Secara Praktis Penyelesaian Sengketa Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Operasional Antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara Dengan Mitra Kerja

2. Secara Praktis

Mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan jalan akurat terhadap penyelesaian permasalahan yang diteliti dan juga di samping itu hasil penelitian ini dapat mengungkapkan teori-teori baru serta pengembangan teori-teori yang sudah ada. E . Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan baik perpustakaan pusat maupun yang ada di sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, ternyata belum di temukan judul mengenai penyelesaian sengketa pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan mitra kerja oleh karena itu, penulisan ini dapat dikatakan asli. F . Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori Kerangka teori adalah langkah penilaian atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus permasalahan problem yang menjadi bahan pembanding, pegangan teoritis. 13 Menurut Dr. Siswojo teori dapat di artikan sebagai seperangkat konsep dan defenisi yang saling berhubungan yang mencerminkan suatu pandangan sistematik 13 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu Ilmu dan Penelitian , CV.mandar Maju, Bandung, 1994, hal 27 Universitas Sumatera Utara mengenai fenomena dengan menerangkan hubungan antara variabel dengan tujuan untuk menerangkan dan menambahkan fenomena. Masyarakat Indonesia pada khususnya mempunyai pendapat-pendapat tertentu mengenai hukum : 1. Hukum diartikan sebagai ilmu pengetahuan 2. Hukum diartikan sebagai disiplin 3. Hukum diartikan sebagai tata hukum yakni hukum positif tertulis 4. Hukum diartikan sebagai norma atau kaidah ,yakni patokan perilaku pantas yang diharapkan 5. Hukum diartikan sebagai petugas atau pejabat 6. Hukum dianggap sebagai keputusan pejabat atau penguasa 7. Hukum diartikan sebagai proses pemerintahan 8. Hukum diartikan sebagai perilaku teratur dan cocok 9. Hukum diartikan sebagai jalinan nilai 10. Hukum diartikan sebagai seni 14 Hukum yang didukung oleh sejumlah azas ,azas-azas tersebut bertingkat- tingkat mulai dari grundnorm yaitu Pancasila sebagai azas filosofis kemudian Undang-Undang Dasar 45 sebagai azas konstitusional, dan akhirnya undang-undang sebagai azas operasional 15 14 Soerjono Soekamto, Op.Cit, hal 33 15 Bismar Nasution, dkk, Perilaku Hukum dan Moral di Indonesia, USU Pers Medan, Tahun 2004, halaman 29 Universitas Sumatera Utara Selama ini orang memandang hukum itu identik dengan peraturan perundang- undangan, padahal peraturan perundang-undangan itu merupakan salah satu unsur dari keseluruhan sistim hukum, sistim adalah keseluruhan bangunan. Hukum sebagai suatu sistem sebagaimana yang dikemukakan oleh Sunaryati Hartono tersebut diatas harus berjalan seimbang dari ketujuh unsur tersebut dan tidak bisa dijalankan secara parsial, karena jika dijalankan secara parsial maka sistem tidak jalan dengan baik, sistem dapat berjalan dengan baik ketujuh unsur itu berjalan secara seimbang. Hukum juga mengatur hubungan antara orang perorangan yang melakukan suatu perikatan, perikatan merupakan suatu kewajiban atas suatu prestasi. Di dalam suatu perikatan apabila terjadi wanprestasi, maka dapat di paksakan pelaksanaan prestasinya di sebut dengan Obligato Naturalis, yang berarti bahwa pemenuhan perikatan itu bukan hanya merupakan kewajiban hukum tetapi juga kewajiban moral. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perikatan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang di ucapkan atau di tulis. Disini dapat di lihat bahwa perikatan adalah pengertian abstrak, sedangkan perjanjian adalah suatu hal yang konkrit atau suatu peristiwa. 16 Oleh karena itu, hubungan antara perikatan dan perjanjian dapat di bandingkan dengan kejadian dan akibat dari kejadian. Perikatan adalah kejadian dan perikatan adalah akibat kejadian. Lazimnya suatu perjanjian adalah hubungan timbal 16 R. Subekti , opcit hal 3 Universitas Sumatera Utara balik, artinya suatu pihak yang memperoleh hak-hak dari perjanjian itu juga menerima kewajiban-kewajiban yang merupakan konsekuensi dari hak-hak yang di perolehnya. Hugo De Groot mengemukakan bahwa “Azas hukum alam menentukan janji itu mengikat” pacta sunt servanda. 