Pengaruh Komposisi Udara Ruang Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Terung Belanda Selama Penyimpanan

(1)

SELAMA PENYIMPANAN

SKRIPSI

Oleh:

RAHMI RANGKUTI

060305010/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(2)

SELAMA PENYIMPANAN

SKRIPSI

Oleh:

RAHMI RANGKUTI

060305010/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(3)

NIM : 060305010

Departemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si Ir. Lasma Nora Limbong Ketua Anggota

Mengetahui,

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Ketua Departemen


(4)

RAHMI RANGKUTI, dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 17 April 1987 dari Bapak Ibrahim Rangkuti dan Ibu Zubaidah Nasution. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMAN 4 Padangsidimpuan dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB. Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif menjadi pengurus IMTHP (Ikatan Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian). Penulis juga aktif menjadi pengurus ATM (Agricultural Tecnology Moeslem). Penulis merupakan asisten di Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan mulai tahun 2007-2010.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik Biodiesel PT. Pamina Adolina dari tanggal 22 Juni sampai 22 Juli 2009.


(5)

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Komposisi Udara Ruang Penyimpanan Terhadap Mutu

Buah Terung Belanda Selama Penyimpanan”, yang merupakan salah satu

syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menghanturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada

Ibu Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Lasma Nora Limbong selaku anggota komisi pembimbing yang telah

membimbing dan memberi masukan berharga kepada penulis dari penetapan judul, melakukan penelitian, sampai pada tahap skripsi.

Penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada abang-abang dan kakak saya Ir. Ismerdi Rangkuti, Rahmat Syah Rangkuti, SP, Muhammad Jamal, AMd, Nurhafni Rangkuti, AMd dan Meyarlis, SE yang

telah memberikan doa, kasih sayang, nasehat, semangat kepada penulis.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Departemen Teknologi Pertanian, serta semua teman-teman stambuk 06 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan


(6)

kita semua.

Medan, Agustus 2010


(7)

Buah Terung Belanda Selama Penyimpanan, dibimbing oleh ELISA JULIANTI dan LASMA NORA LIMBONG.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pangaruh komposisi udara ruang penyimpanan dan lama penyimpanan dalam mempertahankan mutu buah terung belanda.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap yang terdiri atas dua faktor yaitu lama penyimpanan L1= 3 hari, L2= 6 hari, L3= 9 hari

dan L4= 12 hari, dan komposisi udara dengan konsentrasi G1 = 3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2, G2 = 3 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2, G3 = 3 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2, G4 = 4 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2, G5 = 4 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2, G6 = 4 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2, G7 = u n (21% O2 dan 0.003% CO2). Parameter yang diamati meliputi susut bobot, kadar air, kadar vitamin C, total padatan terlarut, total asam, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma, uji organoleptik tekstur, kekerasan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap susut bobot, kadar air, kadar vitamin C, total padatan terlarut, total asam, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma, uji organoleptik tekstur dan kekerasan. Komposisi udara memberikan pengaruh sangat nyata terhadap susut bobot, kadar air, total padatan terlarut, total asam dan kekerasan dan berbeda tidak nyata terhadap kadar vitamin C, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma dan uji organoleptik tekstur. Interaksi perlakuan berpengaruh nyata hanya terhadap susut bobot. Komposisi udara dengan G1(3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2) dapat mempertahankan mutu buah terung belanda selama penyimpanan 6 hari.

Kata kunci : Terung Belanda, Komposisi Udara, Lama Penyimpanan.

ABSTRACT

RAHMI RANGKUTI: The Effect of Air Composition in Storage Room on the Quality of

Tamarillo Fruit during Storage, supervised by ELISA JULIANTI and

LASMA NORA LIMBONG.

The aim this research was to find the effect of air composition in storage room and storage time in maintaining the quality of tamarillo. The research had been performed using completely randomized design with two factors i.e the length of storage L1= 3 days, L2= 6 days, L3= 9 days and L4= 12 days, and air composition with concentrations G1 = 3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2, G2 = 3 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2, G3 = 3 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2, G4 = 4 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2, G5 = 4 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2, G6 = 4 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2, G7 = n air (21% O2 dan 0.003% CO2). Parameters analysed were weight lost, water content, vitamin C content, total soluble solids, acid content, organoleptic values of color, smell, texture and hardness.

The result showed that storage time had highly significant effect on weight lost, water content, vitamin C content, total soluble solids, acid content, organoleptic values of color, smell, texture and hardness. The air composition had highly significant effect on weight lost, water content, total souble solid, acid content and hardness. But had no significant effect on vitamin C content, organoleptic values of color, smell and texture. The interaction of the air composition and storage time had significant effect only on

weight lost. Composition with concentration G1(3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2) gave the

best quality of tamarillo fruit up to 6 days of storage.


(8)

Hal

ABSTRAK... i

ABSTRACT... i

RIWAYAT HIDUP... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... . 1

Tujuan Penelitian ... . 3

Kegunaan Penelitian ... . 3

Hipotesis Penelitian ... . 3

TINJAUAN PUSTAKA Terung Belanda ... . 4

Pengaruh Oksigen pada Kerusakan Buah... . 8

Pengaruh CO2 terhadap Mutu Buah ... . 8

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respirasi ... . 9

Penyimpanan dengan Modifikasi Armosfir ... 10

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

Bahan Penelitian ... 14

Reagensia ... 14

Alat Penelitian ... 14

Metode Penelitian ... 15

Model Rancangan ... 16

Pelaksanaan Penelitian ... 16

Pengamatan dan Pengukuran Data ... 18

Penentuan susut bobot ... 18

Penentuan kadar air ... 18

Penentuan kadar vitamin C ... 18

Penentuan total padatan terlarut ... 19

Penentuan total asam ... 19


(9)

Penentuan uji organoleptik aroma ... 21 Penentuan uji organoleptik tekstur ... 21 Kekerasan... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter

yang Diamati ... .. 23 Pengaruh Komposisi Udara terhadap Parameter

yang Diamati ... 24 Kadar Air

Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air ... 25 Pengaruh komposisi udara terhadap

kadar air ……….. 27 Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan

komposisi udara terhadap kadar air ... 29 Susut Bobot

Pengaruh lama penyimpanan terhadap susut bobot ... 29 Pengaruh komposisi udara terhadap

Susut bobot .…...31 Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan

komposisi udara terhadap susut bobot ... 33 Kadar Vitamin C

Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C .... ....35 Pengaruh komposisi udara terhadap

kadar vitamin C ... 36 Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan

komposisi udara terhadap kadar vitamin C ... ... 37

Total Padatan Terlarut

Pengaruh lama penyimpanan terhadap total padatan terlarut...37 Pengaruh komposisi udara terhadap

total padatan terlarut ... …39 Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan

komposisi udara terhadap total padatan terlarut ... 40

Total Asam

Pengaruh lama penyimpanan terhadap total asam... 41 Pengaruh komposisi udara terhadap total asam………...42 Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan

komposisi udara terhadap total asam ... ...44

Uji Organoleptik Warna

Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik

warna (numerik) ...44 Pengaruh komposisi udara terhadap uji organoleptik


(10)

Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan

komposisi udara terhadap uji organoleptik warna (numerik) . 46

Uji Organoleptik Aroma

Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik

aroma (numerik)... 47 Pengaruh komposisi udara terhadap uji organoleptik

Aroma (numerik)……….. 48 Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan

komposisi udara terhadap uji organoleptik aroma (numerik).. 48 Uji Organoleptik Tekstur

Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik

tekstur (numerik) ... 49 Pengaruh komposisi udara terhadap uji organoleptik

tekstur (numerik)……….. 50 Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan

komposisi udara terhadap uji organoleptik tekstur (numerik) 51 Kekerasan

Pengaruh lama penyimpanan terhadap kekerasan ... 51 Pengaruh komposisi udara terhadap kekerasan ... 52 Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan

komposisi udara terhadap kekerasan ... 54

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... .55 Saran ... .55 DAFTAR PUSTAKA ... .56 LAMPIRAN


(11)

No Hal

1. Kandungan gizi buah terung belanda/100 gram ... 6

2. Skala uji hedonik warna ... 20

3. Skala uji hedonik aroma ... 21

4. Skala uji hedonik tekstur ... 21

5. Pengaruh lama penyimpanan terhadap parameter buah terung belanda yang diamati ... 23

6. Pengaruh komposisi gas terhadap parameter mutu buah terung belanda yang diamati ... 24

7. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air buah terung belanda ... 25

8 Uji LSR efek utama pengaruh komposisi gas terhadap kadar air buah terung belanda ... 27

9. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap susut bobot terung belanda ... 29

10. Uji LSR efek utama pengaruh komposisi gas terhadap susut bobot terung belanda ... 31

11. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi lama penyimpanan dengan komposisi gas terhadap susut bobot buah terung belanda ... 33

12. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C buah terung belanda ... 35

13. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap total padatan terlarut buah terung belanda... 37

14. Uji LSR efek utama pengaruh komposisi gas terhadap total padatan terlarut buah terung belanda... 39

15 Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap total asam buah terung belanda ... 41


(12)

16. Uji LSR efek utama pengaruh komposisi gas

terhadap total asam buah terung belanda ... 43 17. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan

terhadap uji organoleptik warna buah terung belanda... 45 18. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan

terhadap uji organoleptik aroma buah terung belanda ... 47 19. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan

terhadap uji organoleptik tekstur buah terung belanda ... 49 20. Uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap uji kekerasan dengan teksturometer buah terung belanda ... 51 21. Uji LSR efek utama pengaruh komposisi gas terhadap uji kekerasan


(13)

No Hal 1. Skema pengaruh komposisi udara ruang penyimpanan terhadap mutu

terung belanda (Cyphomandra betacea) selama penyimpanan ... 22 2. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar air buah

terung belanda ... 26 3. Pengaruh komposisi gas terhadap kadar air buah

terung belanda ... 28 4. Pengaruh lama penyimpanan terhadap susut bobot buah

terung belanda ... 30 5. Pengaruh komposisi gas terhadap susut bobot buah terung belanda ... 32

6. Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dengan komposisi gas terhadap susut bobot buah terung belanda……… ... …34 7. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C buah

terung belanda ... 36 8. Pengaruh lama penyimpanan terhadap total padatan terlarut

buah terung belanda ... 38 9. Pengaruh komposisi gas terhadap total padatan terlarut buah

terung belanda ... 40 10. Pengaruh lama penyimpanan terhadap total asam buah

terung belanda ... 42 11. Pengaruh komposisi gas terhadap total asam buah terung belanda ... 44 12. Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik warna

buah terung belanda ... 45 13. Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik aroma

buah terung belanda ... 48 14. Pengaruh lama penyimpanan terhadap uji organoleptik tekstur

buah terung belanda ... 50 15. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kekerasan buah


