gross maupun net juga mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1,6% dan 1,8% menjadi 7,30% (NPL gross) dan 3,60% (NPL net). Disamping mengalami perbaikkan, beberapa indikator penting seperti CAR dan Net Interest Margin (NIM) masih mengalami penurunan kinerja. Pada bulan Mei, rasio CAR menurun 1,2% dari 21,2% pada bulan April menjadi 20%. Sedangkan NIM menurun tipis sebesar 0,4% pada bulan Mei menjadi 5,6%. Perkembangan yang sama terjadi pula pada modal perbankan yang selama bulan Mei menurun sebesar Rp 0,4 triliun dan berada pada posisi Rp 117,2 triliun. Ditambah lagi, satu hal yang sangat memprihatinkan adalah belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan. Hal ini terlihat jelas masih besarnya dana yang menganggur (idlle fund) di perbankan. Walaupun jumlah kredit yang disalurkan mengalami kenaikkan, namun sayangnya kenaikan tersebut lebih di


(42)

dominasi oleh kenaikan pada kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Kredit modal kerja bulan Mei mencapai Rp 311,74 triliun atau meningkat 4,33%. Disusul kredit konsumsi juga meningkat Rp 6,13 triliun (3,66%) dari Rp 167,50 triliun menjadi Rp 173,63 triliun. Sementara kredit investasi hanya meningkat Rp 2,44 triliun (2,01%) dari Rp 121,52 triliun menjadi Rp 123,96 triliun. Dengan tidak adanya investasi baru, artinya tambahan kesempatan kerja yang dapat diciptakan juga akan sangat minim sekali (Bisnis Ekonomi dan Politik, 2005).

2.4. Beberapa Faktor Determinan Dana Simpanan

Berdasarkan hipotesis Keynes bahwa tingkat pendapatan nasional berpengaruh positif terhadap tabungan nasional (dalam Darmawan, 2006). Penelitian ini menemukan bahwa pendapatan nasional perkapita mempunyai efek positif terhadap tingkat tabungan nasional. Sementara itu studi cross-sectional komprehensif pertama kali dilakukan oleh Simon Kuznet mengenai hubungan antara tabungan dan pendapatan per kapita pada tahun 1960.

Rossi (1988) melakukan studi empiris mengenai dampak pendapatan terhadap tabungan dengan menggunakan data time series untuk 49 negara dengan periode waktu 1973-1983. Studi ini menemukan hasil bahwa adanya dampak positif dari tingkat pendapatan sekarang (current income level) terhadap tingkat tabungan. Menurut hipotesis pendapatan permanen (The Permanent-Income Hypothesis), masyarakat akan membelanjakan sebagian besar dari pendapatan permanen untuk konsumsi dan pendapatan transitori akan dialokasikan untuk tabungan.


(43)

Menurut Keynes pengaruh tingkat bunga terhadap tabungan nasional sangat kompleks serta banyak kemungkinan yang akan terjadi. Di samping itu juga membutuhkan lag yang cukup lama (Molho, 1986). Arrieta (1988) dalam studinya menyimpulkan bahwa tingkat bunga berpengaruh positif terhadap tabungan nasional. Muradoglu dan Taskin (1996) dalam penelitiannya menemukan bahwa efek tingkat bunga dapat dijelaskan dari keputusan konsumsi intertemporer. Peningkatan tingkat pengembalian tabungan akan meningkatkan tabungan tetapi efek pendapatan riil terhadap tingkat pengembalian mengakibatkan tabungan menurun.

Leff (1969) dalam Darmawan (2006) menyimpulkan bahwa beban tanggungan secara signifikan mempengaruhi tabungan agregat. Tingginya angka beban tanggungan merupakan salah satu faktor yang diperhitungkan dalam melihat disparitas antara negara maju dan berkembang. Leff menggunakan data dari 74 negara dengan metode analisis data cross-section. Hasil penelitian Leff tersebut kemudian dikritisi oleh Nassau Adam dan Kanhaya Gupta (1971) seperti dikutip oleh Ram (1982). Dalam penelitiannya Ram (1982) menemukan hasil yang berbeda dengan Leff. Ram (1982) menemukan bahwa beban tanggungan secara statistik tidak signifikan mempengaruhi tabungan. Sumber perbedaan hasil ini berasal dari perbedaan dalam hal cakupan sampel, periode penelitian, dan spesifikasi yang digunakan.

Loayza, Schmidt-Hebbel, dan Serven (2000) juga melakukan penelitian tentang perilaku tabungan yang dihubungkan dengan demografi. Dalam penelitiannya variabel demografi diwakili dengan angka beban tanggungan usia muda dan tua


(44)

(young-age and old-age dependency ratio). Kesimpulan dari studi ini sejalan dengan apa yang diprediksi oleh the life-cycle theory. Penelitian ini membuktikan bahwa setiap kenaikan sebesar 3,5 persen dalam angka beban tanggungan penduduk usia muda maka akan menurunkan tabungan masyarakat sebesar 1 persen.

