Efek Radiasi Terhadap Kelenjar Tiroid Dan Penatalaksanaan Penanggulangannya

(1)

EFEK RADIASI TERHADAP KELENJAR TIROID DAN

PENATALAKSANAAN PENANGGULANGANNYA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

MUHAMMAD ANWAR UTAMA NIM : 040600082

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Dental Tahun 2010

Muhammad Anwar Utama

Efek Radiasi Terhadap Kelenjar Tiroid Dan Penatalaksanaan Penanggulangannya.

ix + 29 halaman

Radiasi sinar-x sangat membantu dokter gigi untuk mengidentifikasi kelainan-kelainan didalam rongga mulut, sehingga dapat menegakkan diagnosa. Penyinaran yang diberikan tidak hanya memberikan manfaat, tetapi dapat juga menimbulkan efek berupa efek somatik dan efek genetik. Salah satu efek yang dapat timbul yaitu pada kelenjar tiroid.

Kelenjar tiroid merupakan organ yang berfungsi untuk mengendalikan aktifitas metabolik seluler dan bersifat sangat radiosensitif. Diperkirakan dosis sebesar 6000 mrads (0,06 Gy) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu kanker pada tiroid. Dosis pada foto gigi dengan menggunakan 20 film adalah 6 mrads atau 1/100 dari dosis yang diperlukan dalam menghasilkan kanker tiroid. Beberapa efek lain yang ditimbulkan akibat radiasi sinar-x pada gigi antara lain hypothyroidism, thyroiditis, dan tumor tiroid.

Proteksi terhadap pasien dan operator merupakan langkah pencegahan untuk meminimalkan dosis yang diterima oleh pasien dan operator, dan mengurangi


(3)

timbulnya resiko yang mungkin terjadi pada rongga mulut dan organ non-target lainnya.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipersetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 16 Agustus 2010

Pembimbing : Tanda tangan


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 16 Agustus 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Trelia Boel., drg, M. Kes., Sp. RKG ANGGOTA : 1. H. Amrin Thahir, drg


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan pertolongannya yang telah menyertai penulis selama menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Efek Radiasi Terhadap Kelenjar Tiroid Dan Penatalaksanaan Penanggulangannya” yang merupakan salah satu syarat penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada khatamman nabiyyun wasyaiyidun anam Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat.

Selama proses penulisan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Trelia Boel, drg, M. Kes., Sp. RKG sebagi dosen pembimbing skripsi yang senantiasa menyediakan waktu, memberikan masukan-masukan yang berharga dan dorongan semangat dengan kesabaran selama penulis menyusun skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Nazruddin, drg., PhD selaku Dekan dan Bapak M. Zulkarnain, drg., M.Kes selaku Pembantu Dekan I serta Bapak Eddy Dahar, drg., M.Kes (eks. Pembantu Dekan I) Fakultas Kedokteran Gigi USU. Terimakasih juga penulis ucapkan pada Bapak H. Amrin Thahir, drg selaku dosen penguji 1, Ibu Lidya Irani, drg selaku dosen penguji 2, dan Ibu Hj. Minasari Nasution, drg selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan, seluruh staf pengajar beserta staf administrasi Fakultas Kedokteran Gigi USU.


(7)

Rasa hormat dan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta (Siti Muntafiah dan Abdul Kamal Pasya) yang telah membesarkan, mendidik dengan kasih sayang, dan istri tercinta (Endang Rahmah Wati, S.Kep, Ns) yang telah membantu dan menemani selama proses penyelesaian skripsi ini, serta adinda-adinda tersayang (Ramil Sanjaya, Fandi Hariyadi, Yuni Muslima Sari, dan Sodiq Iskandar) yang selalu memberikan dorongan, semangat, dan doa.

Teman seperjuangan di Fakultas Kedokteran Gigi USU Stambuk 2004 (Khalil, Taufiqi, Qiqien, Amiril, Citra, Nofi, Yahya, dll), adik-adik di FKG USU (Eko, Yusuf, Fauzan, Def, Yogi, dll) yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Teman-teman pengurus mushalla FKG USU dan aktivis dakwah kampus USU.

Semoga Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang selalu mencurahkan rahmat dan hidayahNya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sehingga skripsi ini menjadi lebih baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi.

Medan, 16 Agustus 2010 Penulis

(Muhd. Anwar Utama) NIM : 040600082


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 ANATOMI DAN FUNGSI KELENJAR TIROID ... 4

2.1Anatomi ... 4

2.2Fungsi ... 6

2.3 Sistem Hormon ... 8

2.3.1 Tiroksin (T4) ... 8

2.3.2 Triiodotironin (T3)... 9

BAB 3 EFEK SAMPING RADIASI TERHADAP KELENJAR TIROID DAN PENATALAKSANAAN PENANGGULANGANNYA ... 12

3.1 Radiasi di Kedokteran Gigi ... 12

3.1.1Dosis Radiasi ... 13

3.2 Efek Samping Radiasi ... 16

3.2.1Efek Somatik ... 16

3.2.2Efek Genetik ... 17

3.3 Efek Samping Radiasi Pada Kelenjar Tiroid ... 17

3.4 Tanda-Tanda dan Gejala Efek Radiasi pada Kelenjar Tiroid ... 19


(9)

3.4.1.1 Tipe Hipotiroidisme ... 20

3.4.1.2 Penyebab Hipotiroidisme ... 21

3.4.1.3 Manifestasi Klinis ... 22

3.4.2Tiroiditis ... 23

3.4.3Tumor Tiroid ... 24

3.4.4Kanker Tiroid ... 25

3.4.4.1 Penyebab Kanker Tiroid ... 25

3.4.4.2 Tipe Kanker Tiroid ... 25

3.5 Penatalaksanaan Penanggulangan Efek Samping Penyinaran Pada Kelenjar Tiroid ... 27

3.5.1Hipotiroidisme ... 27

3.5.2Tiroiditis ... 27

3.5.3Tumor Tiroid – Goiter (Gondok) ... 27

3.5.4Kanker Tiroid ... 28

BAB 4 KESIMPULAN ... 29

DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pengikatan Hormon Tiroid Pada Protein Plasma Orang Dewasa

Normal ... 11 2. Dosis Radiasi Pada Tubuh Yang Menimbulkan Efek Akut ... 14 3. Batasan Dosis Yang Berdasarkan Ionising Radiations Regulations

(IRR) 1999 ... 15 4. Efek Radiasi Pada Jaringan Dan Organ ... 16 5. Pengaruh Iradiasi Dengan Dosis Tinggi Keseluruh Tubuh ... 17


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Anatomi Kelenjar Tiroid Manusia ... 5 2. Distribusi T4 dalam tubuh. Distribusi T3 juga serupa. Panah terputus-putus

menyatakan inhibisi sekresi TSH akibat peningkatan kadar T4 bebas dalam CES ... 9

3. Gambaran wajah pasien dengan miksedema. A. Pada saat diagnosis awal B. Setelah penggantian terapi dengan tiroksin. ... 21 4. Kembar fraternal, berusia 8 tahun. Anak laki-laki menderita

hipotiroidisme kongenital. ... 23 5. A. Penampilan khas gondok dalam seorang wanita berusia menengah.

Leher bengkak karena tiroid membesar. B. Foto rontgen di sebelah kanan menunjukkan bagaimana sebuah lobus tiroid diperbesar, dan telah pindah ke kiri trakea pasien (trakea diuraikan dalam kuning muda)... 24


(12)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Dental Tahun 2010

Muhammad Anwar Utama

Efek Radiasi Terhadap Kelenjar Tiroid Dan Penatalaksanaan Penanggulangannya.

ix + 29 halaman

Radiasi sinar-x sangat membantu dokter gigi untuk mengidentifikasi kelainan-kelainan didalam rongga mulut, sehingga dapat menegakkan diagnosa. Penyinaran yang diberikan tidak hanya memberikan manfaat, tetapi dapat juga menimbulkan efek berupa efek somatik dan efek genetik. Salah satu efek yang dapat timbul yaitu pada kelenjar tiroid.

