Inflasi Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara

Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 Bila tingkat suku bunga yang terjadi berada dibawah keseimbangan i o , masyarakat akan menginginkan uang kas lebih besar, ini perlu menjual obligasi yang dipegang. Tindakan untuk menjual obligasi inilah yang mendesak harganya turun dan tingkat bunga akan bergerak naik. c. Teori Bunga Moneter dan Teori Bunga Riil Dalam teori klasik suku bunga keseimbangan adalah satu-satunya suku bunga yang terjadi, karena tingkat suku bunga tersebut tergantung skedul permintaan investasi dan tabungan full employment, maka suku bunga keseimbangan dianggap sebagai fenomena riil yang tergantung pada produktivitas investasi dan kebiasaan menabung masyarakat. Pandangan Klasik ini bertentangan dengan Keynes yang menyatakan bahwa suku bunga merupakan fenomena moneter yang ditentukan perpotongan antara skedul permintaan uang dan jumlah uang yang beredar.

2.5 Inflasi

2.5.1 Pengertian Inflasi

Inflasi adalah salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan kecendrungan akan naiknya harga-harga barang secara umum, yang berarti terjadinya penurunan nilai uang. Penyebab utama dan satu-satunya yang memungkinkan gejala ini muncul adalah akibat terjadinya kelebihan uang yang beredar sebagai akibat penambahan jumlah uang di masyarakat. Disamping itu, pengertian inflasi yang lain menyatakan bahwa Inflasi adalah suatu proses kenaikan tingkat harga secara umum dan terus menerus yang disebabkan oleh suatu kelebihan atas permintaan diatas kapasitas penawaran dan Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 merupakan suatu masalah yang sering dialami oleh berbagai negara. Nopirin, 1985: 25 Samuelson 1997 : 270 mendefinisikan bahwa inflasi adalah kenaikan harga barang-barang dan faktor produksi secara umum. Inflasi juga memiliki beberapa pengertian lain, hal ini disebabkan luasnya pengaruh inflasi terhadap perekonomian. Hubungan yang erat dan luas antara inflasi dan berbagai sektor perekonomian telah menciptakan berbagai perbedaan mengenai inflasi, namun secara garis besar masih terdapat kesatuan pandangan bahwa inflasi merupakan suatu fenomena dan dilema ekonomi. Inflasi juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana daya beli masyarakat semakin melemah yang diikuti dengan merosotnya nilai mata uang suatu negara. Inflasi dapat berakibat buruk karena dapat menurunkan keseluruhan standar kehidupan karena mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa sehingga menjadi mahal. Selain itu, inflasi mengubah distribusi pendapatan , dimana kelompok nyang paling sering terkena imbas inflasi adalah mereka yang hidup berdasarkan pendapatan tetap. Jika pendapatan dan harga naik, maka kemampuan untuk membeli barang dan jasa turun secara seimbang.

