FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHIMPUNAN DANA BANK SYARIAH DI INDONESIA 2012.

(1)

2012

SKRIPSI

Disusun Oleh :

LINDA PRASTIWI NPM. 0811010018

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA


(2)

Assalamu’alaikum wr.wb

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya yang telah diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGHIMPUNAN DANA BANK SYARIAH DI INDONESIA”.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Berkat bantuan dan bimbingan yang diberikan dari ibu Ir.Hamidah Hendrarini,MSi. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.

Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan


(3)

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur. 3. Ibu Dra,Ec.Niniek Imaningsih,MP, selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan iklas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS) dan Bank Indonesia, yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

6. Terima kasih buat Ayahku dan ibuku yang sudah merawat aku mulai sejak kecil sampai aku mendapatkan gelar sarjana dan selalu menyayangiku sampai sekarang ini serta selalu mendoakan aku,memberikan motivasi,semangat sehingga peneliti ini dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar.

7. Terima kasih buat mas handoko yang selalu sayang sama aku,memberikan motivasi dan selalu memberikan apa yang aku inginkan sejak awal masuk


(4)

selalu menghibur aku dan selalu menemaniku aku sejak awal semester sampai sekarang. Serta teman seperjuangku dari Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, 30 Maret 2012


(5)

Halaman

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAKSI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 5

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Penelitian Terdahulu... 7

2.1.1 Perbedaan penelitian Terdahulu ... 9

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1. Pengertian Bank... 10

2.2.2. Fungsi Dan Tugas Bank ... 11


(6)

2.2.5. Bank Syariah ... 16

2.2.5.1. Pengertian Bank Syariah ... 16

2.2.5.2. Fungsi Dan Peran Bank Syariah... 18

2.2.5.3. Sumber Dana Bank Syariah... 18

2.2.5.4. Sejarah Berdirinya Bank Syariah ... 20

2.2.5.5. Latar Belakang Berdirinya Bank Syariah... 20

2.2.5.6. Konsep Bank Syariah ... 21

2.2.5.7. Perbedaan Bank Syariah Dan Bank Konvensional... 22

2.2.5.8. Kegiatan Usaha Bank Syariah ... 23

2.2.5.9. Produk Penghimpunan Dana Bank Syariah ... 24

2.2.6. Tingkat Suku Bunga ... 26

2.2.6.1. Pengertian Suku Bunga ... 26

2.2.6.2. Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga... 27

2.2.6.3. Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga ... 29

2.2.6.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga ... 30

2.2.6.5. Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil ... 33

2.2.7. Bagi Hasil ... 35

2.2.7.1. Pengertian Bagi Hasil ... 35


(7)

2.2.7.5. Hubungan Nisbah Bagi Hasil Dengan

Tabungan Masyarakat... 39

2.2.8. Jumlah Kantor Bank ... 40

2.2.8.1. Jumlah Kantor Bank Syariah... 40

2.2.8.2. Hubungan Jumlah Kantor Bank Dengan Tabungan Masyarakat... 43

2.2.9. Sistem Kurs Valuta Asing ... 44

2.2.9.1. Pengertian Kurs Valuta Asing ... 44

2.2.9.2. Sistem Kurs Tetap ... 45

2.2.9.3. Sistem Kurs Mengambang ... 47

2.2.9.4. Sistem Kurs Mengambang Terkendali ... 48

2.2.9.5. Sistem Kurs Yang Berubah Ubah... 49

2.2.9.6. Sistem Kurs Yang Stabil ... 50

2.2.9.7. . Perubahan Kurs Valuta Asing ... 50

2.2.9.8. Permintaan Dan penawaran Kurs Valuta Asing ... 52

2.2.9.9. Fungsi Pasar Valuta Asin ... 53

2.3. Kerangka Pikir... 54


(8)

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 58

3.3. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data... 58

3.3.1. Jenis Data... 58

3.3.2. Sumber Data ... 59

3.3.3. Metode Pengumpulan Data ... 59

3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis... 59

3.4.1. Teknik Analisis... 60

3.4.2. Uji Hipotesis ... 61

3.5 Pendekatan Asumsi BLUE ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 68

4.1.1.Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia... 68

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 69

4.2.1 Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Syariah ... 70

4.2.2 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Deposito... 71

4.2.3 Perkembangan Nisbah Bagi Hasil Mudharabah... 72

4.2.4 Perkembangan Jumlah Kantor Bank ... 72


(9)

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 79

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan... 80

4.3.3. Uji Hipotesis Secara Parsial ... 82

4.3.4. Pembahasan... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

Halaman

Tabel 1. Perbandingan Antara Bank Syariah Dengan Bank Konvensional ... 23

Tabel 2. Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil... 35

Tabel 3. Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Syariah... 70

Tabel 4. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Deposito ... 71

Tabel 5. Perkembangan Nisbah Bagi Hasil Mudharabah ... 72

Tabel 6. Perkembangan Jumlah Kantor Bank... 73

Tabel 7. Perkembangan Kurs Valuta Asing... 74

Tabel 8. Tes Multikolinier... 77

Tabel 9. Tes Heterokedastisitas Dengan Korelasi Rank Spearman ... 78

Tabel 10. Analisis Varian (ANOVA)... 80

Tabel 11. Hasil Analisis Variabel Terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah ... 82


(11)

Halaman

Gambar 1. Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga ... 28

Gambar 2. Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga ... 30

Gambar 3. Penentuan Niilai Tukar Dalam Sistem Kurs Tetap ... 46

Gambar 4. Penentuan Nilai Tukar Dalam Sistem Kurs Mengambang ... 48

Gambar 5. Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Bank Syariah... 54

Gambar 6. Distribusi Kriteria Penerimaan Dan Penolakan Hipotesis... 62

Gambar 7. Kurva Distribusi Kriteria Penerimaan Dan Penolakan Hipotesis ... 64

Gambar 8. Kurva Statistik Durbin Watson... 76

Gambar 9. Distribusi Kriteria Penerimaa/Penolakan Hipotesis Secara Simultan ... 81

Gambar10. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Tingkat Suku Bunga Deposito (X1) Terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah ... 83

Gambar11. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor Nisbah Bagi Hasil Mudharabah (X2) Terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah ... 84


(12)

Syariah ... 86 Gambar13. Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Kurs Valas (X4)

Terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah ... 87


(13)

1.1 LATAR BELAKANG

Bank bagi masyarakat yang hidup dinegara-negara maju, seperti Negara-negara Eropa, Amerika, dan Jepang sudah merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Bank merupakan mitra dalam rangka memenuhi semua kebutuhan keuangan mereka sehari hari. Bank dijadikan tempat untuk melakukan berbagai transaksi yang berhubungan dengan keuangan seperti, tempat mengamankan uang, melakukan investasi, pengiriman uang, melakukan pembayaran,atau melakukan penagihan.

Kehadiran lembaga bank islam dapat dikatakan baru khususnya dilihat dari konteks Indonesia. Meskipun mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim dan diyakini bahwa minat masyarakat untuk berhubungan dengan bank syariah cukup besar, namun karena kurangnya sosialisasi pihak-pihak yang terkait dengan bank syariah membuat perkembangan bank syariah belum sebagaimana mestinya. (Wibowo, 2005)

Jika ditelusuri lewat sejarah dulu sampai sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sector yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu, saat ini dan dimasa yang akan datang setiap negara dan individu tidak akan dapat lepas dari dunia perbankan jika hendak menjalankan aktivitas keuangan baik perorangan maupun lembaga, baik sosial atau perusahaan.


(14)

Begitu pentingnya dunia perbankan, memunculkan suatu anggapan bahwa bank merupakan “nyawa” untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Anggapan ini tentunya tidak salah, karena fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangatlah vital, misalnya dalam hal penciptaan uang, tempat melakukan investasi

dan jasa keuangan lainnya (kasmir, 2004: 8).

Dengan munculnya kesadaran masyarakat akan pengetahuan dan manfaat bank umum syariah maka masyarakat semakin tertarik untuk menjadi bagian dari bank umum syariah. Didukung dengan karakter bank umum syariah yang akomodatif dalam menanggapi fenomena masyarakat, maka bank umum syariah akan cepat menggunakan fasilitas pelayanan perbankan sebagaimana di perbankan konvansional. Selain itu didukung berbagai lembaga pendidikan, pelatihan, pengkajian mengenai bank umum syariah ini lebih aktif, apresiatif, dan prospektif terhadap perkembangan ekonomi nasional maupun internasional. (Sudarsono,2003 :12)

Bank umum Syariah menerapkan system bagi hasil kedalam produk-produk perbankan, baik produk-produk penghimpunan dana maupun penyaluran dana, diharapkan dapat memainkan peranan penting sebagai lembaga keuangan dalam meningkatkan kualitas ekonomi meneter dan perbankan yang melanda Negara Indonesia saat ini. Selain itu pula bank umum syariah tiak terkena dampak dari tingginya tingkat suku bunga pada saat krisis meneter karena bank umum syariah tidak mengenakan suku bunga pada berbagai produknya dan ini salah satu factor yang membuat bank umum syariah mampu bertahan pada masa krisis moneter.


