2. Tugas dan Kewajiban Bank Kustodian
Bank kustodian sebagai pihak yang kegiatan usahanya adalah memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain,
termasuk menerima deviden, dan hak – hak lain, menyelesaikan transkasi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasbahnya. Bank kustodian
memiliki tugas dan kewajiban sebagai berikut:
89
a. Memberikan pelayanan penitipan kolektif sehubungan dengan kekayaan
reksadana. b.
Menghitung NAB dari unit penyertaan setiap hari bursa. c.
Membayar biaya – biaya yang berkaitan dengan reksadana atas perintah manajer investasi.
d. Menyimapan catatan secara terpisah yang menunujukkan semua
perubahan dalam jumalah unit penyertaan, serta nama, kewargaanegaraan, alamat dan identitas lainnya dari para pemodal.
e. Mengurus penerbitan dan perusahaan dari unit penyertaan sesuai dengan
kontrak. f.
Memastikan bahwa unit penyertaan diterbitkan hanya atas penerimaan dana dari calon pemodal.
C. Penerapan Prinsip Syariah dalam Pengelolaan Reksadana Syariah
Pandangan syariah tentang reksadana syariah ini dapat dilihat pada hasil lokakarya Alim Ulama Indonesia tentang reksadana syariah yang diselenggarakan
oleh Majelis Ulama Indonesia bekerja sama dengan Bank Muamalah Indonesia
89
Burahnuddin Susanto, Lot. Cit., hal. 77
Universitas Sumatera Utara
pada tanggal 24 – 25 Rabiul Awwal 1417 H29 – 30 Juli 1997 M di Jakarta. Dalam lokakarya ini telah diambil kesimpulan tentang pandangan hukum Islam
terhadap reksadana syariah.
90
Salah satu produk yang tengah berkembang saat ini di Indonesia adalah reksadana yang di luar negeri dikenal dengan unit trust atau mutual fund.
Reksadana adalah sebuah wadah di mana masyarakat dapat menginvestasikan dananya dan oleh pengurusnya manajer investasi dana itu diinvestasikan ke
portofolio efek. Reksadana merupakan jalan keluar bagi para pemodal kecil yang ingin ikut serta dalam pasar modal dengan modal minimal yang relatif dan
kemampuan menanggung risiko yang sedikit. Dalam lokakarya ulama tentang reksadana syariah ini berintikan bahwa
menghadapi globalisasi pada abad ke-21 umat Islam dihadapkan pada realita dunia yang serba cepat dan canggih. Tidak terkecuali di dalamnya masalah
ekonomi dan keuangan. Produk – produk baru dikembangkan untuk menarik dana dari masyarakat. Namun bagi umat Islam, produk – produk tersebut perlu
dicermati, karena dikembangkan dari jasa keuangan konvensional yang netral terhadap nilai dan ajaran agama.
91
Reksadana memiliki andil yang amat besar dalam perekonomian nasional kerena dapat memobiliasasi dana untuk pertumbuhan dan pengembangan
perusahaan – perusahaan nasional, baik BUMN maupun swasta. Di sisi lain,
90
Heri Sudarsono, Op. Cit., hal. 215.
91
Abdul Manan, Op. Cit., hal.163.
Universitas Sumatera Utara
reksadana memberikan keuntungan kepada masyarakat berupa keamanan dan keuntungan materi yang meningkatkan kesejahteraan material.
92
Dalam hukum ekonomi Islam terdapat beberapa prinsip muamalah mubah atau jaiz yang menjelaskan bahwa segala sesuatu di perbolehkan selama tidak
secara tegas dilarang oleh Al-Qur’an dan sunnah. Namun, bagi umat Islam reksadana merupakan hal yang perlu diteliti,
karena masih mengandung hal – hal yang tidak sejalan dengan ajaran Islam. Misalnya investasi reksadana pada produk yang diharamkan Islam, seperti
minuman keras, judi, pornografi, dan jasa keuangan non syariah. Di samping, itu mekanisme transaksi antara investor dengan reksadana, dan emiten pemilik
perusahaan harus diklarifikasi menurut hukum Islam.
93
Pada dasarnya, hukum ekonomi Islam juga mengatur tentang urgensi kontrak sebagai dasar dari transaksi bisnis khususnya dalam hal pembentukan
reksadana syaraiah. Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an yang Dasar trnsaksi yang mendasari pembentukan reksadana syariah pertama
kali adalah adanya kontrak. Kontrak terjadi anatara investor selaku pemilik dana dengan manajer investasi selaku pengelola dana. Dalam hal reksadana syariah
tersebut berbentuk perseroan maka kontrak juga dilakaukan antara pihak direksi dana manajer investasi sebagai pihak pengelola dan bank kustodian sebagai pihak
penyimpan kekayaan milik reksadana syariah. Lain halnya dengan reksadana syariah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif KIK yang pembentukannya hanya
didasarkan pada adanya kontrak antara manajer investasi dengan bank kustodian.
92
Ibid.
93
Addul Ghofur Anshori, Op. Cit., hal. 51.
Universitas Sumatera Utara
menjelaskan bahwa “Hai orang – orang yang beriman, penuhilah akad – akad itu” QS.5:1.
Untuk menjelaskan urgensi kontrak sebagai pedoman dalam melakukan transaski atau akad maka dalam HR Dawud, Ibn Majah, dan Tirmidzi dari Amr
bin ‘Auf dijelaskan bahwa “Orang – orang islam wajib memenuhi syarat – syarat yang mereka sepakati, kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram”.
94
Sebagai suatu lembaga trust maka hubungan yang terdapat dalam reksadana syariah merupakan hubungan kepercayaan fiducuary realtion dan
hubungan kehati – hatian pridential realtion. Unsur utama dari reksadana syariah sebagai lembaga turst adalah adanya pelimpahan kepercayaan dari
investor kepada pihak manajer investasi dan bank kustodian. Bentuk dari pelimpahan kepercayaan tersebut adalah adanya pemberian kuasa untuk
mengelola dan menyimpan dana milik investor dengan didasarkan pada itikad baik. Terkait dengan kapasitasnya sebagai wakil dari investor maka manajer
investasi ditunut untuk dapat melaksanakan kegiatan pengelolaannya secara optimal dan tidak menyimpang dari nilai – nilai syariah serta harus berpedoman
pada prinsip kehati – hatian prudential principle. Adapun dalam hukum ekonomi Islam, konsep perwakilan yang terdapat dalam reksadana syariah
tersebut dikenal dengan prinsip al-wakalah.
95
Oleh karena itu, sebagai wakil dari pihak investor, segala perbuatan yang dilakukan oleh manajer investasi dan bank kustodian hanya terbatas pada hal – hal
94
Ibid., hal. 52.
95
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
yang dikuasakan saja. Dalam perspektif hukum ekonomi Islam maka eksistensi reksadana syariah dalam kapsitasnya sebagai lembaga dapat dipersamakan dengan
prinsip mudharabah.
96
Reksadana syariah akan bertindak sebagai pengelola dana mudharib yang berkewajiban untuk melakukan pengelolaan atas dana milik para investor.
Pengelolaan tersebut dilakukan dalam bentuk menempatkan kembali dana investment milik para investor dalam berbagai instrumen investasi yang sesuai
dengan nilai – nilai syariah, yaitu instrumen investasi yang di dalamnya mengandung unsur yang dilarang dalam Islam berupa riba, haram, perjudian
maisyir, dan unsur ketidak pastian gharar. Dengan didasarkan pada pola hubungan yang demikian tersebut, maka prinsip mudharabah yang diaplikasikan
dalam reksadana syariah sering disebut dengan mudharabah bertingakt. Hal ini dikarenakan pada alasan bahwa reksadana syariah bukan merupakan mudharib
yang hanya melakukan investasi kembali dana milik para investor dalam sektor riil saja.
97
D. Bentuk Pelaksanaan Perjanjian Akad dalam Mekanisme Investasi Reksadana Syariah