Uji Penyimpangan Asumsi Klasik .1 Multikolinearity Deskriptif Daerah Penelitian .1 Kondisi Geografis

Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1 Multikolinearity Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah terdapat korelasi variabel independent diantara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R², F-hitung, t- hitung, dan standart error. Adanya multikolinearity dapat ditandai dengan : • standart error tidak terhingga • tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 1, α = 5, α = 10 • terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori • R² sangat tinggi

3.7.2 Autokorelasi

Serial correlation didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Model regresi linear klasik mengasumsikan autokorelasi tidak terdapat di dalamnya distribusi atau gangguan μi dilambagkan dengan : E μi : μj = 0 i ≠ j Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi, yaitu : 1. Dengan menggunakan atau memplot grafik 2. Dengan D-W Test Uji Durbin Watson Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut : D-hitung = ∑ e 1 – e t-1 ² ∑ e ²t Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 Dengan Hipotesis sebagai berikut : Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independent tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : Gambar 3.3 Gambar Kurva Durbin – Watson Keterangan : Ho : tidak ada korelasi Dw dl : tolak Ho ada korelasi positif Dw 4-du : tolak Ho ada korelasi negatif du Dw 4-du : terima Ho tidak ada korelasi dl ≤ Dw 4-du : tidak bisa disimpulkan inconclusive 4-du ≤Dw≤4–dl : tidak bisa disimpulkan inconclusive