Ada semacam perbedaan pendapat mengenai efek inflasi terhadap tabungan di negara sedang berkembang. Juster dan Wachtel (1972) dalam Darmawan (2006) menemukan bahwa inflasi akan mengurangi kepastian konsumen dan akhirnya akan meningkatkan tabungan. Sementara itu Deaton (1977) menyatakan bahwa karena adanya efek harga maka konsumen dalam membeli sesuatu tidak dapat membedakan antara inflasi ekspektasian dari peningkatan harga relatif, dan akhirnya konsumen terpaksa untuk menambah tabungan (involuntary saving). Namun Branson dan Klevorick (1969) menemukan fakta adanya dampak negatif dari inflasi terhadap tabungan di Amerika Serikat. Serupa dengan itu, Howard (1978) menemukan bahwa meskipun inflasi membawa peningkatan tabungan di Kanada, Inggris, dan Amerika; namun inflasi ekspektasian (expected inflation) menurunkan tabungan di Jepang. Skinner (1988) dan Zeldes (1989) dalam Loayza, Schmidt-Hebbel, dan Serven (2000) menyatakan bahwa ketidakpastian yang lebih besar di masa datang akan meningkatkan tabungan. Ini terjadi karena prinsip menghindari risiko yang dianut oleh masyarakat. Dalam berbagai studi empiris tentang tabungan dan pertumbuhan, proxy yang paling banyak digunakan untuk variabel ketidakpastian adalah inflasi.

Gupta (1987) menemukan bahwa di negara Asia, baik komponen inflasi ekspektasian (expected inflation) maupun inflasi kejutan (unexpected inflation)


(45)

memiliki efek positif terhadap tabungan. Sedangkan Lahiri dalam Muradoglu dan Taskin (1996) memperoleh hasil ragu-ragu (inconclusive). Sementara itu menurut Kauffmann dalam Muradoglu dan Taskin (1996) yang membandingkan antara aktivitas tabungan antara Amerika Serikat dan Jerman, menemukan bahwa aktivitas tabungan yang lebih rendah di Amerika Serikat karena inflasi yang lebih tinggi di Amerika Serikat dibandingkan di Jerman. Bovenberg dan Evans (1990) menganalisis tabungan pribadi di Amerika Serikat dan memperoleh hasil bahwa selama masa penurunan inflasi sepanjang tahun 1980-an, terjadi penurunan tabungan pribadi.

2.5. Tingkat Bunga, Investasi, Tabungan dan Inflasi

Tingkat bunga merupakan biaya pinjaman dan pengembalian akan diperoleh karena meminjamkan dana ke pasar keuangan, oleh karena itu dapat dipahami peran dari tingkat bunga dalam perekonomian dengan mengkaji pasar uang. Hal ini dapat dilihat dari identitas pos pendapatan nasional:

Y – C – G = I

Y – C – G adalah output yang tersisa setelah permintaan konsumen dan pemerintah dipenuhi, inilah yang disebut tabungan nasional, atau ringkasnya tabungan (saving, S). Dalam bentuk ini, identitas pos pendapatan nasional menunjukkan bahwa tabungan sama dengan investasi.

Tabungan dan investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga menyesuaikan sampai jumlah perusahaan yang ingin menanamkan modal sama dengan jumlah rumah tangga yang ingin menabung. Jika tingkat bunga terlalu rendah,


(46)

investor menginginkan output perekonomian lebih banyak ketimbang rumah tangga yang ingin menabung. Dengan kata lain, jumlah dana pinjaman yang diminta melebihi jumlah yang ditawarkan. Bila ini terjadi, tingkat bunga akan meningkat. Sebaliknya, jika tingkat bunga terlalu tinggi, rumah tangga ingin menabung lebih banyak ketimbang perusahaan yang ingin menanamkan modal karena jumlah dana pinjaman yang ditawarkan lebih besar ketimbang jumlah yang diinginkan, tingkat bunga turun. Pada tingkat bunga equilibrium, hasrat rumah tangga untuk menabung simbang dengan hasrat perusahaan untuk menanamkan modal dan jumlah dana pinjaman yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta (Mankiw, 2003).

Tingkat bunga merupakan yang paling penting diantara variabel-variabel makro ekonomi. Esensinya, tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan. Para ekonom menyebutkan tingkat bunga yang dibayar bank sebagai tingkat bunga nominal (nominal interest rate) dan kenaikan daya beli masyarakat disebut tingkat bunga riil (real interest rate). Jika i menyatakan tingkat bunga nominal, r tingkat bunga riil, dan π tingkat inflasi, maka hubungan diantara ketiga variabel ini bisa ditulis sebagai:

r = i – π

Tingkat bunga riil adalah perbedaan antara tingkat bunga nominal dan tingkat inflasi. Kalau diatur kembali persamaan tingkat bunga riil tersebut, dapat dilihat bahwa tingkat bunga nominal adalah jumlah tingkat bunga riil dan tingkat inflasi:


(47)

Persamaan ini disebut persamaan Fisher (Fisher equation). Persamaan ini menunjukkan tingkat bunga bisa berubah karena dua alasan: karena tingkat bunga riil berubah atau karena tingkat inflasi berubah. Tingkat bunga riil menyesuaikan untuk menyeimbangkan tabungan dan investasi. Teori kuantitas uang menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan uang menentukan tingkat inflasi. Teori kuantitas dan persamaan Fisher sama-sama menyatakan bagaimana pertumbuhan uang mempengaruhi tingkat bunga nominal. Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi. Menurut persamaan Fisher, kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi sebaliknya menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat bunga nominal. Hubungan satu-untuk-satu antara tingkat inflasi dan tingkat bunga nominal disebut efek Fisher (Fisher effect).

