Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara , 2008.
USU Repository © 2009
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kentang Solanum tuberosum L mempunyai sistematika sebagai berikut :
Kingdom : Plantae Tumbuh-tumbuhan
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Species : Solanum tuberosum L Soelarso, 2001 : 12
Solanum atau kentang merupakan tanaman setahun, bentuk sesungguhnya menyemak atau bersifat menjalar. Batangnya berbentuk segi empat, panjangnya
bisa mencapai 50-120 cm dan tidak berkayu tidak keras bila dipijat. Batang dan daun berwarna hijau kemerah-merahan atau keungu-unguan.
Setiadi dan Nurulhuda, 2000 : 12 Tanaman kentang yang berasal dari umbi tidak terdapat akar utama tetapi
hanya akar halus atau akar serabut saja yang panjangnya dapat mencapai 60 cm. Dalam tanah, akar-akar banyak terdapat pada kedalaman 20 cm.
Soelarso, 2001 : 12
Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara , 2008.
USU Repository © 2009
Bunganya berwarna kuning keputihan atau ungu, tumbuh diketiak daun teratas dan berjenis kelamin dua. Benang sarinya berwarna kekuning-kuningan
dan melingkari tangkai putik. Setiadi dan Nurulhuda, 2000 : 12 Buah kentang berwarna hijau tua sampai keunguan, berbentuk bulat,
bergaris tengah ± 2,5 cm dan berongga dua. Buah kentang mengandung 500 bakal biji dan yang dapat berkembang menjadi biji hanyalah berkisar antara 10-300 biji.
Buah kentang dapat dipanen kira-kira 6-8 minggu setelah penyerbukan. Soelarso, 2001 : 16
Sesuai dengan pembawaan dan sifat aslinya, tempat yang disenangi tanaman kentang mula-mula yang berhawa dingin. Pada perkembangan
selanjutnya, kentang disebarluaskan ke daerah lain dan ternyata bisa tumbuh dan beradaptasi di daerah-daerah beriklim sedang sub tropis.
Setiadi dan
Proses pengomposan adalah suatu proses mikrobiologi. Bahan organik dirombak oleh aktifitas mikroorganisme sehingga dihasilkan energi dan unsur
Nurulhuda, 2000 : 19 Ketinggian tempat yang paling ideal untuk membudidayakan kentang bibit
adalah 1.400 m dpl. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan kentang adalah 17,7 – 23,7
C suhu siang dan 6,1 – 12,2 C suhu malam.
Hartus, 2001 : 23 Kompos adalah pupuk organik yang bahan dasarnya dari pelapukan bahan
tanaman atau limbah organik. Banyak sekali bahan dasar yang bisa digunakan seperti jerami, sekam, rumput-rumputan, sampah kota atau limbah pabrik.
Musnamar, 2003 : 24
Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara , 2008.
USU Repository © 2009
karbon sebagai pembangun sel sel tumbuh. Sumber energi diperoleh dari unsur N pada bahan organik mentah. Musnamar, 2003 : 23
Didalam pengomposan, akan terjadi perubahan yang dilakukan oleh mikroorganisme, yaitu berupa penguraian selulose, hemiselulose, lemak lilin serta
lainnya menjadi karbondioksida CO
2
dan air, pengikatan unsur hara oleh mikroorganisme yang akan dilepaskan kembali bila mikroorganisme mati, serta
pembebasan unsur hara senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang akan tersedia bagi tanaman. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, maka bobot
dan isi bahan dasar kompos akan menjadi sangat berkurang 40 – 60 , tergantung bahan dasar kompos dan proses pengomposan. Sebagian besar
senyawa CO
2
akan hilang ke udara. Musnamar, 2003 : 23
Proses pembuatan kompos dapat dilakukan secara konvensional atau modern. Secara konvensional, kompos yang dihasilkan berupa kompos siap pakai.