(14)

16. Pengaruh komposisi gas terhadap kekerasan buah terung belanda... 54


(15)

No Hal

1. Data pengamatan analisa kadar air (%) ... 59

2. Data pengamatan analisa susut bobot (%) ... 60

3. Data pengamatan analisa kadar vitamin c (mg/100 g) ... 61

4. Data pengamatan analisa total padatan terlarut (oBrix) ... 62

5. Data pengamatan analisa total asam (%) ... 63

6. Data pengamatan analisa uji organoleptik warna (numerik) ... 64

7. Data pengamatan analisa uji organoleptik aroma (numerik) ... 65

8. Data pengamatan analisa uji organoleptik tekstur (numerik) ... 66


(16)

RAHMI RANGKUTI: Pengaruh Komposisi Udara Ruang Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Terung Belanda Selama Penyimpanan, dibimbing oleh ELISA JULIANTI dan LASMA NORA LIMBONG.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pangaruh komposisi udara ruang penyimpanan dan lama penyimpanan dalam mempertahankan mutu buah terung belanda.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap yang terdiri atas dua faktor yaitu lama penyimpanan L1= 3 hari, L2= 6 hari, L3= 9 hari

dan L4= 12 hari, dan komposisi udara dengan konsentrasi G1 = 3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2, G2 = 3 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2, G3 = 3 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2, G4 = 4 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2, G5 = 4 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2, G6 = 4 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2, G7 = u n (21% O2 dan 0.003% CO2). Parameter yang diamati meliputi susut bobot, kadar air, kadar vitamin C, total padatan terlarut, total asam, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma, uji organoleptik tekstur, kekerasan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap susut bobot, kadar air, kadar vitamin C, total padatan terlarut, total asam, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma, uji organoleptik tekstur dan kekerasan. Komposisi udara memberikan pengaruh sangat nyata terhadap susut bobot, kadar air, total padatan terlarut, total asam dan kekerasan dan berbeda tidak nyata terhadap kadar vitamin C, uji organoleptik warna, uji organoleptik aroma dan uji organoleptik tekstur. Interaksi perlakuan berpengaruh nyata hanya terhadap susut bobot. Komposisi udara dengan G1(3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2) dapat mempertahankan mutu buah terung belanda selama penyimpanan 6 hari.

Kata kunci : Terung Belanda, Komposisi Udara, Lama Penyimpanan.

ABSTRACT

RAHMI RANGKUTI: The Effect of Air Composition in Storage Room on the Quality of

Tamarillo Fruit during Storage, supervised by ELISA JULIANTI and

LASMA NORA LIMBONG.

The aim this research was to find the effect of air composition in storage room and storage time in maintaining the quality of tamarillo. The research had been performed using completely randomized design with two factors i.e the length of storage L1= 3 days, L2= 6 days, L3= 9 days and L4= 12 days, and air composition with concentrations G1 = 3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2, G2 = 3 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2, G3 = 3 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2, G4 = 4 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2, G5 = 4 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2, G6 = 4 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2, G7 = n air (21% O2 dan 0.003% CO2). Parameters analysed were weight lost, water content, vitamin C content, total soluble solids, acid content, organoleptic values of color, smell, texture and hardness.

The result showed that storage time had highly significant effect on weight lost, water content, vitamin C content, total soluble solids, acid content, organoleptic values of color, smell, texture and hardness. The air composition had highly significant effect on weight lost, water content, total souble solid, acid content and hardness. But had no significant effect on vitamin C content, organoleptic values of color, smell and texture. The interaction of the air composition and storage time had significant effect only on

weight lost. Composition with concentration G1(3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2) gave the

best quality of tamarillo fruit up to 6 days of storage.


(17)

Latar Belakang

Ditinjau dari aspek fungsionalnya ternyata buah terung belanda mempunyai khasiat yang cukup besar dan sangat unggul sebagai sumber antioksidan alami. Buah terung belanda banyak mengandung senyawa-senyawa seperti beta karoten, antosianin dan serat, disamping itu mengandung vitamin A, vitamin E, vitamin C, vitamin B6 dan kalsium. Di antara antioksidan di atas, beta karoten mempunyai peranan yang sangat penting karena paling tahan terhadap serangan radikal bebas.

Terung belanda merupakan tanaman yang sangat populer di New Zealand. Tanaman ini termasuk keluarga solanaceae yang berasal dari peru dan masuk ke negara Indonesia dikembangkan antara lain di Bali, Jawa Barat, dan Tanah Karo Sumatera Utara. Buah ini bentuknya bulat panjang kombinasi antara tomat dan jambu biji.

Buah terung belanda dapat diperoleh dari pasar lokal di daerah tropik, hampir sepanjang tahun. Dengan sifat kulitnya yang liat tahan terhadap penanganan yang kasar, hal ini merupakan suatu keuntungan besar bagi petani di dataran tinggi yang daerahnya sering sekali sulit dicapai. Jenis buah terung belanda ini tidak selamanya habis terjual terutama pada saat musim panen besar.

Dalam 2 tahun ini, buah terung belanda mulai dikembangkan pengolahannya dimana ternyata diminati oleh masyarakat baik dari daerah Medan dan sekitarnya, bahkan sudah mulai merambah ke daerah Jakarta serta ke daerah


(18)

Departemen Pertanian (2003), yaitu hanya 39 ton pada tahun 2000, meskipun pada tahun 2002 terjadi pelonjakan yang sangat signifikan yaitu menjadi 101 ton dengan tingkat pertumbuhan 123%.

Buah-buahan dikenal sebagai hasil pertanian yang mudah rusak (busuk). Walaupun data mengenai jumlah kerusakan pasca panen buah-buahan di Indonesia belum diketahui secara pasti namun dari data yang berhasil dikumpulkan diperkirakan bahwa kerusakan pasca panen mencapai 25%.

Kerusakan tersebut terutama disebabkan karena penanganan pasca panen (termasuk pengepakan dan pengangkutannya) yang kurang baik, suhu rata-rata harian dan kelembaban udara di Indonesia yang cukup tinggi, serta belum adanya sistem pengawetan yang memadai yang diterapkan untuk komoditi tersebut.

Agar buah-buahan yang diterima dari pengirim menjadi lebih tahan lama, maka penyimpanannya yang baik disertai dengan beberapa perlakuan sangat diperlukan.

Proses penyimpanan dengan udara terkendali merupakan salah satu teknologi yang paling penting dalam penyimpanan buah-buahan. Teknologi modifikasi atmosfir merupakan suatu cara penyimpanan dimana tingkat konsentrasi O2 lebih rendah dan tingkat konsentrasi CO2 lebih tinggi, bila dibandingkan dengan udara normal.

Reaksi biokimia pada hasil pertanian dapat dihambat dengan menurunkan konsentrasi oksigen dan meningkatkan konsentrasi karbondioksida selama penyimpanan. Secara umum konsentrasi oksigen udara diturunkan sampai 5% dan konsentrasi karbondioksida ditingkatkan menjadi 1 sampai 3%. Pada udara bebas, konsentrasi oksigen adalah sekitar 21% dan karbondioksida sekitar 0.003%.


(19)

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Pengaruh Komposisi Udara Ruang Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Terung Belanda Selama Penyimpanan.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh komposisi udara ruang penyimpanan terhadap mutu buah terung belanda selama penyimpanan.

Kegunaan Penelitian

Sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengaruh komposisi udara ruang penyimpanan terhadap mutu buah terung belanda selama penyimpanan. Dan sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi di Departemen Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh komposisi udara dan lama penyimpanan serta interaksi lama penyimpanan dan komposisi udara terhadap mutu buah terung belanda selama penyimpanan.


(20)

Terung Belanda

Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan pertumbuhan yang cepat dan tinggi dapat mencapai 7,5 meter. Tanaman ini mulai berproduksi pada umur 18 bulan setelah tanam hingga umur 11-12 tahun, walaupun setelah 5-6 tahun produksinya akan menurun. Pemanenan dilakukan secara bertahap karena kemasakan buah tidak bersamaan. Terung belanda bersifat non-klimakterik sehingga buah mentah yang dipanen tidak akan mengalami kematangan Verhoeven (1991). Indikator kematangan buah yang akan dipanen menurut Kader (2001) adalah terbentuknya warna merah atau kuning secara penuh, bergantung pada kultivarnya, atau berumur 21-24 minggu setelah penyerbukan.

Terung belanda bersifat non-klimakterik dengan produksi CO2 (10 -12 ml CO2/kg/jam) pada suhu 20oC, pH berkisar antara 3,17 – 3,80,

relatif humidity optimal antara 90-95 %, etilen yang dihasilkan termasuk rendah yaitu kurang dari 0,1 μL/kg/jam pada suhu 20oC dan tingkat sensitivitasnya terhadap perlakuan etilen tergolong sedang (Kader, 2001).

Terung belanda hidup di daerah pegunungan pada ketinggian 500 hingga 1000 meter di atas permukaan laut dengan suhu 20 hingga 27oC. Di dataran rendah, pohon terung belanda tidak mampu berbunga, sedangkan udara sejuk dapat mendorong pembungaan. Oleh karena itu, tanaman ini berubah matang pada musim dingin di daerah subtropik, dan jika ditanam di daerah tropik buah matang sesudah terjadi udara dingin (Sianturi, 2007).


(21)

Terung belanda ini mulai berbunga dan menghasilkan buah setelah mencapai umur 2 tahun dan baru dapat dipanen pada saat umur ± 4 bulan setelah muncul bunga. Buah yang siap dipanen ditandai dengan kulit buah berwarna merah kekuningan atau ungu dengan tekstur agak lunak bila ditekan dengan jari tangan relatif berbau harum (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).

Buah ini perlu dipanen pada saat masak optimal, artinya buah telah berwarna kuning meskipun belum penuh. Buah tersebut perlu disimpan dalam wadah dan jangan ditumpuk supaya tidak terjadi kumpulan panas di antara buahnya, karena masih terjadi proses respirasi lanjutan. Di dalam buah terdapat gula, oksigen yang terlarut dalam air. Pada saat penyimpanan gula yang ada di dalam jaringan akan diubah dengan reaksi sebagai berikut

C6H12O6 + O2 6CO2 + 6H2O + energi

Pada proses tersebut dikeluarkan gas CO2, H2O dan energi atau panas. Meskipun gula di dalam buah terung belanda tidak banyak tetapi bila buah ditumpuk akan terjadi akumulasi panas, air dan gas yang menyebabkan buah-buah tersebut masak, lunak dan bila luka maka akan cepat membusuk (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).

