3 Perempuan
16. 059 Jiwa 4
Warga Negara Asing 2 Jiwa
5 Kepala Keluarga
12. 851 Jiwa 6
Kepala Keluarga Laki-laki 10. 972 Jiwa
7 Kepala Keluarga Perempuan
1. 879 Jiwa Sumber: Data kelurahan Kebagusan pada tahun 2008
Pemukiman yang cukup padat ini berada di wilayah yang cukup luas pula sehingga tidak menyebabkan kepadatan penduduk yang berlebihan. Anak-anak masih
bisa bermain di pekarangan rumah yang luas serta orang dewasa masih bisa berolahraga di kebun-kebun kosong yang biasanya dijadikan sebagai lapangan olahraga.
121
Dari data jumlah penduduk yang ada di kelurahan Kebagusan terdapat 30.644 orang Betawi. Namun hanya sekitar 25.000 orang yang masih melaksanakan Perayaan
Maulid Nabi Muhammad Saw.
122
Tidak semua warga Betawi Kebagusan merayakan Maulid Nabi disebabkan adanya arus modernisasi yang bernilai negatif tanpa adanya
filter yang kuat hingga spirit keislaman warga Betawi Kebagusan mulai memudar.
Termasuk motivasi untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw.
123
C. Keadaan Komunitas Etnis Betawi Kelurahan Kebagusan
Berbeda dengan permukiman Betawi yang berada di pusat kota, warga Betawi Kebagusan cenderung bekerja sebagai pedagang. Mereka di dukung oleh lahan-lahan
perkebunan yang berada di sekitar permukiman warga. Bahkan mereka memetik dan menjualnya sendiri. Perkebunan yang ada di Kebagusan didominasi dengan perkebunan
buah-buahan. Buah rambutan, sawo, melinjo, pisang, pepaya, mangga dan jambu sangat
121
Hasil pengamatan penulis tahun 2007 sd 2008
122
Ibid.,
123
Ibid.,
mudah ditemui di Kebagusan. Setelah matang, buah-buahan tersebut akan dibawa ke Pasar Lenteng atau Pasar Minggu untuk dijual kepada masyarakat.
124
Untuk itulah ada sebuah lirik lagu yang mengisahkan tentang produksi buah- buahan hasil kebun di Kebagusan yang dijajakan di Pasar Minggu.
Pepaya, Pisang, Mangga, Jambu Dijual di Pasar Minggu
Demikianlah penggalan syair lagu yang biasa dibawakan orang Betawi Kebagusan. Dengan pendapatan yang memadai dari hasil berdagang buah-buahan, mereka
menghidupi seluruh anggota keluarga dengan baik. Rasa syukur dan kepedulian yang tinggi terhadap kehidupan keluarga membuat warga Betawi kebagusan menggemari
pekerjaan mereka masing-masing. Bahkan adapula warga Betawi Kebagusan yang bekerja sebagai pedagang namun anak-anak mereka dapat menikmati pendidikan sampai
ke jenjang perguruan tinggi. Suatu hal yang cukup membanggakan bagi masa depan warga Betawi Kebagusan.
125
Walaupun warga Betawi Kebagusan lebih banyak bergerak di bidang perniagaan. Namun ada juga warga Betawi Kebagusan yang bekerja di instansi pemerintah maupun
swasta. Bahkan ada yang menjadi pegawai negeri sipil dan memiliki kedudukan penting di perusahaannya.
126
Jenis pekerjaan
yang beraneka
ragam di Kebagusan membuat pendapatan ekonomi mereka juga beraneka ragam. Tingkat ekonomi rendah sampai menengah ke
atas ada di Kebagusan. Mayoritas dari mereka termasuk ke dalam kategori tingkat ekonomi menengah. “Ya asal tiap hari dapur ngebul, anak-anak terus sekolah, dan ada
124
Hasil pengamatan penulis pada tahun 2007 sd 2008
125
Ibid.,
126
Ibid.,
uang jajan buat anak walau pas-pasan juga, itu udah lebih dari cukup..” begitulah
pendapat sebagian warga Betawi Kebagusan.
127
Tabel 4 No.
Jenis Pekerjaan Kuantitas
Tingkat Ekonomi 1 Pedagang
70 Menengah 2
Karyawan 25
Menengah ke atas 3 Jasa
4 Menengah 4 Lain-lain
1 Rendah, menengah
Sumber : Hasil wawancara dengan Zainal Abidin Warga Betawi Kebagusan juga sangat terbuka dengan kedatangan warga dari
berbagai daerah ataupun latar belakang. Mereka juga menempatkan mereka di tengah- tengah kerumunan warga Betawi. Sebut saja kontrakan atau bangunan rumah yang
sengaja disewakan kepada orang lain dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan dan pada waktu yang ditentukan. Kontrakan-kontrakan yang dibuat berada di dekat-dekat
pemilik rumah yang mayoritas Betawi. Ini menjadikan akulturasi budaya semakin hidup dari hari ke hari walau tetap bernuansa Betawi.
128
Orang Betawi akan sangat marah bilamana para pendatang yang mendiami kontrakan-kontrakan yang telah disediakan membuat ulah. Mereka tak segan-segan untuk
menegur mereka, bahkan adapula yang langsung mengusir mereka dari rumah kontrakan. Amarah dan emosi yang cukup tinggi dapat mereda setelah para pemuka agama dan
tokoh masyarakat menenangkan mereka. Walaupun cepat marah dan naik darah, warga Betawi Kebagusan jarang sekali yang menggunakan kekerasan sebagai solusi pemecahan
127
Ibid.,
128
Ibid.,
masalah. Mereka cukup menegur, menasehati dan memberikan sedikit batasan kepada para pendatang. “Kepribadian yang istimewa pada pertumbuhan masyarakat yang cukup
tinggi pada Ibukota Negara yang keras ini.”