Sementara secara modern, kompos yang dihasilkan untuk dikomersialkan atau dijual. Biasanya skala pembuatannya sudah tergolong skala industri karena
menggunakan peralatan atau mesin modern. Musnamar, 2003 : 27 Bahan organik yang dapat dikomposkan tersebar disekeliling kita, baik
yang terdapat disekitar rumah limbah dapur dan rumah tangga, kotoran ternak kotoran ayam, kambing, domba, sapi dan lain-lain, maupun yang terdapat
disekitar lahan usahatani sisa tanaman, gulma, alang-alang, daun dan batang pisang, kulit coklat, tanaman penutup tanah, ranting-ranting dan daun pepohonan.
Siagian, 2006 : 2 Teknik pembuatan kompos dapat dilakukan dengan menyiapkan bahan
dan alat. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah kapur pertanian
Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara , 2008.
USU Repository © 2009
calcite, dolomite, pupuk Urea, TSP, tanah humus dan jasad renik tambahan EM4. Alat yang digunakan adalah papan cetakan, plastik hitam, batang bambu
atau bahan lain, cangkul, golok dan bahan utama untuk naungan. Persiapan yang dilakukan adalah :
• Gemburkan dan ratakan permukaan tanah
• Pada tanah yang telah diratakan tambahkan campuran kapur tanah humus,
siram secukupnya dan tutup dengan plastik hitam ± 1 minggu •
Cincang dan layukan sisa tanaman dan sisa pakan ternak •
Campurkan kotoran ternak, kapur dan pupuk Urea dan TSP, siram secukupnya, tutup dengan plastik ± 1 minggu
• Buat papan cetakan
Adapun tahap-tahap dalam pembuatan kompos adalah sebagai berikut : •
Letakkan papan cetakan diatas tanah yang telah disiapkan dengan membuka dahulu tutup plastiknya
• Masukkan campuran kotoran ternak, kapur dan pupuk secukupnya hingga
merata dipermukaan tanah setinggi 3-5 cm kedalam cetakan yang telah disiapkan
• Masukkan sisa pakan ternak dan sisa tanaman kedalam cetakan setinggi 25 cm
dan injak-injak hingga merata •
Tambahkan daun-daun segar sekulen yang mudah melapuk setinggi 3-5 cm •
Masukkan kembali campuran kotoran ternak, kapur dan pupuk setinggi 3-5 cm •
Siram dengan air secukupnya untuk membuat kelembaban yang menunjang pertumbuhan bakteri pengurai
• Tancapkan empat batang bambu pada tempat yang proporsional
Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara , 2008.
USU Repository © 2009
• Semua bahan yang telah dimasukkan membuat lapisan-lapisan setinggi 30-35
cm dan disebut lapisan pertama. •
Lapisan pertama dengan terlebih dahulu mengangkat alat cetakan tepat diatas lapisan pertama. Untuk mempermudah pembuatan kompos cukup dibuat 4-5
lapisan saja •
Setelah 4-5 lapisan, batang bambu dicabut kembali sehingga terbentuk lubang pada tumpukan kompos dimana lubang tersebut berfungsi bagi pengaturan
sirkulasi udara •
Tumpukan kompos yang baru ditutup rapat dengan plastik hitam ± 7 hari atau sampai suhu tumpukan kompos meningkat ± 65
C •
Setelah itu plastik dibuka dan tumpukan kompos disiram air secukupnya untuk menciptakan suhu dan kelembaban yang diperlukan bakteri pengurai
• Tumpukan kompos diberi naungan agar tidak kena siraman hujan langsung
• Setiap 14 hari tumpukan kompos dibalik kesebelah sisi kosong dengan tetap
menggunakan alat cetakan. Hal tersebut sangat diperlukan untuk mempercepat proses penguraian
• Dalam setiap pembalikan dilakukan penyiraman air secukupnya
• Dalam waktu 7-8 minggu kompos tersebut telah menjadi matang, yang
ditandai dengan warna menjadi gelap hitam, bahan-bahan telah menjadi hancur tidak bisa dikenali secara utuh dan tidak berbau
Siagian, 2006 : 3 Kompos juga mempunyai peranan penting, antara lain :
a. Kompos yang ditambahkan kedalam tanah akan melepaskan sejumlah unsur
hara makanan dalam jumlah yang cukup, jenis yang lengkap dan dilepaskan
Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara , 2008.