(15)

Salah satu produk penghimpunan dana yang ada di bank umu syariah

adalah Tabungan Mudharabah. Sebagaimana diketahui dengan prinsip syariah

bank membagi hasilkan kepada nasabahnya setiap bulan dengan mempertimbangkan tingkat pendapatan yang diperoleh dari kegiatan bank tersebut dan juga nisbah bagi hasil yang telah disepakati bersama. Berbeda dengan prinsip konvensional, dimana bank memiliki keharusan membayar bunga terhadap nasabahnya setiap bulan yang harus dipenuhi tanpa ada pertimbangan lain, misalnyan saja tingkat pendapatan bank pada bulan yang bersangkutan (Susana,2003:162)

Krisis yang melanda dunia semua pihak bahwa perbankan dengan system konvensional bukan merupakan satu-satunya sistem yang dapat diandalkan, tetapi ada system perbankan lain yang lebih tangguh karena menanamkan prinsip

keadilan dan keterbukaan, yaitu perbankan syariah (Fauzi,2008). Meskipun kala

itu hanya ada satu lembaga keuangan perbankan syariah, namun, diakui oleh banyak kalangan bahwa system yang dianut dapat menjawab tantangan krisis

yang terjadi pada tahun 1997-1998 (Khaidar,2007). Sejak saat itu, perbankan

syariah yang lahir dari rahim umat islam menjadi dikenal oleh masyarakat muslim dan non muslim. Hingga saat ini banyak bank-bank konvensional yang mempunyai unit khusus bank syariah (Perwataatmadja dan Tanjung, 2006).Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan operasionalnya menerapkan

prinsip bagi hasil dan resiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

perbankan nasional, bank syariah mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian. Peranan perbakan syariah dalam aktivitas ekonomi Indonesia tidak


(16)

jauh berbeda dengan perbankan konvensional (Banoon dan Malik,2007). Keberadaaan bank syariah diharapkan dapat mendorong perkonomian suatu negara.Tujuan dan fungsi perbankan syariah dalam perekomomian adalah kemakmuran ekonomi yang meluas, tingkat kerja penuh dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum, keadailan social ekonomi dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang merata, stabilitas nilai uang, mobilisasi dan investasi tabungan yang menjamin adanya pengembalian yang adil, serta pelayanan yang efektif.

Dalam dunia perbankan Indonesia saat ini, perbankan syariah sudah tidak dianggap sebagai tamu asing. Hal ini disebabkan oleh kinerja dan kontribusi perbankan syariah terhadap perkembangan industri perkembangan industri perbankan di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir. Kinerja ini semakin nyata ketika krisis ekonomi melanda Indonesia. Ketika perbankan konvensional banyak yang terpuruk, perbankan syariah relatif dapat bertahan bahkan menunjukkan perkembangan. Perkembangan ini misalnya dapat dilihat dari jaringan kantor perbankan syariah baik kantor pusat (KP), kantor pusat operasional (KPO), kantor cabang (KC), kantor cabang pembantu (KCP), maupun kantor kas (KK).

Jumlah jaringan kantor bank syariah dan unit usaha syariah yang beroperasi di Jawa Timur sampai dengan akhir Desember 2005 sebanyak 20

kantor cabang, 10 kantor cabang pembantu dan 9 kantor kas. (Anonim,2005:52). 

Selain bank umum syariah, bank konvensional juga mulai melirik bentuk perbankan syariah ini dengan mendirikan unit usaha syariah. Saat ini terdapat beberapa bank yang memiliki unit usaha syariah ,yaitu bank IFI, Bank BNI, Bank BRI, Bank Danamon,Bank Bukopin, Bank BII, Bank HSBC dll.Pada tahun 2004


(17)

ini tampaknya akan banyak bank bank konvensional yang mempercepat pembentukan UUS.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah tingkat suku bunga, nisbah bagi hasil, jumlah kantor bank, kurs

valuta asing, berpengaruh terhadap penghimpunan dana bank syariah di Indonesia?

2. Diantara variabel tingkat suku bunga, nisbah bagi hasil, jumlah kantor

bank, kurs valuta asing, , manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap penghimpunan dana bank syari’ah di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan data-data yang di sajikan diatas, dapat di ketahui tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah variabel tingkat suku bunga, nisbah bagi hasil,

valuta asing, jumlah kantor bank berpengaruh terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank syari’ah di Indonesia.

2. Untuk mengetahui diantara variabel tingkat suku bunga, nisbah bagi hasil,

valuta asing, jumlah kantor bank manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada bank syari’ah di Indonesia.


(18)

1.4 Manfaat Penelitian

Penulis berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya ataupun untuk berbagai kalangan umumnya. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain :

1. Memberikan pemahaman yang semakin dalam kepada penulis seputar dunia

perbankan syariah.

2. Memberikan gambaran mengenai keunggulan keunggulan perbankan syariah

dibandingkan dengan perbankan konvensional, terutama dalam menggerakkan sektor riil.

3. Membantu mewujudkan visi dan misi bank syariah yaitu mewujudkan iklim

yang kondusif untuk pengembangan perbankan syariah yang sehat dan istiqamah terhadap prinsip prinsip syariah.


(19)

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini menggunakan beberapa sumber terdahulu sebagai referensi serta bahan kajian yang berkaitan dengan penelitian sekarang. Para peneliti tersebut adalah sebagai berikut :

1. Jurnal oleh : Susana, 2003 dengan judul penelitian

“ Analisis perbedaan perhitungan pendapatan tabungan nasabah antara prinsip konvensional dengan prinsip syari’ah pada Bank di Indonesia. “ Dengan dasar pemikiran tersebut penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauhmana perbedaan perhitungan pendapatan tabungan nasabah antara prinsip konvensional dengan prinsip syari’ah pada Bank Indonesia. Dari hasil analisa dan menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh oleh nasabah bank konvensional lebih kecil dibandingkan dengan bank syari’ah sedangkan pendapatan pada nasabah bank syari’ah pada tahun 2000 juga lebih kecil dibandingkan pendapatan nasabah bank syari’ah pada tahun 2001.

2. Jurnal media Mahardika : Noerchoidah,SE,MM.

Judul : “ Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Menabung Pada Bank “X” Cabang Surabaya “.

Menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara faktor – faktor layanan, promosi, pendapatan nasabah, fasilitas kemudahan yang ditawarkan tabungan, keamanan dana nasabah Bank dan bunga yang menguntungkan


(20)

terhadap tindakan seorang nasabah untuk menabung di tabungan bank “X” Cabang Surabaya. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan Nasabah untuk menabung (terbatas pada factor yang teliti) ternyata factor keamanan dana nasabah merupakan faktor yang memiliki pengaruh paling besar.

3. Kurniawan :1993, dengan judul :

“ Faktor Yang Mempengaruhi Bagi Hasil, Tabungan Mudharabah Pada Bank Muamalat Indonesia ”.

Menyatakan bahwa : secara simultan factor keuntungan bank (X1), dana yang disimpan pada tabungan Mudharabah (X2) berpengaruh secara nyata terhadap dana bagi hasil Tabungan Mudharabah, sedangkan secara parsial factor keuntungan bank dan jumlah dana yang disimpan pada Tabungan Mudharabah berpengaru secara nyata terhadap bagi hasil Tabungan Mudharabah. Sedangkan jumlah pemegang rekening Tabungan Mudharabah tidak berpengaruh secara nyata terhadap dana bagi hasil Tabungan Mudharabah, hal tersebut dikarenakan dana yang ditabung mempunyai proporsi yang berbeda. 4. Ayuthia, 2004 dengan judul penelitian “ faktor-faktor yang mempengaruhi

jumlah dana masyarakat dengan akad Mudharabah pada Bank Syari’ah Mandiri di Indonesia. Atas dasar pemikiran tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara Nisbah (X1) nilai pembiayaan (X2) jumlah kantor bank (X3) terhadap jumlah dana masyarakat dengan akad Mudharabah (Y).Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan berpengaruh nyata terhadap jumlah dana masyarakat dengan akad


(21)

Mudharabah (Y). Sedangkan secara parsial menunjukkan Nisbah (X1) nilai pembiayaan (X2) dan jumlah kantor bank (X3) berpengaruh nyata terhadap jumlah dana masyarakat dengan akad Mudharabah (Y).

5. Niswatin, 2005 dengan judul penelitian “ analisis beberapa faktor yang mempengaruhi penghimpunan tabungan Mudharabah pada Bank syari’ah Mandiri di Surabaya”. Penelitian ini secara simultan menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara variabel bebas : pendapatan perkapita, Nisbah bagi hasil, Likuiditas bank dan Tingkat suku bunga. Bank umum berpengaruh nyata terhadap jumlah tabungan Mudharabah pada Bank Syari’ah Mandiri di Surabaya. Secara parsial, variabel pendapatan perkapita berpengaruh secara nyata terhadap jumlah tabungan Mudharabah pada bank syari’ah Mandiri di Surabaya. Sedangkan variabel nisbah bagi hasil tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah tabungan Mudharabah pada bank Syari’ah Mandiri di Surabaya. Berdasarkan hasil pengamatan data Nisbah bagi hasil mangalami penurunan. Secara parsial likuiditas bank berpengaruh secara nyata terhadap jumlah tabungan Mudharabah pada bank syari’ah. Dan secara parsial tingkat suku bunga bank umum tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah tabungan Mudharabah pada bank syari’ah mandiri di Surabaya.

2.1.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu

Perbedaan dan persamaan peneliti yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada kurun waktu, jenis bank, tempat penelitian,


(22)

ruang lingkup yang digunakan, jumlah variabel yang digunakan untuk penelitian. Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Pada Bank Syariah di Indonesia”, dengan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penghimpunan Dana Bank Syariah (Y), sedangkan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tingkat Suku Bunga (X1), Nisbah Bagi Hasil (X2), Jumlah Kantor Bank (X3), Valuta Asing (X4). .