3.8 Defenisi Operasional

1. Simpanan masyarakat adalah sumber utama dalam dana bank atau dana yang berasal dari simpanan masyarakat Sumatera Utara dalam bentuk giro Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 demand deposit, deposito berjangka time deposit, dan tabungan saving deposit yang dinyatakan dalam milyar rupiah. 2. Produk domestik regional bruto adalah gambaran rata-rata pendapatan masyarakat Sumatera Utara yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari keseluruhan proses produksi sektor-sektor ekonomi dalam suatu wilayah yang dinyatakan dalam juta rupiah. 3. Inflasi adalah persentase kenaikan tahunan tingkat harga umum yang diukur berdasarkan indeks harga konsumen atau indeks harga lainnya yang dalam penelitian ini mengkhususkan di wilayah Sumatera Utara. Inflasi diukur dalam satuan persen. 4. Tingkat Suku Bunga adalah harga yang harus dibayar oleh pihak bank kepada nasabah yaitu masyarakat Sumatera Utara yang menyimpan uang nya di bank dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito selama periode tertentu yang dinyatakan dalam persen.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskriptif Daerah Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Provinsi Sumatera Utara berada pada garis 1º- 4º lintang utara dan 98º- 100º lintang selatan bujur timur. Sebelah utara berbatasan dengan Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah timur berbatasan dengan Malaysia di Selat Malaka, sebelah Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 barat berbatasan dengan Samudera Hindia dan sebelah selatan berbatasan dengan provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat. Luas total provinsi Sumatera Utara adalah 181.680,62 km² yang terdiri atas lautan dengan luas 110.000 km² atau sekitar 60,5 dan daratan yang mencapai 71.680,68 km² atau sekitar 39,5 , sebagian besar berada di daratan Pulau sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau batu serta beberapa pulau-pulau kecil, baik di bagian Barat maupun di bagian Timur pantai Pulau Sumatera. Secara administrasi, pada tahun 2005 setelah pemekaran daerah provinsi Sumatera Utara memiliki 25 kabupatenkota. Bersamaan dengan itu, jumlah kecamatan bertambah dari 252 menjadi 364 kecamatan, dan jumlah desa dan kelurahan juga bertambah dari 5.238 menjadi 5.610. Karena terletak dekat dengan garis khatulistiwa, provinsi Sumatera Utara beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan yang diselingi dengan musim pancaroba. Ketinggian permukaan daratan provinsi Sumatera Utara bermacam-macam, ada yang daerahnya datar hanya beberapa meter diatas permukaan laut dan iklimnya cukup panas berkisar antara 34,2ºC. Sedangkan daerah yang berbukit dengan kemiringan landai iklimnya sedang sementara daerah yang terletak pada ketinggian suhu minimalnya bisa mencapai 13,4ºC. Tabel 4.1 Kondisi Geografis Sumatera Utara Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 Menurut Kabupaten dan Kotamadya No. Kabupaten Kotamadya Luas Area Ha Terhadap Total Luas 1. Nias 349.539 4,88 2. Mandailing Natal 662.070 9,23 3. Tapanuli Selatan 1.216.365 16,97 4. Tapanuli Tengah 215.800 3,01 5. Tapanuli Utara 376.465 5,25 6. Toba Samosir 235.235 3,28 7. Labuhan Batu 922.318 12,87 8. Asahan 458.075 6,39 9. Simalungun 436.860 6,12 10. Dairi 192.780 2,69 11. Karo 212.725 2,96 12. Deli Serdang 248.614 3,46 13. Langkat 626.329 8,74 14. Nias Selatan 162.591 2,27 15. Humbang Hasundutan 229.720 3,20 16. Pakpak Barat 121.830 1,70 17. Samosir 243.350 3,39 18. Serdang bedagai 191.333 2,67 19. Sibolga 1.077 0,02 20. Tanjung Balai 6.152 0,09 21. Pematang Siantar 7.997 0,11 22. Tebing Tinggi 3.844 0,05 23. Medan 26.510 0,37 24. Binjai 9.024 0,13 25. Padang Sidempuan 11.465 0,16 Sumatera Utara 7.168.068 100,00 Sumber : Sumatera Utara dalam angka, 2007. Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa kabupaten kotamadya yang memiliki daerah terluas adalah Tapanuli Selatan dengan luas wilayah 1.216.365 Ha, sedangkan Kabupaten Kotamadya dengan luas wilayah paling kecil adalah Sibolga dengan luas wilayah 1.077 Ha. Tabel 4.2 Jumlah Kecamatan, Desa dan Kelurahan Menurut Kabupaten dan Kotamadya di Sumatera Utara Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 No. Kabupaten Kotamadya Jumlah Kecamatan Jumlah Desa Kelurahan 1. Nias 32 343 2. Mandailing Natal 23 384 3. Tapanuli Selatan 12 623 4. Tapanuli Tengah 19 163 5. Tapanuli Utara 15 273 6. Toba Samosir 14 182 7. Labuhan Batu 22 332 8. Asahan 13 186 9. Simalungun 31 451 10. Dairi 15 159 11. Karo 17 252 12. Deli Serdang 22 494 13. Langkat 23 284 14. Nias Selatan 8 228 15. Humbang Hasundutan 10 164 16. Pakpak Barat 8 52 17. Samosir 9 127 18. Serdang bedagai 17 343 19. Sibolga 4 47 20. Tanjung Balai 6 52 21. Pematang Siantar 7 79 22. Tebing Tinggi 5 64 23. Medan 21 181 24. Binjai 5 68 25. Padang Sidempuan 6 79 Sumatera Utara 364 5.610 Sumber : Sumatera Utara dalam angka, 2007. Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kabupaten yang memiliki desa kelurahan terbanyak adalah Tapanuli Selatan yang memiliki 623 desa kelurahan, sedangkan kabupaten yang memiliki desa kelurahan yang paling sedikit adalah Sibolga dengan 47 desa kelurahan.

