Analisa Jaringan Lunak Sefalometri Lateral Maloklusi Klas I dengan Protrusi Gigi anterior Maksila dan Protrusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisa Jaringan Lunak Sefalometri Lateral

Sejak metode sefalometri dikembangkan oleh Broadbent dan Hofrath pada 1931 sefalometri menjadi sarana yang penting dalam bidang ortodonti. Analisa jaringan lunak sefalometri digunakan untuk menegakkan diagnosa, menyusun rencana perawatan dan evaluasi hasil perawatan 6,9,16,21 . Pada analisa jaringan lunak terdapat titik-titik referensi penting yang digunakan. Salah satunya adalah titik referensi subnasal Sn. Titik subnasal adalah titik temu antara dasar hidung dengan bibir atas yang membentuk sudut yang disebut sudut nasolabial gambar 1 1,3,14 . Besar sudut nasolabial normalnya antara 85 -110 dan besar sudut ini konstan tidak dipengaruhi oleh pertumbuhan. Lo dan Hunter 1982 menyatakan bahwa sudut nasolabial tidak berubah oleh karena pertumbuhan. Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh peneliti lain yaitu Talass 1987 dan Bergman 1999 bahwa sudut nasolabial konstan dan pertumbuhan tidak menambah besar sudut nasolabial. Akan tetapi besar sudut nasolabial dapat dipengaruhi oleh perawatan ortodonti dan bedah ortognati 3,17 . Pada perawatan kasus dengan sudut nasolabial yang kecil perlu dilakukan retraksi gigi anterior atau anterior set back dari maksila untuk meningkatkan besar sudut nasolabial 3 . Banyak garis referensi penting yang digunakan dalam analisa sefalometri salah satunya adalah Moorrees line. Garis ini merupakan constracted line dari Universitas Sumatera Utara garis S-N + 7 , untuk mendekati dataran Frankfort horizontal. Garis referensi lain yang digunakan adalah garis vertikal dari Nasion dan perpendikular terhadap contsracted line sumbu Y. 1,10 Pada garis ini dilakukan pengukuran jarak insisivus maksila dan bibir atas untuk melihat perubahan antara sebelum dan setelah retraksi anterior. Gambar 1. Titik dan garis referensi jaringan lunak serta sudut nasolabial 10

2.2 Maloklusi Klas I dengan Protrusi Gigi anterior Maksila dan Protrusi

Bimaksiler Klas I merupakan hubungan yang normal dari maksila dan mandibula dengan sudut ANB berkisar 2±2 . Pada Klas I dapat ditemui anomali seperti protrusi gigi anterior maksila atau protrusi bimaksiler dengan inklinasi insisivus maksila terhadap S-N 116 . Pada maloklusi Klas I dengan protrusi gigi anterior maksila dan protrusi bimaksiler memperlihatkan profil yang cembung. Inklinasi insisivus yang besar ini akan menyebabkan posisi bibir lebih ke depan sehingga sudut nasolabial menjadi lebih kecil dari normal. 10,11 . Universitas Sumatera Utara

2.3 Maloklusi Klas II divisi 1