USU Repository © 2009
secara perlahan sedikit demi sedikit, sehingga mampu diserap oleh tanaman yang diusahakan. Disamping itu, kompos melepaskan asam-asam organic
asam humic dan fulvic yang dapat menetralisir unsur beracun dalam tanah dan merangsang pertumbuhan tanaman.
b. Kompos akan memperbaiki sifat fisik tanah sehingga menjadi gembur mudah
diolah dan mudah ditembus akar tanaman, bersifat porous mempunyai sirkulasi udara yang baik, dan mampu menahan air lebih lama sehingga tanah
menjadi lembab. c.
Kompos akan memperbaiki sifat biologi tanah sehingga dalam tanah berkembang organisme mikro, meso dan makro yang selanjutnya membantu
memperbaiki kesuburan tanah. d.
Resultante dari perbaikan tersebut, penambahan kompos kedalam tanah akan meningkatkan produksi tanaman yang diusahakan baik secara kuantitas
maupun kualitas, sehingga usahatani yang dilakukan menjadi menguntungkan. e.
Pemberian kompos yang disertai dengan pemupukan akan meningkatkan nilai guna pupuk yang diberikan.
Siagian, 2006 : 2 Sejalan dengan perkembangan teknologi di bidang pertanian, para petani
pun semakin tanggap terhadap hal-hal baru. Pemakaian kompos pada tanaman kentang disertai dengan pemakaian pupuk kimia yang seimbang dapat
meningkatkan produksi kentang dengan kualitas produksi yang baik. Dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, jika petani hanya menggunakan pupuk
kimia saja maka produksi kentang berkurang sampai 40 dan jika petani hanya menggunakan kompos saja maka produksi berkurang sampai 50 . Oleh sebab itu
Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara , 2008.
USU Repository © 2009
pemakaian pupuk kimia dan kompos yang seimbang dapat memberi pengaruh yang baik pada produksi kentang baik secara kuantitas maupun secara kualitas.
Landasan Teori Sikap
Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap
mental yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-
orang, objek-objek, dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan. Winardi, 2004 :
Sikap adalah gambaran perilaku kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu
objek. Sikap ini harus dibaca dengan sangat hati-hati, sebab gambaran yang terwujud tersebut dapat saja direkayasa sedemikian rupa yang pada gilirannya
akan membutakan kita dari keadaan yang sesungguhnya. Suit dan
Dalam melahirkan sikap tersebut, dapat dilakukan dalam bentuk ungkapan pemikiran atau tanggapan melalui pembicaraan lisan atau dalam bentuk tulisan,
yang wujudnya dapat dilahirkan dalam dua kondisi, yaitu sikap dualisme Almasdi, 2006 : 5
Sikap dapat bersifat positif atau negatif. Sikap positif mempunyai kecenderungan untuk mendekati, menyenangi dan mengharapkan objek tertentu.
Sikap negatif mempunyai kecenderungan untuk menjauhi, menghindari dan tidak menyukai objek tertentu. Perwujudan sikap positif maupun negatif dipengaruhi
oleh sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat. Irmawati, 2000 : 10-11
Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara , 2008.