2.6. Penelitian Sebelumnya

Sudarmo (2004), melakukan studi untuk menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi dan variabel yang paling dominan terhadap besarnya penghimpunan dana Simpedes di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Variabel yang diteliti adalah jumlah pekerja di BRI Unit, suku bunga Simpedes dan nilai tambah sektor pertanian dan sektor perdagangan hotel dan restoran dan krisis ekonomi tahun 1997 dan 1998 (variabel dummy), dengan periode data 1989 – 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah pekerja di BRI Unit mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan penghimpunan dana Simpedes dan bersifat elastis. Peningkatan suku bunga Simpedes tidak berpengaruh positif terhadap peningkatan


(48)

penghimpunan dana Simpedes. Perbedaan suku bunga di BRI Unit dimana suku bunga Simaskot lebih tinggi dibandingkan suku bunga Simpedes mengakibatkan terjadinya proses substitusi dari Simpedes ke Simaskot. Peningkatan nilai tambah sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, restoran berpengaruh positif terhadap peningkatan penghimpunan dana Simpedes dan bersifat inelastis. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 dan 1998 mempunyai pengaruh negatif terhadap penghimpunan dana Simpedes.

Studi yang dilakukan Nugroho (2004) di Wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi dan Karawang mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penguatan kapasitas usaha Bank Perkreditan Rakyat, menyimpulkan bahwa dana masyarakat dan pemanfaatan teknologi informasi yang tercermin dari pemanfaatan komputer di BPR signifikan berpengaruh terhadap pengembangan kredit BPR, modal dan kredit signifikan berpengaruh terhadap kemampuan memperoleh laba dan bunga serta insentif deposito signifikan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah deposito

Hasil penelitian Abdurochman (2004) terhadap dampak program penjaminan pemerintah terhadap penghimpunan dana masyarakat dan suku bunga simpanan pada Bank Umum, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara program penjaminan pemerintah dengan penghimpunan dana masyarakat artinya program penjaminan telah memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan penghimpunan dana masyarakat di Bank Umum. Hal ini ditunjukkan dengan hasil estimasi fungsi deposito dengan memasukkan variabel program penjaminan sebagai variabel dummy. Sementara itu selama pelaksanaan program penjaminan secara


(49)

tidak langsung telah mendorong perbaikan kinerja bank umum sebagai akibat krisis keuangan yang melanda Indonesia. Berdasarkan hasil estimasi pengaruh suku bunga penjaminan terhadap hubungan suku bunga deposito dan suku bunga SBI, ditemukan bahwa suku bunga penjaminan memiliki pengaruh dalam penentuan suku bunga simpanan. Dalam hal ini telah terjadi pergeseran acuan penentuan suku bunga simpanan yang sebelumnya selalu mengacu kepada suku bunga SBI maka setelah adanya program penjaminan, suku bunga penjaminan menjadi acuan bank dalam menentukan suku bunga simpanannya.

Tjahyono (2005), melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap penghimpunan dana masyarakat dan apakah faktor dari krisis moneter juga mempengaruhi atas penghimpunan dana masyarakat dengan data yang dibatasi pada penghimpunan dana masyarakat yang disimpan dalam Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional di wilayah propinsi Jawa Timur selama periode tahun 1988 - 2001. Pada penelitian ini ditemukan kasus multikolinearitas pada kedua kelompok bank serta kasus autokorelasi pada kelompok bank swasta nasional. Dari kedua model tersebut diketahui bahwa faktor-faktor ekonomi makro yang mempengaruhi secara positif pada kedua kelompok bank terhadap penghimpunan dana masyarakat adalah variabel pendapatan (Yt) dan jumlah uang beredar (M) sedangkan variabel yang lain berpengaruh secara berlawanan seperti variabel suku bunga (SB) dan indeks harga konsumen (IHK). Sedangkan variabel yang sama-sama berpengaruh secara negatif pada kedua kelompok bank terhadap


(50)

penghimpunan dana masyarakat adalah nilai tukar rupiah (R) dan variabel dummy krisis ekonomi juga memberikan pengaruh yang berbeda pada kedua kelompok bank.

2.7. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

2.7.1.Kerangka Konseptual

Salah satu fungsi perbankan adalah penghimpunan dana dari masyarakat. Penghimpunan dana masyarakat akan dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dalam masyarakat. Pendapatan masyarakat diproxy dengan PDRB perkapita. Semakin tinggi pendapatan, secara teoritis akan semakin meningkatan dana simpanan masyarakat. Demikian juga dengan tabungan atau simpanan tahun sebelumnya secara teoritis berpengaruh positif terhadap penghimpunan dana masyarakat.

