tentang stimulasi; 34,4 berpengetahuan sedang dan 64,3 berpengetahuan rendah tentang stimulasi.
10
Perkembangan perekonomian dan meningkatnya taraf pendidikan serta ketrampilan wanita Indonesia semakin membuka lapangan kerja untuk wanita dan
semakin banyak ibu yang bekerja di luar rumah.
4
Selain itu, adanya krisis ekonomi di negara kita mengharuskan sebagian besar kaum ibu untuk ikut bekerja mencari
nafkah sehingga akses ke pendidikan anak berkurang. Dari Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas 1999 diperoleh bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja 49,2
adalah wanita, dengan rincian 85,8 di sektor formal dan 14,2 di sektor informal.
11
Hal tersebut dikhawatirkan akan berakibat kurang menguntungkan pada pengasuhan anak karena disamping kurangnya akses ke pendidikan juga
tercurahnya sebagian besar waktu para ibu bekerja di sektor ekonomi. 1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut diatas dirumuskan permasalahan sebagai berikut : apakah ibu bekerja berhubungan dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku tentang stimulasi pada pengasuhan anak balitanya, apakah ada perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang stimulasi antara ibu
bekerja dan tidak bekerja.
- Pengetahuan - Sikap
- Perilaku Imunisasi
1.3. Kerangka konsep
Ibu bekerja Ibu tidak
Ibu balita -Pendidikan
-Usia
Variabel Bebas Variabel Terikat Gbr.1. Kerangka konsep penelitian pengetahuan, sikap dan perilaku ibu
bekerja dan tidak bekerja tentang stimulasi
1.4. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku tentang stimulasi
pada pengasuhan anak balita pada ibu bekerja b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku tentang stimulasi
pada pengasuhan anak balita pada ibu tidak bekerja c. Untuk membandingkan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku tentang
stimulasi pada pengasuhan anak balita pada ibu bekerja dan tidak bekerja d. Menilai apakah karakteristik pada ibu usia , tingkat pendidikan, jumlah anak,
jumlah balita berhubungan dengan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang stimulasi pada pengasuhan anak balitanya
1.5. Hipotesis Hipotesis nol penelitian ini adalah:
a. Tidak ada perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu bekerja tentang stimulasi pada pengasuhan anak balita dibanding dengan ibu tidak bekerja
b. Tidak ada hubungan antara usia ibu, tingkat pendidikan, jumlah anak dan jumlah balita dengan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang stimulasi
pada pengasuhan anak balitanya
©2003 Digitized by USU digital library 2
1.6. Manfaat Penelitian
a. Dapat digunakan sebagai bahandata dasar untuk penyuluhan agar dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang stimulasi pada
perkembangan anak balitanya b.
Memacu petugas kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang manfaat stimulasi pada pengasuhan anak balita
c. Dapat dipergunakan untuk penelitian selanjutnya. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan
2.1.1. Perilaku dan Elemen–Elemen Pokoknya
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap dan tindakan. Dengan kata lain perilaku merupakan responreaksi seorang individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.
Respon ini berbentuk dua macam, yakni : bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh
orang lain, misalnya berpikir, berpendapat, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan, oleh sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung covert behavior
; bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata, maka
disebut overt behavior.
12-14
Sesuai dengan batasan ini perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya
yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.
14
2.1.2..Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku. Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti:
keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, berpikir, sikap, motivasi, reaksi dan sebagainya.
14
Apabila kita telusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan yang tercermin dibidang tindakan atau perilaku manusia tersebut, maka terdapat bermacam–macam faktor
lain. Faktor tersebut antara lain adalah pengalaman, keyakinan, sarana–sarana fisik, sosial budaya masyarakat, dan sebagainya.
14
Muzaham
13
mengatakan bahwa dalam teori Lawrence Green kesehatan individumasyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan
faktor–faktor diluar perilaku non perilaku. Selanjutnya faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor: faktor–faktor predisposisi presdiposing
factors mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan tradisi, norma sosial, dan bentuk lainnya yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat.
Faktor pendukung enabling factors ialah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya. Sedangkan faktor pendorong
reinforcing factors adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan. Dalam teori Lawrence Green juga dikatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan
penting dalam mengubah dan menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat
terhadap program tersebut dan terhadap kesehatan pada umumnya.
