.
Tabel 2.6 Karakteristik Station Bumi Ku-Band dengan Efisiensi 60
Diameter Antena
T
X
Gain R
X
Gain Uplink
Losses Downlink
Losses Tracking
1,2 1,8
2,4 3,7
5,6 7
8 42,6
46,1 48,7
52,5 56,1
58 59,2
40,5 44
46,6 50,3
53,9 55,8
57 0,4
0,7 1,1
1,2 0,8
0,5 0,5
0,2 0,5
0,8 0,9
0,7 0,5
0,5 FIXED
FIXED FIXED
MANUAL MANUAL
STEP TRACK STEP TRACK
2.4.7 Pola Pancaran
Pola pancaran adalah bentuk dari pancaran beam satelit ke daerah cakupannya coverage . Pola pancaran ini adalah besaran vektor, yaitu besaran
yang mempunyai arah [1]. Jika kita ingin menggambarkan pola pancaran pada satelit, maka
sebenarnya adalah dengan menggunakan tiga dimensi. Tetapi pada umumnya cukup dengan dua dimensi saja, yaitu dua penampangnya saja yang saling tegak
lurus berpotongan pada poros main lobe. Bentuknya dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Universitas Sumatera Utara
.
Gambar 2.8 Pola Radiasi Pancaran Antena
Main lobe = lobe utama , yaitu daerah pancaran terbesar Side lobe = lobe sisi, yaitu daerah pancaran sampingan.
Back lobe = lobe belakang, yaitu daerah pancaran belakang HPBW = Half Power Beam Width
FNBW = First Null Beam Width
Pada Gambar 2.8 terdapat istilah HPBW dan FNBW. HPBW adalah titik dimana besarnya daya adalah setengah dari daya maksimalnya. FNBW adalah titik
pertama dimana dayanya bernilai nol [7].
Gambar 2.9
Half Power BandWidth
Universitas Sumatera Utara
. Pada Gambar 2.9 terlihat bahwa jika medan listrik bernilai satu per akar
dua, maka dayanya adalah setengah. Oleh sebab itu dikatakan dengan half power bandwidth. Pada Gambar 2.9 juga terlihat bahwa daya bervariasi pada nilai satu
dan setengah. Di luar dari HPBW, maka nilai dayanya menjadi setengah atau lebih kecil. Jadi, HPBW dapat disebut juga sebagai titik bagi. Untuk menghitung
besarnya beamwidth, maka lebih mudah dengan menentukan titik null pertama, yaitu disebut dengan First Null BandWidth FNBW [7].
2.4.8 Derau Suhu Sistem System Noise Temperature
Derau suhu sistem dari station bumi adalah penjumlahan dari derau suhu penerima, derau suhu antena termasuk feeder dan waveguide dan derau suhu dari
langit. Besarnya derau suhu ini dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.12 [8].
e O
ant system
T T
L L
T T
+ −
+ =
1 1
..................................... 2.12
Dimana L = rugi feeder
T
e
= derau suhu penerima T
O
= suhu standard, yaitu 290 K.
T
ant
= derau suhu dari antena, biasanya diikutsertakan oleh pabrik pembuatnya. Derau suhu antena adalah bagian yang sangat kompleks, karena
dipengaruhi oleh penguatan, background noise, suhu langit, derau suhu atmosfer, sudut elevasi, dan derau suhu dari matahari. Untuk hubungan antara sudut elevasi
dengan derau suhu antena, dapat dilihat pada Gambar 2.10.
Universitas Sumatera Utara
.
Gambar 2.10 Hubungan Sudut Elevasi dengan Derau Suhu Antena
2.4.9 Kepekaan Sistem Figure of Merit