PENDAHULUAN Analisis Perbandingan Pemasaran Ikan Melalui Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Dengan Sistempemasaran Tradisional (Studi Kasus : Desa Pantai Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Perikanan termasuk salah satu sub sistem pertanian. Perikanan dalam waktu yang relatif singkat telah mampu memperlihatkan identitasnya. Identitas perikanan memberikan sumbangan yang subtansial dalam pembangunan ekonomi kita. Sebagai sub sistem dari pertanian secara keseluruhan, perikanan mempunyai peran yang cukup penting dalam usaha pemenuhan kebutuhan gizi dan protein. Selain itu, sektor perikanan juga merupakan sektor yang mampu memberikan peluang kerja bagi masyarakat dan berperan dalam pengembangan wilayah. Sub sistem perikanan dapat dikembangkan di perairan darat dan laut. Sub sistem perikanan tidak turut dalam menyaingi kegiatan tanaman dalam alokasi penggunaan lahan yang semakin terbatas. Kekuatan potensial dan keunggulan komparatif yang dimiliki perikanan Indonesia antara lain sumber daya kewilayahan yang ada, baik untuk perikanan tangkap maupun untuk perikanan budidaya. Indonesia sebagai negara kepulauan yang panjang garis pantainya sekitar 81.000 km, memiliki sumberdaya air payau dan sumber daya laut yang tidak sedikit. Belum lagi sumberdaya budidaya air tawar dan sumberdaya perairan umumnya. Wilayah lautan Indonesia merupakan wilayah yang paling luas dibandingkan dengan daratannya. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 7.1 juta km2, merupakan potensi laut. Sumberdaya yang paling banyak dipergunakan oleh rakyat Indonesia adalah sumberdaya hayati terutama ikan. Potensi lestari perikanan adalah 6,6 juta ton tahun, tetapi baru dimanfaatkan sekitar 30 www.dkp.go.id. 2 Dengan luas laut yang mencapai ± 7.1 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang di dunia sebesar 81.000 km dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508 pulau. Laut Indonesia ini memiliki potensi ikan yang diperkirakan terdapat sebanyak 6.6 juta ton per tahun yang dapat dikelola secara lestari dengan rincian sebanyak 4.4 juta ton dapat ditangkap di perairan Indonesia dan 1.86 juta ton dapat diperoleh dari perairan Zona Ekonomi Eksklusif ZEE. Pemanfaatan potensi perikanan laut Indonesia ini walaupun telah mengalami berbagai peningkatan pada beberapa aspek, namun secara signifikan belum dapat memberi kekuatan dan peran yang lebih kuat terhadap pertumbuhan perekonomian dan peningkatan pendapatan masyarakat nelayan Indonesia. Data menunjukkan dari laut seluas 7.1 juta km 2 dengan potensi lestari lebih kurang 6,6 juta ton tahun tingkat pemanfaatan potensi perikanan laut tersebut baru mencapai 62 dari hasil tangkapan maksimum yang berkelanjutan Maximum Sustainable Yield. Pada tahun 2003 pemerintah telah meningkatkan volume tangkapan ikan laut sampai dengan 80 dari hasil tangkapan maksimum yang berkelanjutan, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan produktivitas penangkapan ikan laut serta menjaga kelestarian sumberdaya ikan di laut www.dkp.go.id. Ada berbagai kesenjangan yang terlihat dalam pembangunan perikanan di Indonesia baik secara nasional maupun secara lokal administratif pengelolaan. Berbagai prasarana yang dibangun oleh pemerintah, seperti pembangunan pelabuhan perikanan dan tempat-tempat pendaratan ikan yang tersebar di berbagai wilayah belum memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan yang diharapkan, berbagai model pengaturan dan kebijakan yang diambil belum dapat menyentuh secara baik 3 terhadap permasalahan mendasar yang ada. Hal tersebut diakibatkan pendekatan yang digunakan selama ini masih