17
BAB II HUBUNGAN KERJASAMA EKONOMI ASEAN
Bab ini akan memaparkan perkembangan hubungan ekonomi yang terjadi di kawasan Asia Tenggara. Khususnya kerjasama yang terjadi di dalam ruang
lingkup ASEAN, baik kerjasama ekonomi intra ASEAN maupun antara ASEAN dengan lingkungan eksternalnya. Kerjasama ekonomi yang dilakukan ASEAN
merupakan bentuk kerjasama ekonomi yang pertama kali disepakati di kawasan Asia, hal ini menandakan keinginan ASEAN untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonominya. Mengingat begitu pentingnya posisi ASEAN, maka pada bagian ini penulis juga akan memaparkan kebutuhan ASEAN untuk meningkatkan
perekonomiannya sehingga mendorong ASEAN untuk melakukan kerjasama dengan lingkungan eksternalnya. Salah satu Negara yang dianggap memiliki
potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi ASEAN adalah Cina.
A. Latar Belakang Kerjasama Ekonomi ASEAN
Deklarasi Bangkok 8 Agustus 1967 merupakan awal bersejarah bagi pembentukan Association of Southeast Asian Nations ASEAN. Deklarasi
tersebut mendasari terbentuknya ASEAN. Pada awal pembentukannya, ASEAN hanya memiliki lima anggota, yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan
Filipina Dirjen Kerjasama ASEAN 2010, h. 2. Salah satu tujuan pembentukan ASEAN tidak dapat dilepaskan dari adanya keinginan bersama antara negara-
negara yang tergabung di dalamnya untuk meningkatkan perekonomian dan
18 kesejahteraan bangsanya. Bahkan sejak pembentukannya hingga saat ini, ASEAN
senantiasa mengedepankan agenda-agenda ekonomi dalam setiap interaksinya. Salah satu tujuan dari pembentukan ASEAN seperti yang tertuang dalam
Deklarasi Bangkok tahun 1967 adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ASEAN. Tujuan-
tujuan tersebut dapat dicapai melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-
bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai Prabowo Wardoyo 2004, h. 1; ASEAN Secretariat 1967. Deklarasi ini mempersatukan negara anggota ASEAN
dalam usaha bersama untuk mengembangkan kerjasama ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan di kawasan Asia Tenggara. Deklarasi ini merupakan
dasar yang menjadi rujukan bagi setiap aktifitas ASEAN dalam mewujudkan segala tujuannya.
Sebelum krisis ekonomi tahun 1997, negara-negara anggota ASEAN sebenarnya telah mengalami kemajuan ekonomi, namun krisis ekonomi yang
terjadi telah mengakhiri masa perkembangan ekonomi tersebut. Krisis ekonomi yang berawal di Thailand, memberi efek domino bagi negara-negara tetangganya
di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Laos dan Filipina. Kejadian ini membuktikan adanya saling keterkaitan ekonomi antara negara-negara di kawasan
tersebut. Menurut Sungkar ed. 2005, h. 36, krisis ekonomi 1997 adalah krisis yang telah memukul sistem ekonomi di Asia terutama Asia Tenggara dan Korea
Selatan. Krisis ini diawali dengan tingginya pinjaman jangka pendek dari Negara- negara seperti Thailand, Indonesia, dan Korea Selatan terhadap Dollar AS. Hal ini
19 menyebabkan melemahnya nilai tukar mata uang depresiasi
5
seperti; Rupiah di Indonesia atau Bath di Thailand terhadap Dollar AS, sehingga mengakibatkan
hilangnya kepercayaan investor dan kreditor asing sehingga terjadi pelarian modal dalam jumlah yang sangat besar. Dengan demikian banyak negara Asia yang
kekurangan aset mata uang asing Dollar AS dan mengalami kesulitan dalam membayar hutang yang menumpuk.
Ketika jangka waktu peminjaman hutang tersebut telah jatuh tempo, perusahaan-perusahaan di negara-negara tersebut tidak mampu untuk membayar
karena jumlah hutang yang meningkat, akibat naiknya nilai tukar Dollar AS. Akibatnya, perusahaan-perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan. Bankrutnya
perusahaan-perusahaan tersebut juga menyebabkan pinjaman yang dikucurkan oleh perbankan menjadi macet. Belum cukup sampai disitu, permasalahan
perbankan ini juga memicu dampak lainnya dari krisis ekonomi ini, seperti bergejolaknya sistem politik di beberapa Negara di kawasan Asia Tenggara,
misalnya Indonesia. Menurut Purwanto dalam Yaumidin ed. 2008, h. 82 krisis ekonomi
tersebut juga menunjukkan kelemahan fundamental perekonomian kawasan ASEAN. Ini dapat dilihat dari ketergantungan negara-negara ASEAN pada modal
dari luar negeri seperti yang berasal dari Amerika Serikat dan Jepang. Purwanto dalam Yaumidin ed. 2008, h. 83 juga menambahkan bahwa sejak krisis ekonomi
tersebut, anggota ASEAN berusaha keras untuk dapat segera keluar dari bayang- bayang krisis dengan melakukan perbaikan-perbaikan kinerja perekonomian dan
5
Depresiasi berarti, menurunnya nilai mata uang dalam negeri terhadap valuta asing karena mekanisme pasar. Sedangkan Devaluasi adalah suatu kebijakan pemerintah untuk menurunkan
nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing dengan cara sengaja. Tujuannya agar ekspor meningkat.
20 juga meningkatkan kerjasama intra regional bagi pertumbuhan ekonomi yang
lebih maju. Akan tetapi dengan adanya keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh negara-negara ASEAN menyebabkan perlunya upaya untuk memperluas
kerjasama ekonomi kawasan dengan negara lain, termasuk dengan mitra dialognya seperti dengan Cina, Jepang, India, Korea Selatan, Kanada, Australia,
dan Selandia Baru. Selain itu, pada KTT ASEAN kedua di Kuala lumpur pada 1977
dikemukakan mengenai perlu ditingkatkannya kerjasama ekonomi dengan pihak lain baik negara, kelompok negara, dan organisasi internasional di luar ASEAN
untuk menjalin hubungan yang saling bersahabat serta saling menguntungkan bagi semua pihak ASEAN Secretariat 1977. Hal ini menunjukkan bagaimana
ASEAN sangat menginginkan kerjasama dalam bidang ekonomi baik dengan lingkungan internalnya maupun dengan negara lain di luar kawasan Asia
Tenggara. Pada bagian berikutnya, penulis akan memaparkan perkembangan kerjasama ekonomi Intra ASEAN.
B. Kondisi Internal Ekonomi ASEAN B.1. Perkembangan Awal Kerjasama Ekonomi Intra ASEAN