Pendahuluan Maulid Nabi dan Komunitas Etnis Betawi , pada bab ini penulis menjelaskan Gambaran Umum Masyarakat Kelurahan Kebagusan Jakarta Selatan, Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Pada Komunitas Etnis Betawi Kebagusan Penutup, menguraikan kesim

ahli atau yang berwenang dalam suatu masalah. 16 Penulis mengajukan pertanyaan kepada Bapak Zainal Abidin sekretaris IWBK, Abdul Azis RISBA, dan Fadjriah Nurdiarsih sehingga mendapat gambaran pelaksanaan perayaan Maulid Nabi pada komunitas etnis Betawi di Kebagusan. Studi Dokumentasi, adalah merupakan teknik yang juga dilakukan dalam mengumpulkan data berdasarkan buku, majalah, makalah, ataupun literatur- literatur lainnya. Penulis akan mengumpulkan beberapa foto dan gambar pelaksanaan Maulid yang dilaksanakan di Kelurahan Kebagusan. Dari dokumentasi tersebut penulis akan meminta keterangan terhadap Bapak Zainal Abidin dan Abdul Azis. E. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai skripsi ini maka penulis akan menguraikan dalam lima bab.

Bab I Pendahuluan

, berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. Bab ini memberikan gambaran atau kerangka dari penelitian yang dilakukan.

Bab II Maulid Nabi dan Komunitas Etnis Betawi , pada bab ini penulis menjelaskan

landasan teori yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Bab ini meliputi pengertian perayaan, pengertian Maulid Nabi Muhammad Saw., sejarah perayaan Maulid Nabi di Jakarta, pengertian dan sejarah pembentukan komunitas etnis Betawi, serta penjelasan atas keberadaan komunitas etnis Betawi di kelurahan Kebagusan. 16 Gorys Keraf, Komposisi, NTT:Nusa Indah, 2001, hlm. 161

Bab III Gambaran Umum Masyarakat Kelurahan Kebagusan Jakarta Selatan,

penulis akan menggambarkan kelurahan Kebagusan yang menjadi objek penelitian dan menjelaskannya melalui pengamatan terhadap letak geografis, kependudukan, keadaan komunitas etnis Betawi, serta kebudayaan yang terdapat di kelurahan Kebagusan.

Bab IV Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Pada Komunitas Etnis Betawi Kebagusan

meliputi analisa penulis terhadap perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. syair Barjanzi yang dilaksanakan oleh komunitas etnis Betawi Kelurahan Kebagusan, serta model perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. di kelurahan Kebagusan.

Bab V Penutup, menguraikan kesimpulan berdasarkan penjelasan pada bab-bab

sebelumnya serta memberikan saran yang produktif dan membangun sehingga dapat bermanfaat bagi komunitas etnis Betawi Kebagusan dan bagi penelitian- penelitian selanjutnya. Pada bagian akhir, penelitian ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka.