merupakan pendekatan top-down. Banyaknya instansi terkait yang terlibat dalam berbagai permasalahan, juga merupakan salah satu wujud tidak baiknya pengelolaan perikanan Indonesia. Paradigma ini belum dapat dituntaskan dengan baik, hingga munculnya kekuatan reformasi yang menggaung sejak tahun 1999 sampai dengan dibentuknya sektor perikanan sebagai salah satu Departemen pada Kabinet Persatuan Nasional yang sebelumnya hanya merupakan salah satu sub-ordinat dari Departemen Pertanian. Untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan laut secara optimal dan lestari masih terdapat banyak kendala yang dihadapi, terutama menyangkut permodalan dan sistem perbankan yang belum kondusif bagi investasi usaha penangkapan ikan di laut, sistem perizinan yang kurang efisien dan cenderung mempersulit, sistem charter kapal asing yang cenderung merupakan lahan bagi pencurian ikan di laut, penangkapan ikan dengan menggunakan cara yang merusak sumberdaya dan habitatnya, pelayanan di pelabuhan perikanan yang dapat mengakibatkan biaya ekonomi tinggi, tidak terpadunya rencana tata ruang di wilayah laut dan kurang tegasnya penegakan hukum dan peraturan di laut serta penyalahgunaan perizinan dan pengawasan kapal-kapal asing www.dkp.go.id. Dalam pembangunan perikanan masa depan, orientasi kerakyatan terutama di masa tuntutan reformasi harus menjadi tumpuan dalam mencapai target. Untuk ke arah itu, maka kegiatan perikanan rakyat seharusnya mendapatkan perhatian khusus. Pemberdayaan perikanan rakyat nelayan melalui dukungan kelembagaan dan permodalan merupakan solusi strategis untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi. 4 Masalah pemasaran merupakan bagian yang sangat penting bagi usaha penangkapan ikan, berkaitan dengan sifat ikan itu sendiri yang mudah mengalami proses pembusukan perishable food. Untuk menjaga tingkat kesegaran ikan yang dihasilkan oleh nelayan agar sampai pada tingkat konsumen dengan kualitas mutu yang baik, maka prinsip-prinsip dasar penanganan ikan dengan mata rantai dingin cold chain mutlak diperlukan dengan dukungan prasarana yang memadai kepada nelayan . Dalam penjualan hasil tangkapan sering terjadi perbedaan harga pada tingkat nelayan dengan harga pada tingkat konsumen. Perbedaan ini kadang- kadang sangat besar dimana harga tingkat nelayan lebih rendah, sedangkan harga ikan di tingkat konsumen lebih tinggi atau mahal. Biaya dari tangan produsen ke tangan konsumen disebut sebagai biaya pemasaran. Biaya pemasaran yang besar disebabkan antara lain oleh panjangnya rantai pemasaran atau banyak pedagang perantara yang terlibat di dalamnya. Produk ikan, merupakan komoditi yang bersifat mudah cepat busuk sehingga resiko yang dihadapi dipikul oleh para pelaku tataniaga besar. Biaya ini pada umumnya dibebankan ke dalam biaya tataniaga. Pada saat ini desa Pantai Percut merupakan tempat pendaratan ikan yang masih aktif di pantai timur Propinsi Sumatera Utara dan sangat strategis tempatnya berkenaan dengan banyaknya makanan ikan yang dekat dengan daerah- daerah penangkapan. Maka Dirjen Perikanan memutuskan untuk memusatkan kegiatan tangkahan yang ada dengan menyediakan semua fasilitas umum dari suatu tempat pelelangan ikan TPI. Pelabuhan ikan perikanan Percut ini bertujuan untuk mengamankan keluar masuknya kapal- kapal penangkap ikan yang mendarat di Percut, memperlancar proses bongkar muat dan memungkinkan semua ikan yang 5 didaratkan dijual melalui pusat pelelangan umum tempat pelelangan ikan TPI. Adanya fasilitas dermaga pendaratan dan pelayanan yang baru, juga gedung lelang akan memungkinkan lagi pendaratan ikan- ikan yang telah meningkat untuk