17 Dari pengertian di atas di jumpai di dalamnya beberapa unsur dari perjanjian itu antara lain, adanya hubungan hukum yang mengikat hukum kekayaan antara 2 orang atau lebih, memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi. Menurut Agus Yudha Hernoko Perjanjian itu atau persetujuan mempunyai pengertian yang sama dengan kontrak 18 oleh karena itu dalam penelitian ini kedua istilah tersebut akan digunakan bersama-sama yang bertujuan untuk memudahkan pemahaman terhadap rangkaian kalimat yang disusun. Menurut Subekti bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada seorang lain atau di mana ke dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 19 M. Yahya Harahap mengatakan perjanjian mengandung pengertian “ Suatu hubungan kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih memberikan kekuatan hak pada suatu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan para pihak lain untuk menunaikan prestasi . 20 17 Prof.Dr.Mariam Darus Badrulzaman,SH,Pfor.Dr.Sutan Remi Syahdeini,SH,Prof.Dr.Heru Supraptono,SH, _SE,Prof Dr.H.Faturrahman Djamil,M.A, Taryana Sunandar,SH.MH, Kompilasi Hukum Perikatan , PT.Citra Aditya Bakti,Bandung 2001 18 DR.Agus Yudho Harnoko, SH, Mh, Hukum Perjanjian Azas Proporsional itas Dalam Kontrak Komersil , Laksbang Mediatama Yogyakarta kerjasama dengan Kantor Advocat Hufron 19 R. Subekti , opcit hal 3 20 Ibid, hal.aman 9 Universitas Sumatera Utara Saat terjadinya perjanjian ini adalah merupakan suatu hal atau masalah yang penting dalam hukum perjanjian demi terciptanya suatu kepastian hukum yang di harapkan oleh pihak-pihak khususnya untuk itu para ahli telah menciptakan beberapa teori tentang terciptanya perjanjian. Konsekuensi dari perjanjian adalah memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus di laksanakan para pihak, kewajiban-kewajiban yang di bebankan para pihak dapat di artikan suatu prestasi yaitu sesuatu yang wajib di penuhi oleh debitor. 21 Sehingga ketiadaan pemenuhan atau kegagalan atau pihak lainnya dalam perjanjian ini untuk melaksanakan kontra prestasi merupakan suatu pelanggaran terhadap perjanjian wanprestasi. Akibat yang sangat penting dari tidak di penuhinya perikatan ialah bahwa kreditur dapat meminta ganti rugi atas ongkos, rugi, dan bunga yang di deritanya untuk adanya kewajiban ganti rugi bagi debitur maka undang-undang menentukan bahwa debitur harus terlebih dahulu dinyatakan dalam keadaan lalai Ingebrelustelling. Dengan kata lain, apabila seseorang melakukan kesalahan atau kelalaian yang menyebabkan kerugian bagi orang lain, maka ia harus bertanggung jawab bukan hanya atas kerugian akibat perbuatannya ,melainkan atas kerugian yang disebabkan kelalaiannya. Akibat kerugian yang diderita pihak debitur, dapat dilakukan gugatan ke pengadilan negeri sehubungan perjanjian yang dilakukan oleh para pihak. Atas dasar gugatan tersebut, akan diperoleh putusan pengadilan yang berisi ketetapan pihak yang harus bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita 21 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT.Citra Buana Bandung Universitas Sumatera Utara debitur. Pertanggung jawaban ganti kerugian tersebut, dapat diperoleh dengan memohon kepada pengadilan untuk melakukan sita jaminan atas objek jaminan dalam perjanjian. Setiap debitur mempunyai kewajiban menyerahkan prestasi kepada kreditur, karena itu debitur mempunyai kewajiban untuk melakukan prestasinya Shuld, apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya membayar hutang tersebut, misalnya adanya ikatan jaminan hutang. 