Penyimpanan dalam wadah yang ada aliran udaranya memungkinkan panas, gas dan air akan keluar sehingga tidak terjadi kerusakan. Bila akan diolah lebih lanjut dalam jumlah yang banyak maka perlu dilakukan teknik penyimpanan yang benar untuk mencegah kehilangan senyawa-senyawa potensial dalam buah terung belanda (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).

Senyawa-senyawa potensial ini mempunyai kandungan gizi dan vitamin yang sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia seperti antosianin, karotenoid,


(22)

vitamin A, B6, C dan E serta kaya akan zat besi, potassium dan serat. Terung belanda memiliki kandungan sodium yang rendah. Rata-rata buah terung belanda mempunyai kalori kurang dari 40 kalori (± 160 kJoule). Hasil analisis lengkap kandungan gizi buah terung belanda dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Kandungan Gizi Buah Terung Belanda/100 gram1) Kandungan Nutrisi Terong Belanda mg/100 g Vitamin A1 540 – 5600 Vitamin B1 0.03 – 0.14 Vitamin B2 0.01 – 0.05 Vitamin B6 0.01 – 0.05

Vitamin C 15 – 42

Vitamin E 2

Niacin 0.3 – 1.4

Potassium2 0.28 – 0.38

Sodium2 0

Kalsium 6 – 18

Phosphorus 22 – 65

Magnesium 16 – 25

Besi 0.3 – 0.9

Seng 0.1 – 0.2

Protein 1.4 – 2

1)

Sumber : Clinical handbook, NZ Dietetic Assoc. Inc (1995) dalam Kumalaningsih dan Suprayogi (2006) 1 dinyatakan dalam µg, 2 dinyatakan dalam g

(Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).

Dalam setiap 100 g bagian terung belanda yang dapat dimakan mengandung air 82.7-87.8 g, protein 1.59 g, lemak 0.06-1.289 g, karbohidrat 10.3 g, serat 1.4-4.29 g, abu 0.66-0.94 mg, karoten 0.371-0.603 mg, vitamin A 540 SI dan vitamin C 23.3-44.9 mg. Jika buah ini dimasak, maka sebagian besar vitamin C berkurang (Supriharti, et al., 2007).

Ditinjau dari aspek fungsionalnya ternyata buah terung belanda mempunyai khasiat yang cukup besar dan sangat unggul sebagai sumber antioksidan alami.. Buah terung belanda banyak mengandung senyawa-senyawa seperti beta karoten, antosianin dan serat, disamping itu mengandung vitamin A,


(23)

vitamin E, vitamin C, vitamin B6 dan kalsium. Di antara antioksidan di atas, beta karoten mempunyai peranan yang sangat penting karena paling tahan terhadap serangan radikal bebas (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).

Terung belanda juga sumber vitamin C, yang berfungsi sebagai antioksidan karena menjaga kesehatan sel, meningkatkan penyerapan zat besi, dan memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Bagi pria, antioksidan ini memperbaiki mutu sperma dengan cara mencegah radikal bebas merusak lapisan pembungkus sperma. Di samping sebagai antioksidan, vitamin C berfungsi menjaga dan memelihara kesehatan pembuluh kapiler, gigi dan gusi. Menurut kumalaningsih (2006), kandungan vitamin C pada terung belanda cukup untuk pencegahan penyakit (Astawan, 2008).

Mineral penting seperti potasium, fosfor dan magnesium mampu menjaga dan memelihara kesehatan. Serat yang tinggi di dalam terung belanda bermanfaat untuk mencegah kanker dan sembelit / konstipasi. Terung Belanda mengandung antosianin yang termasuk ke dalam golongan flavanoid yang merupakan salah satu jenis antioksidan. Serat yang tinggi di dalam terong belanda bermanfaat untuk mencegah kanker dan sembelit/konstipasi (Musthafa, 2009).

Terung belanda selain kaya akan air juga mengandung provitamin A yang bagus untuk kesehatan mata dan vitamin C untuk mengobati sariawan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Mineral penting seperti potasium, fosfor dan magnesium mampu menjaga dan memelihara kesehatan tubuh. Serat yang tinggi di dalam terung belanda bermanfaat untuk mencegah kanker dan sembelit (Astawan, 2008).


(24)

Pengaruh Oksigen pada Kerusakan Buah

Setiap hasil tanaman mempunyai ketahanan sendiri-sendiri terhadap oksigen, apabila oksigen dalam udara lebih dari 5% kebanyakan buah-buahan

ketahanannya kurang sehingga akan mengalami kerusakan. Beberapa buah-buahan bahkan kadar oksigen lebih rendah telah mengalami kerusakan,

seperti buah jeruk kerusakan sudah berlangsung pada kadar oksigen sekitar 3%, kerusakan buah apel sudah berlangsung pada kadar oksigen di bawah 1% (Kartasapoetra, 1994).

Menurut Pantastico (1993), konsentrasi O2 yang rendah dapat mempunyai pengaruh terhadap laju respirasi dan oksidasi subtrat menurun, pematangan tertunda dan sebagai akibatnya umur komoditi menjadi lebih panjang, perombakan klorofil tertunda, produksi C2H4 rendah, laju pembentukan asam askorbat berkurang, perbandingan asam-asam lemak tak jenuh berubah, laju degradasi senyawa pektin tidak secepat seperti dalam udara normal.

Kerusakan akan terjadi pada hasil pertanian selama penyimpanan apabila terdapat oksigen, terutama apabila proses anaerobik masih berjalan. Pada umumnya kerusakan tersebut merupakan perubahan bau dan rasa. Tiap-tiap hasil pertanian mempunyai ketahanan sendiri-sendiri terhadap oksigen. Kebanyakan buah-buahan akan rusak apabila oksigen dalam udara lebih dari 5%, sedangkan buah jeruk sudah rusak pada kadar oksigen 3% dan apel rusak pada kadar oksigen di bawah 1% (Hadiwiyoto dan Soehardi, 1981).

Pengaruh CO2 Terhadap Mutu Buah

Bila kandungan CO2 dalam atmosfer simpanan bertambah, jumlah CO2 yang terlarut dalam sel atau tergabung dengan beberapa zat penyusun sel pun


(25)

meningkat. Kandungan CO2 dalam sel yang tinggi mengarah ke perubahan-perubahan fisiologi berikut: (a) penurunan reaksi-reaksi sintesis

pematangan (misalnya protein, zat warna), (b) penghambatan beberapa kegiatan enzimatik (misalnya suksinodehidrogenase, sitokrom oksidase), (c) penurunan produksi zat-zat atsiri, gangguan metabolisme asam organik, terutama

penimbunan asam suksinat, (e) kelembaban pemecahan zat-zat pektin, (f) penghambatan sintesis klorofil dan penghilangan warna hijau, terutama setelah

pemanenan dini, dan (g) perubahan perbandingan berbagai gula (misalnya rasa buah kastanye menjadi lebih manis sesudah mengalami penyimpanan pada suhu rendah dan konsentrasi CO2 tinggi) (Pantastico, 1993).

Banyak pengamatan telah menunjukkan bahwa konsentrasi CO2 yang tepat, dapat menghambat perkecambahan dan pertumbuhan beberapa jenis jamur yang menyerang buah-buahan dalam simpanan, seperti Rhizopus, Botrytis dan

Trichothecium (Paulin, 1966). Hambatan itu tampak nyata pada 10 sampai 15% CO2, namun rupa-rupanya konsentrasi CO2 yang tinggi dapat membunuh sel-sel, jadi memberikan kemudahan untuk pertumbuhan jamur. Pengaruh CO2 terhadap

jamur ini merupakan alasan kuat untuk memilih penyimpanan UT (udara terkendali). Namun demikian, dalam beberapa kasus, pengaruh peracunan

dan timbulnya rasa yang tidak dikehendaki menghilangkan keuntungan ini, sehingga lebih baik menggunakan udara yang tidak mengandung CO2, tetapi hanya mengandung persentase O2 yang rendah (Pantastico, 1993).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Respirasi

Respirasi merupakan pemecahan bahan-bahan kompleks dalam sel, seperti gula dan asam-asam organik menjadi molekul sederhana seperti karbon dioksida


(26)

dan air, bersamaan dengan terbentuknya energi dan molekul lain yang dapat digunakan sel untuk reaksi sintesa (Wills et al., 1981).

Proses metabolik yang terpenting sesudah panen adalah respirasi yang meliputi perombakan substrat yang lebih besar. Namun demikian, tidak selalu aktivitas metabolik ini bersifat katabolik yang merugikan, melainkan bisa menguntungkan seperti sintesa pigmen, enzim dan senyawa lain khususnya perubahan-perubahan yang terjadi selama pemasakan (Winarno, 1993).

Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh ketesediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat (Pradana, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi terbagi dua, yaitu ; 1. Faktor internal

Semakin tinggi tingkat perkembangan organ, semakin banyak jumlah CO2 yang dihasilkan. Susunan kimiawi jaringan mempengaruhi laju respirasi, pada buah-buahan yang banyak mengandung karbohidrat, maka laju respirasi akan semakin cepat. Produk yang lebih kecil ukurannya mengalami laju respirasi lebih cepat daripada buah yang besar, karena mempunyai permukaan yang lebih luas yang bersentuhan dengan udara sehingga lebih banyak O2 berdifusi ke dalam jaringan. Pada produk-produk yang memiliki lapisan kulit yang tebal, laju respirasinya rendah, dan pada jaringan muda proses metabolisme akan lebih aktif dari pada jaringan lebih tua (Pantastico, 1993).


(27)

2. Faktor eksternal

Umumnya laju respirasi meningkat 2-2,5 kali tiap kenaikan 10°C. Pemberian etilen pada tingkat pra-klimaterik, akan meningkatkan respirasi buah klimaterik. Kandungan oksigen pada ruang penyimpanan perlu diperhatikan karena semakin tinggi kadar oksigen, maka laju respirasi semakin cepat. Konsentrasi CO2 yang sesuai dapat memperpanjang umur simpan buah-buahan dan sayuran karena terjadi gangguan pada respirasinya. Kerusakan atau luka pada produk sebaiknya di hindari, karena dapat memacu terjadinya respirasi, sehingga umur simpan produk semakin pendek (Pantastico, 1993).

Penyimpanan dengan Modifikasi Atmosfir

Proses metabolisme yang terus berlangsung selepas panen mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan, baik secara fisik, kimia maupun biologis yang mengarah ke tanda-tanda kerusakan. Komposisi dari udara di ruang penyimpanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat-sifat bahan segar yang disimpan. Baik kandungan oksigen, karbondioksida dan etilen, sehingga mempengaruhi metabolism komoditi. Dengan melakukan modifikasi atmosfir di sekitar komoditi tersebut dapat menghasilkan beberapa keuntungan terhadap bahan hasil pertanian (Wardhanu, 2009).