2.2 Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Bank

Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima deposit dan menyalurkannya ke dalam kredit. Bank adalah sebagai intermediasi keuangan, penghubung antara orang yang kelebihan modal dengan orang yang memerlukan modal (Miskhin,2001).Kemudian menurut Undang – undang Nomor 10 tahun 1998, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi bank dari sumber lain :

1. “Bank adalah lembaga keuangan yang sangat penting peranannya didalam proses penciptaan kredit yang dimiliki pengaruh besar terhadap kegiatan ekonomi“. (Nopirin, 1992 :33)


(23)

2. “Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menarik uang dari masyarakat yang membutuhkannya“. (Raharja, 1997 :66)

3. “Bank adalah suatu tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. (Kasmir, 1994: 4)

Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dalam berbagai alternative investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpunan dana, bank sering pula disebut lembaga kepercayaan. Maka bank merupakan suatu kegiatan perbankan yang banyak diatur oleh pemerintah.

2.2.2. Fungsi Dan Tugas Bank

Bank yang bertindak sebagai keuangan memiliki fungsi sebagai penghubung, penghimpun, penyalur, dan pelayan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang dimasyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Secara ringkas fungsi bank dapat dibagi menjadi sebagai berikut : 1) Penghimpunan Dana

Yang berarti untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana, maka bank memiliki beberapa sumber yang secara garis besar ada 3 sumber, yaitu :

a) Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal waktu pendirian modal.


(24)

b) Dana yang bersumber dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui usaha simpanan giro, deposito, dan tabanas.

c) pinjaman dana yang berupa kredit likuiditas dan call money (dana yang sewaktu – sewaktu dapat ditarik oleh yang meminjam ).

2) Penyalur atau pemberi kredit Bank

Dalam kegiatannya bank tidak hanya menyimpan dana akan tetapi memanfaatkan dana itu untuk disalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang memerlukan dana segar untuk usaha. Tentunya dalam melaksanakan fungsi ini diharapkan bank akan mendapatkan sumber pendapatan berupa bagi hasil atau dalam bentuk pengenaan bunga kredit. Pemberian kredit akan menimbulkan resiko oleh sebab itu pemberiannya harus benar – benar teliti dan memenuhi persyaratan.

3) Fungsi Investasi

Yaitu menyalurkan dana yang terkumpul oleh bank – bank untuk membeli surat – surat berharga, penyertaan dan pemilikan harta tetap.

4) Memberikan Pelayanan jasa

Bank dalam mengembangan tugas sebagai pelayanan lalu lintas pembayaran uang, untuk melakukan berbagai aktivitas kegiatannya antara lain mengirim uang, cek wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya.

Sedangkan tugas pokok dari pada semua perbankan dibawah binbingan BI ialah untuk menghimpun segala dana dari masyarakat guna diarahkan ke bidang – bidang yang mempertinggi taraf hidup rakyat.


(25)

2.2.3. Sumber Dana Bank

Sumber – sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan operasinya. Dana untuk membiayai operasi suatu bank dapat diperoleh dari berbagai sumber, yang terdiri dari dana yang bersumber dari bank itu sendiri, dana yang bersumber dari masyarakat luas, dan dana yang bersumber dari lembaga lain.

1. Dana Yang Bersumber Dari Bank Sendiri

Sumber dana yang berasal dari bank itu sendiri merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri maksudnya adalah modal setoran dari para pemegang saham. Di samping itu, pihak perbankan dapat pula menggunakan cadangan – cadangan laba yang belum digunakan. Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang relative lebih besar dari pada jika meminjam ke lembaga lain.

2. Dana Yang Berasal Dari Masyarakat Luas

Sumber dana ini merupakan yang terpenting bagi kegiatan operasi suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan suatu bank jika mampu membiayai operasinya dari dana ini. Sumber dana dari masyarakat luas ini penting karena merupakan sumber dana yang paling utama bagi bank. Sumber dana yang juga disebut dana pihak ketiga (DPK) ini disamping mudah untuk mencarinya juga tersedia di masyarakat. Pencarian sumber dan ini paling dominan asalkan dapat memberikan bunga dan fasilitas lainnya. Akan tetapi, sumber dana ini relative lebih mahal jika dibandingkan dengan sumber dana sendiri.


(26)

Secara umum kegiatan penghimpuan sumber dana ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito. Pengertian simpanan menurut Undang – undang perbankan Nomor 10 tahun 1998 adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, atau yang dapat dipersamakan dengan itu.

a. Simpanan Giro (Demand Deposit)

Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Kepada setiap pemegang rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama jasa giro.

b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

Merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dilakukan dengan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi, atau Kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kepada pemegang rekening tabungan yang diberikan bunga tabungan atas balas jasa tabungannya.

c. Simpanan Deposito (Time Deposite)

Merupakan simpanan pada bank yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut.


(27)

2.2.4. Jenis Bank

Menurut undang-undang pokok perbankan No. 10 Tahun 1998 tentang jenis bank, bank di Indonesia hanya terdiri atas dua jenis (Budisantoso, 2006 : 84) antara lain :

1. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip sayari’ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalulintas pembayaran

2. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yank melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip sayari’ah yang dalam kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.

Selain itu, di Idonesia juga terdapat bank sentral yakni Bank Indonesia (BI) yang memiliki tujuan utama sebagaimana ditetapkan dalam UU NO. 23 Tahun 1999 pasal 7 yakni untuk mencapai dan memelihara kesetabilan nilai rupiah. Selain itu pula B.I memiliki hak untuk mencuptakan serta mengedarkan uang logam dan uang kertas, dan berfungsi sebagai lembaga pembina dan pengawas bank-bank umum dan bank perkreditan rakyat, untuk mengetahui posisi bank syariah di dalam bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR), di mana bank syariah adalah bank yang menggunakan prinsip islam, jadi bank syariah bisa pada bank umum atau pada bank perkreditan rakyat (BPR) karena syariah digunakan sebagai prinsip, sehingga bank umum atau bank perkreditan rakyat dapat mengaplikasikanya pada mekanisme kerja, serta memiliki peranan yang penting dalam menjaga kesetabilan ekonomi dan moneter di Indonesia.


(28)

2.2.4.1. Jenis- Bank Menurut Pembagian Bunga a) Bank Konvensional

Bank konvensinal merupakan bank yang menjalankan usahanya seperti pemberian kredit, jasa-jasa lalu lintas, dan perbedaan uang secara konvensional, dan di dalam ketentuan pemberian imbalan dalam bentuk bunga.

b) Bank Syariah

Bank Syariah merupakan bank yang menjalankan kegitannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran secara syariah dan didalam ketentuan pemberian imbalan bank syariah memberikanya dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian realisasi imbalan yang diterima nasabah akan berbeda-beda setiap bulanya, menurut (Lewis, 2001: 64).

2.2.5. Bank Syari’ah

2.2.5.1. Pengertian Bank Syariah

Menurut ensiklopedi islam, Bank islam atau Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang mengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat islam.

Berdasarkan rumusan tersebut, Bank islam berarti bank yang tata cara beroperasinya berdasarkan pada tata cara bermuamalat secara islam, yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan Alquran dan Al-Hadits (Sumitro, 2003:5)


(29)

Perbankan syaria’ah dalam peristilahan dikenal dengan Islamic banking atau juga disebut dengan interest free banking atau selanjutnya disebut juga dengan bank syari’ah adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasi dan produknya dikembangkan berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW ( Antonio, 2003 ; 3 ).

Sedangkan menurut ensiklopedia islam, Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit (pembiayaan) jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam bukan saja menyeluruh, tetapi juga universal komprehensif. (Sudarsono,2004 : 27)

Menurut UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, disebutkan bahwa Bank Syari’ah adalah bank umum yang melaksankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah, termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi melalui aktivitas investasi atau jual beli, serta memberikan pelayanan jasa simpanan bagi para nasabah. Tata cara operasional bank syariah didasarakan pada tata cara bermuamalat secara islam, yang mengacu kepada ketentuan – ketentuan Al-Qur’an dan Al Hadits.

Dari definisi diatas bank syariah dapat disimpulkan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa – jasa lalu


(30)

lintas pembayaran yang tidak mengandalkan pada bunga sesuai dengan syariat islam.

2.2.5.2. Fungsi dan Peran Bank Syariah

Fungsi dan peran bank syariah adalah sebagai berikut :

1. Manajer Investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah 2. Investor bank syariah, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang

dimiliki maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.

3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.

4. Pelaksanaan kegiatan social sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan dan mendistribusikan) zakat serta dana-dana social lainnya. (Lestari, 2006:34)

2.2.5.3. Sumber Dana Bank Syariah

Sumber dana yang diperoleh atau didapatoleh Bank Syariah adalah sebagai berikut :

1. Modal Inti (Care Capital)

Modal ini adalah dana modal sendiri yaitu dana yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya dana modal inti terdiri dari :

a. Modal yang disetor oleh para pemegang saham, sumber utama dari modal peruusahaan adalah saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila pemilik menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham, dan umntuk penambahan dana


(31)

berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru.

b. Cadangan, yaitu sebagaian laba bank yang tidak dibagi, yang disishkan untuk menutup timbulnya resiko kerugian dikemudian hari.

c. Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank.

2. Kuasi Ekuitas (mudharabah account)

Bank menghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu akad kerjasama antara pemilik dana dengan pengusaha untuk melakukan bisnis sehari –hari. Keuntungan yang diperoleh dibagi antara keduanya dengan perbandingan (nisbah) yang telah disepakati bersama. Kerugian financial menjadi beban pemilik dana, sedangkan pengelola tidak memperoleh imbalan atas usaha yang dilakukan.

3. Dana Titipan atau Simpanan tanpa imbalan (Wadiah)

Yaitu dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya berupa giro atau tabungan. Pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu. Berbeda dengan tabungan mudharabah, bank syariah tidak memperjanjikan bagi hasil atas tabungan wadiah walaupun atas kemampuannya sendiri bank dapat memberi bonus kepada para pemegang rekening titipan maupun tabungan wadiah adalah tergantung manajemen bank. Bonus biasanya hanya diberikan apabila bank mengalami surplus pendapatan, setelah dikurangi pembagian hasil kepada pemegang rekening tabungan dan deposito mudharabah.


