Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia anak maka makin bertambah
pula kebutuhannya. Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan
makan secara perorangan. Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan pendidikan keluarga yang bersangkutan Almatsier, 2009.
Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering
diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya anak yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya imunitas dapat
melemah, sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah terkena gizi kurang Soekirman, 2000. Sehingga disini terlihat
interaksi antara konsumsi makanan yang kurang dan infeksi merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Menurut Schaible Kauffman hubungan antara kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi
terhadap status gizi itu sendiri. Beberapa contoh bagaimana infeksi bisa berkontribusi terhadap kurang gizi seperti infeksi pencernaan dapat menyebabkan
diare, HIVAIDS, tuberculosis, dan beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa menyebabkan anemia dan parasit pada usus dapat menyebabkan anemia. Penyakit
Infeksi disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai, dan pola asuh anak yang tidak memadai Soekirman, 2000.
Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.
Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai
merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Makin tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin kecil risiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi Unicef, 1998 Sedangkan
penyebab mendasar atau akar masalah gizi di atas adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi ketidak-
seimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang pada
akhirnya mempengaruhi status gizi balita Soekirman, 2000. 2.2 Anak Sekolah Dasar
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-13 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan
orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari pada putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan
pemeliharaan jaringan. Karakteristik anak sekolah meliputi: 1. Pertumbuhan tidak secepat bayi.
2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen tanggal. 3. Lebih aktif memilih makanan yang disukai.
4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat. 5. Pertumbuhan lambat.
6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja. Anak sekolah biasanya memiliki banyak aktivitas bermain yang menguras
banyak tenaga, dengan terjadinya ketidakseimbangan atara energi yang masuk dan keluar, akibatnya tubuh anak menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus
mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat yang cukup Moehji, 2003:58.
Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang. Pada usia 10 tahun baik laki‐laki maupun perempuan tinggi dan berat
badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah usia remaja yaitu 12 ‐13
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
tahun anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada laki‐laki, Soemantri dkk, 2005.
Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan
yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun tahun di SD.
Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki‐laki dan perempuan kurang lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih
pendek dan lebih langsing dari anak laki‐laki. Akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami
masa lonjakan pertumbuhan yang ditandai dengan lengan dan kaki yang mulai tumbuh cepat.
Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat daripada anak laki‐laki. Anak laki‐laki memulai lonjakan
pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun. Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati
puncak tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan menstruasi umumnya dimulai pada usia 12‐13 tahun. Anak
laki‐laki memasuki masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia 13‐16 tahun.
Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum
mampu bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. Hampir setiap organ atau sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan- perubahan ini. Anak
pubertas awal prepubertas dan remaja pubertas akhir postpubertas berbeda dalam tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi
proporsi badan serta perkembangan ciri‐ciri seks primer dan sekunder.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.3 Masalah Kurang Gizi pada Anak Sekolah