BAB II MAULID NABI MUHAMMAD SAW DAN

KOMUNITAS ETNIS BETAWI A. Pengertian Perayaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perayaan adalah pesta keramaian, dsb untuk merayakan sesuatu. Sedangkan merayakan adalah memuliakan memperingati, memestakan hari raya peristiwa penting: -hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia; - hari lahir. 17 Pada hari besar Nasional dan keagamaan, masyarakat Kebagusan merayakannya dalam bentuk acara seremonial. Seperti hari Kemerdekaan Indonesia atau yang kita kenal sebagai 17-an. Warga Kebagusan merayakannya dengan mengadakan berbagai perlombaan yang diadakan diberbagai tempat umum seperti lapangan, jalan, maupun kebun-kebun kosong. 18 Dalam hal Maulid Nabi, warga Kebagusan juga merayakannya secara seremonial. Ini menandakan bahwa Maulid Nabi adalah hari bersejarah bagi umat Islam Indonesia, khususnya umat Islam Kebagusan yang patut dirayakannya secara meriah. Hal ini dapat dilihat dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan dimana banyak membutuhkan orang 17 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta: Balai Pustaka, edisi ketiga, 2003, hlm. 935 18 Hasil pengamatan penulis pada tahun 2007 sd 2008 banyak serta biaya yang besar. Di samping itu, perayaan Maulid Nabi biasanya diadakan secara formal dengan susunan kepanitiaan lengkap dengan perangkatnya. 19 B. Pengertian Maulid Nabi Muhammad Saw. Kata Maulid merupakan bentuk mashdar Mimi yang berasal dari kata: walada, yalidu, wilaadatan, maulidun, waldatun, wildatun, fahuwa walidun, wadzaaka mauludun, lid, laa talid, maulidun, mauladun, miiladun. Yang berarti dari segi bahasa etimologi adalah “Kelahiran.” 20 Sedangkan pada istilah terminology berarti: Berkumpulnya manusia, membaca apa yang mudah dari Al-Qur’an, dibacakan riwayat kabar berita yang datang pada permulaan urusan Nabi Muhammad Saw., dan apa yang terjadi pada maulidnya Nabi Muhammad Saw. daripada tanda-tanda kebesarannya, setelah itu dihidangkan bagi mereka hidangan makanan, mereka memakannya dan mereka pulang tanpa ada tambahan atas yang demikian itu. 21 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Maulid berarti perayaan hari lahir Nabi Muhammad Saw; bulan Maulud; bulan Rabiul Awwal. 22 Sedangkan menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Maulid adalah 1. Hari lahir terutama hari lahir Nabi Muhammad Saw.: memperingati–Nabi Muhammad Saw.; 2. Tempat lahir; 3. peringatan hari lahir Nabi Muhammad Saw.: acara-akan diisi dengan ceramah; bulan: bulan Rabiul Awwal. Sedangkan bermaulid-Rasul berarti memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. 23 19 Hasil wawancara dengan Abdul Azis 20 Syarif Mursal al Batawiy, Keagungan Maulid Nabi Muhammad Saw., Jakarta al-Syarifiyyah, 2006, hlm. 13 21 Buletin Dian al-Mahri, edisi 10, tahun 2008, hlm. 10 22 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta:Pustaka Amani, hlm. 246 23 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, op. cit, hlm. 725 Kelahiran Nabi Muhammad Saw. ke muka bumi ini merupakan karunia Allah yang teramat agung untuk umat manusia. Kehadirannya bagaikan matahari terbit yang menghapus kegelapan malam. Ia bagaikan rembulan di malam purnama dan air di tengah padang sahara. Cahayanya menjanjikan kebahagiaan dan kesejahteraan abadi. 24 Sekitar 14 abad yang lalu, pada suatu malam di bulan Rabi’ul Awwal, orang- orang kafir majusi dikagetkan dengan padamnya api sesembahan mereka yang selama ratusan tahun tidak pernah padam, pada malam itu juga penduduk kota Mekkah dikagetkan dengan suara burung yang berterbangan di atas udara dengan suara yang beraneka ragam, para pendeta ahli kitab dari golongan Yahudi dan Nashrani berkumpul dan memanggil pengikut mereka untuk beramai-ramai keluar dari rumah menyaksikan bintang besar yang berada di cakrawala yang sejak dahulu belum pernah muncul dan belum pernah terlihat oleh ahli perbintangan, singgasana raja Persia-pun bergonjang pada saat itu. 25 Itu semua merupakan pertanda manusia istimewa pilihan Rabb semesta alam baru saja lahir ke muka bumi setelah sembilan bulan berada dalam kandungan Siti Aminah. Ketika Siti Aminah mengandung Nabi Muhammad Saw., ia tidak merasakan seperti kandungan yang dialami oleh wanita-wanita hamil lainnya. Menurut suatu riwayat, ketika mau atau sedang mengandung. Siti Aminah tidak pernah merasa kelelahan dan kepayahan, meskipun kandungannya berumur tua. Selama ia mengandung pula, Siti Aminah kerap kali didatangi para Nabi yang memberitahukan kepadanya bahwa 24 , Maulid Nabi Muhammad Dalam Tinjauan Syariah, Jakarta:PB. Syahamah, hlm. 1 25 Muhammad Anwar, Sejarah Nabi Muhammad, op. cit, hlm. 25 yang dikandungnya itu akan menjadi pelita dunia yang akan menerangi seluruh jagat raya dari timur sampai barat serta utara maupun selatan. 26 Dalam sejarah kehidupan Rasulullah, 12 Rabiul Awwal memiliki makna tersendiri, selain menandai kelahiran Nabi, tanggal tersebut juga menandai Hijrahnya Rasulullah ke Madinah, bahkan ada yang berpendapat pada tanggal yang sama Rasulullah menghadap kepangkuan Allah Swt. 27 Sekitar enam ratus tahun setelah Nabi Muhammad wafat, di kalangan umat Islam banyak yang telah melupakan ajaran Islam itu sendiri. Kejahatan dan kemaksiatan merajalela. Perbudakan, pencurian, serta diskriminasi terhadap perempuan yang pada zaman Rasulullah dihapuskan kini kembali marak. Umat Islam pada saat itu sudah tidak memiliki semangat keislaman seperti pada zaman Rasulullah, apalagi saat itu umat Islam sedang mengalami kelelahan dalam perang salib yang berkepanjangan. 