(32)

2.2.5.4. Sejarah Berdirinya Bank Syariah

Secara Kolektif, gagasan berdirinya Bank Syariah di tingkat internasional, muncul dalam konferensi Negara-negara islam se-dunia, di Kuala Lumpur Malaysia pada tanggal 21 sampai dengan 27 April 1969, yang diikuti oleh 19 negara peserta.

Konferensi tersebut memutuskan beberapa hal yaitu :

1. Tiap keuntungan haruslah tunduk kepada hukum untung dan rugi, jika tidak ia termasuk riba dan riba itu sedikit atau banyak hukumnya haram.

2. Diusulkan supaya dibentuk suatu Bank Islam yang bersih dari system riba dalam waktu secepat mungkin.

3. Sementara menunggu berdirinya suatu Bank islam, bank-bank yang menerapkan bunga diperbolehkan beroperasi. Namun jika benar-benar dalam keadaan darurat.

Pembentukan Bank Syariah semula memang banyak diragukan. Pertama,banyak orang beranggapan bahwa system perbankan bebas bunga (interest free) adalah sesuatu yang tak mungkin dan tak lazim. Kedua, adanya pertanyaan tentang bagaimana bank akan membiayai operasinya. Tetapi di lain pihak, Bank Islam adalah satu alternative system ekonomi islam (Sumitro,2003:8)

2.2.5.5. Latar Belakang Berdirinya Bank Syariah

Bank Syariah lahir sebagai salah satu solusi alternative terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank denganke riba. Dengan demikian, kerinduan umat islam Indonesia yang ingin melepaskandiri dari persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya bank islam. Bank islam lahir di Indonesia pada awal tahun 1990-an atau tepatnya setelah ada UU No. 7 Tahun 1992, yang direvisi dengan UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, dalam bentuk sebuah bank yang beroperasi dengan system bunga bagi hasil atau bank syariah. Kemnudian dalam


(33)

perkembangannya bank Indonesia mengeluarkan regulasi baru tentang bank syariah melalui UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Dan pihak Bank Indonesia sendiri telah membentuk biro perbankan syariah yang menjadi wadah bagi perbankan syariah yang ada di Indonesia, dan saat ini biro tersebut telah ditingkatkan menjdi sebuah direktorat.

Yang menjadi latar belakang pendirian bank syariah adalah:

1. Keinginan umat islam untuk menghindari dari riba dalam kegiatan muamalahnya.

2. Keinginan umat islam untuk memperoleh kesejahteraan lahir dan batin melalui kegiatan muamalah yang sesuai dengan perintah agama.

3. Keinginan umat islam untuk mempunyai alternative pilihan dalam mempergunakan jasa-jasa perbankan yang dirasakan lebih sesuai.

Bank Islam diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank islam. Melalui pembiayaan ini bank islam dapat menjadi mitra dengan nasabah, sehingga hubungan bank islam dengan nasabah tidak lagi sebagai kreditur dan debitur tetapi menjadi hubungan kemitraan.

2.2.5.6. Konsep Bank Syariah

Pada Dasarnya konsep bank syariah dalam menjalankan usahanya sama dengan bank konvensional lainnya seperti memberikan kredit,jasa lalu lintas pembayaran, dan pembayaran uang. Tetapi bank syariah dalam menjalankan usahanya tidak dapat dipisahkan dari konsep konsep syariah yang mengatur produk dan operasionalnya. Salah satu ketentuan syariah itu adalah bank syariah tidak menerapakan system bunga pada berbagi produknya, dan ini merupakan yang paling mendasar dari kedua konsep bank tersebut.

Dasar utama dari system perbankan islam, menurut Algaoud dan Lewis (2001:55), terdiri atas beberapa elemen penting, yaitu:


(34)

a. Riba dilarang dalam semua transaksi

b. Bisnis dan investasi dijalankan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang halal.

c. Transaksi harus bebas dari unsur gharar (spekulasi atau ketidakpastian).

d. Zakat harus dibayar oleh bank untuk dimanfaatkan masyarakat. e. Semua aktivitas harus sejalan dengan prinsip-psrinsip

islam,dengan dewan khusus sebagai pengawas.

Bank Syariah dengan system bagi hasil dirancang untuk mewujudkan terbinanya kebersamaan dalam menenggung resiko usaha dan berbagi hasil usaha antara pemilik dana dan pengelola dana.

2.2.5.7. Perbedaan Bank Syari’ah Dan Bank Konvensional

Karakteristik yang membedakan bank syari’ah dengan bank konvensional antara lain : tidak mengenal adanya konsep time value of money, tidak diperkenankan kegiatan yang bersifat spekulatif karena adanya ketidakpastian, serta tidak diperkenankan dua transaksi dan dua harga untuk satu barang Antonio (2001)

Sedang menurut Triyuwono (2002) perbedaan bank syariah dengan bank konvensional terletak juga pada resikonya. Resiko pelaksanaan bank ini juga lebih besar daripada bank dengan sistem bunga, karena bagi hasil yang diterapkan bank syari’ah kepada bank deposan tergantung dari seberapa besar profit yang diperoleh oleh bank syari’ah. Sedangkan seberapa profit yang diperoleh oleh bank syariah itu tergantung dari seberapa besar keberhasilan bisnis para pengusaha yang mendapatkan pembiayaan dari bank syariah. Berbeda dengan system bunga dimana para deposan dan penabung mendapat return yang


(35)

pasti dari bank. Jika bank itu rugi atau untung, para deposan tetap memperoleh return yang pasti. Namun, system bunga bersifat lebih eksploitatif karena tidak melihat kondisi ekonomi riil dari pengusaha. Di sisi lain system syari’ah lebih adil karena hasil yang diperoleh tergantung pada keberhasilan pengusaha yang mendapatkan pembiayaan pembiayaan dari bank syari’ah. Secara umum perbandingan antara bank syari’ah dengan bank konvensional disajikan dalam table berikut :

Tabel 1 Perbandingan Antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional

NO. BANK SYARIAH BANK KONVENSIONAL

1. 2. 3. 4. 5.

Investasi yang halal

Prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa Profit dan falah oriented

Hubungan kemitraan

Penghimpunan dan penyaluran dana

 Investasi halal dan haram

 Memakai perangkat bunga

Profit oriented

 Hubungan debitor – kreditor

 Tidak terdapat dewan sejenis harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syari’ah Sumber : Antonio (2000)

2.2.5.8.Kegiatan Usaha Bank Syari’ah

Berdasarkan surat keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/KEP/DIR 12 Mei 1999 tentang bank. Berdasarkan prinsip syari’ah, prinsip usaha kegiatan bank syari’ah antara lain :

1. Hiwalah (Alih hutang piutang)

Tujuan fasilitas ini adalah untuk membantu supplier mendapat modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.


(36)

Tujuan akad Rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.

3. Qardh

Qard adalah penyediaan dana atau tagihan antara bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu.

4. Wakalah (Perwakilan)

Wakalah dalam aplikasi perbankan syariah terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya dalam melakukan pekerjaan jasa tertentu L/C (letter of credit), inkaso, dan transfer uang.

5. Kafalah (Garansi Bank)

Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat memberi syarat kepada nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadiah.

2.2.5.9. Produk Penghimpunan Dana Bank Syari’ah

Produk dari penghimpunan dana bank syariah, menurut kasmir terbagi atas dua akad yakni Wadiah dan Mudharabah antara lain:

1. Al-wadiah

Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari suatu pihak kepihak yang lain, baik individu maupun badan badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja. Dalam produk bank syariah dapat dikembangkan menjadi dua jenis, yaitu :


(37)

a. Yad Al-Amanah, yaitu pihak penyimpan tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada asset titipan. Selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan.

b. Yad Al-Dhamanah, yaitu pihak penyimpan yang bertanggung jawab atas segala kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada barang tersebut. Bank sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan Al-Wadiah untuk tujuan Current Accaunt (Giro), dan Saving Account (Tabungan Berjangka).

2. Al-Mudharabah

Adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak yakni pertama (shohibul Maal) yang menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain menjadi pengelola keuntungan usaha secara Mudharabah dibagi menurut kesempatan yang ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian bukan akibat kelalaian si pengelola.Secara umum Mudharabah terbagi menjadi dua jenis yakni :

a. Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis

b. Mudharabah Muqayyadah adalah pihak kedua dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, dan tempat usaha. Kecenderungan umum dipihak pertama dalam memasuki jenis dunia usaha.


(38)

Mudharabah biasanya diterapkan pada produk – produk pembiayaan dan pendanaan. Adapun pada siswa pembiayaan Mudharabah diterapkan untuk :

1. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa 2. Investasi khusus, merupakan sumber dana khusus dengan penyaluran

yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pihak pertama.

2.2.6. Tingkat Suku Bunga 2.2.6.1. Pengertian Suku Bunga

Tingkat suku bunga dapat diartikan sebagai tingkat balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.

Menurut Kem dan Gultman, menganggap suku bunga merupakan sebuah harga dan sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran. (Laksomo, 2001 : 128). Suku bunga dibedakan menjadi 4, yaitu :

1. Suku Bunga Nominal

yaitu suku bunga yang dapat diamati di pasaran. 2. Suku Bunga Riil

Yaitu suku bunga yang secara konsep diukur tingkat pengembaliannya setelah dikurangi inflasi.


(39)

Yaitu suku bunga yang jatuh tempo satutahun atau kurang.