22 Setiap kreditur mempunyai piutang terhadap debitur, maka para kreditur mempunyai hak menagih piutang tersebut, sebesar piutangnya pada debitur itu. Menurut para sarjana shuld dan haftung itu dapat dibedakan akan tetapi pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan. Setiap kreditur mempunyai piutang terhadap debitur, maka para kreditur mempunyai hak menagih piutang tersebut, sebesar piutangnya pada debitur itu. Menurut para sarjana shuld dan haftung itu dapat dibedakan akan tetapi pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan. Dalam pasal 1131 KUH Perdata disebutkan bahwa “segala kebendaan siberutang ,baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudiaa hari ,menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan“. Menurut hukum perdata terdapat 2 jenis jaminan, yaitu, Jaminan perorangan personal quaranty, yaitu jaminan yang hanya mempunyai hubungan 22 S.Mantayborbir, Imam Jauhari, Agus Heri Wibowo, Pengurus Piutang Negara Macet pada PUPN,BUPLN Suatu Kajian Tiori dan Praktik Pusaka Bangsa, Medan, 2001, Hal 41-42 Universitas Sumatera Utara langsung dengan pihak pemberi jaminan, bukan terhadap benda tertentu, yang hanya dapat dipertahankan terhadap orang-orang tertentu. 23 Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun tak bergerak, yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan. Jadi hak tagihan seorang kreditur dijamin dengan : 1. Semua barang-barang debitur yang sudah ada, artinya yang sudah ada saat hutang dibuat. 2. Semua barang yang akan ada, disini berarti barang –barang yang pada saat pembuatan hutang belum menjadi kepunyaan debitur, tetapi kemudian menjadi miliknya, dengan kata lain hak kreditur meliputi barang-barang yang akan menjadi milik debitur, asal kemudian menjadi miliknya baik barang bergerak maupun tak bergerak. Ini menunjukkan, bahwa piutang kreditur menindih pada seluruh harta debitur tanpa kecuali. Dalam perkembangannya sekarang ini jaminan perorangan diwajibkan untuk mengikut sertakan kebendaan yang dimiliki oleh yang memberikan jaminan tersebut, dengan membuat daftar harta benda yang dijaminkan bahkan terhadap benda tersebut apabila dipandang perlu oleh kreditur diwajibkan kepadanya untuk mengasuransikannya. Jaminan kebendaan personalijke en zakerheid, yaitu jaminan yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda dengan cirri-ciri mempunyai hubungan 23 J. Satrio, SH, Hukum Jaminan Hak-hak Jaminan Kebendaan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993 Universitas Sumatera Utara langsung dengan benda tertentu dari debitur atau pihak ke tiga sebagai penjamin, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya dan dapat diperalihkan. Jaminan kebendaan ini selain dapat diadakan antara kreditur dengan debiturnya dapat juga diadakan antara pihak kreditur dengan pihak ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban siberutang debitur sehingga hak kebendaan ini memberikan kekuasaan yang langsung terhadap bendanya. Yang termasuk dalam jaminan kebendaan adalah : hak tanggungan, hipotik, gadai, dan jaminan fidusia. 24 Ada dua pertimbangan yang setidaknya menjadi persyaratan utama untuk sesuatu benda dapat diterima sebagai jaminan, yaitu : Secured, artinya benda jaminan dapat diadakan pengikatan secara yuridis formal, sesuai dengan ketentuan hukum dan perundang-undangan. Jika dikemudian hari terjadi wanprestasi dari debitur, maka pihak kreditur memiliki kekuatan yuridis untuk melakukan tindakan eksekusi. Marketable , artinya benda jaminan tersebut bila hendak dieksekusi dapat segera dijual dan diuangkan untuk melunasi seluruh kewajiban debitur. 25 Pasal 1241 KUH Perdata dikatakan, “apabila perikatan tidak dilaksanakannya, maka siberpiutang boleh juga dikuasakan supaya ia sendirilah mengusahakan pelaksanaannya atas biaya siberhutang”. 24 Munir Fuady,SH.MH,LLM, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, PT,Citra Aditya Bakti ,Bandung. 25 Roni Hanitijo Soemitro , Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri , Ghalia Indonesia , 1988 hal 11 Universitas Sumatera Utara Kreditur dapat mewujudkan sendiri prestasi yang dijanjikan dengan biaya debitur berdasarkan kuasa yang diberikan hakim, apabila debitur enggan melaksanakan prestasi itu, riil eksekusi. Sebagaimana diketahui, untuk melaksanakan riil eksekusi itu harus dipenuhi satu syarat yaitu izin dari hakim ini adalah, sebagai akibat berlakunya azas hukum yaitu orang tidak diperbolehkan menjadi hakim sendiri. Seorang kreditur yang menghendaki pelaksanaan suatu perjanjian dari seorang debitur yang tidak memenuhi kewajibannya, harus minta bantuan dari Pengadilan.

2. Konsepsi