13,14
©2003 Digitized by USU digital library 3
Sarwono
12
juga menyebutkan teori lain yang berkaitan dengan teori Lawrence Green, yaitu model kepercayaan kesehatan Health Belief Model oleh
Rosenstock 1982. Dia percaya bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaan tersebut sesuai atau tidak dengan realitas atau dengan pandangan
orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut . Sangatlah penting untuk membedakan antara kebutuhan kesehatan yang obyektif ialah yang diidentifikasikan
oleh petugas kesehatan berdasarkan penilaiannya secara profesional, yaitu adanya gejala yang dapat mengganggumembahayakan kesehatan individu. Sebaliknya,
individu menentukan sendiri apakah dirinya mengandung penyakit, berdasarkan perasaan dan penilaiannya sendiri. Pendapat atau kepercayaan ini dapat sesuai
dengan realitas, namun dapat pula berbeda dengan kenyataan yang dilihat oleh orang lain. Meskipun berbeda dengan kenyataan, pendapat subyektif inilah yang
justru merupakan kunci dari dilakukannya atau dihindarinya suatu tindakan kesehatan. Artinya, individu itu baru akan melakukan suatu tindakan untuk
pencegahan penyakit jika dia benar –benar merasa terancam oleh penyakit tersebut . Jika tidak, maka dia tidak akan melakukan tindakan apa-apa.
2.1.3. Domain Perilaku Kesehatan Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas. Notoatmodjo
14
mengatakan bahwa Bloom 1908 membaginya menjadi ranah kognitif cognitive domain, ranah afektif affective domain dan ranah
psikomotor psychomotor domain. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk
kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari:
14
a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan knowledge
b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan. attitude
c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan practice.
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulasi yang
berupa materi atau obyek di luarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subyek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni obyek yang telah diketahui
dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan action terhadap atau sehubungan dengan stimulasi atau obyek
tadi. Namum demikian, di dalam kenyataan stimulasi yang diterima subyek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya seorang dapat bertindak atau perilaku baru
tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulasi yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan practice seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap.
14
a. Pengetahuan Knowledge Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi pada panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.
14
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behavior. Karena itu dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Notoatmodjo
14
mengatakan bahwa Rogers 1974 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
©2003 Digitized by USU digital library 4
baru berperilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Kesadaran Awareness, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus obyek.
b. Merasa tertarik Interest terhadap stimulus atau obyek tersebut, disini sikap subyek sudah mulai terbentuk.
c. Menimbang-nimbang Evaluation terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Uji coba Trial dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adopsi Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya disimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap – tahap tersebut diatas.
14
b. Sikap Attitude Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau obyek. Dari berbagai batasan tentang sikap dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.
Notoatmodjo
14
mengatakan bahwa Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.
14
Notoatmodjo
14
menjelaskan bahwa Allport 1954 mengatakan sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :
a. Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu obyek b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek
c. Kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini bersama–sama membentuk sikap yang utuh total
attitude. Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorrang ibu telah mendengar
penyakit polio penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya. Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha supaya anaknya
tidak terkena polio. Dalam berfikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat akan mengimunisasikan anaknya untuk mencegah
anaknya terkena polio.
14
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : 1. Menerima
Receiving Subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek
2. Merespon Responding Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan. Terlepas jawaban dan pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut .
3. Menghargai Valuing
Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu masalah. 4. Bertanggung jawab Responsible
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan tingkat sikap yang paling penting.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan –
©2003 Digitized by USU digital library 5
pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.
14
c. Praktek atau Tindakan Practice. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior.
Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlakukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Sikap ibu
yang sudah positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut dapat
mengimunisasikan anaknya.
14
Tingkat–tingkat Praktek.
14
1. Persepsi Perception Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil 2. Respon Terpimpin Guided Respons
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh. 3. Mekanisme Mechanism
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau suatu ide sudah merupakan suatu kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga. 4. Adaptasi Adaptation
Merupakan praktek yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya
tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan
yang lalu recall. Pengukuran langsung dengan observasi tindakan atau kegiatan responden.
14
2.2.Peranan Ibu Dalam beberapa dekade terakhir ini, banyak penelitian yang sudah dan
sedang dilakukan mengenai peranan hubungan ibu dengan anak pada usia dini dalam proses perkembangan emosional anak. Hasil penelitian itu membuktikan
bahwa hubungan ibu-anak yang terjalin dalam suatu “ikatan ibu-anak” yang baik, merupakan salah satu prasyarat penting agar perkembangan sosial emosional anak
dapat berlangsung dengan baik.