Kelenjar tiroid merupakan organ yang berfungsi untuk mengendalikan aktifitas metabolik seluler dan bersifat sangat radiosensitif. Diperkirakan dosis sebesar 6000 mrads (0,06 Gy) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu kanker pada tiroid. Dosis pada foto gigi dengan menggunakan 20 film adalah 6 mrads atau 1/100 dari dosis yang diperlukan dalam menghasilkan kanker tiroid. Beberapa efek lain yang ditimbulkan akibat radiasi sinar-x pada gigi antara lain hypothyroidism, thyroiditis, dan tumor tiroid.

Proteksi terhadap pasien dan operator merupakan langkah pencegahan untuk meminimalkan dosis yang diterima oleh pasien dan operator, dan mengurangi


(13)

timbulnya resiko yang mungkin terjadi pada rongga mulut dan organ non-target lainnya.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

Pelepasan energi menembus ruang atau substansi dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel disebut sebagai radiasi. Radiologi dalam bidang kedokteran gigi menggunakan sinar-x.1,2 Sinar-x menjadi bagian yang penting untuk diagnosa gigi geligi dan jaringan sekitar, dan sangat membantu tenaga medis dalam menegakkan diagnosa.1,3

Setiap individu yang terkena penyinaran dari beberapa bentuk radiasi, diantaranya bersumber dari radiasi yang bersifat umum, juga bersumber dari penyinaran terhadap gigi geligi. Beberapa bentuk radiasi yang didapat masing-masing individu dapat menimbulkan resiko atau efek. Penyinaran yang diberikan akan mempengaruhi kerusakan pada sel atau jaringan.3 Kerusakan yang ditimbulkan dapat berupa efek somatik dan efek genetik.3-5 Kerusakan pada sel atau jaringan akibat radiasi dapat terjadi secara langsung, dimana sinar-x berinteraksi langsung dengan DNA dan secara tidak langsung dimana sinar-x mengionisasi air yang dapat menghasilkan radikal bebas yang dapat merusak DNA.1,3,5

Dalam dunia kedokteran gigi, ukuran dari dosis yang digunakan secara rutin untuk penyinaran relatif kecil, dan lebih rendah dari dosis ambang yang diharapkan untuk menghasilkan efek determinasi terhadap tubuh. Akan tetapi efek terhadap tubuh dan gen dapat dibangun melalui banyaknya dosis radiasi yang diberikan.3 Pertanyaannya tidak lagi apakah sinar-x pada gigi geligi menimbulkan resiko,


(15)

melainkan berapa banyak resiko yang ada. Dalam menentukan apakah radiografi harus digunakan, dokter gigi harus mempertimbangkan potensi kerugian sinar-x pada gigi geligi terhadap manfaat dari diagnosa untuk dapat memberikan lebih banyak informasi.1

Radiologi dalam bidang kedokteran gigi dapat menimbulkan radiasi terhadap organ reproduksi, disisi lain dapat menimbulkan efek kerusakan tubuh pada beberapa bagian yang penting.3 Organ dan jaringan tertentu telah ditetapkan sebagai organ yang kritis, karena organ-organ tersebut terkena efek radiasi lebih banyak daripada yang lain ketika dilakukan penyinaran terhadap gigi geligi. Organ dan jaringan, dengan potensi memiliki resiko, antara lain adalah kulit (menyebabkan karsinoma); tiroid (menyebabkan karsinoma); lensa mata (menyebabkan katarak); hematopoietic jaringan (menyebabkan leukemia); dan jaringan genetik (menyebabkan cacat bawaan atau mutasi gen). Bagian penting yang merupakan organ dan jaringan yang kritis yang berpotensial memiliki resiko salah satunya adalah kelenjar tiroid.1

Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah disebelah anterior trakea.6 Terdiri dari dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh sebuah isthmus yang tipis dibawah kartilago krikoidea di leher.6,7 Kelenjar tiroid menghasilkan tiga hormon yang berbeda, yaitu hormon tiroksin (T4), triiodotironin (T3), dan kalsitonin. Hormon tiroksin dan triiodotironin disebut dengan satu nama yaitu hormon tiroid.6-8 Kelenjar tiroid merupakan bagian yang radiosensitif. Perubahan menjadi ganas telah dilaporkan dalam kelenjar tiroid dalam kelompok pasien yang menerima terapi sinar-x untuk


(16)

tinea kapitis. Dosis ke tiroid pada pasien tersebut diperkirakan 6 rad. Saat ini, paparan tiroid untuk rongga mulut sekitar 94 mR (0,94 mSv). Paparan ini kira-kira seperenam dari eksposur tiroid dari pemeriksaan radiografi pada tulang servikal. Dosis untuk jaringan radiosensitif ini harus dijaga sekecil mungkin, terutama pada anak-anak.1

Kebutuhan untuk menghindari paparan radiasi secara umum penting bagi pasien dan juga operator. Ini dapat dicapai tentu saja dengan cara yang berbeda, karena pasien tidak dapat menghindari penyinaran utama dari sinar rontgen yang diperlukan untuk kebutuhan diagnosa.4 Efek secara biologis dari radiasi pengion dapat merusak. Sangat penting untuk pengurangan dan pembatasan dosis, oleh karena itu langkah-langkah yang diperlukan penting untuk menjaga pemaparan dicapai serendah mungkin, baik untuk pasien dan petugas kesehatan gigi.3 Pemakaian lead apron dan pelindung tiroid pada pasien untuk pemeriksaan gigi geligi dengan sinar-x, dan penggunaan filmholders untuk membantu pasien yang diharuskan memegang film adalah bagian dari perlindungan terhadap pasien. Perlindungan terhadap operator dapat dicapai dengan penggunaan penghalang radiasi, pemakaian lead apron, dan pengendalian jarak penyinaran.4


(17)

BAB 2

ANATOMI DAN FUNGSI KELENJAR TIROID

2.1 Anatomi

Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah di sebelah anterior trakea (Gambar 1). Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh kapsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia profunda. Kapsula ini melekatkan tiroid ke laring dan trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan isthmus tiroid yang tipis dibawah kartilago krikoidea di leher, dan kadang-kadang terdapat lobus piramidalis yang muncul dari isthmus di depan laring.6-9

Kelenjar tiroid terletak di leher depan setentang vertebra cervicalis 5 sampai thoracalis 1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh isthmus. Setiap lobus berbentuk seperti buah pear, dengan apeks di atas sejauh linea oblique lamina cartilage thyroidea, dengan basis di bawah cincin trakea 5 atau 6.9 Kelenjar tiroid mempunyai panjang ± 5 cm, lebar 3 cm, dan dalam keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya antara 10 sampai 20 gram. Aliran darah kedalam tiroid per gram jaringan kelenjar sangat tinggi (± 5 ml/menit/gram tiroid).6,7


(18)

(19)

Tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel kecil yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh suatu jaringan ikat. Setiap folikel dibatasi oleh epitel kubus dan diisi oleh bahan proteinaseosa berwarna merah muda yang disebut koloid.7,8

Sel-sel epitel folikel merupakan tempat sintesis hormon tiroid dan mengaktifkan pelepasannya dalam sirkulasi. Zat koloid, triglobulin, merupakan tempat hormon tiroid disintesis dan pada akhirnya disimpan.7 Dua hormon tiroid utama yang dihasilkan oleh folikel-folikel adalah tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Sel pensekresi hormon lain dalam kelenjar tiroid yaitu sel parafolikular yang terdapat pada dasar folikel dan berhubungan dengan membran folikel, sel ini mensekresi hormon kalsitonin, suatu hormon yang dapat merendahkan kadar kalsium serum dan dengan demikian ikut berperan dalam pengaturan homeostasis kalsium.6,7