Penghimpunan dana dari masyarakat berhubungan dengan kondisi perekonomian masyarakat. Kondisi perekonomian yang stabil dan berkembang akan meningkatkan pendapatan masyarakat karena aktivitas usaha yang dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, kestabilan kondisi perekonomian dan pendapatan perkapita sebagai faktor di luar sistem perbankan, berpengaruh terhadap penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan. Kondisi perekonomian akan mempengaruhi inflasi dan sebaliknya, dimana pada beberapa keadaan inflasi yang tinggi justru akan meningkatkan tabungan masyarakat, karena masyarakat berusaha untuk menyimpan dananya daripada dibelanjakan dengan harga yang mahal.

Selain faktor dari luar perbankan tersebut, dari sisi perbankan, besarnya penghimpunan dana masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah


(51)

tingkat suku bunga. Masyarakat menyimpan dananya selain untuk jaminan keamanan dana adalah untuk memperoleh pendapatan, yaitu melalui suku bunga. Dengan demikian besar kecilnya suku bunga simpanan yang ditentukan oleh bank pemerintah turut mempengaruhi terhadap jumlah penghimpunan dana oleh bank pemerintah dari masyarakat.

Secara konseptual, hubungan antar variabel dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Penghimpunan Dana Masyarakat Tahun

Sebelumnya Suku Bunga

Simpanan

Kondisi Perekonomian Pendapatan Perkapita

Penghimpunan Dana Masyarakat Bank Pemerintah

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Penghimpunan Dana Masyarakat pada Bank Pemerintah di Sumatera Utara

2.7.2.Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan dari beberapa hasil kajian empiris yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah:


(52)

1. Tabungan tahun sebelumnya berpengaruh signifikan positif terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara, ceteris paribus.

2. Tingkat suku bunga simpanan berpengaruh signifikan positif terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara, ceteris paribus.

3. Pendapatan perkapita berpengaruh signifikan positif terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara, ceteris paribus.

4. Kondisi perekonomian berpengaruh signifikan positif terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara, ceteris paribus.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara selama kurun waktu 1986 – 2005. Dalam penelitian ini akan dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi penghimpunan dana masyarakat pada bank-bank pemerintah di Sumatera Utara antara lain: tabungan tahun sebelumnya, tingkat suku bunga, pendapatan perkapita, dan kondisi perekonomian.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan dianalisis adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait yaitu Bank Indonesia, BPS, dan sumber-sumber lainnya yaitu jurnal-jurnal dan hasil penelitian. Data yang dibutuhkan terdiri dari suku bunga, jumlah dana masyarakat, PDRB, dan jumlah penduduk.

3.3. Model Analisis

Faktor-faktor yang mempengaruhi penghimpunan dana masyarakat pada bank pemerintah di Sumatera Utara dispesifikasi dalam fungsi matematis, sebagai berikut :

DPT = b0 + b1DPTt-1 + b2SB + b3 Yc + b4 Dm + μ ... (1) SB = c0 + c1DPT + c2Yc + c3INF + μ ...(2)


(54)

Dimana:

DPT = jumlah dana masyarakat (milyar rupiah)

DPTt-1 = dana masyarakat tahun sebelumnya (milyar rupiah)

SB = tingkat suku bunga simpanan (%)

Yc = pendapatan perkapita (juta rupiah)

Dm = Dummy variabel, D= 0 sebelum krisis, D= 1 setelah krisis. b0 = intercept (konstanta)

b1,b2,b3,b4 = koefisien regresi

μ = kesalahan pengganggu

Identifikasi

Dalam persamaan simultan, kita akan berhadapan dengan suatu model dimana terdapat saling keterkaitan antara variabel yang ada dalam model. Diharapkan, melalui penyelesaian suatu persamaan yang ada dalam model itu, kita dapat menemukan koefisien-koefisien lainnya. Tetapi apakah persamaan itu dapat diselesaikan sehingga sistem itu terpecahkan, tergantung dari identifikasi.

Ada dua persamaan dalam model simultan, yaitu persamaan struktural dan persamaan reduce form. Persamaan struktural yaitu persamaan asli yang menggambarkan perilaku hubungan antar variabel tersebut. Sedangkan persamaan reduce form merupakan suatu persamaan yang diperoleh dari persamaan-persamaan struktural yang telah dikaitkan. Dengan menyelesaikan persamaan reduce form, kita dapat menghitung koefisien-koefisien dalam persamaan struktural. Oleh karena itu, penaksir terhadap persamaan struktural akan tergantung dari hasil penaksiran pada persamaan reduce form.


(55)

Identifikasi daripada persamaan struktural bisa mengambil tiga macam bentuk, yakni:

a) Underidentified, yakni melalui penaksiran persamaan reduce form tidak

mempunyai koefisien yang cukup untuk menaksir koefisien struktural.

b) Exactly identified, dimana jumlah koefisien persamaan reduce form sama dengan

jumlah persamaan koefisien struktural, sehingga persamaan struktural dapat ditaksir melalui koefisien reduce form yang telah dihitung.

c) Overidentified, dimana jumlah koefisien reduce form melebihi jumlah persamaan

struktural.