2.5.2 Jenis-jenis Inflasi

Inflasi terdiri dari beberapa jenis, dilihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu : 1. Berdasarkan Asal a. Domestic Inflation Domestic Inflation adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri. Kenaikan Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 harga disebabkan karena adanya kenaikan harga dari dalam negeri baik karena perilaku masyarakat maupun pemerintah. b. Imported Inflation Imported Inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga di luar negeri. Inflasi ini dapat bersumber dari kenaikan harga - harga barang yang diimpor, terutama barang yang diimpor tersebut memiliki peranan penting dalam setiap kegiatan produksi. 2. Berdasarkan Bobot Dalam hal ini inflasi dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu : a. Inflasi Moderat Bentuk inflasi ini terjadi ketika harga-harga meningkat dengan perlahan- lahan. Inflasi ini bersifat moderat apabila angkanya masih dibawah 10 pertahun atau dapat dikatakan inflasi satu angka atau satu digit. Dalam situasi inflasi moderat harga barang-barang relatif tidak akan bergerak jauh menyimpang. Orang tidak akan terlalu banyak berfikir dalam menggunakan uangnya, karena tingkat suku bunga riil tidak terlalu rendah. Apabila laju inflasi rendah, maka uang yang biasanya berbunga nominal hampir mendekati nol, maksimal menghasilkan suku bunga riil sedikit negatif. Selain itu harapan yang timbul dari masyarakat relatif stabil. Orang tidak khawatir dalam membuat transaksi dengan nilai nominal. b. Inflasi Menengah Galloping Inflation Bentuk inflasi ini terjadi jika harga-harga mulai melonjak 20,100, atau 200 pertahun artinya inflasi ini ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar biasanya double digit atau triple digit, inflasi ini sering disebut dengan inflasi dua atau tiga angkadigit. Begitu inflasi ganas mulai mengakar, maka gangguan Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 ekonomi yang dahsyat mulai bermunculan. Pada umumya sebagian besar kontrak- kontrak transaksi dikaitkan dengan indeks harga atau mata uang asing, uang kehilangan nilai begitu cepat. Karena itu orang tidak mau lagi menyimpan uang melebihi jumlah minimum yang dibutuhkannya. Pasar uang akan semakin buruk dan dana biasanya dialokasikan lebih dengan cara penjatahan daripada perhitungan suku bunga. Orang akan berlomba menimbun barang, membeli rumah atau tanah, dan tidak akan meminjamkan uang dengan suku bunga yang biasa. c. Hiperinflasi Bentuk inflasi ini sangat mematikan. Ditandai dengan ciri-ciri berupa adanya kecepatan perputaran uang meningkat sangat cepat dan harga-harga relatif tidak stabil. 3. Berdasarkan sumber atau penyebab inflasi a. Demand Pull Inflation Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total. Kenaikan permintaan total akan menaikkan harga dan hasil produksi. Inflasi ini biasanya terdapat pada masa perekonomian sedang berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya daya beli sangat tinggi. Daya beli yang tinggi akan mendorong permintaan melebihi total produk yang tersedia. Permintaan aggregate meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, akibatnya timbul inflasi. Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 Gambar 2.3 Kurva Demand Full Inflation Gambar 2.3 diatas menjelaskan terjadinya inflasi sebagai akibat kenaikan permintaan. Hal ini terlihat dari adanya pergeseran kurva permintaan aggregate dari AD menjadi AD 1 yang mendorong harga naik dari P 1 menjadi P 2 . Kenaikan harga ini menimbulkan terjadinya inflasi. Akibat kenaikan harga ini menyebabkan produk nasional bertambah dari OY 1 menjadi OY 2 . b. Cost Push Inflation Inflasi ini biasanya ditandai dengan kenaikan harga dan penurunan faktor produksi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan harga dan menurunkan produksi. Kalau proses ini berjalan terus menerus timbullah cost push inflation. Kenaikan biaya produksi dapat berawal dari kenaikan harga input seperti kenaikan upah minimum, kenaikan bahan baku, kenaikan tariff listrik, kenaikan BBM, dan kenaikan- kenaikan input lainnya yang semakin langka dan harus diimpor dari luar negeri. Kenaikan biaya produksi yang menimbulkan cost push inflation didorong oleh beberapa faktor, yaitu : Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 1. Tuntutan kenaikan upah dari para pekerja yang biasanya dikoordinir oleh organisasi serikat buruh. 2. Adanya industri yang memonopoli yang menguasai pasar dan kenaikan harga. 3. Kenaikan bahan baku industri. 4. Pemerintah yang terlalu berambisi untuk menguasai sumber-sumber ekonomi dalam jumlah yang besar, yang seharusnya dapat diberi pada pihak swasta. 5. Adanya isu yang mengakibatkan permintaan masyarakat terhadap suatu barang melonjak drastis. Gambar 2.4 Kurva Cost Push Inflation Gambar 2.4 menjelaskan terjadinya inflasi sebagai akibat dari kenaikan biaya produksi. Hal ini terlihat dari adanya pergeseran kurva penawaran aggregate dari AS menjadi AS 1 yang mendorong harga naik dari P 1 menjadi P 2 . Kenaikan harga ini menyebabkan produksi nasional berkurang dari OY 1 menjadi OY 2 . Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010