Tiroksin (T4) mengandung empat atom yodium dan triiodotironin (T3) mengandung tiga atom yodium. T4 disekresi dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dengan T3, tetapi apabila dibandingkan milligram per milligram, T3 merupakan hormon yang lebih aktif daripada T4.7

2.2 Fungsi

Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas metabolik seluler. Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolisme sering ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut berperan dalam konsumsi oksigen, dan oleh perubahan sifat responsif jaringan terhadap


(20)

hormon yang lain. Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi perkembangan otak. Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang adekuat juga diperlukan untuk pertumbuhan normal. Melalui efeknya yang luas terhadap metabolisme seluler, hormon tiroid mempengaruhi setiap sistem organ yang penting.6 Kelenjar tiroid berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi O2 pada sebagian besar sel di tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal.8

Hormon-hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan dan metabolisme energi. Efek-efek ini bersifat genomic, melalui pengaturan ekspresi gen, dan yang tidak bersifat genomic, melalui efek langsung pada sitosol sel, membran sel, dan mitokondria. Hormon tiroid juga merangsang pertumbuhan somatis dan berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat.7 Hormon ini tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap dingin, serta pada anak-anak timbul retardasi mental dan kecebolan (dwarfisme). Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan pembentukan panas.8

2.3 Sistem Hormon

Dua jenis hormon berbeda yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid membentuk hormon tiroid yaitu tiroksin dan triiodotironin. Kedua hormon ini merupakan asam


(21)

amino dengan sifat unik yang mengandung molekul iodium yang terikat pada struktur asam amino.6,8

2.3.1 Tiroksin (T4)

Hormon tiroksin (T4) mengandung empat atom iodium dalam setiap molekulnya.6,7 Hormon ini disintesis dan disimpan dalam keadaan terikat dengan protein di dalam sel-sel kelenjar tiriod; pelepasannya ke dalam aliran darah terjadi ketika diperlukan. Kurang lebih 75% hormon tiroid terikat dengan globulin pengikat-protein (TBG; thyroid-binding globulin). Hormon tiroid yang lain berada dalam keadaan terikat dengan albumin dan prealbumin pengikat tiroid.6 Bentuk T4 yang terdapat secara alami dan turunannya dengan atom karbon asimetrik adalah isomer L. D-Tiroksin hanya memiliki sedikit aktivitas bentuk L.8

Hormon tiroid yang bersirkulasi dalam plasma terikat pada protein plasma, diantaranya :7

(1) globulin pengikat tiroksin (TBG).

(2) prealbumin pengikat tiroksin (TBPA).

(3) albumin pengikat tiroksin (TBA).

Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG mengikat tiroksin yang paling spesifik. Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap protein pengikat ini di bandingkan dengan triiodotironin.7 Secara normal 99,98% T4 dalam plasma terikat atau sekitar 8 µg/dL (103 nmol/L); kadar T4 bebas hanya sekitar 2


(22)

ng/dL (Gambar 2). Hanya terdapat sedikit T4 dalam urin. Waktu paruh biologiknya panjang (6-7 hari), dan volume distribusinya lebih kecil jka dibandingkan dengan cairan ekstra seluler (CES) sebesar 10L, atau sekitar 15% berat tubuh.8

2.3.2 Triiodotironin (T3)

Hormon yang merupakan asam amino dengan sifat unik yang mengandung molekul iodium yang terikat pada asam amino ini hanya mengandung tiga atom iodium saja dalam setiap molekulnya.6,7 Hormon tiroksin juga di bentuk di jaringan perifer melalui deiodinasi T4. Hormon triiodotironin (T3) lebih aktif daripada hormon tiroksin (T4). T4 dan T3 disintesis di dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul-molekul tirosin yang terikat pada linkage peptida dalam triglobulin. Kedua hormon ini tetap terikat pada triglobulin sampai disekresikan. Sewaktu disekresi,

Tiroid T4

Hipofisis TSH

T4

Terikat protein plasma (8µg/dL)

T4

Terikat protein jaringan

T4 bebas (0,002 µg/dL)

Gambar 2. Distribusi T4 dalam tubuh. Distribusi T3 juga serupa. Panah

terputus-putus menyatakan inhibisi sekresi TSH akibat peningkatan kadar T4

bebas dalam cairan ekstra seluler (CES). Perkiraan konsentrasi dalam darah manusia diperlihatkan dalam tanda kurung.8


(23)

koloid diambil oleh sel-sel tiroid, ikatan peptida mengalami hidrolisis, dan T3 serta T4 bebas dilepaskan ke dalam kapiler.8

Triiodotironin mempunyai afinitas yang lebih kecil terhadap protein pengikat TBG dibandingkan dengan tiroksin, menyebabkan triiodotironin lebih mudah berpindah ke jaringan sasaran. Faktor ini yang merupakan alasan mengapa aktivitas metabolik triiodotironin lebih besar.7

T3 mugkin dibentuk melalui kondensasi monoidotirosin (MIT) dengan diidotirosin (DIT). Dalam tiroid manusia normal, distribusi rata-rata senyawa beriodium untuk T3 adalah 7%. Kelenjar tiroid manusia mensekresi sekitar 4 µg (7 nmol) T3. Kadar T3 plasma adalah sekitar 0,15 µg/dL (2,3 nmol/L), dari 0,15 µg/dL yang secara normal terdapat dalam plasma, 0,2% (0,3 ng/dL) berada dalam keadaan bebas. Sisa 99,8% terikat pada protein, 46% pada TBG dan sebagian besar sisanya pada albumin, dengan pengikatan transtiretin sangat sedikit (Tabel 1).8

Protein Konsentrasi

Plasma (mg/dL)

Jumlah Hormon Terikat yang Berikulasi (%)

T4 T3

Globulin pengikat

tiroksin (TBG) 2 67 46

Transiterin (Praalbumin pengikat tiroksin, TBPA)

15 20 1

Albumin 3500 13 53

Tabel 1. Pengikatan Hormon Tiroid Pada Protein Plasma Orang Dewasa Normal8


(24)

BAB 3

EFEK SAMPING RADIASI TERHADAP KELENJAR TIROID DAN PENATALAKSANAAN PENANGGULANGANNYA

Tujuan radiasi pada bidang kedokteran gigi adalah bagian dari diagnosa untuk memperoleh informasi dengan menjaga penyinaran seminimal mungkin yang diberikan kepada pasien dan menjaga pemaparan yang di dapat oleh operator.10 Beberapa bentuk radiasi yang didapat masing-masing individu dapat menimbulkan resiko atau efek. Penyinaran yang diberikan akan mempengaruhi kerusakan pada sel atau jaringan.3 Kerusakan yang ditimbulkan dapat berupa efek somatik dan efek genetik.3-5,11

3.1 Radiasi di Kedokteran Gigi

Penggunaan sinar rontgen telah lama dikenal sebagai suatu alat dalam bidang kedokteran umum dan kedokteran gigi yang sangat membantu dalam menegakkan diagnosa dan untuk menentukan rencana perawatan, serta mengevaluasi perawatan yang telah dilakukan. Radiografi dapat digunakan untuk memeriksa struktur yang tidak terlihat pada pemeriksaan klinis.Kegunaan foto rontgen gigi yaitu:12

1. Untuk mendeteksi lesi, dll.

2. Untuk membuktikan suatu diagnosa penyakit.

3. Untuk melihat lokasi lesi/benda asing yang terdapat pada rongga mulut. 4. Untuk menyediakan informasi yang menunjang prosedur perawatan. 5. Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi. 6. Untuk melihat adanya karies, penyakit periodontal dan trauma.