4.1.2 Kondisi Demografi

Didalam perjalanannya, otonomi daerah yang bergulir sejak 1 januari 2001, yang ditujukan pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 pelaksanaan pembangunan, ditandai dengan munculnya keinginan untuk membentuk satuan-satuan wilayah administrasi tertentu. Hal ini menyebabkan ide pemekaran daerah semakin marak, dan pemekaran daerah yang terjadi diikuti oleh pergerakan penduduk. Sumatera merupakan provinsi dengan jumlah penduduk yang besar. Hasil Sensus Penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara tercatat sebesar 11.506.808 jiwa, terdiri dari 5.750.315 penduduk laki-laki dan 5.756.493 penduduk perempuan. Pada bulan juni 2005, jumlah penduduk diperkirakan 12.326.678 jiwa dengan 6.165.071 penduduk laki-laki dan 6.161.607 penduduk perempuan. Tahun 2006 jumlah penduduk diperkirakan menjadi 12.643.494 jiwa dengan 6.324.505 jiwa laki-laki dan 6.318.989 jiwa perempuan. Pada tahun 2007 jumlah penduduk diperkirakan sebesar 12.834.371 jiwa dengan 6.381.870 jiwa laki-laki dan 6.452.501 jiwa perempuan. Laju pertumbuhan penduduk pada kurun waktu tahun 2000-2007 sebesar 1,56 per tahun. Penduduk Sumatera Utara masih lebih banyak tinggal di daerah pedesaan daripada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di pedesaan sebesar 54,63 atau 7,01 juta jiwa dan yang tinggal di daerah di daerah perkotaan sebesar 45,37 atau 5,82 juta jiwa. Pencapaian pembangunan manusia Sumatera Utara tahun 2005 lebih baik dibandingkan tahun 2004, tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia IPM. Nilai IPM Sumatera Utara pada tahun 2005 sebesar 72, pada tahun 2004 angka tersebut 71,4 atau meningkat sebesar 0,6 poin. Meningkatnya IPM di tahun 2005 tersebut didukung oleh adanya peningkatan angka harapan hidup yang mencapai 68,7 tahun, rata-rata lama sekolah mencapai 8,5 tahun, angka melek huruf mencapai 97 , dan rata-rata pengeluaran riil Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 perkapita mencapai Rp. 616.000,-. Dan IPM ini pada tahun 2006 mencapai angka 72,7 target RPJM Tahun 2008. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas, jumlah penduduk miskin di tahun 2007 sebesar 13,90 atau 1.770.702 jiwa. Dalam upaya untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, selama 2006, pemerintah telah menyalurkan dana Bantuan Langsung Tunai BLT kepada 944.972 rumah tangga miskin di Sumatera Utara, dan hingga akhir 2006, seluruh rumah tangga miskin penerima BLT telah menerima pencairan dananya hingga tahap keempat. Sumatera Utara termasuk satu dari tujuh provinsi yang telah menyelesaikan pencairan dana BLT sampai tahap empat terealisasi 100 . Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK Sumatera Utara setiap tahunnya tampak berfluktuasi. Pada tahun 2000, TPAK di daerah ini sebesar 57,34 , tahun 2005 naik menjadi 71,94 , tahun 2006 turun menjadi 66,90 dan pada tahun 2007 naik kembali menjadi 67,49 . Angkatan Kerja di Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan SD kebawah. Persentase angkatan kerja golongan ini mencapai 41,47 , angkatan kerja yang berpendidikan setingkat SMP sebesar 23,42 dan yang setingkat SMA sebesar 28,94 , sedangkan sisanya 6,17 berpendidikan diatas SMA. Jika ditinjau dari status pekerjaannya, sepertiga 32,10 penduduk yang bekerja di Sumatera Utara adalah buruh atau karyawan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang merupakan angkatan kerja pada Agustus 2007 adalah sebanyak 5,65 juta jiwa yang terdiri dari 5,08 juta jiwa terkategori bekerja dan sebesar 571 ribu jiwa terkategori mencari kerja dan tidak bekerja Pengangguran Terbuka. Tingkat pengangguran terbuka TPT, berdasarkan hasil survei Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 Angkatan Kerja Nasional Sakernas yang dilakukan BPS pada bulan Februari 2006, masih berada pada kisaran 14,82 atau 847.579 jiwa. Tingkat pengangguran terbuka ini jauh lebih tinggi dibandingkan pada periode Februari 2005 dimana TPT hanya sebesar 10,98 atau 636.980 jiwa. Pada bulan agustus 2006, TPT menurun menjadi 11,51 atau 632.049.