28 Jika Islam menganjurkan kepada umatnya untuk senantiasa memupuk persatuan dan perdamaian, maka dalam kenyataannya sedikit demi sedikit umat Islam banyak yang saling melakukan pertentangan, sekalipun adanya pertentangan itu hanya disebabkan oleh soal-soal kecil dan sepele saja. Dengan adanya perpecahan-perpecahan seperti itulah yang menyebabkan kedudukan umat Islam semakin hari semakin menjadi lemah, dan akibat dari kelemahan- kelemahan yang demikian itu maka sebagian negara-negara Islam dikuasai oleh negara- negara adikuasa yang mayoritas dari Barat. Dalam keadaan umat seperti itu, bangun dan bangkitlah Sultan Shalahudin al- Ayyubi, yang terkenal dengan julukan ”Singa Padang Pasir”. Sultan Shalahudin al- Ayyubi bangkit dengan tujuan agar umat tidak sampai berlarut-larut melupakan dan meninggalkan ajaran dan perjuangan Rasulullah Saw. Maka dianjurkanlah orang-orang 26 Ibid,. hlm. 17 27 Syarif Mursal al-Batawiy, Keagungan Maulid Nabi Muhammad Saw., op. cit, hlm. 14 28 Muhammad Anwar, Sejarah Nabi Muhammad Saw., op. cit, hlm. 11 untuk menulis kembali riwayat kehidupan Nabi dan perjuangannya serta dipentaskan pada acara seremonial untuk membacakan kembali sejarah Nabi Muhammad Saw. Penulisan riwayat Nabi tersebut dikarang beberapa Ulama pada saat itu, setelah selesai ditulis lalu kaum Muslimin diundang untuk mendengarkan pembacaan riwayat kehidupan Nabi yang diselingi oleh jamuan- jamuan yang telah disiapkan. 29 Di zaman Khulafa al-Rasyidin dan Daulat Umayyah serta Abbasiyah, belum berkembang ide memperingati kelahiran atau Maulid Nabi, sejarah mengungkapkan bahwa dimulainya peringatan Maulid Nabi dimulai pada masa Daulat Fathimiyyah pada abad 14 hijriyah. Acara itu berlangsung dengan sangat meriah. 30 Raja Abu Sa’id al-Malik al-Muzaffar 31 w. malam Rabu 18 Ramadhan 630 H ipar dari Sultan Shalahudin al- Ayyubi adalah orang pertama pelopor yang memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw. secara besar-besaran. Raja yang memerintah Kerajaan Arbil Arbelles sebelah timur Mosul Irak itu; gagah berani, pandai mengatur strategi, alim, saleh, dan adil, hidup dalam kesederhanaan, namun untuk memperingati Maulid Nabi Saw. beliau mengadakannya selama tujuh hari tujuh malam yang bertujuan untuk membacakan sejarah Nabi Muhammad Saw. Di samping itu diadakan pula pekan raya sepekan di negeri tersebut. 32 Salah satu contoh kebaikan Malik al-Muzaffar adalah membangun Masjid Muzaffari di kaki gunung Qasiyun. 33 Ibn Katsir pernah berkata: “Dia Malik al- 29 Ibid,. hlm 11 30 Abdul Hadi W.M., Perayaan Maulud Melintas Abad, Jakarta:Harian Pelita, Minggu, 11 November 1990, hlm. 10 31 H.L. Gottschalk, Al-Malik Al-Kamil, hlm. 44, sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., Jakarta:INIS, 1994 32 Buletin Dian Al-Mahri, op. cit, hlm. 10 33 Sebuah gunung terkenal di luar Damaskus Muzaffar dulu selalu menjalankan ibadah Maulid pada bulan Rabi’i dan merayakannya secara meriah”. 34 Menurut Cendekiawan Mesir, Hasan As-Sandubi dalam bukunya: Tarikh al-ihtifal bil Maulud an-Nabawi, min al-asr al-awwal ila asr Faruq al-awwal, terbitan Kairo 1948, menuliskan bahwasanya penguasa Fatimi pertamalah yang menetap di Mesir, al-Muidz al-Din Allah memerintah 341H953-365H975 yang untuk pertama kalinya merayakan Maulud Nabi dalam sejarah Islam. 35 As-Sundubi berasumsi bahwa al-Muidz al-Din Allah merayakan Maulid Nabi karena ingin mencoba membuat dirinya populer di kalangan rakyat dengan memperkenalkan beberapa perayaan, salah satunya yang paling penting adalah Maulid. 36 Sumber tertua yang menyebut tentang Maulid pada dinasti fatimi adalah karya Ibnu al-Ma’mun. Nama lengkapnya adalah Jamal al-Din ibn al-Ma’mun Abi Abd Allah Muhammad ibn Fatik ibn Mukhtar al-Bata’ihi. 37 Ayahnya adalah al-Ma’mun ibn al- Bata’ihi yang termasyhur, yang dari tahun 5151121 menduduki jabatan Perdana Menteri di istana khalifah Fatimi, al-Amir. 38 Tanggal kelahirannya secara tepat tidak diketahui, tetapi C.H. Becker mengasumsikan bahwa ia dilahirkan beberapa waktu sebelum ayahnya 34 Lihat mengenai Ibn Katsir, lk. 7001300-7721373 E.l. 2, iii, hlm. 817-818, art. oleh H. Laoust. Teks yang dikutip As-Suyuti di sini hampir identik dengan teks Ibn Katsir, Al-bidayah wa-n- nihayah fi t-ta’rikh, i 14 jil. Al-Qahirah 1351-81932-9, jil. XI, hlm. 136-137, sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., Jakarta INIS, 1994 35 Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., Jakarta:INIS, 1994, hlm. 20 36 As-Sundubi, Tarikh al-ihtifal bil Maulud an-Nabawi, min al-asr al-awwal ila asr Faruq al- awwal, al-Qahirah 1948, hlm. 63. Sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., Jakarta:INIS, 1994 37 Khit. I, hlm. 390; dalam Khit., hlm. 83 dan Itt. III, hlm. 69 namanya diberikan sebagai berikut: Jamal al-Mulk Musa ibn al-Ma’mun al-Bata’ihi. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., Jakarta:INIS, 1994 38 E.I. 2, i, hlm. 1091-1092, s.v. al-Bata’ihi, art. oleh D.M. Dunlop. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., Jakarta:INIS, 1994 ditangkap, sebab Ibn al-Ma’mun menyandang gelar amir, yang pasti didapat dari ayahnya. 39 Ibn al-Ma’mun meninggal pada tanggal 16 Jumada I30 Mei 1192. 40 Dalam Khitat karya ibn al-Ma’mun berisi satu bagian tentang Maulid. Bagian bacaan ini mengacu kepada tahun 5171123, adalah sebagai berikut: 41 Kemudian ia =ibn al-Ma’mun sub anno 5171123 berkata: saya tiba pada bulan Rabi’I dan kami =ibn al-Ma’mun dalam bukunya akan mulai dengan hal yang membuat bulan ini termasyhur, yaitu dengan menyebutkan hari kelahiran Junjungan yang pertama dan terakhir, Muhammad –semoga Allah memberkati dan mengaruniakan damai sejahtera kepadanya- pada hari ke tiga belas. 42 Dan sebagai zakat sadaqah ia =Khalifah al-Amir memberikan 6000 dirham terutama dari mal an-najawa 43 , dan dari persediaan dar al-fitrah 44 40 piring kue dan dari gudang para wali dan pelindung mauseloum agung yang terletak di antara Bukit dan al-Qarafah 45 , tempat para Anggota Keluarga Hamba Allah –semoga Allah memberkatinya dan mengaruniakan damai sejahtera- diistirahatkan; gula, amandel, madu, dan minyak wijen untuk tiap mausoleum. Dan Sana’ al-Mulk ibn Muyassar 46 melaksanakan pembagian 400 ratl 47 manisan halwah dan 1000 ratl roti. 39 C.H. Becker, “Zur Geschichtsschreibung unter de Fatimiden”, dalam: Beitrage zur Geschichte Aegyptens unter dem Islam, erstes Heft, Strassburg 1902, hlm. 1-31, hlm. 23. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., Jakarta:INIS, 1994 40 Wiet, G., “Compte rendu de ibn Muyassar, Annales d’Egypte, ed. H. Masse, Le Caire 1919 dalam: Jurnal Asiatique 18 1921, hlm. 65-125, hlm. 85 cat. 3. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., Jakarta:INIS, 1994 41 Khit, I hlm. 432-433. bagian bacaan ini langsung menyusul pemerian tentang perayaan hari lahir al-Amir pada tahun 517, yang didahului dengan pemerian tentang maulid al-Amir pada tahun 516. Jika ibn al-Ma’mun yang memerikan maulid an-nabi di bawah tahun 516, al-Maqrizi akan menempatkan kutipan itu pada maulid sesudah maulid al-Amir pada tahun 516, dan ini tidak demikian. Lihat Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., Jakarta:INIS, 1994, hlm. 9 42 Menurut G.S.P. Freeman-Grenville, The Muslim and Christian Calendars, London etc. 1963, 13 Rabi’I 517 jatuh pada hari Jum’at 11 Mei. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., Jakarta INIS, 1994 43 Najwa adalah jumlah yang harus dibayar untuk pengajaran agama Ismaili dalam pertemuan- pertemuan yang khusus diadakan untuk keperluan ini, yaitu yang disebut majalis, lihat E.I. 2, v, hlm. 1033a, s.v. madjlis; cf. Khit., hlm. 391. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., Jakarta INIS:1994 44 Rumah penyimpanan manisan, aslinya dimaksudkan untuk id al-fitr, dibangun oleh Khalifah Fatimi kedua di Mesir, al-Aziz, lihat ibn Zafir, Akhbar ad-duwal al-munqti’ah, ed. A. Ferre, Le Caire 1972, hlm. 38. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., Jakarta:INIS, 1994 45 Gunungnya adalah al-Muqattam; al-Qarafah adalah makam yang terkenal 46 Menurut As-Sundubi, Tarikh al-ihtifal bil Maulud an-Nabawi, min al-asr al-awwal ila asr Faruq al-awwal, op. cit. , hlm. 67, catatan 1, dia kelak menjadi kadi Misr pada tahun 526 dan 528, dan dia dibunuh oleh Khalifah al-Hafiz pada 5311137, sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., Jakarta:INIS, 1994 47 Sebuah ukuran isi, barangkali berasal dari kata litra Yunani Untuk menyongsong peringatan tersebut, dipersiapkan pula sebuah buku yang secara lengkap membahas tentang riwayat hidup Nabi Muhammad Saw. yang kemudian ditulis oleh Al-Hafidz Ibnu Dihyah dengan judul “At-Tanwir fi-imaulidin Basyirin Nazhir” 48 Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw yang menggembirakan. Dari tulisan inilah beliau mendapatkan hadiah dari Raja Malik al-Muzaffar sebanyak 1000 dinar emas 49 , Perayaan Maulid secara besar-besaran didasari karena pada zaman itu, Raja Mongolia Zengis Khan mengganas, melabrak, serta menghancurkan negeri Irak. Raja Malik al-Muzaffar membayangkan apabila rakyat tidak memiliki ketahanan mental yang tinggi, tentu mereka akan menjadi korban keganasan nafsu ekspansionisme tersebut. Pada saat semangat rakyat melemah, Raja al-Muzaffar menemukan gagasan untuk membangkitkan dan mengorbankan semangat rakyat dengan mengungkap kembali riwayat hidup Rasulullah yang penuh dengan nilai heroisme dan patriotisme dalam menegakkan kebenaran serta melindungi hak kaum lemah dan golongan yang tertindas. Dengan keberkahan Maulid tersebut, diharapkan dapat memompa semangat rakyat untuk berjuang membela negerinya sampai titik darah penghabisan, sehingga Zengis Khan-pun tidak berhasil melabrak kerajaan kecil tersebut. 50 Menurut Ibnu Jauzi menuliskan bahwa Raja Maulana Malik al-Muzaffar mengeluarkan jamuan sebanyak 51 : Tabel 1 48 Dua naskah sajak Ibn Dihyah Kitab at-tanwir fi maulid as-siraj al-munir disimpan di Paris, lihat GAL, GI, hlm. 311. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., Jakarta:INIS, 1994 49 Muhammad Anwar, Sejarah Nabi Muhammad, op. cit,, hlm. 12 50 Syarif Mursal al-Batawiy, Keagungan Maulid Nabi Muhammad Saw., op. cit, hlm. 15 51 Muhammad Anwar, Sejarah Nabi Muhammad., op. cit, hlm. 13 No. Jamuan Banyak 1 Kambing Panggang 5.000 ekor 2 Ayam 10.000 ekor 3 Keju 10.000 kg 4 Kue dan Buah-buahan 30.000 piring Total Biaya 300.000 dinar emas Sumber : Ibnu Jauzi dalam Al-Miratuz Zaman Dewasa ini perayaan hari lahir Nabi Muhammad Saw Arab. Maulid an-nabi pada tanggal 12 Rabiul Awwal =Rabi’i merupakan satu dari tiga hari raya muslim yang utama. 52 Meskipun Maulid berbeda dari dua perayaan lainnya, yaitu Hari Raya Buka Puasa ‘Id al-Fitr dan Hari Raya Qurban ‘id al-Adha dimana Maulid Nabi bukan hari raya agama, dan perayaannya tidak ditentukan oleh Hukum, 53 namun dirayakan di hampir seluruh dunia muslim termasuk di Indonesia. C. Sejarah Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. di Jakarta Merekonstruksi proses Islamisasi di Jakarta dan sekitarnya pada abad ke-13 sd abad ke-16 tak dapat dilakukan tanpa menyebut nama-nama besar seperti Kyan Santang dan Sunan Kalijaga. Tetapi fakta sejarah yang menopang terlalu sedikit yang dapat diketahui. Namun lokasi makam Kyan Santang, legenda Parahyangan, kisah-kisah rakyat 52 Yang dimaksudkan adalah Islam Sunni. Dalam kalangan Syi’I maulid juga dirayakan, tetapi perayaan-perayaan lain lebih penting. Cf. H. Lazarus-Yafeh, “Muslim Festival”, dalam Numen 25 1978, hlm. 52-64. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., Jakarta:INIS, 1994 53 Th. W. Jynboll, Handleiding tot de kennis van de Mohammedaansche Wet, Leiden 1930, hlm. 109. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., Jakarta INIS, 1994 tentang Sunan Kalijaga, kiranya dapat menghantarkan kita pada titik terang Islamisasi Jakarta dan sekitarnya pada masa itu. 54 Keberhasilan ekspedisi Fatahillah menaklukan Bandar Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527 dengan 1452 prajurit berhasil mengusir orang Portugis dari sana. 55 Fatahillah kemudian diangkat menjadi bupati pertama Sunda Kelapa dan mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang berarti kemenangan murni atas pertolongan Allah. 56 Nama tersebut terinspirasi dari ayat Al-Qur’an yakni Inna Fatahna Laka Fathan Mubina surat al-Fatah ayat 1 dan terinspirasi pula oleh kemenangan Rasulullah atas Makkah pada bulan Ramadhan 8 HijriyahJanuari 630. Fatahillah adalah tentara muslim pertama yang menaklukan Banten dan kemudian menguasai Sunda Kalapa dari Pajajaran pada tahun 1527. 57 Berdirinya bangunan masjid di Angke, Marunda, Tambora, Kampung Banda, Kebon Jeruk memperlihatkan fakta bahwa dakwah Islam di Jakarta dan sekitarnya memperoleh impetus, dorongan yang inerjikal. Jayakarta di bawah Fatahillah menjadi payung yang ampuh melindungi proses Islamisasi itu. 58 Ketika J.P. Coen menaklukan Jayakarta, orang-orang Islam mundur ke pedalaman. Saat itu masyarakat Islam yang mayoritas di Batavia hidup di luar tembok kota. Masjid menjadi pusat kegiatan keagamaan Islam. Hal itu membuktikan bahwa masyarakat Islam Betawi tidak berhubungan dengan Belanda secara langsung. 59 54 Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 81 55 Edi S. Ekadjati, Fatahillah Pahlawan Arif Bijaksana, Jakarta:Mutiara, 1983, hlm. 42 56 Ibid,. hlm. 48-49. Lihat juga Soekanto, Dari Djakarta ke Djajakarta, jakarta Penerbit Soeroengan, 1954, hlm. 60 57 R. Soekmono, Pengantar Sejarah kebudayaan Indonesia, jilid ke-3, Yogyakarta:Kanisius, 1973, hlm. 56 58 Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 81-82 59 Tim Peneliti, Sejarah Perkembangan Islam di Jakarta, Abad XVII sampai Abad XX, Jakarta Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah, 1979, hlm. 20 Pada akhir abad ke-18 para perantau dari Hadramaut hadaral maut memberi darah segar bagi perkembangan dakwah Islam di Jakarta dan sekitarnya. Menurut C.C. Berg, orang-orang Hadramaut baru berdatangan di Jakarta pada akhir abad ke-18 untuk berniaga. Walau pada mulanya sekedar berniaga, tetapi akhirnya mereka terlibat dalam gerakan dakwah. Yang terkenal diantara mereka ialah Sayid Alaydrus, pendiri masjid Luar Batang. Orang-orang perantau Hadramaut banyak yang menikah dengan orang Betawi, yang mereka sebut sebagai orang Melayu. Karena itulah orang-orang keturunan Arab menyebut orang-orang Indonesia dengan sebutan akhwal, yaitu saudara Ibu. 60 Cara-cara dakwah Islam pada masa itu adalah ceramah, pengajian dan pengajaran fiqih, tauhid, Al-Qur’an dan Hadits menurut madzhab Imam Syafi’i. Penggunaaan madzhab Imam Syafi’i disebabkan seluruh ulama Betawi saat itu berfaham Ahlu Sunnah Wal Jamaah. 61 Ahlus Sunnah Wal Jamaah ialah golongan atau madzhab yang dalam membahas ajaran-ajaran Islam berpegang kuat pada sunnah hadits-hadits shahih dan mempunyai pengikut terbanyak mayoritas. 62 Dalam perkembangan selanjutnya, para ulama Betawi saat itu mulai membacakan riwayat nabi Muhammad Saw. untuk dipertunjukkan guna menarik perhatian kepada masyarakat untuk masuk Islam. Cara ini sangat menarik untuk mengajak orang masuk Islam sehingga orang Tionghoa banyak yang masuk Islam seperti di daerah Tambora. 63 Peringatan Maulid merupakan tradisi terpenting dalam budaya Melayu. Peringatan ini dilakukan di masjid, mushalla, pesantren, kantor, dan perumahan. Kata 60 Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 83. Lihat juga Tim Peneliti, Sejarah Perkembangan Islam di Jakarta, Abad XVII sampai Abad XX, op. cit, hlm. 40 61 Ibid,. 62 Harun Nasution, Teologi Islam: aliran, sejarah, analisa, dan perbandingan, Jakarta:UI Press, 1986 63 Achmad Fadli HS, Ulama Betawi, tesis, program studi Timur Tengah, Jakarta:Pasca Sarjana UI, , 2006, hlm. 36 Maulud lebih akrab dalam dunia Melayu. Maulud merupakan sarana dakwah yang relevan dengan kehidupan umat Islam di Indonesia. 64 Pada upacara Maulud alim ulama dan ahli agama di berbagai daerah Indonesia menceritakan tahap-tahap kehidupan Nabi Muhammad Saw., dan membacakan kisah-kisah dari karya Ja’far al-Barjanzi, dan cerita- cerita kehidupan Nabi Muhammad Saw. dari kitab Sharafil’l-anam. 65 Di Indonesia, Malaysia, dan Brunei diadakan secara resmi peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw di istana-istana negara dan telah menjadi tradisi terpenting di budaya dunia Melayu. Di Jakarta, Maulud diadakan secara resmi di Masjid Istiqlal yang dihadiri oleh Presiden RI dan para pejabat tinggi serta duta-duta besar negara-negara Islam. 66 Allah Swt. berfirman: ﻪ ا لﻮ ر ﻓ ْ ﻜ نﺎآ ْﺪﻘ ﺮآذو ﺮﺧﺂْا مْﻮ ْاو ﻪ ا ﻮﺟْﺮ نﺎآ ْ ﺔ ةﻮْ أ اﺮ ﺜآ ﻪ ا Artinya: Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah. QS. Al-Ahzab:21. Dalam Al-Qur’an Allah juga berfirman tentang kemuliaan pribadi Rasulullah: ﻈ ﻖ ﺧ ﻰ ﻚ إو Artinya: Sesungguhnya engkau Nabi Muhammad memiliki akhlak yang agung dan mulia. QS. Al-Qalam:4 Nabi Muhammad Saw. merupakan manusia yang paling mulia. Orang yang mencintai Nabi Muhammad Saw. akan mendapat tempat dalam surga yang penuh hikmat. 64 Tim Penyusun, Sekilas Hari-Hari Besar Islam, Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, hlm. 10-12 65 Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Balai Pustaka, P dan K, Jakarta, 1984, hlm. 395. Lihat pula Yustiono ed., Islam dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta:Yayasan Festival Istiqlal, 1993, hlm. 259 66 Muhammad Zafar Iqbal, op. cit, hlm. 414-415 Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa yang mencintaiku, maka ia bersamaku nanti dalam surga”. HR. As-Sijzi dari Anan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: ﻜ ﻪ ا نﺎآو ا ﺗﺎﺧو ﻪ ا لﻮ ر ْ ﻜ و ْ ﻜ ﺎﺟر ْ ﺪ أ ﺎ أ ﺪ نﺎآ ﺎ ﺎ ءْ ﺷ Artinya: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seseorang laki-laki di antara kamu, tetapi ia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatunya. QS. Al-Ahzab:40 Selain dari itu Allah berfirman: ق ﺎ ﺟ ْ ﻜْ إ ﻪ ا لﻮ ر إ سﺎ ا ﺎﻬ أﺎ ْل Artinya: Katakanlah hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu. QS. Al-Araf:158 ﺎ ْ ﺔ ْ ر ﺎ إ كﺎ ْ ْرأ ﺎ و Artinya: Dan tidaklah Kami mengutus engkau hai Muhammad melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. QS. Al-Anbiya: 107 Inilah dasar-dasar untuk merayakan Maulid Nabi Besar Muhammad Saw. di Jakarta, seluruh Indonesia, dan di dunia Melayu. 67 Maulid Nabi Besar Muhammad Saw. dirayakan secara kenegaraan. Masyarakat Betawi di Jakarta merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw. dengan sangat meriah di masjid-masjid, rumah-rumah, serta di tempat- tempat umum. Dalam acara Maulid di Jakarta biasanya orang membaca syair-syair Syeikh Ja’far Al-Barjanzi yang memuji Nabi Muhammad Saw. Para Hadirin membaca: 67 Ibid., hlm. 415-416 Ya Nabi Salam Alaika Ya Rasul Salam Alaika Ya Habib Salam Alaika Shalawatullah Alaika. 68 D. Pengertian dan Sejarah Pembentukan Komunitas Etnis Betawi Kata “Betawi” digunakan sebagai identitas etnis tidak dikenal oleh orang Betawi sendiri di masa lalu. Sejak abad ke-18 ada ulama asal Batavia yang belajar mengajar di Mekkah dan Madinah menggunakan kata “Al-Batawi” di belakang namanya, seperti Syeikh Abdurrahman Al-Batawi yang sejaman dengan ulama terkenal Muhammad Arsyad al-Banjari sekitar tahun 1710-1812. 