(25)

7. Sebagai dokumentasi data rekam medis yang dapat diperlukan sewaktu waktu.

Radiografi dapat membantu dokter gigi dalam mengevaluasi dan mendefinisikan hasil dari diagnosa terhadap kondisi atau penyakit yang ada di rongga mulut, namun dokter gigi dapat mempertimbangkan manfaat untuk melakukan radiografi gigi geligi terhadap resiko yang ada. Mengetahui riwayat kesehatan pasien dan kerentanan terhadap penyakit di rongga mulut, merupakan tindakan yang terbaik untuk membuat keputusan pengambilan radiografi yang tepat demi kepentingan setiap pasien.13

3.1.1 Dosis Radiasi

Dosis radiasi yang digunakan untuk pemeriksaan rontgen ribuan kali lebih rendah untuk menghasilkan efek langsung yang berbahaya, seperti kulit terbakar atau penyakit radiasi. Satu-satunya efek terhadap pasien yang mungkin telah diketahui pada dosis rendah ini adalah sangat sedikit adanya kemungkinan terkena penyakit kanker.14

Pengenalan dari bahaya efek radiasi dan resiko yang mungkin terjadi menyebabkan National Council on International on Radiological Protection (NCRP) untuk menetapkan tuntunan mengenai pembatasan jumlah radiasi yang diterima oleh petugas dan masyarakat. Sejak dietapkan tahun 1930, dosis limit ini telah diperbaiki beberapa kali. Perbaikan ini hasil dari meningkatnya pengetahuan yang diperoleh selama bertahun-tahun mengenai efek membahayakan dari radiasi dan kemampuan untuk menggunakan radiasi secara efisien. Dosis limit paparan karena pekerjaan


(26)

ditetapkan untuk meyakinkan kemungkinan terjadinya efek stokastik rendah dan menguntungkan secara ekonomik.15

Pelaksanaan dosis limit ini harus dipastikan bahwa pada pekerja radiasi yang dapat menyebabkan kanker tidak lebih besar dari pekerja non radiasi. Dosis limit pada masyarakat ditetapkan 10% dari pekerja radiasi. Dosis limit yang rendah ini diatur karena merupakan resiko yang tidak perlu, variasi dalam resiko kematian dan tingkat paparan akibat radiasi alam serta kisaran yang lebih luas dari orang yang sensitif terhadap radiasi ditemukan pada masyarakat umum. Dosis individu yang dapat diabaikan, ditetapkan oleh NCRP sebagai dosis paparan radiasi yang tidak membahayakan.15

Prinsip dari proteksi radiasi harus dikenali oleh setiap orang. Hal ini berdasarkan pada prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) yang menyebutkan bahwa sekecil apapun dosis radiasi efek stokastik tetap dapat timbul.

Dosis (Sv) Efek Pada Tubuh

0,25 -

0,25 – 1,0 Menurunnya kadar sel darah putih

1 – 2 Muntah dalam 3 jam, kelelahan, kehilangan nafsu makan, perubahan sel darah (pemulihan dalam beberapa minggu)

2 – 6 Muntah dalam 2 jam, perubahan sel darah

yang parah, kerontokan rambut dalam 2 minggu, pemulihan dalam 1 bulan sampai satu tahun mencapai 70%

6 – 10 Muntah dalam 1 jam, kerusakan lambung,

perubahan sel darah yang parah. Kematian dalam 2 minggu untuk 80-100%

>10 Kerusakan otak, koma, kematian


(27)

Dosis limit paparan ini hanya berlaku pada sumber radiasi buatan dan tidak berlaku pada radiasi alam atau paparan sinar-x yang diterima oleh pasien pada prosedur radiografis saat tindakan medis dan dental.15

Batas Dosis Lama Batas Dosis Baru

Kelompok pekerja 50 mSv 20 mSv

Bukan pekerja 15 mSv 6 mSv

Masyarakat umum 5 mSv 1mSv

Dosis pasien dari radiografi dental biasanya sebesar yang diterima organ target, ukuran yang paling umum adalah paparan pada kulit atau permukaan. Paparan permukaan yang diperoleh secara langsung merupakan cara paling mudah untuk mencatat paparan pasien terhadap sinar-x. Rincian jumlah yang kecil tetap dipakai untuk menghitung dosis yang diterima oleh organ yang berada atau dekat dengan titik pengukuran. Target organ lain umumnya termasuk sumsum tulang, kelenjar tiroid dan gonad. Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada paparan berlebihan di tiroid adalah bahwa kelenjar ini mempunyai rata-rata kecenderungan kanker yang tinggi.15

3.2 Efek Samping Radiasi

Dalam dunia kedokteran gigi, ukuran dari dosis yang digunakan secara rutin relatif kecil, dan jauh dibawah ambang batas dosis yang diperlukan untuk menghasilkan resiko tertentu. Namun resiko dapat timbul dan berkembang disertai dengan dosis yang diberikan.3 Ada dua bentuk kerusakan yang dapat terjadi dari penyinaran radiasi terhadap manusia, yaitu efek somatik dan efek genetik.1-4,11

Tabel 3. Batasan Dosis Yang Berdasarkan Ionising Radiations Regulations (IRR) 19992,3


(28)

3.2.1 Efek Somatik

Efek somatik merupakan efek yang mempengaruhi individu dari pemaparan yang didapat.1-3,11 Efek somatik selanjutnya dapat dibagi dalam dua bentuk :2,3,11

a. Efek deterministic, merupakan efek yang tidak diharapkan terjadi, ketika dilakukan penyinaran yang berada dibawah nilai ambang. Termasuk diantaranya adalah katarak pada lensa mata dan eritema kulit.

b. Efek stochastic, merupakan efek kerusakan pada tubuh yang terkena penyinaran, terlihat jelas bersumber dari radiasi spesifik dengan dosis yang tinggi. Leukemia dan beberapa bentuk kanker dijumpai sebagai efek yang ditimbulkan.

Tabel 4. Efek Radiasi Pada Jaringan Dan Organ1,2

Sangat sensitif Sedang Kurang sensitif

Organ Limpoid Sumsum Tulang Testis Lambung Kulit Kornea Mata

Pembuluh Darah Kecil Tulang Kartilago Tulang Pertumbuhan Kelenjar Ludah Paru-paru Ginjal Hati Lensa Mata Sel Otot Sel Syaraf

Dosis yang tinggi pada seluruh tubuh secara alami akan menimbulkan gejala klinis yang dapat kita amati dengan baik. Tabel 5 menunjukkan tanda-tanda klinis terhadap efek dari dosis iradiasi yang cukup besar keseluruh tubuh.2


(29)

Tabel 5. Pengaruh Iradiasi Dengan Dosis Tinggi Keseluruh Tubuh2

Dosis (Sv) Tanda-tanda klinis

>30 Kebingungan secara progresif dan

shock yang menyebabkan kematian dalam waktu 12 – 36 jam.

10 – 20 Gejala gastrointestinal menyebabkan

kematian dalam waktu 10 – 14 hari.

4 – 10 Gejala haemopoietic yang parah, yang

mengarah ke kematian dalam 3 – 5 minggu.