Bunga bank dapat juga diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperolah pinjaman, sehingga besar-kecilnya tingkat suku bunga akan berpengaruh pada tingkat suku bunga simpanan dan tingkat suku bunga pinjaman. (Boediono, 2001).

Dengan menurunnya tingkat suku bunga pinjaman, maka masyarakat akan mencari alternative lain untuk menempatkan dananya, apakah untuk investasi atau ditempatkan di bank lain yang tidak menggunakan system bunga, yaitu pada bank syariah.

2.2.6.2. Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga

Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat suku bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga, maka makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung artinya pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi masyarakat terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan. Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat suku bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil, sebab tingkat pengembalian dan penggunaan dana juga makin besar. Tingkat suku bunga dalam keadaan seimbang (artinya tidak ada dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan kenginina pengusaha melakukan investasi.(Nopirin, 1995 :70)


(40)

Gambar 1 : Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga  

     

  r2 

r0 

r1 

Tingkat Suku  Bunga

S1

E2

J1 

E1

E0

l1 

l2 

l0 

Jumlah uang yang ditabung dan di investasikan

Kurva S adalah kurva penawaran dana modal (tabungan) dan I adalah kurva permintaan dana modal (investasi). Keseimbangan tercapai pada titik Eo dan ini menunjukkan bahwa jumlah dana modal yang akan diinvestasikan sebesar 0Io dan tingkat bunga sebesar 0ro. Kalau dimisalkan permintaan dana modal tetap besar S, keseimbangan berpindah ke E1 yang berarti tingkat bunga naik dari 0ro menjadi 0r1 dan dana yang diinvestasikan bertambah dari 0Io menjadi 0I1, dan apabila permintaan dana modal tetap sebesar 1, tetapi penawarannya bertambah menjadi S1, maka keseimbangan berpindah ke E2. Dengan demikian perubahan tersebut menyebabkan tingkat bunga turun dari 0rO. Menjadi 0r2 dan dana yang diinvestasikan bertambah dari 010 menjadi 012.


(41)

2.2.6.3. Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga

Pandangan Keynes tentang tingkat suku bunga adalah suku bunga merupakan fenomena moneter yang ditentukan dari permintaan dan penawaran yang terjadi dipasar uang. Permintaan akan uang dalam teori Keynes dikemukakan dalam teori liquidity preference, yaitu permintaan keatas uang oleh masyarakat dalam perekonomian. Keynes menyatakan bahwa permintaan uang oleh masyarakat mempunyai 3 motifasi / tujuan yaitu :

1. Motif spekulasi yaitu permintaan akan uang untuk ditanamkan dalam bentuk saham-saham atau surat berharga lainnya.

2. Motif transaksi yaitu permintaan akan uang untuk memenuhi dan melancarkan konsumsi yang akan dilakukan.

3. Motif barjaga-jaga yaitu permintaan akan uang untuk memenuhi pembayaran-pembayaran yang tidak terduga atau diluar rencana.

Lihat gambar dibawah, dalam kurva teori Keynes tentang tingkat suku bunga, kurva LP menunjukkan bahwa pada waktu jumlah uang sebesar 0M0, maka tingkat suku bunga sebesar 0r0 dan pada waktu jumlah uang bertambah dari 0Mo menjadi 0M1 tingkat bunga turun dari 0ro menjadi 0r1 ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah uang yang beredar, maka semakin rendah tingkat bunga. Kurva Mo dan M1 adalah jumlah uang yang beredar dan bentuknya elastis tidak sempurna karena pada suatu waktu tertentu jumlah uang adalah tetap. (Sukirno, 1995 : 385)


(42)

Gambar 2 : Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga  

r0 

r1 

lq 

lq1 

lq0 

Tingkat Suku Bunga  

lq1 

lq0 

   

Liquidity Proference 

Jumlah Uang  

Sumber : Sukirno, Sadono, 1995, Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi 11 Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal. 384

2.2.6.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

Faktor – faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai berikut :

1.Kebutuhan dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan.

Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman. Namun apabila dana yang ada simpanan banyak sementara permohonan simpanan sedikit maka bunga simpanan akan turun.


(43)

2.Persaingan

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata – rata 16% maka, jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan di atas bunga pesaing misalnya 16%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada di bawah bunga pesaing.

3.Kebijakan Pemerintah

Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

4.Target laba yang diinginkan

Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.

5.Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih rendah.


(44)

Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan tanah.

7.Reputasi perusahaan

Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafit kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.

8.Produk yang kompetitif

Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif .

9.Hubungan baik

Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan pada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak


(45)

bank, sehingga dalam penentuan suku bungapun berbeda dengan nasabah biasa.

10.Jaminan pihak ketiga

Dalam hal ini pihak yang diberikan jaminan kepada penerima kredit. Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafit, baik dari segi kemampuan membayar, nama maupun loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang dibeban pun juga berbeda. Demikian pula sebaliknya jika penjamin pihak ketiganya kurang bonafit atau tidak dapat dipercaya, maka mungkin tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan.(Kasmir, 2004 : 122 – 124)

2.2.6.5. Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil

Telah diuraikan sebelumnya berbagai pertimbangan masyarakat dalam menentukan pilihan terhadap lembaga keuangan bank (khususnya bank non syariah) baik yang menyangkut factor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor keuntungan, hadiah (factor ekonomi) cukup mempengaruhi responden dalam menentukan keputusan. Sementara itu factor pelayanan, keterjangkauan atau lokasi, keamanan lingkungan keluarga, psikologis (factor non ekonomi) tidak kalah besar pengaruhnya. Berikut ini berbagai


(46)

langkah-langkah atau sikap masyarakat (non nasabah Bank Syariah) ketika akan menjatuhkan pilihan pada perbankan syariah sebagai lembaga keuangan tempat menabung atau pembiayaan.

Faktor pertama yang patut diperhatikan adalah informasi tentang bank Syariah tersebut. Sekitar 63,6% menyatakan bahwa keputusan untuk memilih Bank cukup dipengaruhi oleh informasi intens, hanya 7% yang menyikapi bahwa factor informasi kurang releven dengan keputusan untuk memilih Bank Syariah, maka factor informasi kepada masyarakat menjadi kata kunci.

Faktor kedua yang cukup mempengaruhi keputusan responden adalah factor rasionalitas. Faktor- factor tersebut tidak hanya meliputi aspek ekonomi saja, namun juga factor non ekonomi, pertimbangan agama, dan factor non ekonomi, pertimbangan agama, dan factor rasional lainnya. Sejumlah 60,8% menyatakan bahwa keputusan untuk memilih Bank Syariah cukup dipengaruhi oleh pertimbangan yang rasional.


(47)

Tabel 2:Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil

NO Bunga Bagi Hasil

1

2

3 4

5

Melakukan investasi-investasi yang halal saja

Berdasarkan prinsip bagi hasil,jual beli atau sewa

Profit dan falah oriented

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan

Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah

Investasi yang halal dan haram

Memakai perangkat bunga

Profit oriented

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitor-debitor

Tidak terdapat dewan sejenis

Sumber : Antonio,2001 Bank Syariah Dari Teori Ke Prakti, Penerbit Gema Insani, Jakarta, Halaman 34.


(48)

2.2.7.1. Pengertian Bagi Hasil

Bagi hasil adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Antonio,2001 : 90)

2.2.7.2. Sistem Bagi Hasil

Salah satu perbedaan prinsip antara bank syariah dengan bank konvensional adalah pada tata cara atau ketentuan pemberian imbalan dalam bentuk bunga, sedangkan bank syariah memberikannya dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian realisasi imbalan yang diterima nasabah akan berbeda beda. Setiap bulannya, tergantung dari pendapatan hasil investasi yang dilakukan pada bulan bersangkutan. Sistem bagi hasil diperbolehkan dalam islam, sementara bunga tidak, adalah karena dalam sistem bagi hasil yang ditetapkan sebelumnya hanyalah rasio (nisbah), bukan tingkat keuntungannya.

Menurut Antonio ( 2001 :139) dalam perjalanan prinsip bagi hasil, ada beberapa factor penting yang menentukan besar kecilnya presentase keuntungan yang akan dibagikan antara pihak bank dan penabung maupun dengan peminjam dana. Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Invesment Rate, merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana bank.

2. Jumlah dana yang tersedia untuk di investasikan, merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan


(49)

investment rate dilakukan dengan jumlah dana aktual yang dugunakan.

3. Nisbah bagi hasil (Profit Sharing Ratio)

Pada dasarnya menurut Muhammad (2002 : 110), bank bagi hasil memberikan keuntungan pada deposan dengan pendekatan Loan To Deposit Ratio (LDR). Sedangkan bank konvensional dengan pendekatan biaya, artinya dalam mengakui pendapatan, Bank syariah menimbang rasio antara dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan, serta pendapatan yang dihasilkan dari perpaduan dua hal tersebut. Sedangkan bank konvensional langsung menganggap semua bunga yang diberikan adalah biaya, tanpa memperhitungkan berapa pendapatan yang dapat dihasilkan dari dana yang dihimpun tersebut. Maka dalam hal ini, bank syariah terhadap unsur ketidakpastian dalam memperoleh keuntungan, karena beberapa rupiah pendapatan riil yang akan diperoleh nasabah sangat bergantung kepada pendapatan yang akan diperoleh bank.

Maka agar dapat tetap tersaing dengan bank konvensional, bank syariah memberikan special nisbah yang kira kira indikasinya sama dengan special rate pada bank konvensional. Caranya dengan mengurangi porsi bank atau dengan kata lain menambah biaya bagi hasil dan pihak ketiga. Special nisbah yang diberikan hendaklah memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Muhammad, 2002;111).