USU Repository © 2009
mendua. Artinya, lain yang terkandung dalam pikiran atau nurani, lain pula yang dilahirkan; ada yang dipendam saja dalan hati dan ada pula yang dilahirkan sesuai
dengan apa yang ada dalam pikiran. Misalnya, pertama, sikap yang menyatakan setuju atau tidak setuju dengan mengemukakan berbagai pertimbangan atau bisa
juga sikap yang menunjukkan antipati tanpa alasan yang jelas. Kedua, dapat dilakukan dalam bentuk sikap fisik : seperti sikap duduk, cara berbicara, berjalan
dan sebagainya. Suit dan Almasdi, 2006 : 5 Jadi, pengertian sikap ini dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu sikap
dalam bentuk fisik dan sikap dalam bentuk nonfisik. Sikap dalam bentuk fisik adalah tingkah laku yang terlahir dalam bentuk gerakan dan perbuatan fisik. Sikap
dalam bentuk non fisik, yang sering juga disebut mentalitas, merupakan gambaran keadaan kepribadian seseorang yang tersimpan dan mengendalikan setiap
tindakannya; tidak dapat dilihat serta sulit dibaca. Suit dan Almasdi, 2006 : 5 Nilai dan mentalitas dalam banyak hal ditentukan oleh sesuai atau tidak
sesuainya perbuatan seseorang itu dengan pengetahuan dan keyakinannya. Bila perbuatan atau sikap orang tersebut sesuai dengan pengetahuan dan keyakinannya,
mentalitasnya dinilai baik terpuji karena orang itu telah bersikap sungguh- sungguh dan seadanya. Akan tetapi, tidak semua perbuatan yang dilakukan orang
yang bermental baik itu betul, bisa saja karena kurang pengetahuan, apa yang telah dilakukannya itu berada dipihak yang salah. Jadi, dalam hal ini yang dinilai
bukan hasil dari perbuatan itu, tetapi perbuatan itu sendiri. Perbuatan yang tidak disengaja tidak tergolong perbuatan yang menjatuhkan nilai sikap mental, tetapi
dapat mengurangi kualitas sumber daya. Suit dan Almasdi, 2006 : 5
Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara , 2008.
USU Repository © 2009
Sikap seseorang dapat mengalami perubahan, baik karena proses interaksi dengan lingkungan maupun melalui proses pendidikan. Perubahan sikap dapat
terjadi secara sebangun congruent change dan dapat pula terjadi secara tidak sebangun incongruent change. Perubahan yang sebangun adalah perubahan
dalam intensitas saja. Misalnya, seseorang yang tadinya bersikap “sangat setuju” menjadi “setuju”. Adapun perubahan yang tidak sebangun adalah perubahan yang
bersifat perpindahan arah. Misalnya, yang tadinya bersikap “sangat setuju” beralih menjadi “tidak setuju” atau “sangat tidak setuju”, dan kebalikannya.
Indrawijaya, 2000 : 43-44 Kecenderungan individu untuk bereaksi terhadap suatu objek mendekati
dan menjauhi disebut sikap. Sikap seseorang akan dipengeruhi oleh tingkat pendidikan dan terbawa dalam perbuatannya melalui faktor pembawa sejak lahir
karena pendapat dan keyakinan bisa ditanamkan dalam pendidikan, misalnya dalam keluarga atau dalam masyarakat dimana individu hidup atau tinggal,
sehingga melalui pendidikan, baik formal maupun nonformal sikap seseorang akan dapat terbentuk. Azwar, 2002 : 15
Sikap merupakan organisasi dari unsur-unsur kognitif, emosional dan momen-momen dan kemauan, yang khusus dipengaruhi oleh pengalaman
pengalaman masa lalu sehingga sifatnya sangat dinamis dan memberikan pengaruh pada setiap tingkah laku buruhkaryawan atau pegawai. Sikap juga
dipengaruhi oleh sukses atau kegagalan pengalaman masa lalu. Seperti seseorang didalam perusahaan dahulu mengalami kegagalan, ini akan mengubah sikapnya
pada perusahaan yang sekarang, dimana akan mengubah sikap menjadi tingkah laku yang habitual terhadap situasi. Kartono, 2002 : 297-298
Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara , 2008.