3.2.2 Efek Genetik

Efek yang mempengaruhi keturunan dari individu yang terkena radiasi.2,11 Meningkatnya penggunaan dental x-ray dan meningkatnya jumlah orang-orang yang menjalani perawatan dental mungkin menjadi perhatian karena pengaruh radiasi pengion dari dental radiografi yang dapat mengakibatkan efek genetik.2,3,11

3.3 Efek Samping Radiasi Pada Kelenjar Tiroid

Perubahan yang luas pada jaringan muncul akibat sensitifitas jaringan terhadap radiasi pengion dan jumlah radiasi yang dapat menimbulkan kerusakan. Akibat dari radiasi pada beberapa jaringan dan organ dapat diprediksi munculnya beberapa manifestasi penyakit, diantaranya hematopoietic jaringan yang akan menimbulkan resiko leukemia. Dosis radiasi yang sama dengan kadar yang berbeda mengakibatkan perubahan tipe sel pada organ yang sama.15

Beberapa organ dan jaringan yang menunjukkan kondisi kritis ketika dilakukan perawatan dental, ini disebabkan karena pemaparan radiasi yang berlebihan.2,16 Penyinaran utama yang tidak langsung mengenai kelenjar tiroid, ditujukan bukan untuk pengambilan radiografi gigi geligi.2


(30)

Kelenjar tiroid merupakan bagian yang radiosensitif.16 Kelenjar tiroid tidak dikenai langsung oleh sinar utama, dimana penyinaran bukan ditujukan untuk pembuatan radiografi gigi geligi. Diperkirakan 6000 mrads (0,06 Gy), dosis yang diperlukan untuk menghasilkan suatu kanker pada tiroid. Dosis pada foto gigi dengan menggunakan 20 film adalah sebesar 6 mrads (6 x 10-5 Gy) atau 1/100 dari dosis yang diperlukan dalam menghasilkan kanker tiroid.2 Perubahan ganas telah dilaporkan dalam kelenjar tiroid pada kelompok pasien yang menerima terapi sinar-x untuk tinea capitis. Dosis ke tiroid pada pasien tersebut diperkirakan 6 rads.1

Saat ini, paparan tiroid untuk rongga mulut sekitar 94 mR (0,94 mSv). Paparan ini kira-kira seperenam dari eksposur tiroid dari pemeriksaan radiografi pada tulang servikal.1 Radiasi ke kepala dan leher merupakan penyebab penting dari disfungsi tiroid. Dosis radiasi lebih besar dari 25 Gy ke kelenjar tiroid dapat menyebabkan hipotiroidisme, dosis 50 Gy atau lebih ke kelenjar hipotalamus terkait dengan hipotiroidisme sekunder atau tersier.16

Kanker tiroid dan nodula tiroid dijumpai sering terjadi pada orang yang terkena radiasi untuk keperluan terapi.17 Hypothyroidism, thyroiditis, tumor dan kanker merupakan penyakit-penyakit yang diketahui akibat induksi radiasi.18 Resiko induksi kanker karena radiasi dapat berlangsung selama 10-15 tahun atau lebih untuk muncul. Efek radiasi pada pemaparan tiroid selama bertahun-tahun memperlihatkan perkembangan kanker tiroid. Seratus mSv adalah dosis minimum yang dilaporkan dapat menyebabkan karsinoma tiroid.19

Tiroid adalah salah satu organ yang paling mungkin menimbulkan kelainan klinis yang jelas setelah dilakukan terapi radiasi eksternal. Penyinaran secara


(31)

langsung atau tidak langsung pada tiroid meningkatkan resiko perubahan yang cepat, papillary dan folikel kanker tiroid 15-35 kali lipat. Resiko tertinggi kanker tiroid ditemukan pada usia muda. Resiko berkurang dengan lamanya pengobatan, tetapi meningkat dengan durasi penyinaran.18

3.4 Tanda-Tanda dan Gejala Efek Radiasi pada Kelenjar Tiroid

Radiasi pada kelenjar tiroid dapat menimbulkan efek berupa hipotiroidisme, tiroiditis, tumor tiroid, dan kanker tiroid. Tanda-tanda dan gejala sebagai manifestasi klinis dari efek tersebut dapat kita kenali agar dapat menegakkan diagnosa dan melakukan rencana perawatan.6

3.4.1 Hipotiroidisme

Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormon tiroid dibawah nilai optimal.6

3.4.1.1 Tipe Hipotiroidisme

Terdapat beberapa tipe hipotiroidisme, bergantung pada lokasi timbulnya masalah, penyakit ini dapat diklasifikasikan sebagai :7

a. Primer, bila timbul akibat proses patologis yang merusak kelenjar tiroid.

b. Sekunder atau pituitarya, akibat defisiensi TSH hipofisis. Bergantung pada usia awitan hipotiroidisme, penyakit ini dapat dibagi atas :

(1) Hipotiroidisme dewasa atau miksedema (Gambar 3). Istilah miksedema mengacu pada penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan subkutan dan


(32)

interstisial lainnya; meskipun miksedema terjadi pada hipotiroidisme yang sudah berlangsung lama dan berat, istilah tersebut hanya dapat digunakan untuk menyatakan gejala ekstrim pada hipotiroidisme yang berat.

(2) Hipotiroidisme juvenilis (timbulnya setelah usia 1-2 tahun).

c. Congenital (tertier) atau hipotiroidisme hipotalamus, jika ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH tidak adekuat akibat penurunan stimulus oleh TRH. Apabila defisiensi tiroid sejak lahir, keadaan ini dinamakan kretinisme.

A B

3.4.1.2 Penyebab Hipotiroidisme

Hipotiroidisme juga sering terjadi pada pasien dengan riwayat hipertiroidisme yang menjalani terapi radiiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid. Terapi radiasi untuk penanganan kanker kepala dan leher kini semakin sering menjadi

Gambar 3. Gambaran wajah pasien dengan miksedema. A. Pada saat diagnosis awal B. Setelah penggantian terapi dengan tiroksin.6


(33)

penyebab pada lansia laki-laki; karena itu, pemeriksaan fungsi tiroid dianjurkan bagi semua pasien yang menjalani terapi tersebut.6

Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau ablasi radioisotop, atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar di sirkulasi. Cacat perkembangan dapat juga menjadi penyebab tidak terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme kongenital.7

3.4.1.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis hipotiroidisme bentuk dewasa dan bentuk juvenilis antara lain lelah; suara parau; tidak tahan dingin dan keringat berkurang; kulit dingin dan kering; wajah membengkak (Gambar 3); dan gerakan lamban. Aktifitas motorik dan intelektual lambat, dan relaksasi lambat dari refleks tendon dalam. Perempuan yang menderita hipotiroidisme sering mengeluh hipermenorrhea.7

Gejala dini tidak spesifik, namun kelelahan yang ekstrim menyulitkan penderita untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Adanya kerontokan rambut, kuku yang rapuh serta kulit yang kering, dan keluhan rasa mual serta parestesia pada jari-jari tangan dapat terjadi. Hipotiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingkan laki-laki dan paling sering terjadi pada usia diantara 30-60 tahun.6

Hipotiroidisme kongenital atau kretinisme (Gambar 4) mungkin sudah timbul sejak lahir, atau menjadi nyata dalam beberapa bulan pertama kehidupan. Manifestasi dini kretinisme antara lain ikterus fisiologi yang menetap, tangisan parau, konstipasi,


(34)

somnolen, dan kesulitan makan. Anak yang menderita hipotiroidisme kongenital memperlihatkan tubuh yang pendek (dwarf); mengalami retardasi mental; profil kasar; lidah menjulur ke luar; hidung yang lebar dan rata; mata yang jaraknya jauh; rambut jarang; kulit kering; perut menonjol; dan hernia umbilikalis.7,8

3.4.2 Tiroiditis

Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid; keadaan ini bisa bersifat akut, subakut, dan kronis. Masing-masing tipe ditandai oleh inflamasi, fibrosis, atau inflamasi limfositik pada kelenjar tiroid. Tipe akut, menyebabkan rasa nyeri serta pembengkakan pada leher bagian anterior, panas, disfagia, dan disfonia. Faringitis sering ditemukan, pada pemeriksaan dapat menunjukkan rasa hangat, eritema, dan nyeri tekan pada kelenjar tiroid. Tipe subakut, ditemukan sebagai pembengkakan yang nyeri pada leher bagian anterior, dan berlangsung selama 1 atau 2 bulan.6