Penghambatan respirasi diakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh pada proses respirasi. Penghambatan penyimpanan buah pada suhu rendah dapat menghambat respirasi buah, sehingga kematangan dapat dihambat. Namun penyimpanan pada suhu rendah ini dapat menyebabkan kerusakan buah (chilling injury) jika suhu yang digunakan terlalu rendah. Usaha


(28)

lain adalah penyimpanan dengan modifikasi atmosfir. Metoda penyimpanan berdasarkan modifikasi komposisi udara ruang penyimpanan (Dumadi, 2001).

Penyimpanan dengan cara pengaturan komposisi udara atau pengaturan konsentrasi oksigen dan karbondioksida, dikenal dengan penyimpanan dengan pengendalian atmosfir. Ada beberapa metode penyimpanan dengan pengendalian atmosfir yaitu controlled atmosphere storage (CAS) dan modified atmosphere storage (MAS). Controlled atmosphere storage adalah metode penyimpanan dengan pengendalian konsentrasi oksigen dan karbondioksida secara terus menerus sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Modified atmosphere storage

adalah penyimpanan dimana perubahan komposisi udara disebabkan oleh aktifitas respirasi dari produk yang dikemas (Julianti dan Nurminah, 2006).

Proses penyimpanan dengan udara terkendali (UT) merupakan teknologi yang paling penting dalam penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran seperti halnya pendinginan. Cara ini bila dikombinasikan dengan pendinginan, dengan nyata menghambat kegiatan respirasi, dan dapat menunda pelunakan, penguningan, perubahan-perubahan mutu, dan proses-proses pembongkaran lainnya dengan mempertahankan atmosfer yang mengandung lebih banyak CO2 dengan lebih sedikit O2 daripada dalam udara biasa (Pantastico, 1997).

Prinsip pengawetan dengan cara ini adalah pengaturan jumlah gas oksigen dan gas karbondioksida di dalam ruang penyimpanan yang tertutup rapat, di mana kadar gas oksigen dikurangi sedangkan kadar gas karbondioksida dinaikkan. Dengan keadaan ini maka proses pernafasan sayuran/buah-buahan menjadi terhambat, sehingga proses pematangannya pun akan terhambat. Dalam sistem penyimpanan ini, mula-mula sayuran/buah-buahan disimpan dalam ruangan


(29)

penyimpanan. Kemudian ruangan tersebut ditutup rapat. Setelah itu, komposisi udara di dalam ruangan tersebut diatur, sehingga diperoleh kadar gas oksigen yang jauh lebih rendah daripada udara di luar sedangkan kadar gas karbondioksida sebaliknya (Muchtadi, 2005).

Pengaturan komposisi gas tersebut dapat dilakukan dengan cara menyedot udara di dalam ruangan dan menggantikannya dengan campuran gas oksigen dan karbondioksida dengan perbandingan tertentu. Untuk menyeimbangkan tekanan gas di dalam ruangan penyimpanan kadang-kadang ke dalam ruangan tersebut dimasukkan gas nitrogen. Akhirnya suhu ruangan penyimpanan diturunkan menjadi lebih rendah daripada suhu udara di luar, agar proses pengawetan komoditi tersebut menjadi lebih tahan lama (Muchtadi, 2005).

Ada 2 tipe penyimpanan atmosfir termodifikasiyaitu :

- Atmosfir termodifikasi aktif : penyimpanan dengan modified atmosphere di mana udara di dalam ruangan awalnya dikontrol dengan menarik semua udara dalam kemasan kemudian diisi kembali dengan udara dan konsentrasinya diatur sehingga keseimbangan langsung dicapai.

- Atmosfir termodifikasi pasif : keseimbangan antara O2 dan CO2 diperoleh melalui pertukaran udara dalam kemasan (mengandalkan permeabilitas kemasan)


(30)

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2010 di Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah terung belanda yang diperoleh dari petani di Tanah Karo, Brastagi, gas O2, gas CO2, dan gas N2.

Reagensia

Bahan kimia yang digunakan adalah bahan kimia untuk analisa total asam dan kadar vitamin C dimana reagensianya yaitu NaOH 0.1N, larutan iod 0.01N, indikator phenolptalein 1%, indikator pati 1%, aquades.

Alat Penelitian

Stoples yang digunakan sebagai ruang penyimpanan, selang plastik, timbangan analitik, cosmoprotector tipe XPO-318 untuk mengukur konsentrasi O2, cosmoprotector tipe XPO-314 untuk mengukur konsentrasi CO2, cawan aluminium, mortal dan alu, oven, beaker glass, gelas ukur, pipet tetes, alat titrasi, teksturometer, handrefraktometer, erlenmeyer, corong, desikator, spatula.


(31)

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor, yang terdiri dari:

Faktor 1 : Lama Penyimpanan L1 = 3 hari L2 = 6 hari L3 = 9 hari L4 = 12 hari Faktor II : Komposisi Udara

G1 = 3 ± 2% O2 dengan 4 ± 2% CO2 G2 = 3 ± 2% O2 dengan 6 ± 2% CO2 G3 = 3 ± 2% O2 dengan 8 ± 2% CO2 G4 = 4 ± 2% O2 dengan 4 ± 2% CO2 G5 = 4 ± 2% O2 dengan 6 ± 2% CO2 G6 = 4 ± 2% O2 dengan 8 ± 2% CO2

G7 = Udara Normal (21% O2 dan 0.003% CO2)

Kombinasi perlakuan (Tc) =4 x 7 = 28 dengan jumlah minimum perlakuan (n) adalah:

Tc (n-1) > 15 28(n-1) > 15 28 n > 43

n > 1, 28 ...Dibulatkan menjadi n=2 Jadi untuk ketelitian dalam penelitian ini dilakukan ulangan sebanyak 2 kali


(32)

Model Rancangan

Penelitian ini dilakukan dengan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor dengan model:

Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

Dimana :

Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor L pada taraf ke-i dan faktor G pada taraf ke –j dalam ulangan ke –k

µ : Efek nilai tengah

αi : Efek faktor L pada taraf ke-i βj : Efek faktor G pada taraf ke-j

(αβ)ij : Efek interaksi faktor L pada taraf ke-i dan faktor G pada taraf ke-j εijk : Efek galat dari faktor L pada taraf ke-i dan faktor G pada taraf ke-j

dalam ulangan.

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata atau sangat nyata maka uji dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji LSR (Least Significant Range).

Pelaksanaan Penelitian

Disortasi terong belanda dan ditimbang beratnya sekitar 300 gr. Dimasukkan ke dalam stoples yang tutupnya dilubangi sebanyak dua buah dan dipasang dengan selang plastik untuk mengatur konsentrasi gas O2 dan CO2.. Diatur konsentrasi O2 di dalam stoples dengan cara salah satu selang plastik dihubungkan dengan alat pengukur O2 dan pipa yang satu dihubungkan dengan gas N2. Kemudian gas N2 dialirkan secara perlahan sehingga konsentrasi O2 turun


(33)

seperti pada perlakuan. Di atur konsentrasi CO2 di dalam stoples dengan cara salah satu selang plastik dihubungkan dengan alat pengukur CO2 dan pipa yang satu dihubungkan gas CO2 dan gas dialirkan sampai konsentrasi CO2 naik seperti pada perlakuan. Selang plastik ditekuk dan dijepit dengan penjepit dan di sekitar selang plastik, tutup stoples diberi lilin untuk mencegah adanya kebocoran. Disimpan pada suhu ruang sesuai dengan perlakuan (3 , 6, 9 dan 12 hari). Dilakukan analisa terhadap parameter :

1. Kadar Air 2. Susut Bobot 3. Kadar Vitamin C 4. Total Padatan Terlarut 5. Total Asam

6. Uji Organoleptik Warna 7. Uji Organoleptik Aroma 8. Uji Organoleptik Tekstur 9. Kekerasan


(34)

Parameter yang Diamati

Penentuan Sosot Bobot

Di timbang terung belanda sebelum penyimpanan dan sesudah penyimpanan. Kemudian dihitung dengan rumus :

Susut Bobot = berat awal – berat akhir berat awal

x 100%

Penentuan Kadar Air (AOAC, 1984)

Di timbang bahan sebanyak 5 gr ke dalam cawan aluminium yang telah diketahui berat kosongnya. Kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 105oC selama 3 jam kemudian didinginkan dengan desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Selanjutnya dipanaskan lagi dalam oven selama 15 menit. Kemudian didinginkan dalam desikator dan di timbang. Perlakuan ini di ulang sampai diperoleh berat yang konstan. Pengurangan berat merupakan banyaknya air yang diuapkan dari bahan dengan perhitungan :

Kadar Air = berat awal – berat akhir berat awal

x 100%

Penentuan Kadar Vitamin C (Sudarmadji, et al., 1989)

Sampel yang telah di hancurkan sebanyak 10g dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 100 ml dan ditambahkan aquadest kemudian diaduk hingga merata dan disaring dengan kertas saring. Filtrat diambil sebanyak 10 ml dengan menggunakan gelas ukur lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 2-3 tetes larutan pati 1% lalu dititrasi dengan menggunakan iodium 0.01N hingga terjadi perubahan warna biru sambil dicatat berapa ml iodium yang dipakai. Kadar Vitamin C dapat dihitung dengan menggunakan rumus yaitu


(35)

KVC (mg / 100 g bahan) =

Berat contoh (g)

ml iod 0.01 N x 0.88 x FP x 100

Keterangan : FP = Faktor Pengencer (100/10= 10)

Penentuan Total Solid Soluble (o Brix) (AOAC, 1984)

Contoh diambil 10 g dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. kedalamnya ditambahkan aquadest hingga tanda tera kemudian digojog. Dilakukan pengukuran padatan terlarut dan mengambil setetes larutan dan diteteskan pada lensa handrefraktometer, lalu dilihat batas tera dan gelap, angka yang tertera pada batas tersebut merupakan nilai padatan terlarut. Untuk nilai padatan terlarut. Untuk menilai padatan terlarut yang sebenarnya digunakan rumus

% Padatan terlarut = Angka yang Tertera x Faktor Pengencer

Penentuan Total Asam (Ranganna, 1978)

Ditimbang contoh sebanyak 10 g yang telah dihancurkan, dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahi aquadest sampai volume 100 ml. Diaduk hingga merata dan disaring dengan kain saring. Diambil filtrat sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan indikator phenolptalein 1% sebanyak 2-3 tetes kemudian dititrasi dengan menggunakan NaOH 0.1N. titrasi dihentikan setelah timbul warna merah jambu yang stabil.

