26
sumber : Laporan perekonomian ekonomi Indonesia 2011, BI Graik 2. Peranan Ekonomi Jawa dan Luar Jawa terhadap Perekonomian Nasional
2010, 2011
3.2.3 Intensitas Energi
Intensitas energi merupakan indikator yang menggambarkan hubungan antara konsumsi energi dan ekonomi, serta konsumsi
energi dan penduduk. Intensitas energi dapat digunakan sebagai suatu ukuran eisiensi energi dari ekonomi suatu negara. Semakin
tinggi intensitas energi menunjukkan suatu harga atau biaya yang tinggi untuk mengubah energi kepada PDB, sedangkan semakin
rendah intensitas energi menunjukkan suatu harga atau biaya yang rendah untuk mengubah energi kepada PDB.
Pada tiga tahun terakhir, intensitas energi Indonesia mengalami peningkatan. Suatu indikasi yang tidak bagus mengingat semakin
tinggi intensitas energi semakin tidak eisien penggunaan energi. Namun bukan berarti besarnya intensitas energi dapat secara langsung
menunjukan bahwa negara tersebut memiliki tingkat eisiensi yang rendah. Ada beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi besar
kecilnya intensitas energi, seperti tingkat produksitivitas, kondisi iklim serta kondisi demograi dari negara tersebut.
Sebagai contoh, suatu negara yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi namun memiliki kondisi iklim yang ekstrem sehingga
membutuhkan pemanas atau pendingin yang lebih, dan memiliki wilayah yang lebih luas tentunya akan membutuhkan energi yang lebih
besar dibandingkan dengan negara yang memiliki tingkat produktivitas yang sama namun memiliki kondisi iklim yang tidak terlalu ekstrem dan
luas wilayah yang lebih kecil. Sehingga tingginya intensitas energi di
27
negara yang memiliki iklim lebih ekstrem tidak langsung berarti bahwa negara tersebut memiliki eisiensi energi yang rendah
Intensitas energi juga dapat digambarkan dalam bentuk konsumsi energi per kapita. Tingkat konsumsi energi per kapita juga dapat
menggambarkan tingkat kesejahteraan yang diindikasikan dalam index perkembangan manusia HDI. Semakin tinggi konsumsi energi
per kapita suatu negara semakin baik tingkat kesejahteraan penduduk di negara tersebut.
Graik 3. Intensitas Energi Primer dan Konsumsi Energi Primer Per Kapita Indonesia Periode 2001 – 2011.
Graik diatas menunjukkan perkembangan nilai intensitas energi primer dan konsumsi energi primer per kapita.Intensitas energi
pada tahun 2001 sebesar 521 SBMmilyar rupiah konstan 2000. Sedangkangkan pada tahun 2011 adalah 485 SBMmilyar rupiah
konstan 2000.Hal tersebut mengindikasikan pemanfaatan energi di
Indonesia belum eisien.Bila dibandingkan dengan beberapa negara maju yang konsumsi energi per kapitanya lebih tinggi, intensitas
energi mereka lebih rendah dari Indonesia . Pada tahun 2009, intensitas energi Indonesia berkisar 0,24 KTOEUSD Konstan 2005.
Sedangkan Jepang, Jerman, Thailand, dan Malaysia pada tahun yang sama berturut-turut adalah 0,12; 0,12; 0,23; dan 0,22 KTOEUSD
Konstan 2005 IEA, 2010. Tingkat intensitas energi primer dihitung dengan membagi volume penggunaan energi nasional dalam Kilo Ton
Oil Equivalent KTOE dengan nilai Produk Domestik Bruto dalam USD 2005.Hal ini bisa dijelaskan bahwa selain penggunaan energi
yang lebih hemat, pertumbuhan PDB di negara maju tidak hanya