Untuk melakukan identifikasi terlebih dahulu dilakukan substitusi hasil persamaan (2) dengan persamaan (1), sehingga menghasilkan reduce reform sebagai berikut:

DPT = b0 + b1DPTt-1 + b2(c0 + c1DPT + c2Yc + c3INF + μ) + b3 Yc + b4 Dm + μ …..(3)

= b0 + b1DPTt-1 + b2c0 + b2c1DPT + b2c2Yc + b2c3INF + b2μ + b3 Yc + b4 Dm + μ

DPT – b2c1DPT = (b0 + b2c0) + b1DPTt-1 + (b2c2Yc + b3Yc) + b2c3INF + b4 Dm + (b2μ + μ)

(1-b2c1)DPT = (b0 + b2c0) + b1 DPTt-1 + (b2c2 + b3)Yc + b2c3 INF + b4Dm + (b2μ2 + μ1)

DPT = 1 2 0 2 0 c b 1 c b b

−+ + 2 1 1

c b 1

b

− DPTt-1 +

1 2 3 2 2 c b 1 b c b

− + Yc + 2 1

3 2 c b 1 c b

− INF + 2 1

4 c b 1 b − Dm + 1 2 1 2 2 c b 1 b

− +μ μ


(56)

Sehingga :

DPT = H1 + H2 DPTt-1 + H3Yc + H4 INF + H5Dm + V1 Dimana:

H1 =

1 2 0 2 0 c b 1 c b b

−+ H2 =

1 2 1 c b 1 b

− H3 =

1 2 3 2 2 c b 1 b c b − +

H4 =

1 2 3 2 c b 1 c b

− H5 =

1 2 4 c b 1 b

− V1 =

1 2 1 2 2 c b 1 b

− +μ μ

Selajutnya:

SB = c0 + c1DPT + c2Yc + c3INF + μ2

SB = c0 + c1(b0 + b1DPTt-1 + b2SB + b3 Yc + b4 Dm + μ1) + c2Yc + c3INF + μ2

SB = c0 + c1b0 + c1b1DPTt-1 + c1b2SB + c1b3 Yc + c1b4 Dm + c1μ1 + c2Yc + c3INF +

μ2

SB- c1b2SB = c0 + c1b0 + c1b1DPTt-1 + c1b3 Yc + c1b4 Dm + c1μ1 + c2Yc + c3INF + μ2 (1- c1b2)SB = (c0 + c1b0) + c1b1DPTt-1 + (c1b3 + c2)Yc + c1b4 Dm + c3INF + (c1μ1 +

μ2) SB = 2 1 0 1 0 b c 1 b c c

−+ + 1 2 1 1 b c 1 b c

− DPTt-1 +

2 1 2 3 1 b c 1 c b c

− + Yc + 1 2

4 1 b c 1 b c

− Dm + 1 2

3 b c 1 c − INF + 2 1 2 1 1 b c 1 c

− +μ μ

Sehingga :


(57)

Dimana :

H6 =

2 1 0 1 0 b c 1 b c c

−+ H7 =

2 1 1 1 b c 1 b c

− H8 =

2 1 2 3 1 b c 1 c b c − +

H9 =

2 1 4 1 b c 1 b c

− H10 =

2 1 3 b c 1 c

− V2 =

2 1 2 1 1 b c 1 c

− +μ μ

Berdasarkan persamaan reduce form tersebut, selanjutnya harus ditaksir koefisien strukturnya. Setelah dilakukan penaksiran koefisien struktur dengan metode ILS, ternyata tidak semua nilai-nilai parameter dari persamaan reduce form dapat diidentifikasi.

Selanjutnya berdasarkan persamaan (1) dan (2) dapat diketahui variabel

eksogen sebanyak empat, yaitu: DPTt-1, Yc, Dm, Inf; dan dua variabel endogen,

yaitu: DPT dan SB. Dengan demikian K = 4, k = 2, dan M = 2. Sehingga: K – k > M – 1, yakni (4 – 2) > (2 – 1)

Sesuai dengan kriteria identifikasi dengan syarat order, jika K – k > M – 1 disebut overidentified. Sehubungan dengan hal tersebut, maka model analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan model Two Stage Least Square (2 SLS). Stage pertama adalah dengan model persamaan (2). Stage 2 adalah substitusi hasil persamaan (2) dengan persamaan (1).

3.4. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metoda Two-Stage Least Square (2SLS). Untuk memudahkan dalam pengolahan data


(58)

maka sebagai alat analisis yang digunakan dalam mengolah data tersebut adalah Program Eviews versi 4.1.

3.5. Uji Kesesuaian

a. R2 (coefficient determinant), untuk melihat kekuatan variabel bebas (independent variable) menjelaskan variabel terikat (dependent variable). b. Partial test (t-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik

koefisien regresi secara parsial. Jika thit > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

c. Overall test (F-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara serempak. Jika Fhit > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

3.6. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dari variabel yang digunakan pada penelitian ini, maka berikut ini dijelaskan perihal batasan operasional sebagai berikut:

a. Penghimpunan dana masyarakat adalah jumlah dana masyarakat yang dihimpun oleh bank-bank pemerintah di Sumatera Utara, baik dalam bentuk deposito maupun tabungan, dihitung dalam milyar rupiah.

b. Suku bunga simpanan adalah besarnya bunga simpanan yang ditentukan oleh

bank terhadap setiap dana masyarakat, diproxy dengan bunga tabungan (dalam persen per tahun).