dilelang dalam waktu yang singkat, dengan demikian membantu dalam meningkatkan mutu ikan dan harganya dapat lebih baik. Dengan adanya TPI ini sudah tentu akan membantu nelayan di Percut khususnya daerah penelitian dalam memasarkan ikannya dengan cepat dan harga yang layak sehingga keadaan ini diharapkan memberi dampak positif bagi nelayan. Pada kenyataannya nelayan di desa Pantai Percut tidak dapat menentukan harga ikan. Nelayan hanya menerima harga price taker yang ditentukan oleh pedagang pengumpul ataupun tengkulak dan Koperasi Unit Desa KUD. Hal ini disebabkan adanya keterikatan antara nelayan dengan pedagang maupun kepada Koperasi Unit Desa KUD dalam hal pinjaman modal. Pada masa paceklik nelayan meminjam uang kepada pedagang ataupun Koperasi unit desa KUD sehingga nelayan menerima saja harga yang ditentukan oleh pedagang atau Koperasi Unit Desa KUD pada saat panen untuk melunasi hutangnya. Rendahnya harga ikan di tingkat nelayan ini akan mengakibatkan pendapatan yang diterima oleh nelayan menjadi rendah. Agar nelayan dapat memperoleh pendapatan yang lebih baik dari usaha penangkapan ikan maka harga di tingkat nelayan harus sesuai dengan biaya produksi atau dapat menutupi biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh nelayan. Biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh nelayan meliputi biaya untuk tenaga kerja, biaya operasional, biaya pemasaran, dan lain- lain. 6 Untuk memperbaiki sistem pemasaran di daerah desa Pantai Percut dapat dilakukan dengan memperbaiki struktur pasar. Sistem pemasaran yang memiliki perantara yang terlalu banyak dapat dipersingkat dengan melibatkan Koperasi Unit Desa KUD. Nelayan dapat menjual ikan langsung ke Koperasi Unit Desa KUD atau melalui Tempat Pelelangan Ikan TPI dengan sistem lelang dan dari sini barang dijual langsung ke pedagang- pedagang di desa Pantai Percut, pedagang- pedagang besar di kota Medan, baik pedagang antar kota maupun pedagang antar pulau propinsi.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sehubungan dengan topik yang akan diteliti, yaitu : 1. Bagaimana saluran pemasaran hasil tangkapan ikan melalui tempat pelelangan ikan dan tangkahan di daerah penelitian? 2. Bagaimana fungsi pemasaran yang dilakukan pada setiap saluran pemasaran melalui tempat pelelangan ikan dan tangkahan di daerah penelitian? 3. Bagaimana perbedaan biaya tataniaga dan margin tataniaga pada setiap saluran pemasaran ikan melalui tempat pelelangan ikan dan tangkahan di daerah penelitian? 4. Bagaimana perbedaan tingkat efisiensi pemasaran setiap saluran pemasaran ikan melalui tempat pelelangan ikan dan tangkahan di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk mengetahui : 7 1. Jenis saluran pemasaran hasil tangkapan ikan melaui tempat pelelangan ikan dan tangkahan di daerah penelitian 2. Fungsi pemasaran yang dilakukan pada setiap saluran pemasaran melalui tempat pelelangan ikan dan tangkahan di daerah penelitian 3. Perbedaan biaya tataniaga dan margin tataniaga pada setiap saluran pemasaran melalui tempat pelelangan ikan dan tangkahan di daerah penelitian 4. Perbedaan tingkat efisiensi pemasaran setiap saluran pemasaran ikan melalui tempat pelelangan ikan dan tangkahan di daerah penelitian

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi nelayan perikanan laut dan pedagang untuk perbaikan sistem pemasaran di masa mendatang 2. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan dalam kaitannya dengan perbaikan dan peningkatan proses pemasaran hasil tangkapan ikan laut. 3. Sebagai bahan studi referensi bagi pihak- pihak yang membutuhkan.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI