Skenario BAU Business As Usual

18 mendapatkan gambaran atau prediksi yang lain dari outlook energi Indonesia dengan menerapkan parameter, teknologi atau kebijakan energi yang sedang atau akan diterapkan. Skenario alternatif tersebut adalah skenario KEN Kebijakan Energi Nasional. Skenario KEN adalah skenario prakiraan energi dengan intervensi rancangan kebijakan KEN yang baru yang mencakup konservasi dan diversiikasi energi dan pengembangan energi terbarukan yang mempertimbangkan pengurangan emisi gas-gas rumah kaca dari sektor energi Sesuai dengan nama dan tujuannya, sebagian besar dari parameter yang akan dipertimbangkan dalam skenario KEN, selain asumsi- asumsi yang telah disebutkan sebelumnya, adalah sasaran-sasaran yang ditetapkan pada rancangan KEN baru yang mencakup konservasi energi dan pengembangan energi baru dan terbarukan, antara lain: • Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 satu pada tahun 2025 yang diselaraskan dengan target pertumbuhan ekonomi; • Tercapainya penurunan intensitas energi inal sebesar 1 satu persen per tahun pada tahun 2025; • Tercapainya rasio elektriikasi sebesar 85 delapan puluh lima persen pada tahun 2015 dan mendekati sebesar 100 seratus persen pada tahun 2020; • Tercapainya rasio penggunaan gas rumah tangga pada tahun 2015 sebesar 85 delapan puluh lima persen; • Pemanfaatan gas bumi untuk bahan bakar gas yang digunakan untuk transportasi BBG sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No 19 tahun 2010. Ditetapkan bawa KKKS wajib mengalokasikan sebesar 40 dari Domestic Market Obligation DMO untuk memenuhi kebutuhan BBG untuk transportasi. Kewajiban ini dilakukan secara bertahap dengan pentahapan sebagai berikut: ◊ Alokasi wajib gas bumi minimal 10 dari total gas bumi yang diniagakan pada tahun 2011 sampai dengan 2014. ◊ Alokasi wajib gas bumi minimal 15 dari total gas bumi yang diniagakan pada tahun 2015 sampai dengan 2019. ◊ Alokasi gas bumi minimal 20 dari total gas bumi yang diniagakan pada tahun 2010 sampai dengan 2024. ◊ Alokasi wajib gas bumi minimal 25 dari total gas bumi yang diniagakan pada tahun 2025 dan seterusnya. 19 • Pemanfaatan panasbumi mempertimbangkan RUPTL PLN 2011 – 2020 serta program percepatan pembangkit listrik 10.000 MW Tahap II yang 69 diisi oleh pembangkit energi terbarukan seperti PLTP 4.900 MW dan PLTA 1.753 MW. Dalam program percepatan pembangkit listriktahap II diharapkan pemanfaatan PLTP yang baru 1.226 MW pada tahun 2011 diharapkan bisa meningkat menjadi 6.126 MW pada tahun 2030.Total cadangan panasbumi nasional tahun 2011 sebesar 16,02 GWe dari total potensi sumberdaya 29,21 GWe Pusdatin, 2011. • Produksi gas bumi sesuai potential supply didasarkan pada Peta Neraca Gas Bumi Indonesia 2012-2025 Ditjen Migas, 2011, sementara proil produksi gas bumi tahun 2026- 2030 diasumsi berdasarkan ketersedian cadangan gas bumi pada masing- masing lapangan gas • Pemanfaatan PLTU Mulut Tambang di Sumatera Selatan untuk memenuhi kebutuhan listrik sistem Jawa-Bali. Hal ini ditujukan untuk mengurangi kendala pengangkutan batubara dan meningkatkankeandalan sistem kelistrikan Jawa-Bali • Pemanfaatan PLTS dan PLT Bayu dalam skala terbatas. Kedua jenis pembangkit energi baru ini tidak kompetitif dengan pembangkit konvensional dan dipertimbangkan pemanfaatannya dalam skalaterbatas. • Pengembangan BBN diseuaikan dengan pemanfaatan BBN yang terdapat dalam Permen ESDM no 322008 • Pengembangan EBT mengikuti draft road map pengembangan EBT Ditjen EBTKE • Konservasi energi telah dipertimbangkan baik di sisi kebutuhan maupun sisi penyediaan berdasarkan potensi penghematan energi yang dihitung oleh Ditjen EBTKE.