129
Dari segi
sosial, warga Betawi Kebagusan cukup ramah dan bersahaja.
Kepedulian mereka terhadap sesama sangatlah tinggi. Pada saat merayakan Maulid, tahlilan, atau nujuh bulan, mereka biasanya saling membawakan berbagai jenis makanan
ataupun bahan pokok makanan seperti beras, minyak, dan lain sebagainya
130
. Kepedulian mereka juga tampak disaat musibah datang, mereka beramai-ramai membantu korban
musibah tersebut dengan cara saweran. Saweran adalah bentuk kepedulian warga melalui pengumpulan uang secara kolektif tanpa adanya batasan materi. Entah itu besar atau
kecil, para warga ikhlas memberikannya. Biasanya ada juga yang langsung memberikannya kepada warga yang sedang kesusahan. Mereka juga tak segan-segan
memberikan tempat kepada warga yang mengungsi akibat bencana alam yang belum lama ini menimpa bangsa Indonesia. Bantuan yang mereka berikan tidak selalu tertuju
kepada warga asli Kebagusan. Asas pemerataan dilaksanakan dengan baik oleh warga Kebagusan tanpa melihat status sosial dan suku bangsa. “Mau orang Jawa, Sunda, atau
Betawi sekalipun kalau lagi kena musibah ya kite bantu, masa mau berbuat baik harus ngeliat-ngeliat dulu siape orangnya ma kerja apa tuh orang.”
131
Tidak dapat dipungkiri, dalam hal keagamaan warga Betawi Kebagusan ialah masyarakat yang taat beragama. Banyaknya masjid, mushalla, dan majlis taklim menjadi
wadah tersendiri atas kegiatan keagamaan mereka. Kampung yang memiliki banyak kyai,
129
Hasil wawancara dengan Zainal Abidin pada bulan Mei 2008
130
Ibid.,
131
Hasil pengamatan penulis saat bencana banjir 2007 melanda sebagian wilayah kelurahan Kebagusan, Jakarta Selatan
ustadz dan ustadzah, maupun guru ngaji ini menjadikan kampung ini kental dengan nuansa Islam. Hampir tidak ada warga Betawi Kebagusan yang beragama Kristen
Protestan, Katolik, Hindu maupun Budha
132
. Indikasi ini menandakan bahwa Islam masuk dengan pesat di Kelurahan Kebagusan yang berada di Selatan Jakarta ini.
Pengaruh Islam turun menurun dari para leluhur yang terlebih dahulu mendiami Kebagusan. Hal ini diteruskan sampai sekarang oleh anak-anak keturunan mereka.
Sangatlah malu warga Betawi Kebagusan yang memiliki anak namun tidak bisa mengaji. Pengajian-pengajian yang berada di Kebagusan juga tergolong banyak. Ibu-ibu memiliki
pengajian tersendiri yang dilaksanakan pada siang hari, anak-anak selepas shalat magrib, dan bapak-bapak yang biasanya seusai shalat isya dan dilaksanakan di masjid atau
mushalla.
133
Bilamana salah seorang warga Betawi Kebagusan mengundang masyarakat untuk hadir di kediamannya dalam rangka tasyakuran atau selametan. Para warga akan
berduyun-duyun mendatangi rumah tersebut seraya mendo’akan “si empunya” rumah atas keinginan atau hajat yang telah terkabulkan. Inilah yang menyebabkan warga Betawi
Kebagusan sangat identik dengan Islam, hampir setiap ritual adat bersinggungan dengan Islam serta dihadiri oleh masyarakat dengan penuh antusias.
134
Dalam hal pendidikan, banyak kemajuan yang berarti bagi perkembangan warga Betawi Kebagusan. Orang tua Betawi sudah banyak yang menyekolahkan anaknya
sampai tingkat perguruan tinggi. Mereka juga tidak segan-segan lagi menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah umum walau tetap dibarengi dengan pengetahuan agama
yang biasanya diperoleh dari TPA taman pendidikan Al-Qur’an maupun majlis-majlis
132
Hasil wawancara dengan Zainal Abidin pada bulan Mei 2008
133
Hasil pengamatan penulis tahun 2007 sd 2008
134
Ibid.,
taklim yang secara khusus memberikan pengajaran agama. Khusus dengan pengajaran di majlis-majlisn taklim diadakan sore maupun malam hari selepas pulang sekolah. Untuk
remaja maupun orang dewasa juga diadakan pengajian rutin yang diadakan para pengurus remaja masjid setempat.
Berbeda dengan dahulu kala, masyarakat Betawi Kebagusan jarang sekali yang menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah umum, apalagi sampai tingkat perguruan
tinggi. Hal itu didasarkan bukan karena mereka berpandangan sempit dengan dunia pendidikan, hanya saja orientasi pendidikan mereka memang berbeda. Kini setelah
modernisasi mereka cukup memfasilitasi anak-anak mereka dengan mendatangkan guru privat agama ke rumah.
Satu hal yang positif dari warga Betawi Kebagusan adalah jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun terkadang dalam beberapa hal mereka terlalu berlebih dan
cenderung tendensius. Orang Betawi Kebagusan sangat menghormati pluralisme, ini terlihat dari hubungan baik antara warga Betawi Kebagusan dengan para pendatang dari
luar Jakarta.
D. Kebudayaan Masyarakat Kelurahan Kebagusan