15
Di kebanyakan masyarakat, ibu umumnya mengambil peranan utama dalam pengasuhan anak. Karena ketersediaan dan responsivitas ibu yang konsisten itu,
dapatlah dimengerti bahwa kebanyakan anak akan membentuk ikatan primer dengan ibunya.
16
Atmodiwirjo
2
mengatakan bahwa Ainsworth 1978 melaporkan bahwa bayi- bayi yang ibunya sensitif dan responsif terhadap kebutuhan-kebutuhannya selama
setahun pertama kehidupannya, akan mampu membentuk ikatan ibu-anak yang kuat.
Mulai pada usia kurang 6-8 bulan, bayi mulai memperlihatkan respon yang khas bila ia dipisahkan dari ibunya. Ia mulai melengket pada ibunya dalam keadaan
yang stressful, antara lain bila ia merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan, atau bila ia didekati oleh orang lain yang belum dikenal. Pada usia 6-8 bulan anak-
anak dapat membedakan ibu dan ayah mereka dari orang lain.
15
Kebanyakan ahli tumbuh kembang anak sependapat dengan Napoleon yang mengatakan bahwa : “Pada opini saya masa depan yang baik atau perilaku buruk
seorang anak sepenuhnya bergantung pada ibunya.” Kemampuan ibu untuk
©2003 Digitized by USU digital library 6
mengadakan interaksi optimal dengan bayi dipengaruhi oleh faktor-faktor ibu dan lingkungan yang mempengaruhinya. Faktor lingkungan secara langsung juga dapat
mempengaruhi tumbuh kembang bayi. Faktor-faktor ibu yang berpengaruh antara lain : kedewasaan usia, pendidikan dan kepribadian serta sikap ibu.
16
Hoffman
17
mengatakan bahwa pentingnya interaksi antara seseorang dengan berbagai sistem dalam lingkungan dikemukakan oleh Bronfenbrenner yang
berpandangan bahwa dunia anak berada dalam empat lapisan sistem, yaitu mikrosistem, mesosistem, eksositem dan makrosistem.
Ibu adalah tokoh sentral ekosistem mikro yang membesarkan anak, ekosistem mini adalah keluarga tempat anak dibesarkan, sedangkan ekosistem
meso merupakan jembatan antara ekosistem mini dengan ekosistem yang lebih luas, yaitu ekosistem makro.
2,7
Seorang ibu mempunyai peranan yang sangat besar dalam memberikan kebutuhan dasar pada anak untuk tumbuh kembang .
2,7,8
Antara anak dan lingkunganekosistem harus terjadi interaksi terus menerus bahkan bila perlu transaksi. Asuh dan asih menyebabkan konstitusi anakfungsi
organ-organ tubuh, terutama otak, menjadi baik dengan demikian anak dapat “mencerna” asah stimulasi mental yang disediakan. Dengan demikian berjalanlah
proses perkembangan secara optimal.
2,8
2.3. Stimulasi Mental Dini Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena
pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Oleh karena itu pada periode kritis ini diperlukan
rangsanganstimulasi yang berguna agar potensinya berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian.
2,7,8
Sularyo
18
menjelaskan bahwa Bloom dalam penyelidikan longitudinal mengenai kecerdasan berpendapat kira-kira 50 variabilitas kecerdasan orang
dewasa sudah ada pada usia 4 tahun, 30 berikutnya pada usia 8 tahun dan 20 sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dikatakannya bahwa 4 tahun
pertama adalah kurun waktu dimana seorang anak sangat peka terhadap kaya miskinnya lingkungan akan stimulasi; selama kurun waktu tersebut pada umumnya
perbedaan kecerdasan pada anak dengan lingkungan yang kaya akan stimulasi dengan anak yang berada dalam lingkungan yang miskin stimulasi adalah kira-kira
10 unit Inteligensia Quotient IQ, selanjutnya 6 unit pada usia 4-8 tahun.
Yang dimaksud stimulasi disini adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak. Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi verbal,
visual, auditif, taktil dan lain-lain dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang penting pada awal
perkembangan anak, misalnya dengan mengajaknya bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain dan lain-lain.