69 Tetapi hal itu lebih menunjukkan tempat asal daripada identitas etnis, sebagaimana lazimnya nama ulama Nusantara saat itu, seperti Mahfudz at-Tremasi dari Termas, bukan al-Jawi yang berarti orang Jawa dan lebih berkonotasi etnis, Hasan Mustafa al-Garuti dari Garut bukan as-Sundawi yang berarti orang Sunda atau Abdurrauf as-Sinkili dari Singkel bukan al-Asihi yang berarti orang Aceh. 70 Islam dan Betawi merupakan hal yang tidak bisa terpisahkan. Bahkan sebutan “Betawi” hanya bisa digunakan oleh penduduk asli Jakarta yang beragama Islam. Sedangkan untuk penduduk asli Jakarta yang beragama Kristen secara turun menurun biasanya disebut dengan daerah asalnya, seperti penduduk asli Jakarta yang beragama Kristen yang diduga keturunan Mardjikers di daerah Tugu Jakarta Utara disebut orang 68 Soetcipto Wirosardjono, Maulid Nabi, Roberik Asal Usul, Jakarta:Kompas Minggu, 23 September 1990 69 Abdul Azis, Islam dan Masyarakat Betawi, Jakarta:Logos, 2002, hlm. 2 70 Mengenai kebiasaan ulama Nusantara di Haramain yang menambahkan nama tempat asal mereka di belakang nama diri, lihat Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII XVIII; Akar pembaharu Islam Indonesia, Jakarta:Kencana, 2005 Tugu dan penduduk asli beragama Kristen di daerah Depok disebut orang Depok atau Belanda Depok. 71 A.S. Widodo mengatakan bahwa kata ”Betawi” berasal dari kata Batavia yang diciptakan Belanda tahun 1619 guna mengenang nenek moyang orang Belanda yakni suku “Bataav”. 72 Nama Betawi diambil dari legenda rakyat tentang peperangan antara pasukan Belanda dengan pasukan Mataram. Saat itu karena Kompeni 73 kekurangan peluru dan bahan peledak ditambah lagi dengan jumlah pasukan yang tersisa hanya 12 orang, 74 sehingga sangat tidak memungkinkan mereka akan menang melawan pasukan Mataram yang jumlahnya tiga kali lipat dari Belanda. Salah seorang prajurit Kompeni mempunyai inisiatif untuk mengambil panci dan mengisinya dengan kotoran manusia tahi. Lalu kotoran tersebut dilemparkan kepada pasukan Mataram yang berada di balik tembok sehingga mereka berlarian sambil meneriakkan kata “Mambet Tahi ” “Mambet Tahi ” bau tahi. Kejadian itulah yang menurutnya pernah menjadi julukan Batavia sebagai kota Tahi. 75 Namun asal muasal Betawi dari kata Batavia dibantah oleh Ridwan Saidi, menurutnya plesetan kota Batavia menjadi Betawi telah terjadi lama sebelum kedatangan Belanda di Indonesia. 76 Adapun yang disebut orang Betawi adalah penduduk pribumi daerah Jakarta yang sudah tidak jelas lagi asal keturunannya disebabkan perpaduan atau hasil proses asimilasi antara penduduk pribumi yang sudah lama menghuni daerah Jakarta dengan suku bangsa lain yang datang sebagai penghuni baru, antara lain orang Banten, Jawa, Bugis, Makassar, serta pendatang dari bangsa asing seperti 71 Abdul, Azis, op. cit, hlm. 75 72 AS. Widodo, Kota Tahi, dalam Ketoprak Betawi, majalah Intisari, Jakarta:PT. Intisari Mediatama, 2001, hlm. 38-47 73 Sebutan untuk penjajah dari Belanda 74 Pada tahun 1619, pasukan Belanda banyak yang meninggal akibat terkena penyakit malaria, pasukan dari Belandapun tak ada yang mau datang ke Batavia karena takut terjangkit penyakit menular itu. 75 AS. Widodo, Kota Tahi, op. cit, hlm. 38-47 76 Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 16 Cina, Belanda, Portugis, India, dan Arab. Budiaman, 2006:16-17 77 . Guines dalam Irawati 1993 menyebutkan salah satu ciri orang Betawi adalah yang lahir dan hidup minimal tiga generasi di Jakarta. Di sisi lain, yang dimaksud orang Jakarta adalah orang-orang dari suku lain seperti Jawa, Sunda, dan Sumatra yang lahir, tinggal, maupun bekerja di Jakarta dalam jangka waktu yang cukup lama. 78 Sedangkan bahasa Betawi 79 secara linguistik merupakan bahasa Melayu yang digunakan oleh penduduk asli Jakarta Betawi sebagai percakapan sehari- hari. Berdasarkan daftar kosakata Swadesh, seorang peneliti Amerika yang bersuamikan orang Indonesia, Kay Ikranegara, menyimpulkan hasil perhitungannya bahwa 93 kosakata dasar bahasa Betawi sama dengan kosakata bahasa Indonesia disini bahasa Indonesia dianggap sebagai salah satu variasi bahasa Melayu. Sisanya 7 berasal dari bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan Cina. 80 Menurut Yasmine Zaki Shahab seperti dikutip Irawati 1993:19-20, masyarakat budaya Betawi dapat digolongkan menjadi tiga bagian 81 : 77 Fadjriah Nurdiarsih, Pandangan Sosial Dalam Sketsa-Sketsa Firman Muntaco, skripsi, program studi Indonesia, Fakultas Ilmu Bahasa UI, 2007, hlm.21-22 78 Ibid., 79 Ada beberapa istilah yang diberikan para peneliti bahasa dengan alasan masing-masing untuk menyebut bahasa yang diucapkan oleh komunitas etnis Betawi dalam berkomunikasi. Para peneliti Belanda seperti van der Tuuk, van der Wall, dan lain-lain memberi nama Bataviiasche-Malaische. C.J Batten 1868 menyebutnya Basa Betawi dan Liem Kim Hok 1884 menggunakan nama Melayu Betawi. Hans Kahler 1966 dan Sri Sukesi Adiwimarta 1966 menyebutnya omong Jakarta. Kay Ikranegara 1975 memberi nama Melayu Betawi. Stephen Wallace 1976, 1977 dan C.D Grinjs 1991 memberi nama Jakarta Malay Melayu Jakarta. Muhadjir 1964, 1977 menggunakan istilah dialek Jakarta. Namun pada tulisan- tulisannya yang terakhir, Muhadjir menggunakan bahasa Betawi 2001 atau bahasa Melayu Betawi 2004. Lihat Fadjriah Nurdiarsih, Pandangan Sosial Dalam Sketsa-Sketsa Firman Muntaco, op. cit., hal. 4 Berkaitan dengan tumbuhnya kesadaran etnisitas akhir-akhir ini, istilah bahasa Betawi lebih popular digunakan, meskipun istilah yang benar seharusnya bahasa Melayu dialek Betawi. Bahasa Melayu adalah induk dari bahasa Betawi dan memiliki tiga subdialek, yaitu tengah, pinggir, ora. Lebih jelas lihat Abdul Chaer, Perkembangan Bahasa Melayu di Jakarta 2007. 80 Muhadjir, Bahasa Betawi: sejarah dan perkembangannya, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2000, hlm. 61 81 Fadjriah Nurdiarsih, Pandangan Sosial Dalam Sketsa-Sketsa Firman Muntaco, op. cit., hlm.7