Gambar 4. Kembar fraternal, berusia 8 tahun. Anak laki-laki menderita hipotiroidisme


(35)

Kelenjar tiroid membesar secara simetris dan kadang-kadang terasa nyeri. Penderita merasa sulit menelan, dan mengalami gangguan rasa nyaman. Irritabilitas, kegelisahan, insomnia, dan penurunan berat badan, dan banyak penderita juga merasakan gejala demam serta menggigil. Tiroiditis kronis, adalah tipe yang paling sering dijumpai pada wanita berusia 30-50 tahun diberi nama penyakit Hashimoto atau tiroditis limfositik kronis.6

3.4.3 Tumor Tiroid

Tumor pada kelenjar tiroid diklasifikasikan berdasarkan sifat maligna atau benigna selain berdasarkan ada atau tidaknya tirotoksikosis dan kualitas pembesaran kelenjar tersebut yang dapat menyebar atau irregular. Jika pembesaran kelenjar tiroid cukup membuat kelenjar tersebut terlihat pada leher, tumor ini dinamakan goiter atau gondok (Gambar 5-A). Semua derajat goiter dapat ditemukan, mulai dari pembesaran yang tidak begitu tampak hingga pembesaran yang menimbulkan deformitas leher.6,7

A B

Gambar 5. A. Penampilan khas gondok dalam seorang wanita berusia menengah. Leher bengkak karena tiroid membesar. B. Foto rontgen di sebelah kanan menunjukkan bagaimana sebuah lobus tiroid diperbesar, dan telah pindah ke kiri trakea pasien (trakea diuraikan dalam kuning muda)20


(36)

Sebagian goiter tampak simetris dan menyebar, sebagian lain terlihat noduler. Tipe penyakit goiter yang sering ditemukan terutama pada kawasan geografis yang kekurangan iodium merupakan penyakit gondok yang dinamakan simple goiter. Simple goiter menggambarkan keadaan hipertrofi kompensatorik pada kelenjar tiroid yang kemungkinkan disebabkan stimulasi kelenjar tiroid. Penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gejala, kecuali pembesaran pada leher, yang jika terjadi secara berlebihan, dapat mengakibatkan kompresi trakea.6,7

3.4.4 Kanker Tiroid

Kanker tiroid16,18,21 jauh lebih jarang jika ditemukan dengan bentuk-bentuk kanker lain; meskipun demikian kanker ini merupakan penyebab 90% semua kelainan malignasi endokrin. Kurang lebih 13000 kasus baru kanker tiroid terjadi setiap tahun.6 Resiko kanker tiroid tiga kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada laki-laki.16

3.4.4.1 Penyebab Kanker Tiroid

Radiasi eksternal kepala, leher, atau dada pada bayi dan anak-anak meningkatkan resiko karsinoma tiroid. Antara tahun 1940 dan 1960, terapi radiasi kadang-kadang dilakukan untuk mengecilkan jaringan tonsil dan adenoid yang membesar, mengobati jerawat, atau mengurangi pembesaran kelenjar timus. Bagi individu yang terkena radiasi eksternal dalam usia kanak-kanak terdapat peningkatan insiden kanker tiroid dalam 5 hingga 40 tahun sesudah penyinaran tersebut.6

3.4.4.2 Tipe Kanker Tiroid

Terdapat beberapa tipe kanker kelenjar tiroid. Tipe ini menentukan perjalanan dan prognosis penyakitnya, diantaranya adalah :6


(37)

a. Adenokarsinoma papilaris, merupakan tipe kanker tiroid yang paling sering dijumpai dan menyebabkan lebih dari separuh kelainan malignitas tiroid. Neoplasma tersebut dimulai pada usia kanak-kanak atau pada awal usia dewasa, mula-mula tetap terlokalisir namun akhirnya akan mengalami metastasis di sepanjang saluran limfatik serta kelenjar limfe jika tidak diobati. Penyakit ini tampak sebagai nodul asimptomatik pada kelenjar yang normal. Jika adenokarsinoma papilaris terjadi pada lansia, umumnya perjalanan penyakit berlangsung lebih agresif sebagaimana tipe kanker tiroid lain yang terjadi pada manula. Resiko malignitas akan meningkat jika terdapat riwayat kanker tiroid dalam keluarga.

b. Adenokarsinoma folikularis, muncul pada usia lebih tua dan biasanya pada usia lebih dari 40 tahun. Tipe kanker ini menyebabkan 20% hingga 25% semua neoplasma tiroid. Adenokarsinoma folikularis terbungkus dalam kapsul dan terasa sebagai massa yang elastis atau mirip karet saat palpasi. Tumor ini akhirnya menyebar lewat jalur hemotogen ketulang, hati dan paru. Prognosisnya tidak sebaik pada adenokarsinoma papilaris. Lesi tunggal, yang keras dan terfiksasi pada palpasi atau disertai limfodenopati servikal menunjukkan kemungkinan malignitas.6,7

c. Tipe kanker tiroid lain adalah medularis, 5% yang terdapat sebagai tumor noduler yang padat serta keras, ireguler, tumbuh dengan cepat, dan dapat menimbulkan nyeri serta nyeri tekan. Hampir 50% karsinoma anaplastik ditemukan pada pasien yang berusia di atas 60 tahun. Tumor ini memiliki prognosis yang sangat buruk.


(38)

3.5 Penatalaksanaan Penanggulangan Efek Samping Radiasi Terhadap Kelenjar Tiroid

Menjadi hal yang sangat penting untuk merencanakan penatalaksanaan penanggulangan terhadap beberapa efek samping atau resiko yang ditimbulkan akibat radiasi pada kelenjar tiroid.6

3.5.1 Hipotirodisme

Tujuan primer penatalaksanaan hipotiroidisme adalah memulihkan metabolisme pasien kembali kepada keadaan metabolik normal dengan cara mengganti hormon yang hilang. Levotiroksin sintetik merupakan preparat terpilih untuk pengobatan. Pada kasus yang berat, penatalaksanaan mencakup pemeliharaan berbagai fungsi vital.6

3.5.2 Tiroiditis

Tujuan terapi adalah mengendalikan inflamasi. Secara umum, NSAID digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada leher. Pada kasus yang lebih berat, kortikosteroid oral kadang-kadang dapat diresepkan untuk meredakan rasa nyeri dan mengurangi pembengkakan.6

3.5.3 Tumor Tiroid – Goiter (Gondok)

Suplemen iodium, seperti larutan jenuh kalium iodide, diresepkan untuk menekan aktifitas kelenjar hipofisis yang menstimulasi tiroid. Apabila tindakan bedah dianjurkan, komplikasi pasca operasi dapat dicegah dengan memberikan senyawa iodide praoperatif untuk mengurangi ukuran serta vaskularisasi goiter tersebut. Pengenalan garam beriodium merupakan satu-satunya cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit goiter dalam masyarakat yang rentan.6


(39)

3.5.4 Kanker Tiroid

Terapi pilihan untuk karsinoma tiroid adalah pembedahan untuk mengangkat tumor tersebut. Tiroidektomi total dilakukan bila keadaan memungkinkan. Pasca pembedahan, tindakan ablasi dilaksanakan dengan I131 untuk melenyapkan jaringan tiroid yang tersisa bila tumor tersebut bersifat radiosensitif.6


(40)

BAB 4 KESIMPULAN

Radiasi yang digunakan untuk tujuan apapun dan sekecil apapun pasti mengandung potensi bahaya atau efek bagi manusia. Akibat buruk dari radiasi pengion dikenal sebagai efek somatik apabila diderita oleh orang yang terkena radiasi, dan disebut efek genetik apabila dialami oleh keturunannya.