2
Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan- kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.
19
Dari percobaan binatang dan manusia memberikan bukti yang sangat kuat tentang pengaruh pengalaman pada tahun-tahun awal pada perkembangan otak dan
kecakapan, kemampuan meniru, tingkah laku, dan kesehatan di kemudian hari.
20
Bukti biologis mendukung hipotesis bahwa perkembangan otak pada masa kanak- kanak awal merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan, pengetahuan,
emosional dan tingkah laku seluruh siklus hidupnya.
20,21
Dari hasil penelitian biologis memberikan bukti yang menarik tentang hubungan antara perkembangan otak dan pengalaman-pengalaman di awal masa
kanak-kanak. Hubungan ini ditunjukkan melalui berbagai penelitian yang saling
©2003 Digitized by USU digital library 7
berkaitan dari jalur otakhormon, jalur syaraf seperti korteks visual, dan tahap- tahap perkembangan otak manusia:
20
a. Jalur otakhormon brainhormonel pathway Rangsangan sensoris ekternal atau internal ke otak, melalui sistem
hipotalamus-pituitari-kelenjar adrenal HPA, meningkatkan produksi kortikosteroids sterol dan mengaktifkan sistem saraf otonom. Kadar sterol dan durasinya dalam
darah mempengaruhi seluruh sistem tubuh dan organ, termasuk otak. Otak mengatur kadar sterol dalam darah melalui sistem umpan balik yang melibatkan
hipotalamus. Pengaturan pengeluaran corticotropin-releasing hormone CRH dari hipotalamus tidak hanya mempengaruhi jalur HPA, tapi juga hipokampus dan juga
jalur lain dalam sistem limbik.
Stimulasi jalur CRH-HPA dapat terjadi melalui minimal 3 rute : melalui faktor endogen dari sirkulasi seperti yang berhubungan dengan penyakit, melalui stimulasi
langsung dari sistem indera visceral contoh nyeri dan tekanan darah, dan melalui perangsangan hipotalamus melalui sistem indera ekternal otak contoh penglihatan,
sentuhan, suara dan penciuman. Hipokampus merupakan stuktur yang penting karena keterlibatannya dengan sistem limbik hipotalamik pituitari adrenal LHPA
dan korteks prefrontal. Hipokampus mempengaruhi memori, pengetahuan dan tingkah laku. Kadar sterol yang tinggi dalam jangka panjang dapat menyebabkan
hilangnya neuron-neuron di hipokampus, dan berpengaruh pada memori dan tingkah laku. Penelitian pada binatang menunjukkan bahwa pengalaman awal stimulasi
mempengaruhi perkembangan jalur-jalur otak dan mempengaruhi respon jalur-jalur ini terhadap stimulasi internal dan eksternal di kemudian hari.
b. Jalur saraf sensory pathway
20
Jalur otak lain yang dipengaruhi oleh kondisi pada awal kehidupan adalah penyambungan dan pembentukan daerah korteks yang menghubungkan ke sistem
indera seperti penglihatan, sentuhan, suara dan penciuman. Neuron-neuron pada bagian korteks otak yang berbeda yang membedakan respon pada sinyal yang
diterima pada awal kehidupan mempengaruhi seberapa baik individu ini mengenal dunia sekitarnya dan respon yang masuk dari organ indera.
c. Tahap-tahap perkembangan stages of development
20
Penelitian noninvasif pada perkembangan otak manusia akhir-akhir ini menunjukkan bahwa beberapa struktur berkembang lebih awal daripada lainnya dan
bahwa perkembangan otak paling aktif pada awal kehidupan. Pada dekade kedua, aktivitas ini akan mengalami penurunan sampai kurang lebih nilainya sama dengan
pada kehidupan dewasa. Beberapa perkembangan yang terjadi pada saat awal adalah jalur indera seperti penglihatan, suara, sentuhan, jalur CRH-HPA, sementara
itu jalur yang berkembang kemudian adalah pengenalan huruf dan matematika, yang tampaknya dipengaruhi oleh dasar-dasar sebelumnya.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di P.T. Indofood Sukses Makmur, Tanjung Morawa- Medan, antara 10 Oktober 2002 sampai 4 November 2002.
©2003 Digitized by USU digital library 8
3.2. Desain Dan Sampel Penelitian