a. Betawi Tengah, meliputi wilayah yang dahulu menjadi Gemente Batavia,

tidak termasuk Tanjung Priuk. Wilayah budaya Betawi Tengah meliputi seluruh Jakarta Pusat, sebagian Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Kebudayaannya sebagian dipengaruhi ajaran Islam. b. Betawi Pinggir, meliputi sebagian wilayah Jakarta Timur, sebagian Selatan Bogor dan Bekasi. Kebudayaannya banyak dipengaruhi kebudayaan Jawa dan Sunda. c. Betawi Ora, meliputi pinggiran Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Tangerang. Kebudayaannya banyak dipengaruhi kebudayaan Cina. Jika kita kembali pada abad ke-10M, proses asimilasi mukimin awal berbahasa Sunda kuno dengan pendatang dari Kalimantan Barat berbahasa Melayu Polinesia membentuk sebuah komunitas baru yang menjadi kelompok etnik baru. Kelompok ini sampai dengan abad ke-19 disebut sebagai Melayu Jawa. 82 Menurut Raden Arya Sastradarma yang menyusun karangan yang berjudul Kawantonan Ing Nagari Batawi, berdasarkan penglihatannya pada tahun 1865, kelompok etnik ini sudah menyebut dirinya sebagai “orang Betawi”, bercampur dengan sebutan sebagai “orang Selam”. 83 Penyebutan diri sebagai orang Selam tampaknya tidak banyak dipakai lagi oleh orang Betawi sendiri di awal abad ke-20. Orang-orang Cina masih meneruskan sebutan orang Selam. Sedangkan orang- orang Arab lebih suka menyebut orang Betawi sebagai orang Melayu. Ada sebutan yang tidak terlalu populer untuk kelompok etnik ini sebelum mereka dinamakan Melayu Jawa yaitu orang Semanan. Sebutan ini berasal dari plesetan bahasa Iban Senganan yang berarti orang yang baru masuk Islam. 84 Di dalam buku Sejarah Nasional Indonesia III diuraikan tentang kitab Sanghyang Siksakhanda yang merupakan pedoman etnik bagi orang Pajajaran dan taklukannya. Tatkala pesisir utara Jawa mulai dari Cirebon, Kerawang, dan Bekasi terkena pengaruh Islam yang disebarkan oleh orang-orang Pasai, maka tidak sedikit orang-orang Melayu 82 Analisa Ridwan Saidi terhadap Lukisan Ernest Alfred Hardouin, 1853 83 Drs. S. Z. Haditsucipto, Sekitar 200 tahun Sejarah Jakarta 1750-1945, Jakarta:Dinas Museum Sejarah DKI Jakarta, 1979, hlm. 53 84 Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 15 Jawa yang memeluk Islam. Penguasa Pajajaran menyebut mereka sebagai kaum langgara, berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya orang yang telah berubah atau beralih. 85 Orang-orang Melayu Jawa ini meninggalkan pedoman etnik Hindu Sanghyang Sikskhanda. Tempat berkumpul mereka disebut langgar. Karena itu orang Betawi masih menggunakan istilah itu sebagai padanan mushalla. Kaum langgara inilah yang dinamakan Semanan. Penyebutan orang Betawi baru muncul di abad ke-19. adapun plesetan kota Batavia menjadi Betawi telah terjadi lama sebelum itu. Hal ini karena masalah transliterasi Arab, penulisan Batavia menjadi ba-ta-wau-ya, Betawi. 86 Abdul Azis 87 berpendapat bahwa etnis Betawi terbentuk relatif baru yaitu pada sekitar permulaan abad ke-19 yang merupakan percampuran antar berbagai unsur suku bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar wilayah Nusantara. Secara luas telah diketahui bahwa penggunaan istilah Betawi merujuk kepada Batavia, sebuah nama yang digunakan penjajah Belanda untuk kota Jakarta masa lalu. Sehingga sebelum istilah Betawi lazim digunakan, mereka menyebut diri mereka sendiri dengan sebutan Orang Selam. 88 Raden Arya Sastradarma, seorang pelancong dari Surakarta yang menuliskan pengalamannya selama di Batavia pada tahun 1870 dalam buku berjudul Kawontenan Ing Nagari Betawi, menemukan bahwa umumnya penduduk Batavia saat itu menggunakan bahasa Melayu dalam percakapan sehari-hari dan mereka menyebut diri dengan Orang 85 Ibid,. hlm. 15 86 Ibid,. hlm. 16 87 Abdul Azis, Islam dan Masyarakat Betawi, op. cit, hlm. 2 88 Ibid., hlm. 4 Selam yang agaknya merupakan pengucapan setempat untuk Islam, sebagaimana Srani untuk kata “Nasrani”. 89 Berbeda dengan pendapat tersebut, Ridwan Saidi membantah bahwa orang Betawi asli itu tidak ada karena mereka berasal dari berbagai suku Cina, Arab, dan Melayu. Ridwan Saidi berpendapat bahwa nenek moyang orang Betawi sudah ada sejak daerah itu dikenal dengan nama Sunda Kelapa yang pada tahun 1522 dikontrakkan kepada Portugis oleh kerajaan Pakuan dan pada 1527 Fatahillah merebut dan memerdekakannya dari cengkraman kulit putih. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah kota Sunda Kelapa yang sudah memiliki pelabuhan samudera tidak berpenduduk? Kalau Betawi Lama Sunda Kelapa tidak berpenduduk, siapa yang membongkar muatan di Sunda Kelapa? Tentunya ada kuli gotong dan kuli panggul yang pastinya telah berumah tangga dan memiliki sanak saudara. 90 Ridwan menilai sangat tidak bertanggung jawab pernyataan yang mengatakan bahwa orang Betawi itu tidak ada karena mereka dikatakan berasal dari Cina dan Arab. Jauh sebelum kedatangan orang Arab dan Cina serta suku bangsa lain, Bandar Sunda KelapaJayakartaOud Batavia sudah ada penduduknya. 91 Prof. Slamet Mulyana dalam bukunya Dari Holotan ke Djayakarta mengungkapkan bahwa dalam satu ekskavasi di kawasan Condet, Jakarta Timur, ditemukan kapak genggam dari zaman Neolitichum. Ini memberi petunjuk bahwa kawasan Condet merupakan daerah hunian purba di Jakarta. Buku Sejarah Nasional Indonesia III, editor umum: Marwati Djuned Pusponagoro dan Nugroho Notosusanto, mengungkapkan bahwa ketika orang Belanda datang pertama kali tahun 1956 di Kalapa, 89 Ibid., hlm. 29 dan 74 90 Ridwan Saidi, Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta, Jakarta:LSIP, 1994, hlm. 41 91 Ibid., hlm. 42 mereka menceitakan bahwa banyak sekali dijumpai para pencari ikan. Dan selanjutnya dalam Hikayat Banjar disebutkan bahwa penduduk yang berada di dalam dan di luar kraton Jayakarta berjumlah 3.000 keluarga. Bila setiap keluarga rata-rata terdiri dari 5 jiwa, maka jumlah penduduk di Kalapa diperkirakan 15.000 orang yang berdiam di kraton dan kawasan sekitarnya. 92 Berdasarkan persebaran kapak persegi dari kebudayaan Neolitik, baik menurut Solheim maupun R. Von Heine Geldern, dapatlah diperkirakan bahwa tanda-tanda adanya awal pendudukan daerah-daerah di Indonesia termasuk daerah Jakarta diperkirakan mulai 3000-1000SM. Usia ini tidak begitu bertentangan dengan dugaan usia terjadinya dataran rendah menurut Dr. Verstappen yaitu 5000 tahun yang lalu. Hal itu dapat dihubungkan pula dengan bukti bahwa tempat-tempat penemuan sebagian besar alat-alat kapak persegi, beliung, batu-batuan itu kebanyakan berada di daerah Jakarta yang letaknya di atas tanah-tanah 93 yang lebih tinggi daripada dataran hasil pengendapan. 94 Bondan Kanumoyoso dalam pengantar buku Profil Etnik Jakarta mengatakan bahwa Lance Cantles dalam suatu artikelnya menyebutkan salah satu unsur yang membentuk etnis Betawi adalah para budak karena ia mendasarkan analisanya pada data jumlah budak yang menetap di kota Batavia. 95 Memang benar bahwa sampai dengan abad ke-18 jumlah budak di dalam kota Batavia lebih banyak daripada jumlah penduduk bebas. Namun jika kita mengalihkan perhatian ke wilayah di luat tembok kota yang 92 Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 4 93 Pada tahun 1699 jumlah penduduk Batavia 21.911orang, dan penduduk Ommelanden 49.688 orang. Sedangkan tahun 1759 penduduk Batavia 16.194 orang dan Ommelanden 111.172 orang. Lihat Remco Raben, Batavia and Colombo, The Etnic and Spatial Order of Two Colonial Cities, 1600-1800, PH. D., dissertation: Leiden University, 1996, hlm. 309-319 94 Uka Tjandrasasmita, Sejarah Jakarta: Dari Zaman Prasejarah Sampai Batavia tahun 1750 Jakarta:Dinas Museum dan Pemugaran Prov. DKI Jakarta, 2001, hlm. 12 95 Lance Castles, pengantar Profil Etnik Jakarta, Jakarta:Masup Jakarta 2007, hlm. xii-xiii disebut dengan Ommelanden akan didapat gambaran yang berbeda. Jumlah penduduk Ommelanden lebih besar daripada penduduk di dalam kota. 96 Dalam prasasti Tugu disebutkan tentang penggalian Sungai Chandrabagha sungai Bekasi oleh Raja Purnawarman. Sri Maharaja Purnawarman pada tahun ke-22 pemerintahannya memerintahkan pula menggali sungai Gomati sampai ke laut sepanjang 6.122 tombak atau sama dengan 12 km., dikerjakan dalam waktu 21 hari. Setelah pekerjaan itu selesai diadakan upacara besar-besaran dan raja menghadiahkan 100 ekor lembu kepada rakyat dan para Brahmana yang telah berjasa membuat saluran itu. Juga ditanamkan patung Ganesha, dewa keselamatan, untuk menjaga bahaya. 