SYARI’AT ISLAM DAN PELAKSANAANNYA MAHKAMAH SYAR’IYAH

4 Untuk penghitungan penyesuaian alokasi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat 3, Pemerintah melakukan pemutakhiran data pengangkatan, pemberhentian, dan pemindahan Pegawai Negeri Sipil Acehkabupaten kota. Pasal 124 1 Pembinaan dan pengawasan Pegawai Negeri Sipil Acehkabupatenkota pada tingkat nasional dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri dan pada tingkat Acehkabupatenkota dikoordinasikan oleh Gubernur. 2 Standar, norma, dan prosedur pembinaan dan pengawasan Pegawai Negeri Sipil Acehkabupatenkota diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB XVII SYARI’AT ISLAM DAN PELAKSANAANNYA

Pasal 125 1 Syari’at Islam yang dilaksanakan di Aceh meliputi aqidah, syar’iyah dan akhlak. 2 Syari’at Islam sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi ibadah, ahwal al- syakhshiyah hukum keluarga, muamalah hukum perdata, jinayah hukum pidana, qadha’ peradilan, tarbiyah pendidikan, dakwah, syiar, dan pembelaan Islam. 3 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan syari’at Islam sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Qanun Aceh. Pasal 126 1 Setiap pemeluk agama Islam di Aceh wajib menaati dan mengamalkan syari’at Islam. 2 Setiap orang yang bertempat tinggal atau berada di Aceh wajib menghormati pelaksanaan syari’at Islam. Pasal 127 1 Pemerintahan Aceh dan pemerintahan kabupatenkota bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelaksanaan syari’at Islam. 2 Pemerintahan Aceh dan pemerintahan kabupatenkota menjamin kebebasan, membina kerukunan, menghormati nilai-nilai agama yang dianut oleh umat beragama dan melindungi sesama umat beragama untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya. 3 Pemerintah, Pemerintahan Aceh dan pemerintahan kabupatenkota mengalokasikan dana dan sumber daya lainnya untuk pelaksanaan syari’at Islam. 4 Pendirian tempat ibadah di Aceh harus mendapat izin dari Pemerintah Aceh danatau pemerintah kabupatenkota. 5 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat 4 diatur dengan qanun yang memperhatikan peraturan perundang-undangan.

BAB XVIII MAHKAMAH SYAR’IYAH

Pasal 128 1 Peradilan syari’at Islam di Aceh adalah bagian dari sistem peradilan nasional dalam lingkungan peradilan agama yang dilakukan oleh Mahkamah Syar’iyah yang bebas dari pengaruh pihak mana pun. 2 Mahkamah Syar’iyah merupakan pengadilan bagi setiap orang yang beragama Islam dan berada di Aceh. 3 Mahkamah Syar’iyah berwenang memeriksa, mengadili, memutus, dan menyelesaikan perkara yang meliputi bidang ahwal al-syakhsiyah hukum keluarga, muamalah hukum perdata, dan jinayah hukum pidana yang didasarkan atas syari’at Islam. 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai bidang ahwal al-syakhsiyah hukum keluarga, muamalah hukum perdata, dan jinayah hukum pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 3 diatur dengan Qanun Aceh. Pasal 129 1 Dalam hal terjadi perbuatan jinayah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama yang di antaranya beragama bukan Islam, pelaku yang beragama bukan Islam dapat memilih dan menundukkan diri secara sukarela pada hukum jinayah. 2 Setiap orang yang beragama bukan Islam melakukan perbuatan jinayah yang tidak diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau ketentuan pidana di luar Kitab Undang-undang Hukum Pidana berlaku hukum jinayah. 3 Penduduk Aceh yang melakukan perbuatan jinayah di luar Aceh berlaku Kitab Undang- Undang Hukum Pidana. Pasal 130 Mahkamah Syar’iyah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat 1 terdiri atas Mahkamah Syar’iyah kabupatenkota sebagai pengadilan tingkat pertama dan Mahkamah Syar’iyah Aceh sebagai pengadilan tingkat banding. Pasal 131 1 Putusan Mahkamah Syar’iyah Aceh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat 1 dapat dimintakan kasasi kepada Mahkamah Agung. 2 Perkara kasasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang menyangkut nikah, talak, cerai, dan rujuk diselesaikan oleh Mahkamah Agung paling lambat 30 tiga puluh hari sejak didaftarkan di kepaniteraan Mahkamah Agung. 3 Terhadap putusan Mahkamah Syar’iyah Aceh atau Mahkamah Syar’iyah yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pihak yang bersangkutan dapat mengajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. 4 Perkara peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat 3 yang menyangkut nikah, talak, cerai, dan rujuk diselesaikan paling lambat 30 tiga puluh hari sejak didaftarkan di kepaniteraan Mahkamah Agung. Pasal 132 1 Hukum acara yang berlaku pada Mahkamah Syar’iyah adalah hukum acara yang diatur dalam Qanun Aceh. 2 Sebelum Qanun Aceh tentang hukum acara pada ayat 1 dibentuk: a. hukum acara yang berlaku pada Mahkamah Syar’iyah sepanjang mengenai ahwal al- syakhsiyah dan muamalah adalah hukum acara sebagaimana yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan agama kecuali yang diatur secara khusus dalam Undang-Undang ini. b. hukum acara yang berlaku pada Mahkamah Syar’iyah sepanjang mengenai jinayah adalah hukum acara sebagaimana yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan umum kecuali yang diatur secara khusus dalam Undang-Undang ini. Pasal 133 Tugas penyelidikan dan penyidikan untuk penegakan syari’at Islam yang menjadi kewenangan Mahkamah Syar’iyah sepanjang mengenai jinayah dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Pasal 134 1 Perencanaan, pengadaan, pendidikan, dan pelatihan serta pembinaan teknis terhadap Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 difasilitasi oleh Kepolisan Negara Republik Indonesia Aceh sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan, persyaratan, dan pendidikan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Qanun Aceh. Pasal 135 1 Hakim Mahkamah Syar’iyah diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung. 2 Dalam hal adanya perkara tertentu yang memerlukan keahlian khusus, Ketua Mahkamah Agung dapat mengusulkan pengangkatan hakim ad hoc pada Mahkamah Syar’iyah kepada Presiden. 3 Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh diangkat oleh Ketua Mahkamah Agung dengan memperhatikan pengalamannya sebagai hakim tinggi di Mahkamah Syar’iyah Aceh. 4 Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Syar’iyah kabupatenkota diangkat oleh Ketua Mahkamah Agung atas usul Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh. Pasal 136 1 Pembinaan teknis peradilan, organisasi, administrasi, dan finansial Mahkamah Syar’iyah dilakukan oleh Mahkamah Agung. 2 Penyediaan sarana dan prasarana serta penyelenggaraan kegiatan Mahkamah Syar’iyah dibiayai dari APBN, APBA, dan APBK. Pasal 137 Sengketa wewenang antara Mahkamah Syar’iyah dan pengadilan dalam lingkungan peradilan lain menjadi wewenang Mahkamah Agung untuk tingkat pertama dan tingkat terakhir.

BAB XIX MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA