Jumlah Alokasi Kursi Per-daerah Pemilihan
142 |
K a j i a n S t r a t e g i s B E M K M U G M 2 0 1 3
Tidak Ada Yang Berbeda Dari UU No. 8 Tahun 2012
Setelah menuai perdebatan yang berkepanjangan dalam pembahasan mengenai revisi UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu
Legislatif, April 2012 kemarin telah berhasil disahkan UU No. 8 Tahun 2012 yang akan digunakan pada pemilu 2014. Akan tetapi sangat
disayangkan produk kebijakan yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan UU sebelumnya, dan kurang mampu menjawab persoalan
fragmantasi politik yang berujung pada ketidakstabilan pemerintahan dari Undang
– Undang sebelumnya. Hal ini dikarenakan pasal – pasal krusial yang diperdebatkan dalam formulasi kebijakan tidak lebih dari
sebagai barang lelangan yang didalamnya terdapat tawar menawar antar partai politik demi merealisasikan kepentinganya, tanpa
memikirkan jawaban dan tujuan dari adaya revisi Undang
– Undang pemilu tersebut. Mulai dari besaran alokasi kursi perdaerah pemilihan
yang tidak berubah dengan UU sebelumnya dengan besaran 3 sampai 10 kursi, seperti yang tertuang dalam Undang
– Undang Pemilu baru ini dalam pasal 22 :
Pasal 22 Jumlah kursi setiap daerah pemilihan anggota DPR paling sedikit
3tiga kursi dan paling banyak 10 sepuluh kursi.
Padahal jika memang ingin melakukan penyederhanaan partai politik tentunya dapat memperkecil kembali besaran dapil tersebut.
Tidak hanya cukup disitu dalam penentuan besaran alokasi kursi per- daerah pemilihan, pemerintah tidak mempertimbangkan besaran
sebaran penduduk di Indonesia. Sehingga besaran dapil ini akan menciderai prinsip kedailan dalam keterwakilan yakni one person one
vote one value.
Hal yang serupa juga terjadi pada parliamentary threshold dan formula penghitungan suara yang lagi
– lagi tidak jauh berbeda dengan UU Pemilu seblumnya seperti yang tertuang dalam pasal 208 mengenai
besaran PT, dan pasal 211 dan 212 dalam UU No. 8 Tahun 2012 berikut :
Pasal 208 Partai Politik Peserta Pemilu harus memenuhi ambang batas
perolehan suara sekurang-kurangnya 3,5 tiga koma lima persen dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan
K a j i a n S t r a t e g i s B E M K M U G M 2 0 1 3
| 143
dalam penentuan perolehan kursi anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupatenkota.
Pasal 211 1 Penentuan perolehan jumlah kursi anggota DPR, DPRD
provinsi, dan DPRD kabupatenkota Partai Politik Peserta Pemilu didasarkan atas hasil penghitungan seluruh suara sah dari setiap
Partai Politik Peserta Pemilu yang memenuhi ketentuan Pasal 209 di daerah pemilihan yang bersangkutan.
2 Dari hasil penghitungan seluruh suara sah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan angka BPP DPR, BPP DPRD
provinsi, dan BPP DPRD kabupatenkota.
Pasal 212 Setelah ditetapkan angka BPP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 211 ayat 2, ditetapkan perolehan jumlah kursi tiap Partai Politik Peserta Pemilu di suatu daerah pemilihan, dengan
ketentuan:
a apabila jumlah suara sah suatu Partai Politik Peserta
Pemilu sama dengan atau lebih besar dari BPP, maka dalam penghitungan tahap pertama diperoleh sejumlah
kursi dengan kemungkinan terdapat sisa suara yang akan dihitung dalam penghitungan tahap kedua;
b apabila jumlah suara sah suatu Partai Politik Peserta
Pemilu lebih kecil daripada BPP, maka dalam penghitungan tahap pertama tidak diperoleh kursi, dan
jumlah suara sah tersebut dikategorikan sebagai sisa suara yang akan dihitung dalam penghitungan tahap
kedua dalam hal masih terdapat sisa kursi di daerah pemilihan yang bersangkutan;
c penghitungan perolehan kursi tahap kedua dilakukan
apabila masih terdapat sisa kursi yang belum terbagi dalam penghitungan tahap pertama, dengan cara
membagikan jumlah sisa kursi yang belum terbagi kepada Partai Politik Peserta Pemilu satu demi satu berturut-
turut sampai habis, dimulai dari Partai Politik Peserta Pemilu yang mempunyai sisa suara terbanyak.