4.1.3 Gambaran Perekonomian Sumatera Utara

Secara umum, kondisi perekonomian Sumatera Utara awal tahun 2007 masih dibayangi oleh dampak lanjutan dari kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak BBM yang dilakukan pemerintah pada bulan oktober 2005. melambatnya pertumbuhan ekonomi ini terutama terjadi pada konsumsi dan investasi dengan menurunnya daya beli, kenaikan biaya produksi, dan iklim investasi yang belum kondusif. Seiring dengan adanya upaya pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah secara terus menerus, kinerja perekonomian Sumatera Utara menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Stabilitas moneter yang semakin membaik ditandai dengan nilai tukar rupiah yang cenderung menguat dan stabil, yaitu berada pada kisaran Rp. 9.000 US dalam beberapa bulan terakhir, serta meredanya tekanan inflasi di Sumatera Utara telah berkontribusi dalam perkembangan tersebut. Tingkat inflasi sebesar 1,92 pada desember 2006 telah menutup tingkat inflasi kumulatif januari – desember 2006 hanya mencapai 6,11 . Pencapaian inflasi ini sudah jauh lebih baik dari tahun 2005 yang mencapai sebesar 22,41 . Nilai inflasi Sumatera Utara tahun 2006 ini juga lebih rendah dari inflasi nasional tahun 2006 yang mencapai 6,60 . Dan pada tahun 2007 Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 Sumatera Utara mengalami inflasi sebesar 6,60 , angka ini melebihi inflasi nasional yang hanya sebesar 6,59 . Aspek lain yang mendukung membaiknya kinerja perekonomian Sumatera Utara adalah meningkatnya kegiatan perdagangan luar negeri. Sampai dengan bulan september 2007, neraca perdagangan luar negeri Sumatera Utara telah mencapai surplus sebesar 4.973,0 juta US dengan nilai ekspor sebesar 7.082,9 juta US dan impor sebesar 2.109,9 jutaUS. Kondisi ini lebih baik dari tahun 2006, yang berarti pada tahun ini terjadi peningkatan 22,28 . Secara makro, kinerja perekonomian sepanjang tahun 2007 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Meskipun pada triwulan I tahun 2007, kinerja perekonomian Sumatera Utara belum menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan keadaan tahun 2006. Kinerja perekonomian Sumatera Utara pada triwulan I tahun 2007 hanya berhasil tumbuh sebesar 4,11 dari triwulan IV tahun 2006. Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun 2006, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan I tahun 2007 hanya berhasil tumbuh sebesar 2,89 . Secara keseluruhan perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2007 naik sebesar 6,90 jika dibandingkan tahun sebelumnya. Meningkatnya realisasi belanja pemerintah baik APBN maupun APBD merupakan faktor yang mendorong membaiknya kinerja perekonomian Sumatera Utara tahun 2007. Realisasi penerimaan Sumatera Utara pada tahun 2007 tercatat sebesar 2.737,8 milyar rupiah dan realisasi pengeluaran rutin pada tahun tersebut adalah 1.371,1 milyar rupiah.