(59)

c. Pendapatan perkapita diproxy dengan PDRB perkapita, dihitung dalam juta rupiah.

d. Kondisi perekonomian, yaitu kondisi perekonomian Indonesia sebelum dan


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Perkembangan Dana Simpanan di Sumatera Utara

Dana simpanan adalah dana yang berhasil dihimpun oleh bank-bank di Sumatera Utara, baik dalam rupiah maupun valuta asing milik pihak ketiga bukan bank. Dana simpanan tersebut terdiri atas giro, simpanan berjangka dan tabungan. Perincian perkembangan dana simpanan perbankan di Sumatera Utara tahun 1994 – 2005 disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.1. Perkembangan Dana Simpanan Perbankan di Sumatera Utara, 1994 – 2005

Dana Simpanan (Juta Rupiah) Tahun

BP BSN BA BPR Total

1994 2.618.278 3.541.113 48.197 13.224 6.220.812

1995 3.200.256 4.586.983 63.727 16.846 7.867.812

1996 3.421.325 6.239.169 74.460 23.496 9.758.450

1997 5.029.392 4.970.215 460.973 25.200 10.485.780

1998 9.569.847 10.836.755 935.125 26.923 21.368.650

1999 9.701.244 13.222.593 1.343.432 35.583 24.302.852

2000 11.916.875 14.443.441 1.104.853 51.402 27.516.571

2001 14.629.458 15.874.389 1.521.424 60.029 32.085.300

2002 15.634.659 17.370.233 1.574.844 80.939 34.660.675

2003 17.765.294 20.047.735 2.193.669 185.079 40.191.777

2004 18.954.500 24.075.637 2.165.917 257.823 45.453.877

2005 23.113.376 26.500.767 4.614.639 302.537 54.531.319

Sumber: Bank Indonesia BP = Bank Pemerintah BSN = Bank Swasta Nasional BA = Bank Asing dan Campuran BPR = Bank Perkreditan Rakyat


(61)

Dana simpanan pada perbankan di Sumatera Utara menunjukkan peningkatan setiap tahun. Total dana simpanan pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.220.812 juta menjadi Rp. 54.531.319 juta pada tahun 2005. Dana simpanan yang paling banyak terdapat pada Bank Swasta Nasional, terutama disebabkan jumlah bank tersebut yang lebih banyak dari bank-bank lainnya. Dari total dana simpanan pada tahun 2005 sebanyak Rp. 54.531.319,- sebesar 48,60 persen berada pada bank swasta nasional, kemudian sebesar 42,39 persen pada bank pemerintah, sisanya sebanyak 8,46 persen dan 0,55 persen masing-masing pada bank asing dan BPR.

0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Da

na

S

im

pa

na

n (

J

ut

a Rp

.)

BP BSN BA BPR

Gambar 4.1. Perkembangan Dana Simpanan Perbankan di Sumatera Utara, 1994 – 2005

Berdasarkan jenis dana, sebagian besar dana simpanan pada perbankan Sumatera Utara adalah dalam bentuk rupiah, sebagaimana disajikan pada tabel berikut.


(62)

Tabel 4.2. Perkembangan Dana Simpanan Perbankan di Sumatera Utara Berdasarkan Jenis, 1994 – 2005

Dana Simpanan (Juta Rupiah) Tahun

Total Rupiah % Valas %

1994 6.220.812 4.993.957 80,28 1.226.855 19,72

1995 7.867.812 6.316.239 80,28 1.551.573 19,72

1996 9.758.450 7.919.875 81,16 1.838.575 18,84

1997 10.485.780 7.694.464 73,38 2.791.316 26,62

1998 21.368.650 18.071.058 84,57 3.297.592 15,43

1999 24.302.852 21.287.968 87,59 3.014.884 12,41

2000 27.516.571 23.711.588 86,17 3.804.983 13,83

2001 32.085.300 27.410.128 85,43 4.675.172 14,57

2002 34.660.675 29.823.573 86,04 4.837.102 13,96

2003 40.191.777 35.531.618 88,41 4.660.159 11,59

2004 45.453.877 41.599.384 91,52 3.854.493 8,48

2005 54.531.319 48.526.127 88,99 6.005.192 11,01

Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan jenisnya, dana simpanan perbankan di Sumatera Utara yang paling banyak adalah dalam bentuk rupiah, rata-rata di atas 80 persen setiap tahun, kecuali tahun 1997 dana simpanan dalam bentuk rupiah sebesar 73,38 persen. Hal ini terutama disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US $ sehingga dana simpanan dalam bentuk valuta asing akan meningkat. Pada kondisi tahun 2005, dari total dana simpanan sebesar Rp. 54.531,319 juta, sebesar 88,99 persen adalah dalam bentuk rupiah, dan sisanya sebesar 11,01 persen dalam bentuk valuta asing.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurochman, Oman, 2004. Dampak Program Penjaminan Pemerintah Terhadap

Penghimpunan Dana Masyarakat Dan Suku Bunga Simpanan Pada Bank

Umum

. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. http://www.digilib.ui.ac.id/.