2.5.3 Teori Inflasi a. Teori Kuantitas

Teori kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi. Dalam teori ini membahas proses inflasi terutama dari jumlah uang beredar dan harapan masyarakat terhadap harga barang dan jasa. Proses terjadinya inflasi ini disebabkan oleh : - Volume uang beredar - Perkiraan Masyarakat tentang kenaikan harga Ekspektasi Boediono, 1985: 167. b. Teori Keynes Dalam teori ini, Keynes menyatakan faktor inflasi melalui pendekatan teori ekonomi makro. Menurut Keynes, inflasi akan terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan pendapatannya. Terjadinya inflasi melaui proses, ada sekelompok masyarakat yang ingin bersaing untuk merebut pendapatan nasional yang lebih besar daripada kemampuan kelompok lain. Proses perebutan ini akhirnya diwujudkan dalam permintaan efektif sehingga menyebabkan permintaan masyarakat akan barang-barang lebih besar dari barang- barang yang sanggup disediakan oleh kapasitas yang tersedia. Hal ini dapat menimbulkan inflationary gap, yang timbul akibat golongan masyarakat yang berhasil merebut bagian pendapatan nasional secara nyata diwujudkan dalam permintaan di pasar barang-barang. Dengan demikian akan menimbulkan kenaikan harga-harga. Kenaikan harga ini menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 Hal ini mencegah pertambahan permintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi. Boediono,1985: 169 c. Teori Klasik Teori inflasi klasik berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang yang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai dan jumlah uang serta nilai uang dengan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih sepat dari pertambahan barang, maka nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan harga. Jadi menurut teori klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi maka solusinya adalah membatasi jumlah uang beredar dan kredit. d. Teori Monetarisme Teori inflasi monetarisme mengemukakan bahwa inflasi timbul disebabkan oleh kebijaksanaan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor riil. Inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijaksanaan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif atau melebihi kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atas dasar nilai tukar valuta asing. e. Teori Strukturalis Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 Teori ini memberi tekanan pada ketegaran inflexibilitas dari struktur perekonomian negara-negara yang sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian. Ada dua faktor yang menjadi masalah utama penyebab inflasi dalam negara berkembang berdasarkan teori strukturalis, yaitu : 1. Tidak elastisnya penerimaan ekspor Ekspor berkembang secara lamban disbanding sektor lain dalam perekonomian. Hal ini disebabkan naiknya harga barang komoditi negara berkembang dalam jangka panjang. Kelambanan ekspor menyebabkan kelambanan juga dalam mengimpor barang modal, sehingga negara terpaksa mengambil kebijakan menekan pemakaian barang produksi dalam negeri. Ongkos produksi yang tinggi mengakibatkan harga yang lebih tinggi, sehingga inflasi akan terjadi dalam perekonomian yang berkepanjangan. 2. Tidak elastisnya supply atau produksi bahan makanan dalam negeri. Hal ini berakibat pertumbuhan produksi bahan makanan tidak secepat pertumbuhan penduduk dan pendapatan, sehingga harga bahan makanan cenderung naik. Harga makanan yang naik, menaikkan ongkos produksi, dan otomatis harga hasil produksi naik lagi, lalu diikuti dengan naiknya tingkat upah, demikian seterusnya sampai struktur perekonomian dapat diubah. Boediono,1985: 175 f. Teori Ekspektasi Menurut teori ini dikatakan bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 rasional adalah ramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logis untuk mencapai tujuan berdasarkan informasi yang ada.

2.5.4 Faktor Pendorong Inflasi

Inflasi yang terjadi biasanya didorong oleh beberapa hal, diantaranya adalah : - Berbagai golongan dalam masyarakat berusaha mendapat tambahan pendapatan lebih besar dari kenaikan produktivitas. - Pemerintah terlalu berambisi menyerap sumber – sumber ekonomi yang jauh lebih besar dari sumber ekonomi yang tersedia. - Pengaruh alam yakni musim kemarau yang panjang serta bencana alam lainnya yang dapat mempengaruhi produksi dan kenaikan harga. - Adanya kebijakan dari pemerintah baik bersifat ekonomi maupun bersifat non ekonomi yang mendorong kenaikan harga, misalnya kenaikan harga belanja yang dibiayai dengan menciptakan uang baru. - Adanya harapan yang berlebihan dari masyarakat sehingga harga barang dan jasa naik lebih cepat daripada tambahan pengeluaran. Beberapa penyebab inflasi yang lainnya yang dapat dilihat dari perbedaan beberapa sudut, yaitu : 1. Inflasi dari segi permintaan Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 Yaitu inflasi yang terjadi karena permintaan di dalam negeri baik masyarakat maupun pemerintah terlalu kuat dan besar melebihi pengeluaran dari masyarakat berakibat pada kenaikan tingkat harga barang. 2. Inflasi dari segi penawaran Yaitu inflasi yang terjadi karena kenaikan harga terjadi karena biaya produksi meningkat baik karena buruh menuntut kenaikan upah maupun karena perusahaan menghendaki adanya kenaikan keseimbangan. 3. Inflasi Kombinasi Yaitu inflasi yang timbul karena pergeseran permintaan dan penawaran harga. Keadaaan harga yang timbul karena demand masyarakat yang kuat dan adanya tuntutan dari buruh dan perusahaan yang berakibat pada biaya produksi.