Efek radiasi terhadap kelenjar tiroid berupa hypothyroidism, thyroiditis, tumor, dan kanker merupakan penyakit-penyakit kelenjar tiroid yang diketahui akibat induksi radiasi. Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Tiroiditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid; keadaan ini bisa bersifat akut, subakut, dan kronis. Tumor pada kelenjar tiroid ada yang bersifat maligna atau benigna, selain berdasarkan ada atau tidaknya tirotoksikosis dan kualitas pembesaran kelenjar tersebut yang dapat menyebar atau irregular.

Radiasi eksternal kepala, leher, atau dada pada bayi dan anak-anak meningkatkan resiko karsinoma tiroid. Terapi pilihan untuk karsinoma tiroid adalah pembedahan untuk mengangkat tumor tersebut.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

1. Frommer HH, Stabulas JJ. Radiology for the Dental Professional. 8th ed. United States of America : Elsevier Mosby, 2005 : 2-117.

2. Boel T. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik. Medan : USU Press, 2009 : 3-19.

3. Whaites E. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 4th ed. United Kingdom : Elsevier, 2007 : 3-80.

4. Mason RA. A Guide to Dental Radigraphy. 3rd ed. London : Butterworths, 1988 : 1-13.

6. Smith NJD. Dental Radography. 2nd ed. Oxford London : Blackwell Scientific Publications, 1988 : 33-53.

6. Brunner, Suddarth. Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol (2). Alih Bahasa. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002 : 1293-1318.

7. Price SA, Wilson ML. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Vol (2). Alih Bahasa. Brahm, Huriawati Hartono, Pita Wulansari, Dewi Asih. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006 : 1225-35.

8. Ganong WF. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Alih Bahasa. Djauhari Widjajakusumah, Dewi Irawati, Minarma Siagian, Dangsina Moeloek, Brahm. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003 : 305-80.

9. Sitorus MS. Anatomi Klinis Kelenjar Thyroid. 2004 : 1-7.

10. Kodak Dental Systems. Dental Radiography Series Radiation Safety In Dental Radiography. 2007 : 1-9.

11. International Commision on Radiological Protection. European Guidelines on Radiation Protection in Dental Radiology - The Safe Use of Radiographs in Dental Practice.2007.

12. Hidayat W. Gambaran Distribusi Teknik Foto Rontgen Gigi Yang Digunakan Di RSGM-FKG UNPAD. FKG-UNPAD Bandung, 2007 : 5


(42)

13. Greenwell H, Hans M, Knoernchild K, Noblet WC, Stigers JI. Guidelines for The Selection of Patients for Dental Radiographic Examinations. American Dental Association, 2004: 1-4.

14. Radilogic Clinic Parkway Hospitals Singapore PTE LTD. Seberapa Amankah Rontgen (Medical X-Rays) ?.

15. Suwargiani AA. Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi Pada Saat Pemotretan Foto Rontgen. FKG-UNPAD Bandung, 2007.

16. Garg MK. Target Gland Dysfunction Following External Cranial Radiation for Extrasellar Tumours. MJAFI 2004; 60 (4): 342-347.

17. Trerotoli P, Ciampolillo A, Marinelli G, Giorgino R, Serio G. Prevalence of Tyroid Nodules in an Occupationally Radiation Exposed Group: a cross sectional study in area with mild iodine deficiency. BMC Public Health 2005; 5 : 1-6.

18. Camargo RS, Shirata NK, Setani EO, et al. DNA Measurements After Radiation-Induced Tissue Structure of Thyroid Gland of Rats. Bras Patol Med Lab 2005; 41 (3) : 169-73.

19. Devalia KL, Guha A, Devadoss VG. The Need to Protect the Tyroid Gland During Image Intensifier Use in Orthopaedic Procedures. Acta Orthop Belg 2004; 70 : 474-7.

20. Norman J. Tyroid Goiter. Enlargment of The Tyroid. juli 2010

21. Kleinerman RA. Cancer Risks Following Diagnostic and Therapeutic Radiation Exposure in Children. Pediatr Radiol 2006; 36 (Suppl 2) : 121-5.


(43)

LAMPIRAN

Ablasi : Penghilangan dengan jalan pembedahan jaringan atau organ tubuh

Adenoid : Suatu kelenjar yang sejenis dengan amandel yang

melindungi anak-anak dari serangan penyakit, mempunyai fungsi yang mirip dengan amandel. Terletak dibelakang hidung dan di langit-langit mulut.

ALARA : As Low As Reasonably Achievable – dosis serendah mungkin yang akan diterima.

Awitan : Pathogenesis (perjalanan penyakit).

Cataract : Sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total dan menghalangi jalan cahaya.

Deformitas : Sebuah cacat, dysmorphism, atau fitur dismorfik yang menunjukkan perbedaan besar dalam bentuk bagian tubuh atau organ dibandingkan dengan bentuk yang normal. Disfagia : Istilah medis untuk gejala kesulitan menelan


(44)

Disfonia : Gangguan suara yang mengganggu komunikasi.

Manifestasinya sebagai upaya untuk menghasilkan suara, kesulitan dalam menjaga suara, kelelahan berbicara, perubahan frekuensi dasar berbicara, batuk disertai sesak. Dwarfisme : Kondisi seseorang yang kekurangan pertumbuhan, dengan

rendah dan kecil yang dibawah normal. Dwarfisme

disebabkan oleh kekurangan jumlah hormon pertumbuhan. Tinggi orang dewasa yang mengalami dwarfisme dapat setinggi sekitar 1.25 - 1.40 meter.

Erythema : Kemerahan pada kulit, yang disebabkan oleh hiperemia (menggambarkan peningkatan aliran darah ke jaringan yang berbeda dalam tubuh) dari kapiler di lapisan bawah kulit. Hal ini terjadi dengan luka kulit, infeksi, atau peradangan. Film holders : Perangkat film yang digunakan agar pasien tidak memegang

film di dalam rongga mulut.

Genomic : Sesuatu yang berhubungan dengan genetik dari suatu organisme atau virus. Termasuk yang dikaji adalah struktur, organisasi serta fungsinya. Objek kajiannya adalah DNA secara keseluruhan (DNA nuklear/inti, cpDNA, dan mtDNA).


(45)

Hematopoietic : Multipotent sel induk yang menimbulkan semua tipe darah termasuk sel myeloid (monosit dan makrofag , neutrofil , basofil , eosinofil , eritrosit , megakaryocytes / platelet , sel dendritik), dan limfoid (T-sel , B-sel , NK-sel).

Hernia umbilikalis : Kondisi di mana pusar menonjol ke luar, tidak seperti kondisi yang normal yaitu menjorok ke dalam (membentuk ceruk di perut). Umumnya akan hilang saat usia sekitar 2 tahun. Jika diameter hernia lebih kecil dari 5 mm, umumnya akan menutup sendiri pada usia kurang dari 2 tahun.

Diameter 5-15 mm biasanya menutup pada usia sebelum 4 tahun. Jika diameternya lebih kecil dari 2 cm masih mungkin menutup pada usia 6 tahun.

Hipermenorrhea : Pendarahan yang banyak atau jumlah melebihi 80 mL. Ikterus : Warna kuning pada kulit, konjungtiva dan selaput akibat

penumpukan bilirubin.

Insomnia : Gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu. Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan

fungsional saat bangun.

Iradiasi : Jumlah energi cahaya (atau radiasi lain) yang ditangkap oleh suatu permukaan tiap meter perseginya setiap detik. Iradiasi adalah tingkatan kadar dari radiasi yang teramati.


(46)

Konstipasi : Kelainan pada sistem pencernaan di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya.

Lead apron : Baju pelindung yang digunakan oleh pasien dan operator saat melakukan penyinaran, yang berfungsi untuk

melindungi tubuh dari paparan radiasi.

Malignitas : Pertumbuhan dapat digolongkan sebagai ganas (malignan). Somnolen : Kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah

tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi. Mampu memberi jawaban verbal.

Takikardia : Peningkatan frekuensi denyut jantung, antara 180-300 kali per menit. Kelainan ini sering terjadi pada demam, emosi, aktivitas fisik dan gagal jantung.

Tinea capitis : Infeksi jamur pada kulit kepala karena dermatofit. Rambut kepala, alis, bulu mata mungkin juga terlibat.


(47)

Tonsil : Bagian dari sistem kelenjar getah bening yang berada pada sisi kiri dan kanan bagian belakang rongga mulut. Seperti kelenjar getah bening lainnya, amandel adalah bagian dari sistem kekebalan yang menjaga tubuh manusia dari infeksi, khususnya infeksi saluran nafas atas dan faring.

Tremor : Gerakan fluktuatif gemetar pada tubuh kita yang biasanya sering terjadi pada tangan atau lengan sehingga tidak bisa melakukan gerakan halus.


(1)

13. Greenwell H, Hans M, Knoernchild K, Noblet WC, Stigers JI. Guidelines for The Selection of Patients for Dental Radiographic Examinations. American Dental Association, 2004: 1-4.

14. Radilogic Clinic Parkway Hospitals Singapore PTE LTD. Seberapa Amankah Rontgen (Medical X-Rays) ?.

15. Suwargiani AA. Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Ko-Ass Mengenai Proteksi Radiasi Pada Saat Pemotretan Foto Rontgen. FKG-UNPAD Bandung, 2007. 16. Garg MK. Target Gland Dysfunction Following External Cranial Radiation

for Extrasellar Tumours. MJAFI 2004; 60 (4): 342-347.

17. Trerotoli P, Ciampolillo A, Marinelli G, Giorgino R, Serio G. Prevalence of Tyroid Nodules in an Occupationally Radiation Exposed Group: a cross sectional study in area with mild iodine deficiency. BMC Public Health 2005; 5 : 1-6.

18. Camargo RS, Shirata NK, Setani EO, et al. DNA Measurements After Radiation-Induced Tissue Structure of Thyroid Gland of Rats. Bras Patol Med Lab 2005; 41 (3) : 169-73.

19. Devalia KL, Guha A, Devadoss VG. The Need to Protect the Tyroid Gland During Image Intensifier Use in Orthopaedic Procedures. Acta Orthop Belg 2004; 70 : 474-7.

20. Norman J. Tyroid Goiter. Enlargment of The Tyroid. juli 2010

21. Kleinerman RA. Cancer Risks Following Diagnostic and Therapeutic Radiation Exposure in Children. Pediatr Radiol 2006; 36 (Suppl 2) : 121-5.


(2)

LAMPIRAN

Ablasi : Penghilangan dengan jalan pembedahan jaringan atau organ tubuh

Adenoid : Suatu kelenjar yang sejenis dengan amandel yang

melindungi anak-anak dari serangan penyakit, mempunyai fungsi yang mirip dengan amandel. Terletak dibelakang hidung dan di langit-langit mulut.

ALARA : As Low As Reasonably Achievable – dosis serendah mungkin yang akan diterima.

Awitan : Pathogenesis (perjalanan penyakit).

Cataract : Sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total dan menghalangi jalan cahaya.

Deformitas : Sebuah cacat, dysmorphism, atau fitur dismorfik yang menunjukkan perbedaan besar dalam bentuk bagian tubuh atau organ dibandingkan dengan bentuk yang normal. Disfagia : Istilah medis untuk gejala kesulitan menelan


(3)

Disfonia : Gangguan suara yang mengganggu komunikasi.

Manifestasinya sebagai upaya untuk menghasilkan suara, kesulitan dalam menjaga suara, kelelahan berbicara, perubahan frekuensi dasar berbicara, batuk disertai sesak. Dwarfisme : Kondisi seseorang yang kekurangan pertumbuhan, dengan

rendah dan kecil yang dibawah normal. Dwarfisme

disebabkan oleh kekurangan jumlah hormon pertumbuhan. Tinggi orang dewasa yang mengalami dwarfisme dapat setinggi sekitar 1.25 - 1.40 meter.

Erythema : Kemerahan pada kulit, yang disebabkan oleh hiperemia (menggambarkan peningkatan aliran darah ke jaringan yang berbeda dalam tubuh) dari kapiler di lapisan bawah kulit. Hal ini terjadi dengan luka kulit, infeksi, atau peradangan. Film holders : Perangkat film yang digunakan agar pasien tidak memegang

film di dalam rongga mulut.

Genomic : Sesuatu yang berhubungan dengan genetik dari suatu organisme atau virus. Termasuk yang dikaji adalah struktur, organisasi serta fungsinya. Objek kajiannya adalah DNA secara keseluruhan (DNA nuklear/inti, cpDNA, dan mtDNA).


(4)

Hematopoietic : Multipotent sel induk yang menimbulkan semua tipe darah termasuk sel myeloid (monosit dan makrofag , neutrofil , basofil , eosinofil , eritrosit , megakaryocytes / platelet , sel dendritik), dan limfoid (T-sel , B-sel , NK-sel).

Hernia umbilikalis : Kondisi di mana pusar menonjol ke luar, tidak seperti kondisi yang normal yaitu menjorok ke dalam (membentuk ceruk di perut). Umumnya akan hilang saat usia sekitar 2 tahun. Jika diameter hernia lebih kecil dari 5 mm, umumnya akan menutup sendiri pada usia kurang dari 2 tahun.

Diameter 5-15 mm biasanya menutup pada usia sebelum 4 tahun. Jika diameternya lebih kecil dari 2 cm masih mungkin menutup pada usia 6 tahun.

Hipermenorrhea : Pendarahan yang banyak atau jumlah melebihi 80 mL. Ikterus : Warna kuning pada kulit, konjungtiva dan selaput akibat

penumpukan bilirubin.

Insomnia : Gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu. Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan

fungsional saat bangun.

Iradiasi : Jumlah energi cahaya (atau radiasi lain) yang ditangkap oleh suatu permukaan tiap meter perseginya setiap detik. Iradiasi


(5)

Konstipasi : Kelainan pada sistem pencernaan di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya.

Lead apron : Baju pelindung yang digunakan oleh pasien dan operator saat melakukan penyinaran, yang berfungsi untuk

melindungi tubuh dari paparan radiasi.

Malignitas : Pertumbuhan dapat digolongkan sebagai ganas (malignan). Somnolen : Kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah

tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi. Mampu memberi jawaban verbal.

Takikardia : Peningkatan frekuensi denyut jantung, antara 180-300 kali per menit. Kelainan ini sering terjadi pada demam, emosi, aktivitas fisik dan gagal jantung.

Tinea capitis : Infeksi jamur pada kulit kepala karena dermatofit. Rambut kepala, alis, bulu mata mungkin juga terlibat.


(6)

Tonsil : Bagian dari sistem kelenjar getah bening yang berada pada sisi kiri dan kanan bagian belakang rongga mulut. Seperti kelenjar getah bening lainnya, amandel adalah bagian dari sistem kekebalan yang menjaga tubuh manusia dari infeksi, khususnya infeksi saluran nafas atas dan faring.

Tremor : Gerakan fluktuatif gemetar pada tubuh kita yang biasanya sering terjadi pada tangan atau lengan sehingga tidak bisa melakukan gerakan halus.