Total asam dapat dihitung dengan menggunakan rumus yaitu : %TA = ml NaOH x N NaOH x BM Asam Dominan x

Berat contoh (g) x 1000 x valensi


(36)

Keterangan : Asam Dominan = Asam Sitrat Valensi = 3

FP = faktor pengencer (10) BM = berat molekul (192)

Uji Organoleptik Warna (Soekarto, 1985)

Penentuan uji organoleptik dilakukan dengan uji kesukaan atau uji hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan memberikan kode pada bahan yang akan diuji kepada 10 panelis yang melakukan penilaian. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik.

Untuk skala uji hedonik warna adalah sebagai berikut : Tabel 2. Skala Uji Hedonik Warna

Skala Hedonik Skala Numerik

Agak Merah 1

Merah 2

Merah Agak Tua 3

Merah Sangat Tua 4

Penentuan Uji Organoleptik Aroma (Soekarto, 1985)

Uji organoleptik digunakan dengan menggunakan panelis sebanyak 10 orang. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Untuk skala aroma adalah sebagai berikut :


(37)

Tabel 3. Skala Uji Hedonik Aroma

Skala Hedonik Skala Numerik

Sangat Suka 5

Suka 4

Agak Suka 3

Tidak Suka 2

Sangat Tidak Suka 1

Uji Organoleptik Tekstur (Soekarto, 1985)

Uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan panelis sebanyak 10 orang. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik.

Uji organoleptik yang digunakan untuk menentukan tingkat kelembutan dilakukan berdasarkan skala numerik sebagai berikut :

Tabel 4. Skala Uji Hedonik Tekstur

Skala Hedonik Skala Numerik

Sangat Suka 5

Suka 4

Agak Suka/Netral 3

Tidak Suka 2

Sangat Tidak Suka 1

Penentuan Kekerasan dengan Teksturometer (Purba dan Rusmarilin, 2004 )

Penentuan kekerasan dilakukan dengan menggunakan pnetrometer yang dinyatakan dalam satuan g/mm2. Penusukan dilakukan pada tiga tempat yaitu pada bagian pangkal, tengah, dan ujung dari setiap buah lalu dirata-ratakan.

Kekerasan

10 / 250 x =


(38)

Gambar 1. Pengaruh Komposisi Udara Ruang Penyimpanan Tarhadap Mutu Terung Belanda (Cyphomandra betacea) Selama Penyimpanan

Disortasi

Ditimbang

Dimasukkan ke dalam stoples dan tutupnya dipasang selang plastik untuk mengukur konsentrasi gas O2 dan CO2

Diatur konsentrasi O2 dan CO2

Dijepit selang plastik dan diberi lilin pada tutup stoples

Disimpan pada suhu ruang

Dilakukan analisa

Komposisi Udara (G) : G1 : 3±2% O2, 4±2% CO2 G2 : 3±2% O2, 6±2% CO2 G3 : 3±2% O2, 8±2% CO2 G4 : 4±2% O2, 4±2% CO2 G5 : 4±2% O2, 6±2% CO2 G6 :4±2% O2, 8±2% CO2 G7 : Udara Normal

(21% O2, 0.003% CO2

1. Penentuan Susut Bobot 2. Penentuan Kadar Air 3. Penentuan Kadar Vitamin C 4. Penentuan Total Padatan Terlarut 5. Penentuan Total Asam

6. Penentuan Uji Organoleptik Warna 7. Penentuan Uji Organoleptik Rasa 8. Penentuan Uji Organoleptik Tekstur 9. Kekerasan

Lama

Penyimpanan (L) : L1 : 3 hari L2 : 6 hari L3 : 9 hari L4 :12 hari


(39)

Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter Buah Terung Belanda yang Diamati

Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan, lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap susut bobot, kadar air, kadar vitamin C, total padatan terlarut, total asam, uji organoleptik (warna, aroma, tekstur) dan tekstur, yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil analisa pengaruh lama penyimpanan terhadap parameter mutu buah terung belanda yang diamati

Lama Kadar Susut Kadar Total Total Nilai Organoleptik Kekerasan Penyimpanan Air Bobot Vitamin Padatan Asam (g/mm2)

(L) (%) (%) C Terlarut (%) Warna Aroma Tekstur

(mg/100g) (oBrix) (Numerik) (Numerik) (Numerik)

L1 = 3 Hari 83,46 1,47 78,69 11,36 0,90 3,83 3,71 3,86 3,51

L2 = 6 Hari 82,73 2,13 72,87 10,97 0,92 4,16 3,65 3,62 2,92

L3 = 9 Hari 81,77 2,68 70,03 4,89 0,98 4,28 3,53 2,39 2,10

L4 =12 Hari 81,17 3,63 64,95 4,26 1,11 4,54 2,03 1,79 1,44

Dari Tabel 5 Dapat dilihat kadar tertinggi diperoleh pada perlakuan L1 sebesar 83,46% dan terendah pada perlakuan L4 sebesar 81,17%. Susut bobot tertinggi diperoleh pada perlakuan L4 sebesar 3,63% dan yang terendah pada perlakuan L4 sebesar 1,47%. Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan L1 sebesar 78,69 mg/100 g dan yang terendah pada perlakuan L4 sebesar 64,95 mg/100 g. Total padatan terlarut tertinggi diperoleh pada perlakuan L1 sebesar 11,36oBrix dan yang terendah pada perlakuan L4 sebesar 4,26oBrix. Total asam yang tertinggi terdapat pada perlakuan L4 1,11% dan terendah pada perlakuan L1 sebesar 0,90%. Nilai organoleptik warna yang tertinggi diperoleh pada perlakuan L4 sebesar 4,54 dan yang terendah pada perlakuan sebesar 3,83. Nilai organoleptik


(40)

aroma yang tertinggi pada perlakuan L1 sebesar 3,71 dan yang terendah pada perlakuan L4 sebesar 2,03. Nilai organoleptik tekstur yang tertinggi pada perlakuan L1 sebesar 3,86 dan yang terendah pada perlakuan L4 sebesar 1,79. tekstur bahan (menggunakan teksturometer) tertinggi pada perlakuan L1 sebesar 3,51 g/mm2 dan terendah pada perlakuan L4 sebesar 1,44 g/mm2.

Pengaruh Komposisi Udara terhadap Parameter Mutu Buah Terung Belanda yang Diamati

Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan, secara umum komposisi udara memberikan pengaruh terhadap susut bobot, kadar air, kadar vitamin c, total padatan terlarut, total asam, uji organoleptik (warna, aroma, tekstur) dan tekstur yang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil analisa pengaruh komposisi gas terhadap parameter mutu buah terung belanda yang diamati

Komposisi Kadar Susut Kadar Total Total Nilai Organoleptik Kekerasan Udara Air Bobot Vitamin Padatan Asam (g/mm2)

(G) (%) (%) C Terlarut (%) Warna Aroma Tekstur

(mg/100g) (oBrix) (Numerik) (Numerik) (Numerik)

G1 82,73 1,56 75,58 6,83 1,12 4,29 3,21 3,04 2,95

G2 82,02 1,65 70,70 8,40 1,08 4,16 3,20 2,88 2,81

G3 81,19 1,79 68,69 9,15 0,95 4,14 3,03 2,79 2,66

G4 82,78 1,87 71,70 7,25 1,00 4,11 3,24 3,05 2,46

G5 82,96 1,96 71,76 7,16 0.91 4,15 3,23 2,81 2,33

G6 83,35 2,03 71,45 7,16 0,81 4,23 3,28 2,75 2,22

G7 80,94 6,48 71,58 9,13 0,95 4,35 3,44 3,01 2,03

G1 : 3±2% O2, 4±2% CO2 G3 : 3±2% O2, 8±2% CO2 G5 : 4±2% O2, 6±2% CO2

G2 : 3±2% O2, 6±2% CO2 G4 : 4±2% O2, 4±2% CO2 G6 : 4±2% O2, 8±2% CO2

G7 : Udara Normal (21% O2, 0.003% CO2)

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi diperoleh perlakuan G6 sebesar 83,35% dan terendah perlakuan G7 sebesar 80,94%. Susut bobot tertinggi diperoleh pada perlakuan G7 sebesar 6,48% dan terendah pada perlakuan


(41)

G1 sebesar 1,56%. Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan G1 sebesar 75,58 mg/100 g dan terendah pada perlakuan G3 sebesar 68,69 mg/100 g. Total padatan terlarut tertinggi diperoleh pada perlakuan G3 sebesar 9,15oBrix dan terendah pada perlakuan G1 sebesar 6,83oBrix. Total asam tertingggi diperoleh pada perlakuan G1 sebesar 1,12% dan terendah pada perlakuan G6 sebesar 0,81%. Nilai organoleptik warna tertinggi diperoleh pada perlakuan G7 sebesar 4,35 dan terendah pada perlakuan G4 sebesar 4,11. Nilai organoleptik aroma tertinggi diperoleh pada perlakuan G7 sebesar 3,44 dan terendah pada perlakuan G3 sebesar 3,03. Nilai organoleptik tekstur tertinggi diperoleh pada perlakuan G4 sebesar 3,05 dan terendah pada perlakuan G6 sebesar 2,75. Tekstur bahan (menggunakan teksturometer) tertinggi diperoleh pada perlakuan G1 sebesar 2,95 g/mm2 dan terendah pada perlakuan G7 sebesar 2,03 g/mm2.

Kadar Air

Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1), lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air buah terung belanda.

Tabel 7 Hasil uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpana terhadap kadar air buah terung belanda

Jarak LSR Lama Penyimpanan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- - - L1 = 3 hari 83,46 a A

2 0,86 1,16 L2 = 6 hari 82,73 a AB

3 0,90 1,21 L3 = 9 hari 81,77 b BC

4 0,93 1,24 L4 = 12 hari 81,17 b C

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR


(42)

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa pada perlakuan L1 berbeda tidak nyata dengan L2 dan berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda nyata dengan L3 dan berbeda sangat nyata dengan L4. Perlakuan L3 berbeda nyata dengan L4. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan L1 (3 hari) yaitu sebesar 83,46% dan terendah pada perlakuan L4 (12 hari) sebesar 81,17%.

Hubungan lama penyimpanan terhadap kadar air buah terung belanda dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air Buah Terung Belanda

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka kadar air terung belanda semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan laju respirasi selama penyimpanan. Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh ketersediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat (Pradana, 2008). Menurut Setyadjit dan Syaifullah (1994) transpirasi yang tinggi dapat menurunkan kadar air buah selama penyimpanan.