USU Repository © 2009
Orang-orang yang lanjut usia dan orang-orang yang beranjak dewasa dapat berubah sikapnya karena mereka lebih terbuka. Seseorang akan memiliki sikap
yang positif terhadap suatu objek pada saat seseorang percaya bahwa objek tersebut berhubungan dengan tujuan yang positif. Walaupun sikap seringkali
bertahan terhadap perubahan, tetapi sikap dapat dipengaruhi secara tidak langsung melalui pengalaman, pendidikan dan pelatihan yang merubah keyakinan yang
melandasi perilaku tersebut. Kreitner dan
Faktor Sosial Ekonomi
Kinicki, 2003 : 182
Masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang dinamis dan aktif berpartisipasi dalam membangun diri mereka. Tidak menggantungkan hidupnya
kepada belas kasihan orang lain. Mereka memiliki pola pikir kosmopolitan memiliki wawasan berpikir yang kuat, cepat mengadopsi inovasi, toleransi tinggi
dan menghindari konflik sosial. Hal ini dapat berwujud berkat aktualisasi pendidikan yang membekali mereka dengan perilaku behavior yang baik dan
handal pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Tampubolon, 2002 : 15 Para petani yang berusia lanjut, berumur lima puluh tahun keatas, biasanya
fanatic terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian pengetian yang dapat merubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Petani ini bersikap apatis
terhadap teknologi baru. Soekartawi, 2002 : 14 Petani yang sudah lebih lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan
teknologi daripada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil
keputusan. Satia, 2000 : 10
Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara , 2008.
USU Repository © 2009
Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka akan lebih mengenal dan lebih mengetahui tentang berbagai media yang ada. Mereka akan
menyadari bahwa dengan adanya media yang akan memudahkan mereka dalam memperluas wawasan dan pengalamannya. Jadi rendahnya pendidikan
mempengaruhi perkembangan desa yang mengakibatkan sulitnya penerimaan teknologi baru serta tidak adanya pembaharuan yang dilakukan bagi usaha-usaha
untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Simbolon, 2003 : 40 Untuk memperoleh hasil yang diharapkan, maka petani harus mampu
memanajemen faktor-faktor produksi tersebut secara efisien. Faktor produksi yang dimaksud adalah tanah, modal, tenaga kerja dan sarana produksi. Permasalahan
yang dihadapi petani adalah kemampuan petani dalam menguasai suatu teknologi baru.
Tujuan dari suatu penerapan teknologi dalam usahatani adalah untuk mencapai produktifitas pertanian yang lebih tinggi. Hasil yang diperoleh akan
berbentuk uang yang akan diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi atau diperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan. Penerimaan usahatani atau
pendapatannya akan mendorong petani dapat mengalokasikan kebutuhan seperti biaya produksi periode selanjutnya, tabungan dan pengeluaran lainnya untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
Kerangka Pemikiran
Petani adalah individu yang melakukan suatu kegiatan usahataninya. Usahatani yang dimaksud yaitu berupa usaha yang dilakukan oleh petani pada
sebidang tanah yang dikuasainya sebagai tempat petani mengelola input produksi yang tersedia dengan segala pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan yang
Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara , 2008.
USU Repository © 2009
dimiliki petani untuk memperoleh hasil atau produksi. Petani didalam melakukan usahataninya menggunakan berbagai cara untuk meningkatkan produksi
usahataninya. Serangkaian kegiatan usahatani ini dikerjakan mulai dari persiapan lahan pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemberian
pupuk, pemberantasan hama dan penyakit dan masa panen. Petani berharap dengan mengerjakan usaha tersebut, maka akan meningkatkan pendapatan
keluarga. Petani sebagai individu dalam menjalani kehidupan sehari-hari pada
usahataninya selalu dihadapkan dengan berbagai rangsangan atau stimulus yang berasal dari lingkungan sosial.
Karakteristik sosial ekonomi petani seperti tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan, lama bertani, frekuensi mengikuti penyuluhan, harga pupuk kimia,
total pendapatan dapat mempengaruhi sikap petani terhadap berbagai masalah yang dihadapi petani. Tanggapan terhadap rangsangan dapat berupa sikap yang
ditunjukkan melalui perilaku petani untuk memecahkan masalah tersebut. Karakteristik sosial ekonomi tersebut juga dapat mempengaruhi pola pikir, sikap
dan tindakan merespon masalah khususnya terhadap teknologi pembuatan kompos.