(50)

Bobot

Pendapatan

Rata-rata saldo

Besarnya keuntungan yang diterima deposan berdasarkan proporsi / rasio yang telah disepakati. Maka untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari tabungan Mudharabah, dihitung dengan rumus :

Saldo rata – rata tabungan nasabah X pandapatan bank X Rasio

saldo rata – rata tabungan pada bank

(Harijanto, 1999 : 74) Dari rumus diatas dapat diketahui apabila rasio bagi hasil yang ditawarkan Bank Syariah semakin tinggi, maka tingkat keuntungan yang diperoleh nasabah semakin besar. Hal ini mempengaruhi minat nasabah untuk menabung di Bank Syariah.

2.2.7.3. Jenis-Jenis Bagi Hasil

Secara syariah ada dua jenis bagi hasil dalam system bank syariah yaitu mudharabah dan musyarakah. Diantara kedua jenis ini maka mudharabah adalah jenis yang paling umum digunakan. Berdasarkan jenis ini, bank islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan peminjam dana. Dengan penabung bank akan bertindak sebagai pengelola dana dan disisi lain, dengan peminjam dana bank akan bertindak sebagai pemilik dana. Mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian.


(51)

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan prinsip bagi hasil : 1. Musyarakah

Musyarakah (shirkah / sharikah) adalah perjanjian diantara pemilik dana / modal untuk mencampurkan modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Musyarakah dapat bersifat tetap atau temporer dengan penurunan secara periodik atau sekaligus diakhir masa proyek. Dengan merangkum seluruh kombinasi dari bentuk kontribusidari setiap pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.

2. Mudharabah

Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Mudharabah merupakan bentuk kerjasama antara dua belah pihak atau lebih dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi 100 persen modal dari Shahibul maal dan keahlian dari mudharib.

2.2.7.5. Hubungan Nisbah Bagi Hasil Dengan Tabungan Masyarakat

Bagi hasil memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan antara pihak Bank dan Nasabah bahwa keuntungan dan resikoakan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.


(52)

Dengan kesepakatan tersebut nasabah akan lebih terasa nyaman untuk menabung. Selain itu didukung dengan berbagai keuntungan bagi hasil yang antara lain : Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar benar halal,aman dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan, bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat dan lain-lain.

Bagi hasil merupakan pola kerjasama ekonomi yang menjadi unggulan bank syariah. Karena itu, tidak mengherankan jika banyak masyarakat yang mengidentifikasikan bank syariah sebagai “bank bagi Hasil”. Bagi hasil dianggap lebih mampu menjamin keadilan antar pelakunya, dimana keadilan tersebut merupakan hakekat perekonomian islam.

2.2.8. Jumlah Kantor Bank 2.2.8.1.Kantor Bank Syariah

Bank syariah adalah lembaga bank yang dikelola dengan dasar syariah (Muhammad, 2002 : 147).

Yang dimaksud dengan jenis kantor bank syariah dapat dilihat dari kegiatan jasa-jasa bank yang ditawarkan dalam suatu cabang bank berdasarkan prinsip syariah. Luasnya kegiatan ini tergantung dari kebijaksanaan kantor pusat bank tersebut. Disamping itu besar kecilnya kegiatan cabang bank tersebut tergantung dari wilayah operasionalnya.


(53)

Melihat perkembangan riil bank syariah membuat bank konvensional membuka bank syariah (Islamic Windows). Banyak sedikitnya kantor bank sangatmempengaruhi besar kecilnya tingkat operasional suatu bank.

Adapun beberapa jenis kantor bank syariah yang dimaksud : 1) Kantor Pusat

Merupakan kantor semua kegiatan perencanaan sampai pada pengawasan terdapat dikantor ini, setiap bank memiliki satu kantor pusat dan kantor pusat tidak melakukan kegiatan operasional sebagaimana kantor bank lainnya, akan tetapi mengendalikan jalannya kebijaksanaan terhadap kantor cabang-cabangnya.

2) Kantor Unit Usaha Syariah

Merupakan salah satu kantor yang berfungsi sebagai kantor induk dari seluruh kantor cabang syariah. Unit tersebut beradadi kantor pusat bank dan dipimpin oleh seorang anggota direksi atau penjabat satu tingkat di bawah direksi.

3) Kantor Cabang Syariah

Merupakan kantor bank yang secara langsung bertanggung jawab kepada kantor pusat bank yang bersangkutan dengan alamat tempat usaha yang jelas dimana kantor cabang tersebut melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.


(54)

Kantor dibawah kantor cabang yang kegiatan usahanya membantu kantor cabang induknya dan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

5) Kantor Kas Syariah

Merupakkan kantor bank yang paling kecil dimana kegiatannya hanya meliputi teller atau kasir saja, dengan kata lain kantor kas hanya melakukan sebagaian kecil dari kegiatan perbankandan berada di bawah cabang pembantu atau cabang penuh dan melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

Dasar kantor pendirian syariah di Indonesia UU No 10 Tahun 1998 Pasal 6 mendirikan cabang bank umum yang melakukan kegiatan secara konvensional dapat juga melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip syariah meliputi:

1. Pendirian kantor cabang atau dibawah kantor cabang.

2. Penghasilan kantor cabang atau dibawah kantor cabang yang melakukan kegiatan usah berdasarkan prinsip syariah.

Bank syariah harus memenuhi peraturan dan persyaratan perbankan yang berlaku pada umumnya, antara lain :

a. Ketentuan perjanjian dalam pengembangan usaha, seperti pembukaan cabang dari kegiatan devisa.

b. Kegiatan pelaporan ke Bank Indonesia. c. Pengawasan internal.


(55)

d. Pengawasan atas prestos, pemodalan, manajemen, sentabilitas, likuiditas, dan factor- factor yang lainnya.

e. Penggunaan sangsi atas pelanggaran ( Muhammad, 2002 : 75 ).

Kantor – kantor cabang dan bank umumnya konvensional pada dasarnya merupakan unit yang mempunyai pencatatan dan pembukuan yang terpisah dari kantor – kantor konvensional. Oleh karena itu dibutuhkan suatu unit usaha syariah yang berfungsi sebagai kantor induk dari seluruh kantor cabang syariah. Unit tersebut berada dipusat bank. Secara umum tugas syariah mencakup :

1. Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor bank syariah.

2. melaksankan dalam rangka pengelolaan dan penempatan dana yang bersumber dari kantor – kantor cabang bank syariah.

3. Menyusun laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor – kantor cabang syariah. (Muhammad, 2002 :179).

Pembukaan kantor cabang syariah dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu : 1. Pembukaan kantor cabang dengan mendirikan kantor cabang baru. 2. Perubahan kantor cabang yang ada menjadi kantor cabang syariah.

3. Peningkatan status kantor cabang pembantu menjadi kantor cabang syariah. Pengembangan jaringan perbankan syariah, terutama ditujukan untuk menyediakan akses yang lebih luas kepada masyarakat dalam mendapatkan pelayanan jasa bank syariah (Antonio, 2001 : 229).

Pengembangan jaringan kantor bank syariah diperlukan dalam rangka perluasan. Jangkauan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian jelas bahwa banyaknya jumlah jaringan kantor bank juga bank meningkatkan efisien usaha perkembangannya. Jaringan kantor bank syariah juga diharapkan dapat meningkatkan kopetensi ke arah peningkatan kualitas pelayanan kepada nasabah


(56)

dan mendorong inovasi penduduk dan jasa perbankan syariah. (Antonio, 2001 : 226).

2.2.8.2. Hubungan Jumlah Kantor Bank Dengan Tabungan Masyarakat Jumlah kantor bank yang meliputi, kantor pusat, kantor cabang, kantor cabang pembantu, dan kantor kas. Hal-hal yang berhubungan dengan lembaga keuangan ditentukan pula oleh jaringan kantor lembaga-lembaga keuangan yang bersangkutan, serta kemudahan pelayanannya.

Dengan semakin banyaknya jumlah bank-bank umum yang didirikan, maka akan sangat berpengaruh di dalam upaya penyerapan dana masyarakat pada lembaga keuangan bank. Jumlah kantor bank berkaitan dengan kemudahan fasilitas yang ditawarkan pada masyarakat. Upaya ini ditunjang dengan adanya peningkatan teknologi dalam pelayanan terhadap masyarakat, sehingga akan membawa peluang atau kesempatan serta menambah minat masyarakat untuk menabung. Hal ini tentunya juga ditunjang dengan produk-produk perbankan yang memanjakan para nasabah. Selain itu untuk menarik minat masyarakat pada bank perlu juga dikembangkan jaringan kantor cabang dan cabang pembantu yang cukup luas dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

2.2.9. Kurs Valuta Asing

2.2.9.1. Pengertian Kurs Valuta Asing

Kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda dan terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut.(Nopirin, 2000 : 163)


(57)

Kurs atau nilai tukar adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang luar negeri (asing) atau rasio antara satu unit (satuan) mata uang dan jumlah mata uang yang lain pada waktu tertentu. (Salvatore, 2004 : 140)

Kurs adalah nilai tukar suatu mata uang dengan mata uang negara lainnya yang ditetapkan (Sukirno, 2002 : 103)

Sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar, apabila transaksi jual beli valas dapat dilakukan secara bebas, maka kurs valas akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Apabila pemerintah menjalankan kebijaksanaan stabilisasi kurs, tetapi tidak dengan mempengaruhi transaksi swasta, maka kurs ini hanya akan berubah-ubah dalam batas yang kecil, meskipun batas-batas ini dapat diubah dari waktu ke waktu, pemerintahan yang dapat menguasai sepenuhnya transaksi valas. (Nopirin, 2000 : 172)

Valuta asing (valas) atau foreign exchange ( FOREX) atau foreign currency adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral. (Hamdy, 1999 : 16 )

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurs merupakan perbandingan nilai mata uang sehinngga untuk mendapatkan mata uang maka harus menukarkan mata uang tersebut dengan mata uang negara lain agar memperoleh satu unit mata uang asing.