4.1.4 Perkembangan Perbankan di Sumatera Utara

Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 Pemekaran wilayah yang terjadi di Sumatera Utara telah memicu perkembangan Perbankan di daerah ini. Posisi Sumatera Utara yang cukup strategis dan sistem ekonomi yang terbuka serta sifat dinamis penduduk Sumatera Utara memberi andil yang cukup besar dalam pendirian kantor baru bank di Sumatera Utara. Pembentukan kantor baru bank di Sumatera Utara terbagi atas tiga kelompok yaitu bank pemerintah BUMN, bank pembangunan daerah dan bank swasta. Secara kelembagaan, jumlah kantor cabang kantor cabang pembantu yang beroperasi di Sumatera Utara sampai dengan triwulan II 2007 adalah sebanyak 672 kantor, terdiri dari 259 Bank Pemerintah, 70 Bank Pemerintah Daerah, 323 Bank Swasta Nasional dan 20 Bank Asing dan Campuran. Peran bank dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sangat penting artinya. Untuk mendukung program pemerintah dan memperlancar modal usaha, bank yang ada di Sumatera Utara telah menyalurkan kredit yang cukup besar. Pada tahun 2007, jumlah kredit yang disalurkan Perbankan di Sumatera Utara sebesar 52,163 milyar rupiah, yaitu dari bank umum pemerintah sebesar 50,11 , bank swasta nasional 39,06 , bank perkreditan rakyat 0,60 , dan dari bank asing dan campuran 10,22 . Perhimpunan dana rupiah dan Valuta Asing yang terkumpul oleh bank dari masyarakat pada tahun 2007 berjumlah 70.560 milyar rupiah. Bank umum pemerintah menerima tabungan dari masyarakat sebesar 42,48 , bank swasta nasional menyerap tabungan masyarakat sebesar 48,83 , bank asing dan campuran 8,26 , sedangkan bank perkreditan rakyat hanya 0,43 . Tabel 4.3 Distribusi Kantor Bank Umum dan BPR Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 Di Sumatera Utara Tahun 2005 Bank Umum BPR Jumlah No. Kabupaten Kotamadya Bank Umum BPR Jumlah 1. Nias 4 - 4 2. Mandailing Natal 6 2 8 3. Tapanuli Selatan - 3 3 4. Tapanuli Tengah - - - 5. Tapanuli Utara 4 3 7 6. Toba Samosir 5 3 8 7. Labuhan Batu 11 3 14 8. Asahan 10 5 15 9. Simalungun 7 8 15 10. Dairi 3 2 5 11. Karo 5 3 8 12. Deli Serdang 8 29 37 13. Langkat 8 1 9 14. Nias Selatan - - - 15. Humbang Hasundutan - - - 16. Pakpak Barat - - - 17. Samosir - - - 18. Serdang bedagai - 5 5 19. Sibolga 6 1 7 20. Tanjung Balai 7 - 7 21. Pematang Siantar 16 3 19 22. Tebing Tinggi 8 1 9 23. Medan 193 7 200 24. Binjai 11 1 12 25. Padang Sidempuan 10 - 10 Jumlah 322 80 402 Sumber : Kantor Bank Indonesia Medan Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui perkembangan distribusi kantor bank umum dan BPR di Sumatera Utara pada tahun 2005 dimana hingga tahun 2005 masih terdapat 7 kabupaten yang belum memiliki kantor bank umum. Sebagian besar dari usaha perbankan di Sumatera Utara terkonsentrasi di kota Medan, yakni 200 kantor atau 49,0 dari 402 kantor bank yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Sementara kantor BPR yng paling banyak ialah di Kabupaten Deli Serdang, yakni 29 kantor 34,1 dimana lebih dari separuhnya beroperasi di sekitar kota Medan. Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 Tabel 4.4 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan Tahun 2002 – 2007 Triwulan II Bank Umum 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2007 a. Bank Pemerintah 104 104 120 123 122 259 259 1. Kantor Pusat 2. Kantor Cabang 48 48 41 43 43 46 46 3. Kantor Capem 38 38 53 53 53 137 137 4. Kantor Kas 18 18 26 30 26 76 76 b. Bank Pemerintah Daerah 26 29 44 44 47 70 70 1. Kantor Pusat 1 1 1 1 1 1 1 2. Kantor Cabang 15 18 19 19 22 23 23 3. Kantor Capem 2 2 18 18 4. Kantor Kas 8 8 24 24 24 28 28 c. Bank Swasta Nasional 179 179 225 229 231 323 323 1. Kantor Pusat 1 1 1 1 1 1 1 2. Kantor Cabang 63 63 61 62 67 64 64 3. Kantor Capem 70 70 95 96 95 209 209 4. Kantor Kas 45 45 68 70 68 49 49 d. Bank Asing dan Campuran 6 5 5 6 7 20 20 1. Kantor Pusat 2. Kantor Cabang 1 1 1 1 7 9 9 3. Kantor Capem 5 4 4 4 8 8 4. Kantor Kas 3 3 Jumlah Bank Umum 215 217 394 402 407 672 672 Sumber : Kantor Bank Indonesia Medan Berdasarkan tabel 4.4 dapat digambarkan perkembangan Perbankan di Sumatera Utara dimana dalam lima tahun terakhir jumlah kantor baru bank terus bertambah. Hal ini merupakan efek dari adanya pemekaran wilayah yang sedang giat terjadi. Jumlah bank di Sumatera Utara pada triwulan II tahun 2007 adalah sebanyak 672 kantor, terdiri dari 259 Bank Pemerintah, 70 Bank Pemerintah Daerah, 323 Bank Swasta Nasional dan 20 Bank Asing dan Campuran. Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 Tabel 4.5 Posisi Dana yang Dihimpun oleh bank di Sumatera Utara Tahun 1985 – 2007 No. Tahun Jumlah Simpanan Masyarakat 1. 1985 3724540 2. 1986 5547340 3. 1987 8094240 4. 1988 10048060 5. 1989 13233200 6. 1990 2636165 7. 1991 3271101 8. 1992 4450835 9. 1993 5357399 10. 1994 6522423 11. 1995 8279093 12. 1996 10009490 13. 1997 14175391 14. 1998 19415899 15. 1999 14251122 16. 2000 23586167 17. 2001 24292225 18. 2002 26594123 19. 2003 33611944 20. 2004 39226365 21. 2005 42006397 22. 2006 50074215 23. 2007 64089126 Sumber : Kantor Bank Indonesia Medan Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa Jumlah Simpanan Masyarakat dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 Bank umum pemerintah menghimpun tabungan dari masyarakat sebesar 42,48 , bank swasta nasional menyerap tabungan masyarakat sebesar 48,83 , bank asing dan campuran 8,26 , sedangkan bank perkreditan rakyat hanya 0,43 .

