BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri PKLM
Pembangunan di segala bidang yang sedang dilaksanakan bangsa Indonesia dewasa ini memerlukan dana yang tidak sedikit. Kota Medan sebagai salah satu kota
terbesar di Indonesia, tidak luput dari keikutsertaan dalam melaksanakan pembangunan tersebut. Untuk itu, pemerintah berusaha mencari dana dengan
menggali sumber dari kekayaan alam dan potensi lainnya yang dimiliki Indonesia. Hasil dari kekayaan alam dan potensi lainnya itulah digunakan untuk membiayai
pembangunan. Sebelumnya kekayaan alam dari sektor minyak dan gas MIGAS merupakan
penerimaan terbesar bagi negara, namun pada saat ini migas sudah tidak berperan lebih besar atas penerimaan negara. Hal ini terlihat dari laporan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara APBN kita, dimana pajaklah yang menjadi sumber penghasilan negara yang paling utama. Sebenarnya potensi yang besar namun belum
dimanfaatkan atau digali pemerintah adalah hasil laut. Indonesia merupakan negara kepulauan yang lautnya sangat luas, namun hasil lautnya banyak dijarah oleh negara
lain. Untuk itu, dari sektor perpajakanlah yang harus digali dan terus digali. Dengan adanya dana yang berasal dari pajak, maka penggunaan dana dari pajak ini dapat
didistribusikan untuk penggunaan bagi pengeluaran pembangunan, pembayaran- pembayaran dan sebagainya yang tujuannya adalah sebagai alat untuk distribusi
pendapatan.
Menurut pendapat Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, dalam buku Resmi 2008: 1 pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa imbal kontra pretasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. Sementara itu jika mengacu kepada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 satu angka 1 satu
disebutkan arti pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa pajak sangat berpengaruh dalam sumber pendapatan negara, khususnya dari sektor pajak penghasilan.
Pajak Penghasilan sebagai salah satu pajak negara memiliki objek yang dapat dikenakan pajak, yakni penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Pasal 4 ayat 1
UU Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun di luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Pengertian penghasilan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat 1 UU PPh hanya berpatokan pada penambahan kemampuan ekonomis bukan pada sumber
penghasilan itu sendiri. Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis
kepada wajib pajak, penghasilan dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu:
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti,
gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya;
2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan;
3. Penghasilan dari modal, dividen, royalti, sewa, keuntungan, penjualan harta, atau
hak yang tidak digunakan untuk usaha, dan lain sebagainya; 4.
Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang, hadiah, dan lain sebagainya. Sementara itu, pada Pasal 1 ayat 1 UU PPh, bahwa yang menjadi subjek
pajak untuk Pajak Penghasilan adalah: a.
Orang Pribadi; b.
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak; c.
Badan; d.
Bentuk Usaha Tetap. Dan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis hanya berfokus pada
Pajak Penghasilan Orang Pribadi. Pajak yang terutang wajib dibayar lunas oleh wajib pajak dengan tidak
menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak. Hal ini dimaksudkan agar wajib pajak menghitung dan menetepakan sendiri pajak yang terutang tanpa diterbitkan
surat ketetapan pajak sebagai perwujudan self assessment system yang dianut dalam Undang-undang pajak UU PPh, UU PPN, dan UU BPHTB. Wajib pajak diberi
wewenang menghitung sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan
undang-undang dan petunjuk pemerintah berdasarkan kepercayaan pemerintah kepada wajib pajak dan kejujuran wajib pajak. Pada hakikatnya jika wajib pajak
sudah menghitung sendiri pajaknya, itu berarti jumlah pajak sudah ditetapkan dan menjadi hak pemerintah untuk menerima jumlah itu.
Direktur Jenderal Pajak sebagai pejabat pajak yang berwenang melakukan pengolahan pajak negara yang terdiri dari:
1. SKPKB Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar; 2. SKPKBT Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
3. SKPLB Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; 4. SKPN Surat Ketetapan Pajak Nihil.
Namun terkadang pajak yang ditetapkan tidak sesuai dengan pendapat orang yang dikenakan pajak wajib pajak atau penanggung pajak sehingga terjadi
perselisihan antara wajib pajak, pemotong, atau pemungut pajak, serta penanggung pajak dengan pejabat pajak mengenai penerapan undang-undang pajak. Perselisihan
tersebut biasa dikenal dengan sengketa pajak. Penyelesaian perselisihan ini dapat ditelusuri dengan pengkajian objek sengketa pajak salah satunya pada tahap
pengajuan keberatan, karena proses awal yang harus ditempuh apabila terjadi sengketa pajak untuk pengajuan permohonan banding ke pengadilan pajak adalah
upaya keberatan. Dalam kenyataannya, tatacara penyampaian permohonan keberatan ini masih
kurang dipahami oleh wajib pajak, seperti syarat-syarat yang harus dipenuhi, hak wajijb pajak dalam pengajuan keberatan sampai tahap akhir yaitu penyelesaian atas
surat keberatan. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk mengetahui, mempelajari, dan
memahami bagaimana proses pelaksanaan penyelesaian permohonan keberatan khususnya pajak penghasilan orang pribadi yang diajukan oleh wajib pajak.
Sebagai salah satu syarat dalam rangka penyusunan tugas akhir, Praktik Kerja Lapangan Mandiri PKLM adalah suatu metode untuk mempraktikkan teori yang
selama ini diperoleh diperkuliahan pada kondisi lapangan yang sebenarnya. Dari
uraian di atas maka penulis tertarik menulis judul tentang “Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Barat”.
B. Tujuan dan Manfaat