Abdurohman. 2003. The Role of Financial Development in Promoting Economic

Growth: Empirical Evidenceof Indonesian Economy

. Jakarta: Jurnal

Keuangan dan Moneter, Vol. 6 No. 2, Desember.

Arief, Sritua. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. UI-PRESS, Jakarta..

Arrieta, G.M.G. 1988. Interest Rates, Saving, and Growth in LDCs: An Assessment of

Recent Empirical Research

, World Development, Vol. 16.

Awat, Napa J., 1995. Metode Statistik dan Ekonometri. Liberty, Yogyakarta.

Bank Indonesia. 2003. Bank Sentral Republik Indonesia : Tinjauan Kelembagaan,

Kebijakan, dan Organisasi

. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi

Kebanksentralan BI.

________, 2005. Financial Statistics : Statistik Ekonomi & Keuangan Indonesia,

humasbi@bi.go.id., 2005.

________, 2005. Statistik Ekonomi & Keuangan Daerah Sumatera Utara, Medan.

Bisnis & Ekonomi Politik, 2005. Refleksi Pengelolaan Anggaran Negara. Vol. 6(1)

April.

Bovenverg, A.L. dan Owen Evans. 1990. National and Personal Saving in United

States: Measurement and Analysis of Recent Trends

. IMF Staff Paper.

September, Vol. 37 No. 3.

Darmawan, Indra, 2006. Perilaku Tabungan Masyarakat Antar Daerah di Indonesia,

Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Sanata

Dharma.

Djumhana, Muhamad, 2000. Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung.


(2)

Dornbusch, Rudiger; Fisher, Stanley dan Startz, Richard. 2004. Makro Ekonomi.

Edisi Bahasa Indonesia. PT. Media Global Edukasi, Jakarta.

Gujarati, Damodar. 2004. Ekonometrika Dasar. Erlangga, Jakarta.

Gupta, K.L. 1987. Aggregate Saving, Financial Intermediation, and Interest Rate.

Review of Economics and Statistics. Mei, Vol. 69 No. 2

Hadad, Muliaman D.; Wimboh Santoso; Bambang Arianto, 2003. Indikator Awal

Krisis Perbankan

. Bank Indonesia, Jakarta.

Loayza, Noman, Klaus Schmidt-Hebbel, dan Luis Serven, 2000. What Drives Private

Saving Across the World?

Review of Economics and Statistics 82(2).

Muradoglu, G. dan F. Taskin. 1996. Differences in Household Saving Behaviour:

Evidence from Industrial and Developing Countries

. The Developing

Economics. Juni, Vol. XXXIV, No. 2.

Nugroho, 2004, Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Penguatan Kapasitas

Usaha Bank Perkreditan Rakyat : Suatu Analisis terhadap BPR di Wilayah

Jakarta, Bogor,Tangerang, Bekasi dan Karawang

. Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. http://www.digilib.ui.ac.id/.

Rossi, Nicola. 1988. Government Spending, the Real Interest Rate, and the Behavior

of Liquidity-Constrained Consumers in Developing Countries

. IMF Staff

Papers. Vol. 35 March: 104-140.

Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D. 2004. Ilmu Makro Ekonomi. Edisi

Bahasa Indonesia. PT. Media Global Edukasi, Jakarta.

Sarjito, Imam Budi, 2004. Prospek Perbankan 2005. Economic Review Journal No.

198 December.

Siamat, Dahlan, 1995. Manajemen Lembaga Keuangan, Intermedia, Jakarta.

Sudarmo, Joko, 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana

Simpedes di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

. Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. http://www.digilib.ui.ac.id/.


(3)

Supraptono, 2005. Peta Persaingan Perbankan Indonesia 2004. Jakarta: Economic

Review Journal. No. 200, Juni.

Suyatno, Thomas, 2001. Dasar-dasar Perkreditan. Cetakan Ketujuh, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Tjahyono, Eko, 2005. Pendugaan Model Penghimpunan Dana Masyarakat Jawa

Timur Pada Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional

, Thesis, Institut

Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

Tohar, M., 2000. Permodalan dan Perkreditan Koperasi. Yogyakarta : Kanisius.

Usman, Rachmadi, 2001. Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT.


(4)

Lampiran 1. Data Analisis Two-SLS Step 1

==================================================== obs SB LAGDPT YC INF DM ==================================================== 1986 15.31000 NA 0.827189 7.470000 0.000000 1987 17.45000 1199.460 1.004766 7.310000 0.000000 1988 18.12000 1369.838 1.048868 7.060000 0.000000 1989 17.64000 1484.466 1.178565 7.780000 0.000000 1990 19.85000 1756.063 1.292293 8.280000 0.000000 1991 22.10000 1817.845 1.604836 7.470000 0.000000 1992 19.94000 1907.379 1.714350 6.770000 0.000000 1993 15.49000 2121.762 1.702855 8.160000 0.000000 1994 13.09000 2393.313 1.836890 7.520000 0.000000 1995 15.77000 2618.278 1.993784 8.570000 0.000000 1996 16.58000 3200.256 1.943301 8.620000 0.000000 1997 18.32000 3421.325 2.207612 78.47000 1.000000 1998 30.85000 5029.392 1.947641 82.53000 1.000000 1999 16.03000 9569.847 1.986778 0.660000 1.000000 2000 14.31000 9701.244 2.075692 5.370000 1.000000 2001 17.63000 11916.88 2.125054 11.89000 1.000000 2002 13.11000 14629.46 2.188334 10.17000 1.000000 2003 13.52000 15634.66 2.278048 3.750000 1.000000 2004 13.44000 17765.29 2.358967 7.400000 1.000000 2005 13.27000 18954.50 2.450948 20.86000 1.000000 ====================================================