4.1.5 Perkembangan PDRB Sumatera Utara

Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 Mulai membaiknya kondisi perekonomian dan kondisi politik yang stabil serta didukung oleh ketetapan pemerintah bahwa fokus Rencana Kerja Pemerintah tahun 2007 adalah meningkatkan kesempatan kerja dan menanggulangi kesempatan, diharapkan dapat mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat di Sumatera Utara pada tahun 2007. PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku ADHB pada tahun 2007 sebesar Rp. 181.819,74 milyar. Sektor industri masih sebagai kontributor utama dengan peranan mencapai 25,04 . Selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian 22,56 , sektor perdagangan, hotel dan restoran 19,17 . Sementara sektor lainnya memberikan total kontribusi sebesar 33,23 terhadap perekonomian di Sumatera Utara. Untuk melihat produktivitas ekonomi dengan mengabaikan inflasi, maka digunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan ADHK. Berdasarkan harga konstan tahun 2000, PDRB Sumatera Utara pada tahun 2007 sebesar Rp. 99.792,27 milyar. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 12,43 , diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,90 dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 9,78 . PDRB Perkapita Sumatera Utara pada tahun 2007 sebesar Rp.14.166.626 meningkat dari Rp.12.684.532 pada tahun 2006. Sementara, berdasarkan konstan 2000, PDRB Perkapita tahun 2007 sebesar Rp. 7.775.393 meningkat sedikit dari tahun 2006 yang sebesar Rp. 7.383.039. Tabel 4.6 Perkembangan PDRB di Sumatera Utara Tahun 1985 – 2007 Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 No. Tahun Jumlah PDRB 1. 1985 424095.19 2. 1986 529858.66 3. 1987 647585.55 4. 1988 783834.87 5. 1989 905245.52 6. 1990 1025598.29 7. 1991 1130914.59 8. 1992 2128316.49 9. 1993 1726430 10. 1994 1984364 11. 1995 2231401 12. 1996 2578530 13. 1997 3076420 14. 1998 4534124 15. 1999 5476170 16. 2000 5943770 17. 2001 6507708 18. 2002 7482946 19. 2003 8070931 20. 2004 9741566 21. 2005 11326516 22. 2006 12657397 23. 2007 18181974 Sumber : Sumatera Utara dalam angka, 2007. Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa dari tahun ketahun jumlah produk domestik regional bruto terus mengalami peningkatan, hal ini didukung pula dengan membaiknya perekonomian Sumatera Utara.