97 Dengan demikian sudah ada komunitas yang disantuni oleh kerajaan Tarumanegara pada saat itu. Dapatlah dibayangkan berapa banyak jumlah tenaga kerja yang dilibatkan dalam pembuatan sungai itu serta betapa ramai pesta yang diadakan setelah itu. 98 Wilayah kerajaan Tarumanegara yang berbatas timur sungai Citarum, berbatas barat sungai Cisadane, berbatas selatan gunung Salak dan Gede, dan berbatas utara laut Jawa, mempunyai rakyat dalam jumlah besar. Hanya saja berapa besar populasi Tarumanegara tidak diketahui secara pasti. Namun dari prasasti Tugu dapat disimpulkan bahwa kerajaan ini berpenduduk. Mereka yang berdiam di Kalapa merupakan bagian dari populasi Tarumanegara. 99 Kalapa adalah nama yang paling purba dari kawasan yang kemudian disebut Jakarta. 100 96 Ibid., 97 Minggu Merdeka, minggu ke-5, November 1992 98 Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 5 99 Ibid., hlm. 6 100 Ibid., Kerajaan Tarumanegara mulai memudar pada abad ke-7M. Sementara itu kekuasaan Sunda Pajajaran belum bangkit. Prof. Slamet Mulyana berpendapat di antara tenggang waktu tersebut terjadi vacuum kekuasaan politik di Kalapa. Dalam masa vacuum itulah muncul kerajaan Budha Sriwijaya sebagai periode interrugnum di Kalapa. Bahkan berdasarkan prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686 yang ditemukan di Pulau Bangka, J. Moens dan Purbatjaraka berpendapat bahwa kerajaan Tarumanagara runtuh akibat serangan Sriwijaya. 101 Pada abad ke-12M kerajaan Sunda Pajajaran mendirikan sejumlah pelabuhan antara lain di Cimanuk, Tangerang, dan di Kalapa. Pelabuhan ini didirikan bukan untuk membangun prasarana fisik melainkan mendirikan kantor untuk mengutip cukai di pelabuhan. Pelabuhan itu sendiri secara tradisional telah berfungsi. Pada perkembangannya pelabuhan yang oleh Pajajaran dinamakan Sunda Kalapa 102 merupakan pelabuhan yang paling ramai dibanding dengan pelabuhan-pelabuhan lain yang dikontrol oleh kerajaan Sunda Pajajaran. 103 Keistimewaan Sunda Kalapa adalah pasokan airnya, di samping anggurnya yang dibuat oleh orang-orang Cina sangat digemari oleh para pelayar. Orang-orang Kalapa telah mengerti cara penyaringan air minum yang berasal dari sumber Kali Ciliwung. Sampai dengan abd ke-18M orang-orang Belanda minum air kali Ciliwung yang telah disaring. Hingga sekarang di daerah Jakarta-Kota ada tempat yang dinamakan Penjaringan, yang seharusnya Penyaringan. Di samping itu adanya dua pasar kuno yakni 101 Minggu Merdeka, Minggu ke-5, November 1992 102 Ini suatu ungkapan berdasarkan gramatika purba dimana subjek yang diterangkan berada di belakang yang menerangkan, berdasatr gramatika modern mestinya Kalapa Sunda, Kalapa yang menjadi milik Sunda. Lihat Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 7 103 Ibid., Pasar Ikan dan Pasar Pisang. 104 Hal ini mengindikasikan dinamika kehidupan ekonomi yang telah berlangsung lama di Kalapa. Lantas, siapakah orang-orang Kalapa? Orang-orang Kalapa adalah orang-orang yang berasal dari tanah Jawa. Mereka berbahasa Sansekerta, dan di zaman kekuasaan Pajajaran mereka berbahasa Sunda Kuno. Orang-orang itu kemudian bercampur baur, kawin mawin, dan membentuk komunitas baru dengan migran yang datang dari Kalimantan pada periode interrugnum. 105 Prof. Bernd Nothofer dari Frankfurt University memperkirakan arus migrasi dari Kalimantan ke Kalapa telah terjadi paling sedikit 10 abad yang lalu. Inilah yang menjadi cikal bakal komunitas etnis Betawi di Jakarta. 106 E. Komunitas Etnis Betawi Kelurahan Kebagusan Dominasi warga Betawi di kelurahan Kebagusan 107 membuat daerah ini kental dengan nuansa Betawi. Tradisi dan adat istiadat yang biasa dilakukan oleh orang Betawi masih tetap bertahan di Kebagusan. Warga betawi Kebagusan sangatlah menghormati para tokoh masyarakat atau sesepuh adat dan juga tokoh agama setempat. Kehidupan ini berlangsung turun menurun sampai sekarang. 108 Saking hormatnya dengan para tokoh masyarakat atau tokoh agama hingga dapat mudahnya para tokoh-tokoh tersebut mengerahkan masyarakat untuk berbagai kegiatan, baik yang umum maupun keagamaan. Sebagaimana pengerahan masyarakat untuk kegiatan Maulid, para tokoh masyarakat dan tokoh agama ini dengan sengaja diikutsertakan demi membantu terselenggaranya kegiatan Maulid tersebut. 109 104 Lokasi Pasar Pisang di dekat Stadhuis, pasar ini telah lenyap pasca Perang Dunia ke II 105 Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, op. cit, hlm. 8 106 Ibid., 107 Hal ini diperkuat oleh pengamatan Alwi Shahab dalam bukunya Queen of The East, hlm. 113 108 Hasil pengamatan penulis tahun 2007 sd 2008 109 Hasil wawancara dengan Zainal Abidin Beberapa tradisi yang dipertahankan oleh orang Betawi Kebagusan adalah yang berkaitan dengan siklus hidup manusia, seperti upacara kehamilan, kelahiran, potong rambut dan aqiqah, khitanan, khatam Qur’an, pernikahan dan kematian. 110 Upacara-upacara ini dianggap penting karena menandai dimulainya babak baru dalam kehidupan manusia. Oleh karena masyarakat Betawi Kebagusan adalah pemeluk agama Islam yang taat, tidaklah aneh jika upacara-upacara siklus hidup ini juga berdasarkan ketentuan dalam agama Islam. Bagi orang yang mampu, tentu akan melaksanakan upacara ini meskipun sekarang tidak selengkap urutan aslinya. Selain tradisi yang bersumber pada upacara siklus hidup, masyarakat Betawi Kebagusan juga mengenal tradisi dalam merayakan hari raya Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi maupun Isra Mi’raj. Tradisi ini menempati posisi yang istimewa bagi orang Betawi kebagusan, terbukti dengan adanya ritual-ritual dalam perayaannya. Semangat inilah yang membuat Kebagusan terkenal dengan kampung santri di Kebagusan. 111 Berdirinya Ikatan Warga Betawi Kebagusan sebagai wadah pemersatu warga Betawi Kebagusan turut andil memperkokoh tali silaturahmi sesama warga Betawi Kebagusan. Masyarakat Betawi Kebagusan yang tadinya tidak mengenal sesama komunitas etnis Betawi bisa saling mengisi dan membantu satu sama lain. Kekompakan dan kebersamaan yang telah terorganisir melalui wadah IWBK bisa terlihat dengan diadakannya lorisan kondangan. Sebuah acara dimana sesama pengurus dan anggota IWBK yang notabene warga Betawi Kebagusan dapat hadir dalam rangka tasyakuran atau hajatan. Tasyakuran yang dimaksud berkenaan dengan acara pernikahan yang akan diadakan oleh salah satu pengurus maupun anggota IWBK. Setiap anggota 110 Hasil pengamatan penulis tahun 2007 sd 2008 111 Ibid., IWBK wajib membayar iuran yang sudah ditentukan untuk diserahkan kepada empunya hajatan. Disaat itulah mereka berkumpul sekaligus bersilaturahmi sesama warga Betawi Kebagusan 112 . Bagi warga Betawi Kebagusan, kebersamaan dan persaudaraan antar sesama warga Betawi maupun pendatang harus terjalin dengan baik guna meningkatkan rasa aman dan tenteram di dalam kehidupan bermayarakat dan bernegara. Mereka seakan tidak mempengaruhi tingkat sosial maupun asal daerah bilamana sesama warga Kebagusan dapat saling tolong menolong dalam menciptakan keamanan dan ketertiban daerah sekitarnya. 112 Hasil wawancara dengan Zainal Abidin

BAB III GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KELURAHAN KEBAGUSAN