Lampiran 2. Hasil Estimasi Step 1

Model Estimasi: SB = b0 + b1 DPTt-1 + b2 YC + b3 INF + b4 Dm + μ

Dependent Variable: SB Method: Least Squares Date: 09/20/07 Time: 16:31 Sample(adjusted): 1987 2005

Included observations: 19 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LAGDPT -0.000126 0.000316 -0.400221 0.6950 YC -3.882897 2.857137 -1.359017 0.1956 INF 0.117133 0.049462 2.368153 0.0328 DM 0.909857 3.656250 0.248850 0.8071 C 22.89475 4.180729 5.476259 0.0001 R-squared 0.593219 Mean dependent var 17.18474 Adjusted R-squared 0.476996 S.D. dependent var 4.211225 S.E. of regression 3.045516 Akaike info criterion 5.286152 Sum squared resid 129.8524 Schwarz criterion 5.534689 Log likelihood -45.21845 F-statistic 5.104141 Durbin-Watson stat 2.123787 Prob(F-statistic) 0.009496


(5)

Lampiran 3. Data Analisis Two-SLS Step 2

==================================================== obs DPT LAGDPT SB1 YC DM ==================================================== 1986 1199.460 NA 21.31755 0.827189 0.000000 1987 1369.838 1199.460 20.60780 1.004766 0.000000 1988 1484.466 1369.838 20.38573 1.048868 0.000000 1989 1756.063 1484.466 19.95197 1.178565 0.000000 1990 1817.845 1756.063 19.53461 1.292293 0.000000 1991 1907.379 1817.845 18.21834 1.604836 0.000000 1992 2121.762 1907.379 17.69980 1.714350 0.000000 1993 2393.313 2121.762 17.88014 1.702855 0.000000 1994 2618.278 2393.313 17.25040 1.836890 0.000000 1995 3200.256 2618.278 16.73574 1.993784 0.000000 1996 3421.325 3200.256 16.86404 1.943301 0.000000 1997 5029.392 3421.325 23.08171 2.207612 1.000000 1998 9569.847 5029.392 24.36339 1.947641 1.000000 1999 9701.244 9569.847 14.04764 1.986778 1.000000 2000 11916.88 9701.244 14.23748 2.075692 1.000000 2001 14629.46 11916.88 14.52939 2.125054 1.000000 2002 15634.66 14629.46 13.73925 2.188334 1.000000 2003 17765.29 15634.66 12.51181 2.278048 1.000000 2004 18954.50 17765.29 12.35576 2.358967 1.000000 2005 23113.38 18954.50 13.42486 2.450948 1.000000 ====================================================

Lampiran 4. Hasil Estimasi Step 2

Model Estimasi: DPT = b0 + b1 DPTt-1+ b2 SB1 + b3 Yc + b4 DM + μ

Dependent Variable: DPT Method: Least Squares Date: 09/20/07 Time: 16:45 Sample(adjusted): 1987 2005

Included observations: 19 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LAGDPT 1.228644 0.098007 12.53627 0.0000 SB1 363.9462 115.9244 3.139513 0.0072 YC 1074.891 784.7140 1.369787 0.1923 DM -1.351723 931.9381 -0.001450 0.9989 C -8616.570 2883.536 -2.988195 0.0098 R-squared 0.989299 Mean dependent var 7810.798 Adjusted R-squared 0.986242 S.D. dependent var 7127.993 S.E. of regression 836.0756 Akaike info criterion 16.51625 Sum squared resid 9786314. Schwarz criterion 16.76479 Log likelihood -151.9044 F-statistic 323.5815 Durbin-Watson stat 2.781021 Prob(F-statistic) 0.000000


(6)

Lampiran 5. Hasil Estimasi Secara Langsung

Model Estimasi: DPT = b0 + b1 DPTt-1+ b2 SB + b3 Yc + b4 DM + μ

Dependent Variable: DPT Method: Least Squares Date: 07/12/07 Time: 06:22 Sample(adjusted): 1987 2005

Included observations: 19 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LAGDPT 1.105324 0.075423 14.65494 0.0000 SB 181.6438 64.75192 2.805227 0.0140 YC 719.9916 795.0240 0.905622 0.3805 DM -621.2636 868.8905 -0.715008 0.4864 C -3666.354 2468.727 -1.485119 0.1597 R-squared 0.988327 Mean dependent var 7810.798 Adjusted R-squared 0.984992 S.D. dependent var 7127.993 S.E. of regression 873.2366 Akaike info criterion 16.60322 Sum squared resid 10675590 Schwarz criterion 16.85176 Log likelihood -152.7306 F-statistic 296.3357 Durbin-Watson stat 2.330900 Prob(F-statistic) 0.000000