ŷ= -0.2603L+ 84.233 r = - 0.9964

80,50 81,00 81,50 82,00 82,50 83,00 83,50 84,00

0 3 6 9 12

K

ad

ar

A

ir

(%

)


(43)

Pengaruh Komposisi Gas terhadap Kadar Air

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 1), komposisi gas memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air buah terung belanda. Hubungan komposisi gas dengan kadar air terung belanda dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil uji LSR efek utama pengaruh komposisi gas terhadap kadar air buah terung belanda

Jarak LSR Komposisi Gas Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- - - G1 = 3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2 82,73 ab AB

2 1,14 1,54 G2 = 3 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2 82,02 bc ABC

3 1,19 1,60 G3 = 3 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2 81,19 b BC

4 1,23 1,64 G4 = 4 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2 82,78 ab AB

5 1,26 1,68 G5 = 4 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2 82,96 ab A

6 1,28 1,70 G6 = 4 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2 83,35 a A

7 1,30 1,72 G7 = 21% O2 : 0,003% CO2 80,94 c D

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan G1 berbeda tidak nyata dengan G2, G3, G4, G5, G6 dan berbeda sangat nyata dengan G7. Perlakuan G2 berbeda tidak nyata dengan G3, G4, G5 dan berbeda nyata dengan G6 dan berbeda sangat nyata dengan G7. Perlakuan G4 berbeda tidak nyata dengan G5, G6 dan berbeda sangat nyata dengan G7. Perlakuan G5 berbeda tidak nyata dengan G6 dan berbeda sangat nyata dengan G7. Perlakuan G6 berbeda sangat nyata dengan G7.


(44)

Hubungan komposisi gas terhadap kadar air buah terung belanda dapat dilihat pada Gambar 3.

G1 : 3±2% O2, 4±2% CO2 G3 : 3±2% O2, 8±2% CO2 G5 : 4±2% O2, 6±2% CO2

G2 : 3±2% O2, 6±2% CO2 G4 : 4±2% O2, 4±2% CO2 G6 : 4±2% O2, 8±2% CO2

G7 : Udara Normal (21% O2, 0.003% CO2)

Gambar 3. Pengaruh Komposisi Gas terhadap Kadar Air Buah Terung Belanda Pengaruh komposisi gas terhadap kadar air terung belanda dapat dilihat pada gambar 3. Kadar air buah terung belanda dapat dilihat pada konsentrasi G6 (4±2% O2, 8±2% CO2) memiliki kadar air yang lebih tinggi dan yang terendah G7 (21% O2, 0,003% CO2). Pada buah terung belanda dilihat dari gambar histogramnya bahwa penyimpanan pada G7 kadar airnya lebih rendah karena penyimpanan buah pada konsentrasi udara normal sehingga laju respirasi lebih cepat dan kehilangan kadar air lebih cepat. Sedangkan pada perlakuan yang lain buah yang disimpan dalam keadaan tertutup dan konsentrasi gasnya diatur, laju respirasi buah dapat terhambat dan penurunan kadar air dapat dicegah.

79,50 80,00 80,50 81,00 81,50 82,00 82,50 83,00 83,50 84,00

G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7

K

ad

ar

A

ir

(%

)


(45)

Pengaruh Interaksi antara Lama Penyimpanan dengan Komposisi Gas terhadap Kadar Air

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2), interaksi lama penyimpanan dengan komposisi gas memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air buah terung belanda, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Susut Bobot

Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2), lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap susut bobot buah terung belanda. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh lama penyimpanan terhadap susut bobot untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap susut bobot buah terung belanda

Jarak LSR Lama Penyimpanan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- - - L1 = 3 hari 1,47 d D

2 0,15 0,20 L2 = 6 hari 2,13 c C

3 0,16 0,21 L3 = 9 hari 2,68 b B

4 0,16 0,21 L4 = 12hari 3,63 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata dengan L2, L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4. Perlakuan L3 berbeda sangat nyata dengan L4. Susut bobot yang tertinggi diperoleh pada perlakuan L4 (12 hari) sebesar 3,63% dan terendah pada perlakuan L1 (3 hari) sebesar 1,47%.


(46)

Hubungan lama penyimpanan terhadap susut bobot buah terung belanda dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot Buah Terung Belanda

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka susut bobot terung belanda akan semakin meningkat. Terlihat pada tabel bahwa peningkatan susut bobot teringgi terjadi pada L4 (12 hari) yaitu sebesar 3,63%. Hal ini dijelaskan oleh Broto (2003) bahwa kehilangan susut bobot pada buah selama penyimpanan disebabkan oleh kehilangan air sebagai akibat proses penguapan karena perbedaan RH dan suhu ruangan. Hal ini disebabkan karena buah tetap mengalami proses transpirasi dan respirasi setelah buah dipanen dari pohonnya sehingga buah akan terus kehilangan air yang menyebabkan berkurangnya susut bobot. Aktivitas respirasi merupakan proses perombakan cadangan atau simpanan bahan organik (karbohidrat, lemak, protein) dengan menggunakan oksigen yang ada, menghasilkan produk akhir senyawa yang lebih sederhana seperti gula, asam organik, air, CO2 dan energi. Energi yang diperoleh digunakan untuk aktivitas kehidupan setelah lepas dari pohon tanaman, dan juga menghasilkan panas. Akumulasi panas di sekitar buah akan memicu respirasi

ŷ = 0,2345L + 0,7191 r = 0,9943

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00

0 3 6 9 12

Su

su

t

B

o

bo

t (

%

)


(47)

lebih cepat lagi. Perombakan yang berlangsung terus menerus mengakibatkan substrat (karbohidrat dan lainnya) semakin berkurang, dan terjadilah kemunduran kualitas yaitu buah mulai kehilangan kesegaran, layu, berkurangnya rasa manis, dan pada akhirnya kehilangan nilai jual. Penguapan air pada buah merupakan kerusakan yang serius, sebab transpirasi secara langsung mengakibatkan susut bobot yang berarti kehilangan sejumlah berat buah (Prabawati, 1994).

Pengaruh Komposisi Gas terhadap Susut Bobot

Dari hasil sidik ragam (Lampiran 2), komposisi gas memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap susut bobot buah terung belanda. Hasil pengujian dengan LSR komposisi gas terhadap susut bobot untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Hasil uji LSR efek utama pengaruh komposisi gas terhadap susut bobot buah terung belanda

Jarak LSR Komposisi Gas Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- - - G1 = 3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2 1,56 e D

2 0,20 0,26 G2 = 3 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2 1,65 de CD

3 0,21 0,28 G3 = 3 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2 1,79 cd BCD

4 0,21 0,28 G4 = 4 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2 1,87 bc BC

5 0,22 0,29 G5 = 4 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2 1,96 bc B

6 0,22 0,29 G6 = 4 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2 2,03 b B

7 0,22 0,30 G7 = 21% O2 : 0,003% CO2 6,48 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan G1 berbeda tidak nyata dengan G2 dan berbeda nyata dengan G3 dan berbeda sangat nyata dengan G4, G5, G6 dan G7. Perlakuan G2 berbeda tidak nyata dengan G3 dan berbeda nyata dengan G4 dan berbeda sangat nyata dengan G5, G6 dan G7. Perlakuan G3 berbeda tidak


(48)

nyata dengan G4, G5 dan berbeda nyata dengan G6 dan berbeda sangat nyata dengan G7. Pperlakuan G4 berbeda tidak nyata dengan G5, G6 dan berbeda sangat nyata dengan G7. Perlakuan G6 berbeda sangat nyata dengan G7. Susut bobot tertinggi terdapat pada perlakuan G7 (21% O2, 0,003% CO2) yaitu sebesar 6,48%. Dan yang terendah pada perlakuan G1 (3±2% O2, 4±2% CO2) sebesar 1,56%.

Hubungan komposisi gas terhadap susut bobot terung belanda dapat dilihat pada Gambar 5.

G1 : 3±2% O2, 4±2% CO2 G3 : 3±2% O2, 8±2% CO2 G5 : 4±2% O2, 6±2% CO2

G2 : 3±2% O2, 6±2% CO2 G4 : 4±2% O2, 4±2% CO2 G6 : 4±2% O2, 8±2% CO2

G7 : Udara Normal (21% O2, 0.003% CO2)

Gambar 5. Pengaruh Komposisi Gas terhadap Susut Bobot Buah Terung Belanda Pengaruh komposisi gas terhadap susut bobot terung belanda dapat dilihat pada Gambar 5, dimana susut bobot terung belanda mengalami kenaikan susut bobot yang meningkat tajam pada perlakuan G7 (21% O2, 0,003% CO2). Komposisi gas dengan konsentrasi udara normal dan kondisi suhu yang tinggi mengakibatkan buah terung belanda tersebut mengalami respirasi yang sangat tinggi akibat dari gas O2 yang memiliki konsentrasi yang tinggi yaitu 21% dimana respirasi pada buah tersebut memanfaatkan substrat yang terdapat di dalam buah terung belanda itu sendiri sehingga terjadi penurunan komponen-komponen dalam buah tersebut yang menyebabkan terjadinya peningkatan susut bobot.

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00

G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7

Su

su

t

B

o

bo

t (

%

)


(49)

Pengaruh Interaksi antara Lama Penyimpanan terhadap Susut Bobot

Dari hasil sidik ragam (Lampiran 2), interaksi lama penyimpanan dengan komposisi gas memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap susut bobot buah terung belanda. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh interaksi lama penyimpanan dan komposisi gas terhadap susut bobot untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Hasil uji LSR efek utama pengaruh interaksi lama penyimpanan dengan komposisi gas terhadap susut bobot buah terung belanda

Jarak LSR Interaksi Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- - - L1G1 1,09 p M

2 0,39 0,53 L1G2 1,11 op M

3 0,41 0,55 L1G3 1,18 nop LM

4 0,42 0,56 L1G4 1,18 nop LM

5 0,43 0,58 L1G5 1,25 mnop KLM

6 0,44 0,59 L1G6 1,33 lmnop JKLM

7 0,45 0,59 L1G7 3,13 d D

8 0,45 0,60 L2G1 1,38 klmnop JKLM

9 0,45 0,60 L2G2 1,38 klmnop JKLM

10 0,46 0,61 L2G3 1,48 jklmnop IJKLM

11 0,46 0,61 L2G4 1,55 jklmno HIJKLM

12 0,46 0,62 L2G5 1,58 jklmn HIJKLM

13 0,46 0,62 L2G6 1,62 jklmn HIJKLM

14 0,46 0,62 L2G7 5,93 c C

15 0,46 0,62 L3G1 1,67 hijklm HIJKLM

16 0,47 0,62 L3G2 1,75 hijkl HIJKL

17 0,47 0,63 L3G3 1,83 hijk GHIJK

18 0,47 0,63 L3G4 1,87 hij GHIJK

19 0,47 0,63 L3G5 1,94 ghij GHIJ

20 0,47 0,63 L3G6 2,04 ghi FGHI

21 0,47 0,63 L3G7 7,70 b B

22 0,47 0,63 L4G1 2,12 gh FGH

23 0,47 0,63 L4G2 2,35 fg EFG

24 0,47 0,63 L4G3 2,66 ef DEF

25 0,47 0,63 L4G4 2,87 de DE

26 0,47 0,63 L4G5 3,09 de D

27 0,47 0,63 L4G6 3,14 d D

28 0,47 0,63 L4G7 9,17 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa susut bobot tertinggi terdapat pada perlakuan L4G7 (L4= 12 hari, G7= 21% O2, 0,003% CO2) yaitu sebesar 9,17% dan


(50)

terendah pada perlakuan L1G1 (L1= 3 hari, G1= 3±2% O2,4±2% CO2) sebesar 1,09%.

Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dengan komposisi gas terhadap susut bobot buah terung belanda dapat dilihat pada Gambar 4.

G1 : 3±2% O2, 4±2% CO2 G3 : 3±2% O2, 8±2% CO2 G5 : 4±2% O2, 6±2% CO2

G2 : 3±2% O2, 6±2% CO2 G4 : 4±2% O2, 4±2% CO2 G6 : 4±2% O2, 8±2% CO2

G7 : Udara Normal (21% O2, 0.003% CO2)

Gambar 6. Pengaruh Interaksi antara Lama Penyimpanan dengan Komposisi Gas terhadap Susut Bobot Buah Terung Belanda

Terjadinya susut bobot yang tajam pada buah terung belanda pada perlakuan L4G7 disebabkan oleh semakin lamanya penyimpanan maka susut bobot akan semakin meningkat dan laju respirasi juga akan meningkat akibat dari komposisi gas pada perlakuan L4G7 memiliki konsentrasi O2 yang sangat tinggi yaitu sebesar 21%. Menurut Kader (1992) menjelaskan bahwa terjadinya susut bobot disebabkan hilangnya air dalam buah dan oleh respirasi yang mengubah gula menjadi CO2 dan H2O. Hal ini juga dijelaskan oleh Broto (2003) bahwa kehilangan susut bobot pada buah dan sayuran selama penyimpanan disebabkan

ŷ3= 0.2368L + 0.5211

r=0.6920 ŷ6 = 0.5074L + 0.1009

r = 0.6539 ŷ9= 0.6706L + 0.0018

r = 0.6542 ŷ12= 0.8274L + 0.3193

r = 0.7231

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00

0 2 4 6 8

Su su t B o bo t ( % )

Konsentrasi O2dan CO2(%)

3 hari 6 hari 9 hari 12 hari


(51)

oleh kehilangan air sebagai akibat proses penguapan dan kehilangan karbon respirasi sehingga menimbulkan kerusakan dan menurunkan mutu produk tersebut. Kehilangan bobot semakin meningkat dengan lamanya waktu penyimpanan.

Kadar Vitamin C

Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Vitamin C

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar vitamin C buah terung belanda. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Tabel 12 Hasil uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C buah terung belanda

Jarak LSR Lama Penyimpanan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- - - L1 = 3 hari 78,69 a A

2 3,49 3,71 L2 = 6 hari 72,87 b B

3 3,66 3,91 L3 = 9 hari 70,03 b B

4 3,77 5,03 L4 = 12hari 64,95 c C

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata dengan L2, L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda tidak nyata dengan L3 dan berbeda sangat nyata dengan L4. Perlakuan L3 berbeda sangat nyata dengan L4. Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan L1 (3 hari) sebesar 78,69 mg/100 g dan terendah pada perlakuan L4 (12 hari) sebesar 64,95 mg/100 g.


(52)

Hubungan lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C buah terung belanda dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Vitamin C Buah Terung Belanda

Dari Tabel 12 terlihat bahwa selama penyimpanan terjadi penurunan kadar vitamin C pada buah terung belanda dimana semakin lama penyimpanan maka kadar vitamin C pun akan semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh terjadinya buah tersebut masih melakukan respirasi dan perombakan asam askorbat pada buah tersebut. Menurut Wills, et al (1981) bahwa kecenderungannya penurunan kandungan vitamin C disebabkan perombakan asam-asam organik termasuk asam askorbat menjadi senyawa yang lebih sederhana akibat respirasi.

Pengaruh Komposisi Gas terhadap Kadar Vitamin C

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2), pengaruh komposisi gas memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar vitamin C buah terung belanda, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

ŷ = -1.469L + 82.654 r = - 0.9923

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00

0 3 6 9 12

K

a

d

a

r V

it

a

m

in

C

(m

g

/100

g

)


(53)

Pengaruh Interaksi antara Lama Penyimpanan dengan Komposisi Gas terhadap Kadar Vitamin C

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3), interaksi lama penyimpanan dengan komposisi gas memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar vitamin C buah terung belanda, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

Total Padatan Terlarut

Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Total Padatan Terlarut

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total padatan terlarut buah terung belanda. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh lama penyimpanan terhadap total padatan terlarut untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Hasil uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap total padatan terlarut buah terung belanda

Jarak LSR Lama Penyimpanan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- - - L1 = 3 hari 11,36 a A

2 0,58 0,71 L2 = 6 hari 10,97 a A

3 0,61 0,81 L3 = 9 hari 4,89 b B

4 0,63 0,83 L4 = 12hari 4,26 c C

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda tidak nyata dengan L2 dan berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4. Perlakuan L3 berbeda sangat nyata dengan L4. Total padatan terlarut tertinggi terdapat pada perlakuan L1 (3 hari) sebesar 11,36oBrix dan terendah pada perlakuan L4 (12 hari) sebesar 4,26oBrix.

Hubungan lama penyimpanan dengan total padatan terlarut buah terung 38


(54)

Gambar 8. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Total Padatan Terlarut Buah Terung Belanda

Semakin lama penyimpanan total padatan terlarut buah terung belanda mengalami penurunan hal ini disebabkan karena buah terung belanda pada hari ke 3 dan ke 6 total padatan terlarut buah terung belanda masih tinggi, sedangkan pada 9 dan 12 hari terjadi penurunan yang drastis. Hal ini disebabkan karena terjadinya perombakan bahan-bahan organik dengan semakin lamanya penyimpanan, maka perombakan bahan organik akan semakin meningkat sehingga dapat menurunkan nilai total padatan terlarut. Perombakan bahan-bahan organik ini disebabkan oleh laju respirasi pada buah terung belanda karena buah terung belanda berespirasi dengan menggunakan subtrat dari buah itu sendiri tidak lagi dari tanaman induknya yang merupakan sebagai sumber energinya melainkan semua bahan-bahan organik yang ada dalam buah.

ŷ = -0.9129L + 14.714 r = - 0.9259

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00

0 3 6 9 12

To

tal

P

ad

atan

Te

r

lar

u

t (

oB

r

ix)


(55)

Pengaruh Komposisi Gas terhadap Total Padatan Terlarut

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) komposisi gas memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total padatan terlarut buah terung belanda. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh komposisi gas terhadap total padatan terlarut untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Hasil uji LSR efek utama pengaruh komposisi gas terhadap total padatan terlarut buah terung belanda

Jarak LSR Lama Penyimpanan Rataan Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- - - G1 = 3 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2 6,83 b B

2 0,77 1,03 G2 = 3 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2 8,40 a A

3 0,80 1,08 G3 = 3 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2 9,15 a A

4 0,83 1,10 G4 = 4 ± 2% O2 : 4 ± 2% CO2 7,25 b B

5 0,85 1,13 G5 = 4 ± 2% O2 : 6 ± 2% CO2 7,16 b B

6 0,86 1,15 G6 = 4 ± 2% O2 : 8 ± 2% CO2 7,16 b B

7 0,87 1,16 G7 = 21% O2 : 0,003% CO2 9,13 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR

Dari Tabel 14 dapat dilihat perlakuan G1 berbeda sangat nyata dengan G2, G3 dan berbeda tidak nyata dengan G4, G5, dan G6 dan berbeda sangat nyata dengan G7. Perlakuan G2 berbeda tidak nyata dengan G3 dan berbeda sangat nyata dengan G4, G5, G6 dan berbeda tidak nyata dengan G7. Perlakuan G3 berbeda sangat nyata dengan G4, G5, G6 dan berbeda tidak nyata dengan G7. Perlakuan G4 berbeda tidak nyata dengan G5, G6 dan berbeda sangat nyata dengan G7. Perlakuan G5 berbeda tidak nyata dengan G6 dan berbeda sangat nyata dengan G7. Perlakuan G6 berbeda sangat nyata dengan G7. Total padatan terlarut yang tertinggi terdapat pada perlakuan G3 (3±2% O2, 8±2% CO2) sebesar 9,15oBrix dan yang terendah pada perlakuan G1 (3±2% O2, 4±2% CO2) sebesar 6,83oBrix.


(56)

Pengaruh komposisi gas terhadap total padatan terlarut buah terung belanda dapat dilihat pada Gambar 9.

G1 : 3±2% O2, 4±2% CO2 G3 : 3±2% O2, 8±2% CO2 G5 : 4±2% O2, 6±2% CO2

G2 : 3±2% O2, 6±2% CO2 G4 : 4±2% O2, 4±2% CO2 G6 : 4±2% O2, 8±2% CO2

G7 : Udara Normal (21% O2, 0.003% CO2)

Gambar 9. Pengaruh Komposisi Gas terhadap Total Padatan Terlarut Buah Terung Belanda

Peningkatan kadar gula sebagai akibat proses respirasi yang terus berlangsung sehingga terjadi hidrolisis zat pati menjadi zat lainnya seperti glukosa, sukrosa dan fruktosa. Kemungkinan lain, yaitu kecepatan hidrolisis pati lebih besar dari pada kecepatan penguraian glukosa menjadi senyawa lain atau energi. Winarno dan Aman (1981) menyatakan bahwa peningkatan total gula disebabkan oleh terjadinya akumulasi gula sebagai hasil degradasi pati, sedangkan penurunan terjadi karena sebagian gula digunakan untuk proses respirasi.