Didalam mengelola usahataninya, terdapat dua kelompok petani didaerah penelitian yaitu petani yang menggunakan kompos disamping pemakaian pupuk
kimia dan petani yang tidak menggunakan kompos atau hanya memakai pupuk kimia saja. Hal ini akan menimbulkan perbedaan yang nyata terhadap biaya
produksi, produktivitas dan pendapatan yang diterima oleh kedua kelompok petani tersebut. Disamping itu terdapat masalah-masalah yang dihadapi petani
Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara , 2008.
USU Repository © 2009
dalam pembuatan kompos tersebut sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Sikap merupakan hasil sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Mengukur bagaimana sikap petani maka
perlu dilakukan upaya upaya pendekatan terhadap masing masing pihak karena sikap merupakan suatu hal yang tertutup dimana sikap dapat ditunjukkan dirinya
melalui perilaku, walaupun tidak selamanya menunjukkan sikap yang ada dalam dirinya.
Tanggapan dari hal tersebut menghasilkan dua kelompok yaitu sikap positif dan sikap negatif. Sikap positif menyatakan kesetujuannya terhadap
keberadaan teknologi pembuatan kompos dan sikap negatif menyatakan ketidaksetujuannya terhadap keberadaan teknologi pembuatan kompos. Hal ini
dapat diterangkan dalam skema kerangka pemikiran.
Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara , 2008.
USU Repository © 2009
Skema Kerangka Pemikiran
PETANI
USAHATANI
PRODUKSI
Faktor sosial petani : UPAYA 1.
Umur petani 2.
Tingkat pendidikan 3.
Tingkat kosmopolitan MASALAH 4.
Pengalaman bertani Faktor ekonomi petani :
1. Luas lahan
2. Total pendapatan
3. Jumlah tanggungan
Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara , 2008.
USU Repository © 2009
Hipotesis Penelitian
1. Terdapat perkembangan jumlah atau persentase petani kentang yang telah
menggunakan kompos selama tiga tahun terakhir di daerah penelitian. 2.
Sikap petani kentang terhadap teknologi pembuatan kompos di daerah penelitian adalah positif.
3. Terdapat hubungan karakteristik sosial dengan sikap petani kentang terhadap
teknologi pembuatan kompos. Karakteristik sosial antara lain :
a. Terdapat hubungan tingkat pendidikan petani kentang dengan sikap
terhadap teknologi pembuatan kompos. b.
Terdapat hubungan tingkat kosmopolitan petani kentang dengan sikap terhadap teknologi pembuatan kompos.
c. Terdapat hubungan lamanya bertani petani kentang dengan sikap terhadap
teknologi pembuatan kompos. d.
Terdapat hubungan frekuensi mengikuti penyuluhan petani kentang dengan sikap terhadap teknologi pembuatan kompos.
Karakteristik ekonomi antara lain : a.
Terdapat hubungan harga pupuk kimia dengan sikap petani kentang terhadap teknologi pembuatan kompos.
Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara , 2008.
USU Repository © 2009
b. Terdapat hubungan total pendapatan dengan sikap petani kentang terhadap
teknologi pembuatan kompos. 4.
Terdapat perbedaan biaya produksi, produktivitas dan pendapatan antara petani kentang yang menggunakan kompos dan yang tidak menggunakan
kompos. a
Terdapat perbedaan biaya produksi antara petani kentang yang menggunakan kompos dan yang tidak menggunakan kompos
b Terdapat perbedaan produktivitas antara petani kentang yang
menggunakan kompos dan yang tidak menggunakan kompos c
Terdapat perbedaan pendapatan antara petani kentang yang menggunakan kompos dan yang tidak menggunakan kompos
5. Terdapat masalah masalah dalam pembuatan kompos yang dihadapi petani
kentang di daerah penelitian. 6.
Terdapat upaya upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah pembuatan kompos yang dihadapi petani kentang di daerah penelitian.
Irene S. : Sikap Petani Kentang Terhadap Teknologi Pembuatan Kompos Studi Kasus : Desa Silando, Kec. Muara, Kab. Tapanuli Utara , 2008.
USU Repository © 2009
BAB III METODOLOGI PENELITIAN