(58)

Kurs tetap bukan merupakan kurs yang secara permanen abadi dan tetap, tetapi kurs lebih merupakan sistemnya yang diperkenalkan untuk berfluktuasi dalam batas sempit yang mengelilingi nilai prioritas dimana keduanya tetap berdiri dan kekal. (Suparmoko, 2000: 371)

Dalam sistem kurs tetap, kurs ditetapkan berdasarkan keputusan pemerintah. Kelebihan dari system ini adalah adanya kepastian nilai tukar yang dapat meningkatkan ekspektasi. Tetapi kelemahannya adalah kurs yang berlaku tidak selalu menggambarkan tingkat kelangkaan yang sebenarnya. Bisa terjadi nilai tukar yang ditetapkan pemerintah terlalu tinggi dibandingkan dengan kurs pasar (overvalued). Atau sebaliknya, nilai tukar yang ditetapkan pemerintah terlalu rendah dibanding dengan kurs pasar (undervalued). Bila selisih kurs yang ditetapkan dianggap terlalu jauh, maka pemerintah melakukan koreksi. Koreksi atas nilai tukar yang dinilai terlalu tinggi (devaluation), sedangkan koreksi untuk nilai tukar yang dinilai terlalu rendah disebut (revaluation). Jadi revaluasi dan devaluasi pada prinsipnya juga merupakan koreksi atas nilai tukar, seperti halnya dengan apresiasi dan depresiasi berdasarkan mekanisme pasar. Kondisi-kondisi yang dimaksud dapat dijelaskan dengan menggunakan kurva sebagai berikut : (Manurung, 2004 : 76)

Gambar 3 : Penentuan Nilai Tukar Dalam Sistem Kurs Tetap 1us$=Rp

S2

US $ Kurs Baru

0 Q Q

Devaluasi Kurs Awal

S1

0 Q

S1

US $ D1 Revaluasi


(59)

Sumber : Manurung Mandala 2004, uang, perbankan, dan ekonomi moneter (kajian konsektual Indonesia), Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, halaman 76.

2.2.9.3. Sistem Kurs Mengambang

Karakteristik dalam system kurs mengambang yaitu berfluktuasi dengan bebab sebagai reaksi perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Sistem kurs mengambang tercipta pada tahun 1973. Sistem kurs ini merupakan system kurs yang paling sederhana dan sesuai dengan modal persaingan kompetiti, dimana terdapat campur tangan pemerintah untuk mendukung kurs sehingga kurs bebas beraksi terhadap perubahan kondisi pasar dan juga faktor-faktor yang mendasari permintaan dan penawaran valuta asing. Implikasinya adalah bahwa system kurs mengambang akan lebih berfluktuasi dari pada system kurs tetap. (Suparmoko,2000:370)

Bila pertumbuhan permintaan lebih cepat dari pertumbuhan penawarannya maka mata uang tersebut akan semakin mahal (mengalami apresiasi). Bila nilai tukarnya melemah atau mengalami depresiasi, maka artinya pertumbuhan permintaan lebih lambat dari pertumbuhan penawaran. Secara sederhana dapat ditunjukkan dalam kurva sebagai berikut :


(60)

Gambar 4 : Penentuan Nilai Tukar Pada Kurs Mengembang

1us$=Rp

Depresiasi

0 Q1 Q2 US $

S1 1us$=Rp

S2

D2 D1

Apresiasi

0 Q1 Q2 US $

S1

D1 D2 S2

     

(a) (b)

Nilai Rupiah Menguat Nilai Rupiah melemah Sumber : Manurung Mandala 2004, uang, perbankan, dan ekonomi

moneter (kajian konsektual Indonesia), Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, halaman 74.

2.2.9.4. Sistem Kurs Mengambang Terkendali

Sistem kurs mengambang terkendali (managed floating Sistem) adalah sebuah system dimana penguasaan moneter campur tangan dalam pasar mata uang asing untuk memerlukan fluktuasi jangka pendek atau tanpa mempengaruhi arah jangka panjang dalam nilai tukar. (Manurung,2004 :74)


(61)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nilai mata uang antara mata uang satu dengan mata uang lainnya atau negara lain : (Manurung,2004:75-76)

1. Tingkat Inflasi

Inflasi adalah suatu dimana keadaan senantiasi terjadi peningkatan harga-harga secara umum, atau suatu keadaan dimana senantiasa terjadi penurunan nilai mata uang, karena semakin meningkatnya jumlah uang beredar di masyarakat.

2. Tingkat Bunga

Apabila tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dari tingkat bunga luar negeri akan mengakibatkan aktiva dalam negeri lebih menarik bagi penanam modal dari dalam maupun luar negeri, sehingga akan menyebabkan terjadinya pemasukan modal yang cenderung menimbulkan apresiasi dalam nilai tukar mata uang dalam negeri.

3. Tingkat Pendapatan

Bila pendapatan riil masyarakat dalam negeri meningkat, maka permintaan akan barang-barang impor akan meningkat, yang berarti peningkatkan permintaan valuta asing, hal ini akan mengakibatkan nilai tukar mata uang asing mengalami peningkatan, dan mata uang dalam negeri akan mengalami depresiasi.

4. Faktor Spekulasi

Spekulasi adalah kegiatan membeli atau menjual mata uang asing dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penurunan atau peningkatan dalam nilai mata uang dalam negeri.


(62)

2.2.9.5. Sistem Kurs Yang Berubah-ubah

Didalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan transaksi pembayaran keluar negeri (impor). Permintaan valuta asing di tentukan dari transaksi debit dalam neraca Pembayaran internasional, Sedangkan penawaran valuta asing berasal dari eksportir, yakni berasal dari transaksi kredit neraca pembayaran internasional, suatu mata uang dikatakan kuat apabila transaksi autonomus debet (surplus neraca pembayaran) sebaliknya di katakan lemah apabila neraca pembayarannya mengalami defisit.

2.2.9.6. Sistem Kurs yang Stabil

Sistem kurs bebas sering menimbulkan adanya tindakan spekulasi sebagai akibat ketidaktentuan di dalam kurs valuta asing, oleh karena itu

1. Aktif :pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilitas kurs. 2. Pasif: suatu negara yang menggunakan sistem standartemas.

2.2.9.7. Perubahan-Perubahan Kurs Valuta asing

Apabila kurs valuta asing sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme pasar maka kurs tersebut akan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap perubahan dalam kurs pertukaran. (Salvator,2004:74)


(63)

Perubahan ini mempengaruhi permintaan. Apabila penduduk suatu negara semakin lebih menyukai barang-barang dari suatu negara lain, maka permintaan ke atas mata uang negara lain tersebut bertambah. Maka perubahan seperti itu mempengaruhi kecenderungan untuk menaikkan nilai mata uang negara lain teersebut.

2. Perubahan harga dari barang-barang ekspor

Apabila barang-barang ekspor mengalami perubahan maka perubahan ini akan mempengaruhi permintaan ke atas barang ekspor itu. Perubahan ini akan mempengaruhi kurs valuta asing. Kenaikkan harga barang-barang ekspor akan mengurangi permintaan ke atas barang tersebut di luar negeri. Maka kenaikkan tersebut akan mengurangi penawaran mata uang asing. 3. Kenaikkan harga-harga umum (inflasi)

Berlakunya keadaan demikian di suatu negara dapat menurunkan nilai mata uangnya. Disatu pihak kenaikkan harga-harga itu akan menyebabkan penduduk negara itu semakin banyak mengimpor dari negara lain. Oleh karenanya permintaan atas valuta asing bertambah mahal dan ini akan mengurangi permintaannya dan selanjutnya akan menurunkan penawaran valuta asing.


(64)

Disamping dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran ke atas baran g-barang yang diperdagangkan diantara berbagai negara, kurs valuta asing dipengaruhi pula oleh aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat mempengaruhi jumlah serta aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat pendapatan investasi yang lebih menarik akan mendorong pemasukan modal ke negara tersebut.

2.2.9.8. Permintaan dan Penawaran Valuta Asing a. Permintaan Valuta Asing

Permintaan valuta asing merupakan keinginan dari penduduk suatu negara untuk memperoleh suatu jenis mata uang asing. Permintaan tersebut memberikan gambaran tentang besarnya jumlah suatu valuta asing tertentu yang ingin diperoleh penduduk suatu negara. Dengan tujuan digunakan untuk membayar atau membiayai pembelian barang – barang dari luar negeri dan asset – asset di luar negeri. Keinginan penduduk yang bertambah besar untuk memperoleh barang dari suatu negara akan menurunkan permintaan valuta asing. (Sukirno, 2000 : 292).

b. Penawaran Valuta Asing

Merupakan keinginan dari penduduk suatu negara untuk membeli mata uang asing atau negara lain. Keinginan tersebut menunjukkan banyaknya (jumlah) mata uang suatu negara yang akan digunakan untuk membeli produk –


(65)

produk atau barang negara lain dan ditawarkan kepada penduduk negara lain. Maka semakin mahal harga mata uang suatu negara, makin banyak penawarannya. Sebaliknya apabila harga mata uang suatu negara murah, penawarannya akan semakin sedikit. (Sukirno, 2001 : 359).