Pengaruh Interaksi antara Lama Penyimpanan dengan Komposisi Gas terhadap Total Padatan Terlarut

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4), interaksi lama penyimpanan dengan komposisi gas memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap total padatan terlarut buah terung belanda, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00

G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7

To

tal

P

ad

atan

Te

r

lar

u

t

(oB

r

ix)


(57)

Total Asam

Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Total Asam

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5), lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01) terhadap total asam buah terung belanda, sehingga uji LSR dilanjutkan. Hasil pengujian dengan LSR pengaruh lama penyimpanan terhadap total asam untuk tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Hasil uji LSR efek utama pengaruh lama penyimpanan terhadap total asam buah terung belanda

Jarak LSR Lama Penyimpanan Rataa Notasi

0.05 0.01 0.05 0.01

- - - L1 = 3 hari 0.90 c C

2 0.06 0.08 L2 = 6 hari 0.92 c BC

3 0.06 0.08 L3 = 9 hari 0.98 b B

4 0.06 0.08 L4 = 12 hari 1.11 a A

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) menurut uji LSR

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda tidak nyata dengan L2, dan berbeda sangat nyata dengan L3, L4. Perlakuan L2 berbeda nyata dengan L3 dan berbeda sangat nyata dengan L4. Perlakuan L3 bebeda sangat nyata dengan L4 Total asam yang tertinggi terdapat pada perlakuan L4 (12 hari) yaitu sebesar 1,11% dan terendah pada perlakuan L1 (3 hari) sebesar 0,90%.


(1)

Lampiran 6. Data Pengamatan Uji Organoleptik Warna

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

L1G1 4,00 4,10 8,10 4,05 L1G2 3,80 4,20 8,00 4,00 L1G3 3,80 4,20 8,00 4,00 L1G4 3,70 3,80 7,50 3,75 L1G5 3,60 3,50 7,10 3,55 L1G6 3,80 3,20 7,00 3,50 L1G7 4,00 3,90 7,90 3,95 L2G1 4,40 4,10 8,50 4,25 L2G2 4,10 4,00 8,10 4,05

L2G3 4,10 4,00 8,10 4,05 L2G4 4,20 4,20 8,40 4,20 L2G5 4,20 4,20 8,40 4,20 L2G6 4,20 4,20 8,40 4,20 L2G7 4,10 4,30 8,40 4,20 L3G1 4,20 4,40 8,60 4,30 L3G2 4,10 4,10 8,20 4,10 L3G3 4,40 4,10 8,50 4,25 L3G4 4,40 4,10 8,50 4,25

L3G5 4,40 4,20 8,60 4,30

L3G6 4,40 4,20 8,60 4,30 L3G7 4,40 4,50 8,90 4,45 L4G1 4,60 4,50 9,10 4,55 L4G2 4,40 4,60 9,00 4,50 L4G3 4,30 4,20 8,50 4,25 L4G4 4,40 4,10 8,50 4,25 L4G5 4,70 4,40 9,10 4,55 L4G6 5,40 4,40 9,80 4,90 L4G7 5,00 4,60 9,60 4,80

Total 235,40

Rataan 4.20

Sidik Ragam

Sumber db JK KT F.hit F.05 F.01

Perlakuan 27 5,25 0,19 4,22 ** 1,89 2,47

L 3 3,68 1,23 26,63 ** 2,95 4,57

Linear 1 3,57 3,57 77,41 ** 4,20 7,64

Kuadratik 1 0,02 0,02 0,39 tn 4,20 7,64

Kubik 1 0,10 0,10 2,10 tn 4,20 7,64

G 6 0,37 0,06 1,34 tn 2,44 3,53

Sisa 3 0,37 0,12 2,67 tn 2,95 4,57

L x G 18 1,20 0,07 1,45 tn 1,99 2,65

Galat 28 1,29 0,05

Total 55 6,54

FK = 989,52 KK = 5,11 tn = Tidak Nyata * = Nyata ** = Sangat Nyata


(2)

Lampiran 7. Data Pengamatan Uji Organoleptik Aroma

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I I

L1G1 3,60 3,80 7,40 3,70 L1G2 3,70 4,00 7,70 3,85 L1G3 3,60 4,00 7,60 3,80 L1G4 3,30 4,00 7,30 3,65 L1G5 3,60 3,80 7,40 3,70 L1G6 3,60 3,80 7,40 3,70 L1G7 3,40 3,80 7,20 3,60 L2G1 3,50 3,90 7,40 3,70

L2G2 3,50 3,70 7,20 3,60

L2G3 3,50 3,50 7,00 3,50 L2G4 3,20 3,60 6,80 3,40 L2G5 3,60 3,60 7,20 3,60 L2G6 3,60 4,00 7,60 3,80 L2G7 3,70 4,20 7,90 3,95 L3G1 3,70 3,00 6,70 3,35 L3G2 3,70 3,00 6,70 3,35 L3G3 3,00 3,30 6,30 3,15

L3G4 3,60 3,90 7,50 3,75

L3G5 3,80 3,50 7,30 3,65

L3G6 3,80 3,50 7,30 3,65 L3G7 3,80 3,80 7,60 3,80 L4G1 2,20 2,00 4,20 2,10 L4G2 1,50 2,50 4,00 2,00 L4G3 1,20 2,10 3,30 1,65 L4G4 2,30 2,00 4,30 2,15 L4G5 1,80 2,10 3,90 1,95 L4G6 1,80 2,10 3,90 1,95 L4G7 2,60 2,20 4,80 2,40

Total 180,90

Rataan 3,23

Sidik Ragam

Sumber db JK KT F.hit F.05 F.01

Perlakuan 27 29,05 1,08 11,14 ** 1,89 2,47

L 3 27,21 9,07 93,88 ** 2,95 4,57

Linear 1 18,77 18,77 194,32 ** 4,20 7,64

Kuadratik 1 7,21 7,21 74,68 ** 4,20 7,64

Kubik 1 1,22 1,22 12,65 ** 4,20 7,64

G 6 0,71 0,12 1,22 tn 2,44 3,53

Sisa 3 0,71 0,24 2,440 tn 2,95 4,57

L x G 18 1,14 0,06 0,65 tn 1,99 2,65

Galat 28 2,70 0,10

Total 55 31,76

FK = 584,37 KK = 9,62 tn = Tidak Nyata

* = Nyata ** = Sangat Nyata


(3)

Lampiran 8. Data Pengamatan Uji Organoleptik Tekstur

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I I,

L1G1 3,70 4,00 7,70 3,85 L1G2 3,60 3,90 7,50 3,75 L1G3 3,60 3,90 7,50 3,75 L1G4 3,90 4,00 7,90 3,95 L1G5 3,70 4,10 7,80 3,90 L1G6 3,30 4,10 7,40 3,70 L1G7 4,10 4,10 8,20 4,10 L2G1 3,70 4,00 7,70 3,85 L2G2 3,40 3,80 7,20 3,60 L2G3 3,70 3,50 7,20 3,60 L2G4 3,60 3,80 7,40 3,70 L2G5 3,30 3,50 6,80 3,40 L2G6 2,90 3,80 6,70 3,35 L2G7 3,80 3,90 7,70 3,85 L3G1 2,20 2,60 4,80 2,40 L3G2 2,20 2,60 4,80 2,40 L3G3 2,30 2,40 4,70 2,35 L3G4 2,50 2,50 5,00 2,50 L3G5 2,40 2,50 4,90 2,45 L3G6 2,40 2,50 4,90 2,45 L3G7 2,20 2,10 4,30 2,15 L4G1 2,00 2,10 4,10 2,05 L4G2 1,70 1,80 3,50 1,75 L4G3 1,20 1,70 2,90 1,45 L4G4 2,00 2,10 4,10 2,05

L4G5 1,60 1,40 3,00 1,50

L4G6 1,60 1,40 3,00 1,50

L4G7 2,00 1,90 3,90 1,95

Total 162,60

Rataan 2.90

Sidik Ragam

Sumber db JK KT F.hit F.05 F.01

Perlakuan 27 44,06 1,63 30,46 ** 1,89 2,47

L 3 42,33 14,11 263,38 ** 2,95 4,57

Linear 1 39,98 39,98 746,24 ** 4,20 7,64

Kuadratik 1 0,56 0,56 10,45 ** 4,20 7,64

Kubik 1 1,79 1,79 33,45 ** 4,20 7,64

G 6 0,78 0,13 2,42 tn 2,44 3,53

Sisa 3 0,78 0,26 4,85 ** 2,95 4,57

L x G 18 0,95 0,05 0,99 tn 1,99 2,65

Galat 28 1,50 0,05

Total 55 45,56

FK = 472,12 KK = 7,97 tn = Tidak Nyata

* = Nyata ** = Sangat Nyata


(4)

Lampiran 9. Data Pengamatan Kekerasan

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

L1G1 3.91 3.89 7.80 3.90 L1G2 3.82 3.74 7.56 3.78 L1G3 3.50 3.57 7.07 3.54 L1G4 3.46 3.40 6.86 3.43 L1G5 3.42 3.36 6.78 3.39 L1G6 3.40 3.34 6.74 3.37 L1G7 3.28 3.08 6.36 3.18 L2G1 3.68 3.57 7.25 3.63

L2G2 3.40 3.50 6.90 3.45

L2G3 3.33 3.34 6.67 3.34 L2G4 3.00 2.72 5.72 2.86 L2G5 2.88 2.34 5.22 2.61 L2G6 2.50 2.41 4.91 2.46 L2G7 2.08 2.14 4.22 2.11 L3G1 2.67 2.31 4.98 2.49 L3G2 2.53 2.26 4.79 2.40

L3G3 2.34 2.23 4.57 2.29

L3G4 2.20 2.02 4.22 2.11

L3G5 2.17 1.74 3.91 1.96 L3G6 2.02 1.59 3.61 1.81 L3G7 1.94 1.32 3.26 1.63 L4G1 1.92 1.63 3.55 1.78 L4G2 1.63 1.58 3.21 1.61 L4G3 1.63 1.33 2.96 1.48 L4G4 1.58 1.26 2.84 1.42 L4G5 1.47 1.24 2.71 1.36 L4G6 1.30 1.16 2.46 1.23 L4G7 1.28 1.13 2.41 1.21

Total 139.54

Rataan 2.49

Sidik Ragam

Sumber db JK KT F.hit F.05 F.01

Perlakuan 27 41.17 1.52 46.37 ** 1.89 2.47

L 3 34.88 11.63 353.52 ** 2.95 4.57

Linear 1 34.75 34.75 1056.67 ** 4.20 7.64

Kuadratik 1 0.02 0.02 0.46 tn 4.20 7.64

Kubik 1 0.11 0.11 3.43 tn 4.20 7.64

G 6 5.22 0.87 26.45 ** 2.44 3.53

Sisa 3 5.22 1.74 52.89 ** 2.95 4.57

L x G 18 1.08 0.06 1.82 tn 1.99 2.65

Galat 28 0.92 0.03

Total 55 42.09

FK = 347.70 KK = 7.28 tn = Tidak Nyata

* = Nyata ** = Sangat Nyata


(5)

3 Hari


(6)

9 Hari