2.5.5 Dampak Inflasi

Inflasi yang terjadi di suatu Negara apabila inflasi tersebut tinggi tingkatannya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi suatu negara, hal- hal yang mungkin timbul diantaranya adalah : 1. Equity Effect, yaitu dampak inflasi terhadap pendapatan. Inflasi menyebabkan pendapatan bersifat tidak merata, kelompok dengan penghasilan tetap mengalami kerugian akibat terjadinya inflasi. Sedangkan kelompok dengan penghasilan tetap atau yang memiliki peningkatan pendapatan melebihi tingkat persentase inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan tidak dalam bentuk uang tunai biasanya akan memperoleh keuntungan. Samuelson, 2004: 387 Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 2. Efficiency Effect, yaitu pengaruh inflasi terhadap biaya produksi dan harga-harga. Faktor produksi akan terus meningkat, sehingga dapat mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Dengan adanya inflasi, permintaan barang-barang tersebut akan mendorong peningkatan produksi terhadap barang-barang tersebut. Kenaikan produksi yang demikian akan mengubah pola alokasi faktor produksi barang-barang tersebut menjadi lebih efisien. Samuelson, 2004: 387 3. Output Effect, yaitu pengaruh inflasi dinilai dapat meningkatkan produksi dengan asumsi bahwa produksi akan mengalami kenaikan mendahului kenaikan upah atau gaji para pekerja. Kenaikan harga produksi mengakibatkan terjadinya keuntungan yang diterima produsen. Namun jika tingkat inflasi melebihi 2 digit dan berlangsung dalam jangka waktu lama, maka biaya produksi akan naik pula dan akibatnya keuntungan yang dinikmati produsen menjadi berkurang. Samuelson, 2004: 388 4. Inflasi menimbulkan efek yang buruk pada neraca pembayaran. Karena menurunnya nilai ekspor dan meningkatnya nilai impor menyebabkan ketidakseimbangan terhadap aliran dana yang masuk dan keluar negeri. kondisi neraca pembayaran akan memburuk. 5. Inflasi mendorong naiknya tingkat investasi. Perlindungan yang aman dalam menghindari turunnya nilai uang ialah dengan membeli barang- barang modal. Naiknya investasi dan menurunnya saving menyebabkan bertambahnya kredit dan hal ini akan semakin memperkuat inflasi. 6. Inflasi juga dapat menyebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap uang baik sebagai medium exchange, sebagai store of value, Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 maupun sebagai standart of value. Selain itu, inflasi juga dapat menaikkan pajak dan akan menurunkan produktivitas produsen.

2.5.6 Kebijakan Pengendalian Inflasi

Ada beberapa cara atau kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan mengendalikan laju inflasi, diantaranya adalah : 1. Kebijakan Moneter Inflasi merupakan fenomena moneter, sehingga salah satu cara untuk mengatasinya adalah melalui kebijakan moneter. Kebijakan ini dilakukan pemerintah untuk mengurangi jumlah uang beredar dalam masyarakat, sehingga terjadi keseimbangan antara jumlah uang yang beredar dan jumlah output secara nasional. Untuk itu, bank sentral menggunakan beberapa instrument kebijakan moneter, seperti : a. Politik Diskonto b. Operasi Pasar Terbuka c. Giro Wajib Minimum Reserve Requirement Ratio d. Imbauan Moral Moral Suasion 2. Kebijakan Fiskal Selain daripada kebijaksanaan Moneter pemerintah juga menggunakan kebijakan fiskal untuk mengatasi masalah inflasi. Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk mengurangi jumlah uang beredar agar inflasi dapat ditekan. Beberapa hal yang dilakukan yaitu ; a. Mengurangi Ekonomi Biaya Tinggi Poppy Marieskha : Analisis Pengaruh PDRB, Suku bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara, 2010 b. Meningkatkan Pajak c. Mengurangi Pengeluaran Pemerintah atau Pembangunan d. Mengadakan Pinjaman Pemerintah 3. Kebijakan Non-Moneter dan Non-Fiskal Kebijakan Non-Moneter dan Non-Fiskal dijalankan pemerintah untuk membantu kebijakan yang sudah dijalankan. Kebijakan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : a. Pengawasan terhadap harga dan distribusi barang-barang b. Pengawasan terhadap Upah c. Peningkatan hasil produksi Manullang, 1962: 94.

2.6 Penelitian Terdahulu