2.2.9.9. Fungsi Pasar Valuta Asing

Pasar valuta asing mempunyai beberapa fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu lintas pembayaran internasional yaitu :

a) Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain.

b) Karena sering dapat transaksi internasional yang tidak perlu segera diselesaikan pembayaran dan penyerahan barangnya, maka pasar valuta asing memberikan kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian/kontrak jual beli dengan kredit.

c) Memungkinkan dilakukannya hedging. Hedging dilakukan apabila pada saat yang sama melakukan transaksi jual beli valuta asing di pasar yang berbeda, untuk menghilangkan/mengurangi resiko kerugian akibat perubahan kurs. (Nopirin, 1999 : 234).


(66)

2.3. Kerangka Pikir

Gambar 5 : Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Masyarakat Pada Bank Syariah Di Indonesia

Analisis Beberapa

Tingkat  Suku Bunga  Konvensional 

(X1) 

Nisbah Bagi Hasil  (X2) 

Jumlah Kantor Bank  (X3) 

Daya Saing Produk Bank  Syariah 

Keuntungan Nasabah

Transaksi masyarakat di  bank syariah 

Nilai Mata Uang Rupiah

(Y) 

Penghimpunan Dana Bank  Syariah 

(X4)   Kurs Valuta asing 


(67)

Sumber : Peneliti

Tingkat Suku Bunga Konvensional, yaitu besar kecilnya tingkat suku bunga sebuah bank akan berpengaruh pada tingkat suku bunga simpanan bank konvensional yang akan mempengaruhi minat masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank syariah yang tidak menganut sistem bunga. Semakin rendah tingkat suku bunga bank konvensional, maka akan meningkatkan minat masyarakat dalam memilih dan menggunakan produk yang ada dibank syariah.(Siswanto,2002 :106-111)

Nisbah bagi hasil, merupakan keuntungan yang didapat oleh nasabah sebagai bentuk konpensasi atas dana yang dikelolah oleh bank. Keuntungan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati. Apabila nisbah bagi hasil di bank syariah meningkat, maka minat nasabah untuk menabung juga meningkat. Hal ini disebabkan karena keinginan masyarakat untuk memperoleh keuntungan dari bagi hasil tersebut, sehingga menyebabkan dana yang dihimpun dibank syariah juga meningkat (Muhammad, 2002:106)

Jumlah kantor bank syariah, merupakan penjumlahan dari kantor bank syariah yang ada di Indonesia. Makin banyaknya jumlah kantor bank maka kesempatan masyarakat untuk menabung semakin banyak dan meningkat. Dengan adanya kondisi yang seperti ini maka akan semakin membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhannya di bidang perbankan. Dalam hal ini adalah menabung dan menyimpan dananya pada lembaga perbankan, tanpa


(68)

adanya alasan yang disebabkan lokasi bank yang jauh dari tempat tinggal, sehingga mereka malas dan enggan untuk menabung uangnya di bank karena tidak memiliki waktu luang. (Latumaerissa, 1999 : 150)

Kurs valuta asing dalam periode tertentu dapat saja tetap nilainya, tetapi pada umumnya kurs mata uang sering mengalami fluktuasi bahkan ada kalanya mengalami gejolak yang besar. Nilai tukar USS terhadap rupiah mempunyai hubungan yang berbanding lurus yaitu searah, apabila kurs valas turun terhadap nilai tukar rupiah maka mengakibatkan nilai mata uang rupiah yang dihimpun oleh bank syariah akan meningkat. (Aprilia,2006:46)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian, yang,merupakan factor penunjang dalam penelitian ini, maka dapat diambil suatu dugaan atau pendapat sementara yang perlu diuji kembali kebenarannya yaitu : 1. Diduga ada pengaruh dari tingkat suku bunga (X1), nisbah bagi hasil (X2),

Valuta Asing (X4), baik secara simultan maupun parsial terhadap penghimpunan dana masyarakat bank syariah di Indonesia

2. Diduga variabel Jumlah kantor Bank Syariah (X3) paling dominan terhadap penghimpunan dana masyarakat pada Bank Syariah di Indonesia.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Tingkat Suku Bunga Deposito (X1), Nisbah Bagi Hasil Mudharabah (X2), Jumlah Kantor Bank Syariah (X3) dan Kurs Valas (X4) terhadap variabel terikatnya Penghimpunan Dana Bank Syariah (Y) yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah.

2. Pengujian secara parsial atau individu Tingkat Suku Bunga Deposito (X1) terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah (Y) tidak berpengaruh secara nyata dan negatif terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah (Y). Hal ini disebabkan karena masyarakat lebih mengerti investasi apa yang lebih bagus dan tidak selalu melakukan satu investasi saja yakni menabung di bank tetapi sekarang banyak pilihan untuk berinvestasi seperti melakukan investasi di bursa saham dimana pada tahun penelitian ini bursa sangat bagus dan mengalami bull market dan melakukan investasi dengan membeli perhiasan atau emas ini juga merupakan alternative lain untuk


(2)

92

dari pada menabung dibank hal ini disebabkan karena dengan adanya berinvestasi dengan cara membeli perhiasan atau lainnya yang berhubungan dangan investasi maka masyarakat lebih mudah untuk mendapatkan keuntungan daripada menabung dengan bunga yang sedikit. 3. Pengujian secara parsial atau individu Nisbah Bagi Hasil Mudharabah

(X2) terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah (Y) tidak berpengaruh secara nyata negatif terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah (Y). Hal ini disebabkan masyarakat masih belum banyak memahami tentang Nisbah Bagi Hasil sehingga masih banyak masyarakat yang menabung di bank konvensional dari pada Bank Syariah termasuk Nisbah Bagi Hasil sehingga masyarakat lebih banyak melakukan transaksi di Bank Konvensional dengan melakukan menabung atau melakukan transaksi lainnya. Dan sebagian masyarakat belum memahami Nisbah Bagi Hasil dikarenakan masyarakat lebih banyak mengatahui tentang bank Konvensional dari produk produk yang telah digunakan oleh Bank Konvensional maka Penghimpunan Bank Syariah didalam Nisbah Bagi Hasil mengalami penurunan dan tidak signifikan.

4. Pengujian secara parsial atau individu Jumlah Kantor Bank Syariah (X3) terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah (Y) tidak berpengaruh secara nyata negatif terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah (Y). Hal ini disebabakan karena semakin banyak jumlah dari kantor bank syariah yang ada maka akan memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi atau berhubungan dengan pihak bank yang dengan sendirinya akan


(3)

memudahkan kesempatan masyarakat untuk mengajukan pembiayaan serta dengan mekin banyaknya jumlah kantor bank maka akan semakin membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhannya di bidang perbankan

5. Pengujian secara parsial atau individu Kurs Valas (X4) terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah (Y) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Penghimpunan Dana Bank Syariah (Y). Hal ini disebabkan karena naik turunnya kurs tidak dipandang oleh masyarakat tetapi yang diinginkan masyarakat saat ini bagaimana menyimpan uangnya yang aman dan lokasi yang dekat sehingga masyarakat dapat bertransaksi lebih mudah dan efesien Maka masyarakat lebih banyak untuk melakukan menabung dari pada melakukan penukaran mata uang yang dengan naik turunnya Kurs Valuta Asing. Dengan hal ini maka Kurs Valuta Asing mengalami penurunan atau tidak signifikan.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Untuk para peneliti lebih lanjut maka peneliti yang akan datang dapat meneliti tentang karakter dan motivasi terhadap bank syariah.

2. Didalam pelaksana kegiatan perbankan syariah maka sangat fanatik terhadap bank konvensional.

3. Pemerintah membuat kebijakaan perbankan didalam menarik minat untuk menabung di bank.


(4)

94

4. Pemerintah dan Bank Indonesia selaku otoritas moneter dapat memberikan kebijakan yang tepat untuk mengatasi pertumbuhan tingkat Kurs Valas supaya daya beli dan minat menabung masyarakat semakin tinggi atau banyak.


(5)

Institute, Jakarta.

___________, 2001. Bank Syariah Dari Teori Praktek, Penerbit Tazkia Institute, Jakarta.

___________. 2003. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, Penerbit Tazkia Institute, Jakarta.

Boediono, 2001. Pengamtar Ilmu Ekonomi Makro, Penerbit BPFE UGM,

Yogyakarta.

___________, 2001. Ekonomi Moneter,Edisi Ketiga, Cetakan Kesebelas, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Fabozzi, 1997. Pasar dan Lembaga Keuangan, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.

Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar (Edisi Bahasa Indonesia), Penerjemah Sumarno Zain, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hariyanto, 1997. Bank dan Kebijaksanaan Moneter, Penerbit Primkop UPN “Veteran”, Jawa Timur.

___________, 1999. Bank Dan Lembaga Lainnya. Penerbit Primkop UPN “Veteran”, Jawa Timur.

Kasmir, 2004. Pemasaran Bank, Edisi Pertama, Penerbit Prenada Media, Jakarta Manurung, Mandala. 2004, Uang Perbankan dan Ekonomi Moneter, (Kajian

Konseptual Indonesia), Penerbit FE UI, Jakarta.

Muhammad, 2002. Kebijakan Moneter dan Fiskal Dalam Ekonomi Islam, Penerbit UPPP, AMP, YKPN, Yogyakarta.

Nopirin. 1999, Ekonomi Moneter Buku 11, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

___________,2000. Ekonomi Moneter Edisi Pertama, Cetakan

Kesepuluh,Buku Kedua,Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Sudarsono, Heri. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Penerbit Ekonesia, Yogyakarta


(6)

Sukirno, Sadono. 2000. Mikro Ekonomi,Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

___________, 2002, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Edisi Kedua,Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sumitro, Warkum, S.H.,M.H.,2004.Asas-Asas Perbankan Islam, Penerbit PT. Grafindo Persada,Jakarta.

Suparmoko, M. 2000. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Keenam, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.