4.1.6 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Sumatera Utara

Kenaikan suku bunga BI Rate yang mulai ditransmisikan ke suku bunga tabungan dapat meningkatkan animo masyarakat untuk menabung sebagai akibat tingginya suku bunga yang diberikan bank. Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan investasi yang mereka rencanakan hanya apabila tingkat pengembalian modal yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga. Di Sumatera Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 Utara tingkat suku bunga juga turut mewarnai perekonomian yang sedang berlangsung. Tabel 4.7 Perkembangan Tingkat Suku Bunga di Sumatera Utara Tahun 1985 – 2007 No. Tahun Tingkat Suku Bunga 1. 1985 18.3 2. 1986 18.8 3. 1987 19.3 4. 1988 19.7 5. 1989 20.4 6. 1990 18.75 7. 1991 22 8. 1992 18.5 9. 1993 12.52 10. 1994 11.25 11. 1995 16 12. 1996 16 13. 1997 21.75 14. 1998 18.5 15. 1999 11.75 16. 2000 9.5 17. 2001 13.66 18. 2002 14.5 19. 2003 10 20. 2004 8.88 21. 2005 9.84 22. 2006 12 23. 2007 13.55 Sumber : Kantor Bank Indonesia Medan. Berdasarkan tabel 4.7 digambarkan fluktuasi dari tingkat suku bunga simpanan masyarakat yang ada di bank umum Sumatera Utara. Suku bunga tersebut naik turun mengikuti perkembangan perekonomian yang sedang berlangsung dari tahun ke tahun. Tingkat suku bunga Sumatera Utara pada tahun 2007 adalah sebesar , lebih tinggi dari tahun 2006 yang hanya sebesar .

4.1.7 Perkembangan Laju Inflasi Sumatera Utara

Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 Angka Inflasi sebagai salah satu indikator stabilitas ekonomi selalu menjadi pusat perhatian. Inflasi dianggap dapat menggambarkan gejolak ekonomi, dan selalu mengikuti perjalanan sebuah perekonomian negara yang berkembang dan dinamis. Inflasi bisa muncul jika suatu permintaan lebih tinggi dibandingkan penawaran dan juga karena faktor lainnya. Umumnya inflasi terjadi karena adanya ketimpangan antara kemampuan ekonomi masyarakat terhadap barang-barang yang ingin dikonsumsinya. Naik turunnya angka ini menggambarkan seberapa besar kemampuan daya beli masyarakat terhadap barang-barang di pasaran. Tahun 2007, Sumatera Utara mengalami inflasi 6,60 , lebih tinggi daripada tahun 2006 yang hanya sebesar 6,11 . Inflasi tahun 2007 tersebut lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,59 . Dari 45 kota di Indonesia yang dilakukan penghitungan terhadap laju inflasi tiap-tiap daerah tercatat laju inflasi tertinggi tahun 2007 terjadi di Kota Banda Aceh yaitu sebesar 11 , diikuti Kota Ternate yaitu sebesar 10,43 dan Kota Jayapura yang tercatat sebesar 10,35 , sedangan Sumatera Utara hanya mencapai angka 6,60 masih jauh dibandingkan inflasi kota-kota tersebut. Tabel 4.8 Perkembangan Tingkat Inflasi di Sumatera Utara Tahun 1985 – 2007 No. Tahun Tingkat Inflasi 1. 1985 4.61 2. 1986 11.29 3. 1987 7.32 4. 1988 11.24 5. 1989 6.64 6. 1990 7.86 7. 1991 7.95 8. 1992 5.42 Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 9. 1993 10.67 10. 1994 7.68 11. 1995 7.61 12. 1996 9.1 13. 1997 14.49 14. 1998 1.38 15. 1999 1.68 16. 2000 5.9 17. 2001 15.5 18. 2002 9.49 19. 2003 3.26 20. 2004 6.8 21. 2005 22.41 22. 2006 6.11 23. 2007 6.6 Sumber : Kantor Bank Indonesia Medan. Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat perkembangan angka inflasi yang terjadi di Sumatera Utara dari tahun 1985 sampai tahun 2007 dimana inflasi yang terjadi berfluktuasi setiap tahun. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Hasil Model Estimasi